Teks ini membahas hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan. Ia menjelaskan bahwa penemuan ilmiah seharusnya meningkatkan kekaguman kita terhadap Allah sebagai Pencipta, namun filsafat ilmu pengetahuan modern cenderung mengesampingkan keberadaan-Nya. Teks ini juga menekankan pentingnya menggunakan pengetahuan dan bakat seni secara bijak, serta mengejar keunggulan rohani dar
1. Pelajaran ke-10, Triwulan IV 2020
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan
tangan-Nya;” (Mazmur 19:2).
2. LANDASAN PENDIDIKAN:
ALLAH dan Pendidikan dalam Sains
ALLAH dan Pendidikan dalam seni
PENDIDIKAN DALAM SENI DAN ILMU
PENGETAHUAN:
Menghindari kesalahan umum
Mencari pemahaman yang
sempurna
PERTENTANGAN ANTARA IMAN DAN
SAINS
Pendidikan saat ini mengasumsikan
bahwa TUHAN tidak ada atau tidak
mengambil bagian dalam proses alam.
Asumsi tersebut menolak fenomena
supranatural apa pun, juga gagasan
tentang masa lalu tanpa kematian,
atau bahwa alam semesta diciptakan
dalam sekejap mata oleh Sesuatu
Yang Mahakuasa.
Sebagai orang Kristen, pendidikan
kita harus mencakup konsep-konsep
itu. Pengetahuan tersebut akan
menolong kita memaksimalkan
pendidikan kita dalam seni dan sains.
3. ALLAH DAN PENDIDIKAN DALAM SAINS
“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam
kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan
ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur
139:13-14)
Ketika kita mempelajari bagaimana TUHAN merancang
kehidupan dalam genetika dan proses pembuahan, kita
akan melihat keajaiban kasih-Nya. Misalnya, Ia
merancang janin akan tumbuh dekat dengan jantung
ibu mereka, dan bahwa ibu akan dapat melihat
bagaimana bayi tumbuh di dalam dirinya (tidak
mungkin baginya untuk mengabaikannya).
Semakin banyak kita belajar tentang
hukum alam yang TUHAN tetapkan,
semakin banyak alasan kita harus
memuji-Nya karena hikmat-Nya.
Seperti yang dikatakan Paulus, kita
“tidak dapat berdalih” untuk menerima
keberadaan TUHAN setelah mempelajari
alam (Roma 1:20).
4. ALLAH DAN PENDIDIKAN DALAM SENI
“Ia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya.” (Pengkhotbah 3:11)
Dosa memasuki dunia ribuan tahun yang lalu.
Meski demikian, kita masih bisa menemukan
keindahan di alam. Bahkan di dunia mikroskopis,
seperti dalam kesimetrian kepingan salju.
TUHAN adalah Sumber keindahan. Ia mencintai
keindahan lahiriah dan rohani. Ia menghargai
keindahan tabiat orang yang bertobat, dan Ia ingin
disembah "berhiaskan kekudusan." (Mazmur 96:9)
Meskipun demikian, tidak semua yang indah
itu baik. Raja Salomo memperingatkan kita
tentang orang-orang berdosa: “Janganlah
menginginkan kecantikannya dalam hatimu”,
karena dia akan menyeretmu ke dalam dosa
(Amsal 6:25).
Hawa telah gagal di dalam hal ini. Tidak semua
yang “sedap kelihatannya” dan “menarik
hati” itu baik adanya (Kejadian 3:6).
5. “Ia Yang menempatkan mutiara
di laut dan batu kecubung dan
krisolit di antara bebatuan adalah
Pencinta keindahan. Matahari
terbit di langit adalah
representasi dari diri-Nya Yang
adalah Terang dan Hidup dari
semua yang diciptakan-Nya.
Semua kecerahan dan keindahan
yang menghiasi bumi dan
menerangi langit berbicara
tentang diri-Nya.”
E.G.W. (My Life Today, June 20)
6. MENGHINDARI
KESALAHAN UMUM
“Hai Timotius, peliharalah apa yang
telah dipercayakan kepadamu.
Hindarilah … pertentangan-pertentangan
yang berasal dari apa yang disebut
pengetahuan.” (1 Timotius 6:20)
Karena kejahatan
bawaan dalam diri
manusia yang
berdosa, sains dan
seni terlalu sering
digunakan untuk
tujuan jahat.
Penemuan ilmiah yang membuat hidup kita
lebih mudah juga telah digunakan untuk tujuan
berperang. Bentuk seni seperti lukisan,
fotografi, atau bioskop telah dirusak oleh
ketamakan, cinta akan uang, dan kepuasan diri.
Oleh karena itu, Paulus mengamarkan
kita untuk mengejar “keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran
dan kelembutan.” (1Timotius 6:11)
Di sisi lain, sains manusia tidak
selalu sepenuhnya benar. Misalnya,
para ahli percaya bahwa Bumi
adalah pusat alam semesta kita
bertahun-tahun yang lalu.
7. MENGEJAR KEUNGGULAN
“Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-
karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan
kepadamu jalan yang lebih utama lagi.”
(1 Korintus 12:31)
Mahasiswa seni dan sains memanfaatkan bakat
mereka untuk memperoleh pengetahuan dan
mengejar keunggulan dalam studi mereka. Kita
dapat memiliki kecerdasan seni dan terobosan
ilmiah karena pengetahuan dan keahlian.
Keunggulan sejati dapat dicapai dengan
menggunakan semua pengetahuan itu dengan
cara yang bijaksana. Dan "takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan." (Amsal 1:7)
TUHAN memberi kita ROH KUDUS sehingga kita
dapat meraih hikmat, pengetahuan, dan
keterampilan seni (Keluaran 35:31).
Dengan cara ini kita akan dapat membedakan
yang baik dari yang jahat, dan menerapkan
pengetahuan ilmiah dan keterampilan seni kita
dengan cara yang benar.
8. PERTENTANGAN ANTARA IMAN DAN SAINS
“Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar
bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai
pengertian!” (Ayub 38:4)
Penemuan ilmiah terkini menunjukkan bahwa ada
rancangan cerdas dalam diri kita dan segala sesuatu
di sekitar kita. Ini adalah tanda dari tangan kreatif
TUHAN yang jelas bagi mereka yang mau
menerimanya.
Namun, filsafat sains saat ini mengesampingkan
keberadaan TUHAN. Oleh karena itu, banyak
ilmuwan percaya bahwa mahakarya alam yang indah
tercipta secara kebetulan.
Filosofi ini mencoba membangun tembok pemisah
antara iman dan sains yang sebenarnya tidak ada.
Orang Kristen percaya bahwa TUHAN menciptakan
segala sesuatu, dan bahwa Ia menopang segala
sesuatunya. Iman ini sesuai dengan setiap penemuan
ilmiah yang ditafsirkan dengan benar.
9. “Dalam ilmu sains sejati, tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran firman TUHAN,
karena keduanya memiliki Pencipta yang sama.
Pemahaman yang benar tentang keduanya akan
selalu membuktikan bahwa keduanya selaras.
Kebenaran, baik di alam maupun di dalam
wahyu, selaras dengan dirinya sendiri dalam
semua manifestasinya. Tetapi pikiran yang tidak
diterangi oleh ROH TUHAN akan selalu berada
dalam kegelapan ... Inilah sebabnya mengapa
pemikiran manusia dalam sains seringkali
bertentangan dengan ajaran firman-Nya.”
E.G.W. (Testimonies for the Church, book 8, cp. 42, p. 258)