2. Suhu Tubuh terdiri dari :
1. Suhu permukaan ( shell temperature)
yaitu pada kulit dan jaringan subkutan.
2. Suhu Inti ( core temperature )
suhu yg terdapat pd organ visera yg
terlindung dari paparan suhu lingkungan
sekitar. Suhu inti sering diartikan sebagai
suhu organ otak tempat pusat pengaturan
suhu tubuh berada
3. Pengaturan suhu tubuh memerlukan
mekanisme perifer yg utuh yaitu
keseimbangan produksi dan pelepasan
panas, serta fungsi pusat pengatur suhu di
hipotalamus yg mengatur seluruh mekanisme
4. Keadaan Istirahat : Otak, Hati, Jantung, Tiroid,
Pankreas, dan Kelenjar Adrenal berperan dalam
menghasilkan panas pada tigkat sel yg
melibatkan ATP/ Adenosin Trifosfat.
Bayi baru lahir : menghasilkan panas pada
jaringan lemak coklat ( non-shivering
thermogenesis ) yg terletak terutama di leher
dan skapula.
Jaringan ini kaya akan pembuluh darah dan
mempunyai banyak mitokondria sehingga
dapat meningkatkan produksi panas 2x lipat
5. Anak dan Dewasa mempertahankan panas dgn
vasokonstriksi dan memproduksi panas dgn
menggigil sebagai respon terhadap kenaikan
suhu tubuh.
Aliran darah yg diatur oleh SSP memegang
peranan penting dalam mendistribusikan
panas dalam tubuh
6. Suhu tubuh meningkat→ Pusat pengatur Suhu
di Hipotalamus mempengaruhi serabut eferen
dari sistim saraf autonom untuk melebarkan
pembuluh darah.
Peningkatan aliran darah di kulit
menyebabkan pelepasan panas dari pusat
tubuh melalui permukaan kulit ke sekitarnya
dalam bentuk berkeringat.
7. Pada lingkungan dingin→ Penurunan aliran
darah di kulit/ vasokonstriksi akan
mempertahankan suhu tubuh
14. 60% dilepas secara radiasi : transfer dari
permukaan kulit melalui permukaan luar dgn
gelombang elektromagnet.
25% dilepas secara penguapan dari kulit dan
paru dalam bentuk air yg diubah dari bentuk
cair menjadi gas.
Konveksi adalah pemindahan panas melalui
pergerakan udara atau cairan yg menyelimuti
permukaan kulit.
Konduksi adalah pemindahan panas antara 2
objek secara langsung pada suhu berbeda.
15. Daerah spesifik dari IL-1 preoptik dan
hipotalamus anterior→mengandung
sekelompok saraf termosensitif yg berlokasi
di dinding rostral ventrikel III
( Korpus kalosum lamina terminalis ).
Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh
daerah yg dialiri darah dan masukan dari
reseptor kulit dan otot.
16. Saraf yg sensitif terhadap hangat terpengaruh
dan meningkat dengan penghangatan atau
penurunan dengan pendinginan.
Saraf sensitif terhadap dingin meningkat
dengan pendinginan atau penurunan dgn
penghangatan
17. IL-1 menghambat saraf sensitif terhadap
hangat dan merangsang cold-sensitive
neuron.
PG-E2/Prostaglandin E2 memegang peranan
penting sebagai mediator demam.
18. Hasil akhir mekanisme komplek ini dalah
peningkatan thermostatic –set point yg akan
memberikan isyarat serabut saraf eferen,
terutama serabut simpatis untuk memulai
menahan panas/vasokonstriksi dan
memproduksi panas /menggigil.
Keadaan ini bertujuan untuk menaikkan suhu
tubuh→ mencari daerah hangat atau
menutup tubuh dgn selimut
19. Hasil peningkatan suhu melanjut sampai
suhu tubuh mencapai peningkatan set-
point.
Peningkatan set-point kembali normal
apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1
atau pemberian antipiretik yg menghambat
sintesis prostaglandin.
Kembalinya suhu menjadi normal diawali
oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui
peningkatan aliran darah kulit yg
dikendalikan serabut simpatis
20. Pada umumnya obat antipiretik digunakan
bila suhu tubuh anak lebih 38,5 C yg
berhubungan dgn gejala nyeri atau perasaan
tidak nyaman.
Demam berhubungan dgn peningkatan
kebutuhan metabolisme: gizi kurang,
penyakit jantung, luka bakar, pasca operasi.
Anak dgn riwayat kejang demam.