SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
Download to read offline
BUKU SAKU
PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA
Dikeluarkan oleh
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2014
iii
KATA PENGANTAR IDI
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan bangsa Indonesia. Komitmen untuk pengendalian
penyakit malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak
hanya secara nasional, namun juga regional dan global sebagaimana
tertera dalam Millenium Development Goals dalam tujuan yang ke 6.
Penyusunan buku saku ini ditujukan untuk memberikan panduan
terkini kepada para dokter di seluruh Indonesia, yang berpotensi
untuk berhadapan dengan pasien malaria kapan saja. Panduan
yang dapat digunakan untuk kasus malaria pada rawat jalan maupun
rawat inap ini bertujuan khusus untuk menurunkan angka kejadian
malaria berat karena keterlambatan penegakkan diagnosis ataupun
karena kesalahan penatalaksanaan dengan menggunakan obat
yang sudah resisten.
Buku ini adalah buku standar dalam penatalaksanaan malaria yang
harus dipedomani bagi setiap dokter dalam menyelenggarakan
praktek kedokterannya.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan peran aktif
semua pihak yang terkait dalam penyusunan buku ini. Semoga buku
saku ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman kita semua dalam
penatalaksanaan penyakit malaria.
Pengurus Besar IDI
Ketua Umum
Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
v
SAMBUTAN
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan
upayapromotif,preventif,dankuratifhalinibertujuanuntukmenurunkan
angka kesakitan, kematian dan mencegah KLB. Kemenkes telah
berkomitmen menuju ELIMINASI MALARIA yang akan dilaksanakan
secara bertahap mulai tahun 2010 - 2030. Untuk mencapai hasil yang
optimal dan berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi
dengan layanan kesehatan dasar dan program lainnya.
Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas
diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju
bebas malaria di Indonesia. Buku ini berisi standar dan pedoman
sidemaganetutnabmemtapadnakparahidnadairalamanaskalatat
dan petugas kesehatan lainnya yang melakukan tatalaksana malaria,
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Terimakasih kami ucapkan kepada anggota Komisi Ahli Diagnosis
dan Pengobatan Malaria, pakar malaria, IDI dan kontributor yang
telah menyusun buku saku ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya teman sejawat yang
bertugas di pelosok wilayah tanah air.
Jakarta, Oktober 2014
Direktur Jenderal PP & PL
dr. H.M. Subuh, MPPM
NIP 196201191989021001
vii
DAFTAR ISI
STANDAR TATALAKSANA MALARIA ....................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 3
BAB II. MALARIA ................................................................... 5
BAB III. DIAGNOSIS MALARIA ............................................. 7
BAB IV. MALARIA BERAT ....................................................... 9
BAB V. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI ....... 11
BAB VI. PENGOBATAN MALARIA BERAT ............................. 17
BAB VII. PEMANTAUAN PENGOBATAN ................................. 21
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.	Pengobatan malaria falsiparum menurut berat
badan dengan DHP .................................................. 	 12
Tabel 2.	 Pengobatan malaria vivaks menurut berat badan
dengan DHP .............................................................. 	12
Tabel 3.	 Pengobatan malaria falsiparum dengan Artesunat
dan Amodiakuin ......................................................... 	 13
Tabel 4.	 Pengobatan malaria vivaks dengan Artesunat dan
Amodiakuin ................................................................ 	 13
Tabel 5. 	 Pengobatan malaria mixed dengan DHP ................. 	 13
Tabel 6.	 Pengobatan malaria mixed dengan Artesunat dan
Amodiakuin ................................................................ 	 14
Tabel 7. 	 Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil ........ 	 15
Tabel 8. 	 Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil ............... 	 16
LAMPIRAN ................................................................................ 	 23
1
STANDAR TATALAKSANA MALARIA
STANDAR DIAGNOSIS
1. Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang
menderita demam atau memiliki riwayat demam dalam 48
jam terakhir atau tampak anemi; wajib diduga malaria tanpa
mengesampingkan penyebab demam yang lain.
2. Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang
menderita demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir
dan memiliki risiko tertular malaria ; wajib diduga malaria. Risiko
tertular malaria termasuk : riwayat bepergian ke daerah endemik
malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah endemik
malaria di lingkungan tempat tinggal penderita.
3. Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah
malaria dengan mikroskop atau RDT.
4. Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil
diagnosis malaria harus didapatkan dalam waktu kurang dari 1
hari terhitung sejak pasien memeriksakan diri.
STANDAR PENGOBATAN
1. Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan
nasional pengendalian malaria di Indonesia.
2. Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita
dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif.
3. Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi
kombinasi berbasis artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai
dengan jenis plasmodiumnya.
4. Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien
meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak
terjadi resistensi Plasmodium terhadap obat.
2
5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate
intravena atau Artemeter intramuskular dan dilanjutkan ACT
oral plus primakuin.
6. Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum dirujuk
penderita harus diberi dosis awal Artemeter intramuskuler atau
Artesunate intravena/intramuskular .
STANDAR PEMANTAUAN PENGOBATAN
1. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan
mikroskopis
2. Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan
setelah pengobatan selesai (hari ke-4), hari ke-7, 14, 21, dan 28.
3. Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan
setiap hari hingga tidak ditemukan parasit dalam sediaan darah
selama 3 hari berturut-turut, dan setelahnya di evaluasi seperti
pada penderita rawat jalan.
STANDAR TANGGUNG JAWAB KESEHATAN MASYARAKAT
1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas
malaria di wilayah kerjanya dengan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama dengan
fasilitas layanan lainnya (pemerintah dan swasta) untuk
meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap pasien
malaria.
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan
memastikan bahwa dilakukan penanganan yang sesuai
pedoman tatalaksana malaria .
4. Petugas harus melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan
dan hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat
sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap
status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di
daerah terpencil. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden Nomor: 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Naional tahun 2010 - 2014 dimana malaria
termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi.
Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di
Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan
beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi terhadap
klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena
penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun
2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat
kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin-
based Combination Therapy (ACT). Kombinasi artemisinin dipilih
untuk meningkatkan mutu pengobatan malaria yang sudah resisten
terhadap klorokuin dimana artemisinin ini mempunyai efek terapeutik
yang lebih baik.
4
Gambar 1. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2013
Peta Endeminitas Malaria di Indonesia
Tahun 2013
Bebas Malaria (Kasus Nol)
LCI (API <1)
MCI (API 1-5)
HCI I (API 5-49)
HCI II (API 50-100)
HCI III (API>100)
5
BAB II
MALARIA
A. 	 Penyebab Malaria
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima)
macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak
dilaporkan di Indonesia.
B.	 Jenis Malaria
1.	 Malaria falsiparum
	 Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling
sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
2.	 Malaria vivaks
	 Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah
ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax.
3.	 Malaria ovale
	 Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks
4.	 Malaria malariae
	 Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5.	 Malaria knowlesi
	 Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam
menyerupai malaria falsiparum.
6
C.	 Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil)
diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala
klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare,
pegal-pegal, dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat
pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun).
D.	 Bahaya Malaria
1.	 Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
2.	 Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumber daya manusia.
3.	Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat
menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan
berat badan lahir rendah (BBLR) serta lahir mati.
E.	 Pencegahan Malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap risiko malaria, mencegah gigitan
nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis. Pencegahan
gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu
setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak
dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
7
BAB III
DIAGNOSIS MALARIA
Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan
malaria berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk
malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (lihat
Bab IV).
Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test = RDT).
A.	 Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
a.	 Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
b.	 Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
c.	 Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d.	 Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat
demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan
ke daerah endemis malaria
B.	 Pemeriksaan fisik
a.	 Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
b.	 Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c.	 Sklera ikterik
d.	 Pembesaran Limpa (splenomegali)
e.	 Pembesaran hati (hepatomegali)
8
C.	 Pemeriksaan laboratorium
a.	 Pemeriksaan dengan mikroskop
	 Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk
menentukan:
a)	 Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b)	 Spesies dan stadium plasmodium
c)	 Kepadatan parasit
b.	 Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.
Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk
penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan
dengan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi
pengobatan.
9
BAB IV
MALARIA BERAT
Jika ditemukan Plasmodium falcifarum atau Plasmodium vivax
stadium aseksual atau RDT positif ditambah satu atau beberapa
keadaan di bawah ini:
1.	 Gangguan kesadaran atau koma
2.	 Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan tanpa bantuan)
3.	 Tidak bisa makan dan minum
4.	 Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam
5.	 Sesak napas, Respiratory Distress ( pernafasan asidosis)
6.	 Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada
anak: < 50 mmHg);
7.	 Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital
8.	 Black Water Fever
9.	 Perdarahan spontan
10.	Edema Paru (secara radiologi)
Gambaran laboratorium :
1.	 Hipoglikemi: gula darah < 40 mg%.
2.	 Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
3.	 Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%)
4.	 Hemoglobinuri
5.	 Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : > 2 % atau
>100.000 parasit/uL ; daerah endemis tinggi : > 5% atau
>250.000 parasit/ uL).
6.	 Hiperlaktatemia (laktat > 5 ugr/L)
7.	 Gagal ginjal akut (urin < 0,5 ml/kgBB/jam dalam 6 jam)
Catatan : pada penderita tersangka malaria berat, terapi
dapat segera diberikan berdasarkan pemeriksaan RDT
11
BAB V
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan
pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping
itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
A.	 PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1)	 Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini
menggunakan ACT di tambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria
vivaks 1 kali perhari selama 3 hari, Primakuin untuk malaria
falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan
dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Pengobatan malaria
falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) atau Artesunat-
Amodiakuin + Primakuin
12
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3
				
ATAU
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan
DHP dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
DHP ¼
½
1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1
Catatan : - Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan
berat badan, apabila penimbangan berat badan
tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
13
Tabel 3. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 2 3
Tabel 4. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
2)	 Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3)	 Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT
yaitu DHP atau kombinasi Artesunat + Amodiakuin. Dosis
pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks yaitu
1 kali perhari selama 3 hari.
4)	 Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae yaitu diberikan ACT 1 kali perhari
selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
14
malaria lainnya hanya tidak diberikan primakuin.
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT
selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/
hari selama 14 hari .
Tabel 5. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale
dengan DHP + Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1/2 3/4 1 1
2-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1
ATAU
Tabel 6. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale
dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
Dosis obat :
• Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb
• Artesunat = 4 mg/kgbb.
15
Catatan :
a.	 Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan,
apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan
maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur
b.	 Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan
(pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah
berdasarkan berat badan.
c.	 Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan
berat badan ideal.
d.	 ACT tidak boleh diberikan paa ibu hamil trimester 1 dan
Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
B.	 PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama
dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya, perbedaan
adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur
kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin.
Tabel 7. Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I (0-3 bulan)
Kina 3x2 tablet +
Klindamisin 2x300mg selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari
16
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu
penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum
obat anti malaria.
17
BAB VI
PENGOBATAN MALARIA BERAT
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS)
atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang
memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita
harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis
malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan.
A.	Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non
Perawatan
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien
malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap. Sebelum dirujuk berikan artemeter intramuskular dosis
awal (3,2mg/kgbb)
B.	 Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan
atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia
dapat diberikan artemeter intramuskular atau kina drip.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk
kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi
natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat
1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat
konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus
perlahan-lahan.
18
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena
sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/
kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu
minum obat.
Contoh perhitungan dosis :
Penderita dengan BB = 50 kg.
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali
pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) +
primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80
mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan
dosis 3,2 mg/kgbb intramuskular. Pada hari berikutnya artemeter
diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) +
primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria
berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia
artesunat intravena/artemeter intramuskular dan pada ibu hamil
trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%.
Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.
19
Pemberian kina pada dewasa :
1)	 loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml
(hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9%
diberikan selama 4 jam pertama.
2)	 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
3)	 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10
mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan)
dekstrose 5 % atau NaCl.
4)	 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau
NaCl 0,9%.
5)	 Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.
6)	 Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali
diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin
atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada
ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.
Pemberian kina pada anak :
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan
: 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl
0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang
setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Catatan
1)	Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena
toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
2)	 Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
20
C.	 Pengobatan malaria berat pada ibu hamil
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan
memberikan kina HCl drip intravena pada trimester 1 dan
artesunat/artemeter injeksi untuk trimester 2 dan 3.
21
BAB VII
PEMANTAUAN PENGOBATAN
A.	 Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan
pada hari ke 4, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan
sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan
gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita
segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal
tersebut diatas.
B.	 Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap
hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis
membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan
dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan
klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.
23
LAMPIRAN
Algoritme 1. Alur Penemuan Penderita Malaria
24
Algoritme 2. Tatalaksana Penderita Malaria
25
Algoritme 3. Penatalaksanaan Malaria Berat
di Pelayanan Primer dan Sekunder
	
MALARIA BERAT
Tanpa fasilitas rawat inap
Sebelum merujuk :
- Berikan O2
- Pertahankan jalan napas
- pasang infus
- Beri Dextrosa bila hipoglikemi
- Beri antikonvulsan bila kejang
- Pasang kateter urin
Dengan fasilitas rawat inap terbatas
Berikan pengobatan pra-rujukan
(halaman 21)
RUJUK
Berikan pengobatan Artesunat intravena
atau Artemeter intramuskular dilanjutkan
dengan ACT oral (halaman 22-23)
Tidak ada gangguan
fungsi ginjal, pernafasan,
perdarahan spontan dan
blackwater fever
Lanjutkan Pengobatan
sampai selesai
Ada gangguan fungsi ginjal,
pernafasan, perdarahan
spontan dan blackwater
fever atau klinis memburuk
atau fasilitas pelayanan
terbatas
Lakukan evaluasi pengobatan
setiap hari hingga sediaan darah
negatif dan pada hari ke 7,14,21
dan 28
RUJUK
26
Algoritme 4. Penatalaksanaan Malaria Berat
di RS Rujukan
27
Algoritme 5. Penatalaksanaan Malaria Serebral
MALARIA SEREBRAL
Singkirkan penyebab lain dari gangguan
kesadaran :
1. Hipoglikemi (lihat hasil pemeriksaan
gula darah)
2. Meningitis/Ensefalitis : lakukan lumbal
pungsi bila tidak ada kontraindikasi
3. Asidosis metabolik
- Berikan O2
- Pertahankan jalan napas
- Monitor tanda vital
- Pasang infus
- Teruskan pemberian artesunat intravena
- Berikan antikonvulsan bila kejang
- Pasang NGT, kateter urin
- Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus
- Monitor masukan dan luaran cairan
- Monitor gula darah secara berkala
28
Algoritme 6. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Gagal Napas
GAGAL NAFAS
- Pasang ventilator atau O2 sungkup
- Posisi kepala pasien ditinggikan 45°
- Pertahankan cairan dengan pemasangan
kateter vena perifer atau vena sentral
- Teruskan pemberian obat anti malaria
(artesunat intravena)
- Bila ada indikasi transfusi darah berikan PRC
(Packed Red Cell)
- Pasang NGT, kateter urin
- Observasi masukan dan luaran cairan
- Periksa Analisis Gas Darah
- Periksa foto toraks
EDEMA PARUARDS
(Adult Respiratory Distress Syndrome)
- Berikan O2 dengan sungkup
- Posisi kepala pasien ditinggikan 45°
- Teruskan pemberian obat anti malaria
(artesunat intravena)
- Berikan diuretik
- Bila tidak respon dengan diuretik
(setelah pemberian dosis maksimal
diuretik), lakukan hemodialisis
- Beri transfusi darah sesuai indikasi
- Observasi masukan dan luaran cairan
- Periksa Analisis Gas Darah
29
Algoritme 7. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Gagal Ginjal
30
Algoritme 8. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Ikterus
31
Algoritme 9. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Anemia
32
Algoritme 10. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Black Water Fever / Hemoglobinuri
33
Algoritme 11. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Hipoglikemia
34
Algoritme 12. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan
Koagulasi Intravaskular Diseminata
35
Nama
obat
Sediaan
Dosis
Dewasa
Dosis Anak Efek Samping
1.DHP Fixed dose combi-
nation/FDC
(DHA 40mg dan
PPQ 320mg)
DHA
2-4mg/
kgBB/hr
PPQ
16-32mg/
kgBB/hr
Diberikan
selama 3
hari
DHA 2-4mg/
kgBB/hr
PPQ
16-32mg/
kgBB/hr
(dosis anak
tidak boleh
melebihi do-
sis dewasa)
Diberikan
selama 3
hari
NA
2.Kom-
binasi
Arte-
sunat-
Amodi-
akuin
Co-blister Artesunat
4mg/kgBB/
hr
Amodia-
kuin basa
10mg/
kgBB/hr
Diberikan
selama 3
hari
Artesunat
4mg/kgBB/
hr
Amodiakuin
basa
10mg/kgBB/
hr
(dosis anak
tidak boleh
melebihi do-
sis dewasa)
Diberikan
selama 3
hari
Artesunat : NA
Amodiakuin: mual
muntah, diare, sakit
perut, hepa-totoksik,
bradikardi
36
3.Kina a.Tablet 200 mg
b.Injeksi
1ampul=2cc Kina
HCl 25% 500mg
30 mg/
kgBB/
hari dibagi
dalam 3
dosis.
Diberikan
selama 7
hari
Loading
dose
20mg/
kgBB
Mainte-
nance dose
10 mg/
kgBB
30 mg/
kgBB/
hari dibagi
dalam 3
dosis
Diberikan
selama 7
hari
10mg/kgBB,
umur<2
bln dosis
6-8mg/
kgBB
Tinnitus, renal failure,
ventrikular takikardi,
hepato-toksik, hipogli-
kemi, hipotensi berat,
trombositopeni
4.Doksi-
siklin
Kapsul 100 mg 3.5mg/
kgBB/hari
Diberikan
2xperhari
2.2 mg/
kgBB/hari
Diberikan
2xperhari
Anorexia, depresi
sumsum tulang,
nefrotoksik
5.Tetra-
siklin
Kapsul dan Tablet
250 mg
4mg/kgBB/
kali
Diberikan
4xperhari
4mg/kgBB/
kali
Diberikan
4xperhari
Anorexia,perubahan
warna gigi
6.Klin-
damisin
Kapsul
75mg,150mg, dan
300mg
10mg/
kgBB/hari
Diberikan
selama 7
hari
10mg/kgBB/
hari
Diberikan
selama 7
hari
Diare, mual, nyeri
perut, muntah
7.Arte-
meter +
Lume-
fantrin
Tablet FDC (20mg
artemeter+120mg
lumefantrin)
>35 kg 2x4
tab
Diberikan
selama 3
hari
5-14 kg :
2x1 tab (3
hari)
15-24 kg :
2x2 tab (3
hari)
25-34 kg ;
2x3 tab(3
hari)
Sakit kepala,
Letih, Asthenia,
Pruritus, rash,
Vomitus, nausea
8.Arte-
sunat
Vial (1cc=60mg) 2.4 mg/
kgBB
2.4 mg/
kgBB
NA
9.Arte-
meter
Ampul (1cc=80mg) 1.6mg/
kgBB
1.6mg/kgBB NA
TIM PENYUSUN
Pelindung :
Direktur Jenderal PP dan PL, Kemenkes Rl
Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, SH, MSi.S.p. F (k)
Penasehat :
Direktur PPBB
Dr. Andi Muhadir, MPH
Penanggung Jawab :
Kasubdit Pengendalian Malaria
Dr. Asik MPPM
Kontributor :
1.	 Prof.dr. Inge Sutanto, M.Phil (Parasitologi FK Ul)
2.	 Dr. Erlina Burhan, Sp.P (K) (PB IDI)
3.	 Dr. Ali Sungkar, Sp.OG (POGI)
4.	 Dr. Djatnika Setiabudy, Sp.A (K) (IDAI)
5.	 Dr. Yovita Hartantri, SpPD (PAPDI)
6.	 Dr. Rahma Mulya Karyanti, Sp.A (K) (IDAI)
7.	 Dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD (PAPDI)
8.	 Prof. Irawan Yusuf, PhD (FK UNHAS)
9.	 Dr. Suryadi Tatura,Sp.A (FK UNSRAT)
10.	Dr. Husein Gassem,Sp. PD. KPTI (FK UNDIP)
11.	 Dr. Doni P. Wijisaksono, Sp.PD (FK UGM)
12.	Dr. Darma Imran, Sp.S (K) (PERDOSSI)
13.	Dr. Halik Malik (PDUI)
14.	Dr. Anand B Joshi (WHO)
15.	Dr. Endang Sumiwi, MPH (WHO)
16.	Dr. Rita Kusriastuti, Msc (P4L)
17.	Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Ditjen PP dan PL)
18.	Dr. Asik, MPPM (Kasubdit Pengendalian Malaria)
19.	Dr. Niken Wastu Palupi, MKM (Ditjen PP dan PL)
20.	Dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Ditjen PP dan PL)
21.	Dr. Minerva Theodora (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
22.	Dr. Pranti Sri Mulyani, MSc (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
23.	Dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
24.	Dr.P.R.Arbani, MPH (Malaria Expert)
Editor:
Dr. Made Yosi Purbadi, MKM
Dr. Iriani Samad, MSc
Dr. Worowijat, MKM
PENGURUS BESAR
IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)
Program Pengendalian Malaria di Indonesia
khususnya Tata Laksana Kasus Malaria
Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme
dan Kualitas Pelayanan Kasus Malaria pada Masyarakat
Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia
Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
Ketua Umum
MENDUKUNG SEPENUHNYA
Buku saku tatlksana malaria 2014
Buku saku tatlksana malaria 2014

More Related Content

Viewers also liked

KEPERAWATAN PROFESIONAL
KEPERAWATAN PROFESIONALKEPERAWATAN PROFESIONAL
KEPERAWATAN PROFESIONALNursestikes
 
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanAlergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanYonizam Syahrul
 
Nursing process, nanda i, nic & noc
Nursing process, nanda i, nic & nocNursing process, nanda i, nic & noc
Nursing process, nanda i, nic & nocEjeh andra
 
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)Kurnia Fitri Jamil
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaSulistia Rini
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Sumayyah Nida Azizah
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerYesi Tika
 
Sistem Kardiovaskular
Sistem KardiovaskularSistem Kardiovaskular
Sistem Kardiovaskularimie
 
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014Vishnu Priya
 
Malaria treatment guideline 2012
Malaria treatment guideline 2012Malaria treatment guideline 2012
Malaria treatment guideline 2012ebson88
 

Viewers also liked (15)

KEPERAWATAN PROFESIONAL
KEPERAWATAN PROFESIONALKEPERAWATAN PROFESIONAL
KEPERAWATAN PROFESIONAL
 
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanAlergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
 
Asma bronquial medicina interna
Asma bronquial medicina internaAsma bronquial medicina interna
Asma bronquial medicina interna
 
Alergi ppt
Alergi pptAlergi ppt
Alergi ppt
 
Nursing process, nanda i, nic & noc
Nursing process, nanda i, nic & nocNursing process, nanda i, nic & noc
Nursing process, nanda i, nic & noc
 
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)
Malaria di sabang 2011 (terapi malaria)
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
 
Sistem Kardiovaskular Jantung
Sistem Kardiovaskular JantungSistem Kardiovaskular Jantung
Sistem Kardiovaskular Jantung
 
Nanda nic noc
Nanda nic nocNanda nic noc
Nanda nic noc
 
Sistem Kardiovaskular
Sistem KardiovaskularSistem Kardiovaskular
Sistem Kardiovaskular
 
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014
 
Malaria powerpoint
Malaria powerpointMalaria powerpoint
Malaria powerpoint
 
Malaria treatment guideline 2012
Malaria treatment guideline 2012Malaria treatment guideline 2012
Malaria treatment guideline 2012
 

Similar to Buku saku tatlksana malaria 2014

Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Budi Riyanto
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Rini Wulandari
 
Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013suhodosuhodo
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinErdina Lulu
 
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
BUKU Surveilans difteri  0701.pdfBUKU Surveilans difteri  0701.pdf
BUKU Surveilans difteri 0701.pdfHary Satrisno
 
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Ditya Permana Adi
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
 
Kerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaKerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaSyamsul Arifin
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaRini Wahyuni
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariaRahayusri771
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaSittiNurIndah
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chnSyahrum Syuib
 
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptxPerjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptxherisutanto6
 
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi MalariaKepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malariahersu12345
 
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptx
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptxPENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptx
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptxsean432333
 
PENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptxPENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptxnova202146
 

Similar to Buku saku tatlksana malaria 2014 (20)

Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
 
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
BUKU Surveilans difteri  0701.pdfBUKU Surveilans difteri  0701.pdf
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
 
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
Kerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaKerangka acuan malaria
Kerangka acuan malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
 
Daftar is2
Daftar is2Daftar is2
Daftar is2
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn
 
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptxPerjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
 
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi MalariaKepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
 
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptx
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptxPENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptx
PENYULUHAN MALARIA DAN PERSIAPAN ELIMINSI.pptx
 
PENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptxPENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptx
 

Recently uploaded

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 

Recently uploaded (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 

Buku saku tatlksana malaria 2014

  • 1.
  • 2. BUKU SAKU PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA Dikeluarkan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014
  • 3.
  • 4. iii KATA PENGANTAR IDI Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Komitmen untuk pengendalian penyakit malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak hanya secara nasional, namun juga regional dan global sebagaimana tertera dalam Millenium Development Goals dalam tujuan yang ke 6. Penyusunan buku saku ini ditujukan untuk memberikan panduan terkini kepada para dokter di seluruh Indonesia, yang berpotensi untuk berhadapan dengan pasien malaria kapan saja. Panduan yang dapat digunakan untuk kasus malaria pada rawat jalan maupun rawat inap ini bertujuan khusus untuk menurunkan angka kejadian malaria berat karena keterlambatan penegakkan diagnosis ataupun karena kesalahan penatalaksanaan dengan menggunakan obat yang sudah resisten. Buku ini adalah buku standar dalam penatalaksanaan malaria yang harus dipedomani bagi setiap dokter dalam menyelenggarakan praktek kedokterannya. Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan peran aktif semua pihak yang terkait dalam penyusunan buku ini. Semoga buku saku ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman kita semua dalam penatalaksanaan penyakit malaria. Pengurus Besar IDI Ketua Umum Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
  • 5.
  • 6. v SAMBUTAN Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upayapromotif,preventif,dankuratifhalinibertujuanuntukmenurunkan angka kesakitan, kematian dan mencegah KLB. Kemenkes telah berkomitmen menuju ELIMINASI MALARIA yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2010 - 2030. Untuk mencapai hasil yang optimal dan berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi dengan layanan kesehatan dasar dan program lainnya. Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju bebas malaria di Indonesia. Buku ini berisi standar dan pedoman sidemaganetutnabmemtapadnakparahidnadairalamanaskalatat dan petugas kesehatan lainnya yang melakukan tatalaksana malaria, sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Terimakasih kami ucapkan kepada anggota Komisi Ahli Diagnosis dan Pengobatan Malaria, pakar malaria, IDI dan kontributor yang telah menyusun buku saku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada pelayanan kesehatan masyarakat khususnya teman sejawat yang bertugas di pelosok wilayah tanah air. Jakarta, Oktober 2014 Direktur Jenderal PP & PL dr. H.M. Subuh, MPPM NIP 196201191989021001
  • 7.
  • 8. vii DAFTAR ISI STANDAR TATALAKSANA MALARIA ....................................... 1 BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 3 BAB II. MALARIA ................................................................... 5 BAB III. DIAGNOSIS MALARIA ............................................. 7 BAB IV. MALARIA BERAT ....................................................... 9 BAB V. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI ....... 11 BAB VI. PENGOBATAN MALARIA BERAT ............................. 17 BAB VII. PEMANTAUAN PENGOBATAN ................................. 21
  • 9. viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengobatan malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP .................................................. 12 Tabel 2. Pengobatan malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP .............................................................. 12 Tabel 3. Pengobatan malaria falsiparum dengan Artesunat dan Amodiakuin ......................................................... 13 Tabel 4. Pengobatan malaria vivaks dengan Artesunat dan Amodiakuin ................................................................ 13 Tabel 5. Pengobatan malaria mixed dengan DHP ................. 13 Tabel 6. Pengobatan malaria mixed dengan Artesunat dan Amodiakuin ................................................................ 14 Tabel 7. Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil ........ 15 Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil ............... 16 LAMPIRAN ................................................................................ 23
  • 10.
  • 11.
  • 12. 1 STANDAR TATALAKSANA MALARIA STANDAR DIAGNOSIS 1. Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang menderita demam atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau tampak anemi; wajib diduga malaria tanpa mengesampingkan penyebab demam yang lain. 2. Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang menderita demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir dan memiliki risiko tertular malaria ; wajib diduga malaria. Risiko tertular malaria termasuk : riwayat bepergian ke daerah endemik malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah endemik malaria di lingkungan tempat tinggal penderita. 3. Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah malaria dengan mikroskop atau RDT. 4. Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil diagnosis malaria harus didapatkan dalam waktu kurang dari 1 hari terhitung sejak pasien memeriksakan diri. STANDAR PENGOBATAN 1. Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional pengendalian malaria di Indonesia. 2. Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif. 3. Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya. 4. Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak terjadi resistensi Plasmodium terhadap obat.
  • 13. 2 5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intravena atau Artemeter intramuskular dan dilanjutkan ACT oral plus primakuin. 6. Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum dirujuk penderita harus diberi dosis awal Artemeter intramuskuler atau Artesunate intravena/intramuskular . STANDAR PEMANTAUAN PENGOBATAN 1. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan mikroskopis 2. Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan setelah pengobatan selesai (hari ke-4), hari ke-7, 14, 21, dan 28. 3. Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari hingga tidak ditemukan parasit dalam sediaan darah selama 3 hari berturut-turut, dan setelahnya di evaluasi seperti pada penderita rawat jalan. STANDAR TANGGUNG JAWAB KESEHATAN MASYARAKAT 1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas malaria di wilayah kerjanya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat. 2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama dengan fasilitas layanan lainnya (pemerintah dan swasta) untuk meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap pasien malaria. 3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan memastikan bahwa dilakukan penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana malaria . 4. Petugas harus melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan dan hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
  • 14.
  • 15.
  • 16. 3 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor: 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Naional tahun 2010 - 2014 dimana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi terhadap klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin- based Combination Therapy (ACT). Kombinasi artemisinin dipilih untuk meningkatkan mutu pengobatan malaria yang sudah resisten terhadap klorokuin dimana artemisinin ini mempunyai efek terapeutik yang lebih baik.
  • 17. 4 Gambar 1. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2013 Peta Endeminitas Malaria di Indonesia Tahun 2013 Bebas Malaria (Kasus Nol) LCI (API <1) MCI (API 1-5) HCI I (API 5-49) HCI II (API 50-100) HCI III (API>100)
  • 18.
  • 19.
  • 20. 5 BAB II MALARIA A. Penyebab Malaria Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia. B. Jenis Malaria 1. Malaria falsiparum Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. 2. Malaria vivaks Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. 3. Malaria ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks 4. Malaria malariae Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari. 5. Malaria knowlesi Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.
  • 21. 6 C. Gejala Malaria Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun). D. Bahaya Malaria 1. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. 2. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia. 3. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir rendah (BBLR) serta lahir mati. E. Pencegahan Malaria Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain. Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
  • 22.
  • 23.
  • 24. 7 BAB III DIAGNOSIS MALARIA Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan malaria berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (lihat Bab IV). Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test = RDT). A. Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan: a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria. d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria B. Pemeriksaan fisik a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat c. Sklera ikterik d. Pembesaran Limpa (splenomegali) e. Pembesaran hati (hepatomegali)
  • 25. 8 C. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan: a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif). b) Spesies dan stadium plasmodium c) Kepadatan parasit b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.
  • 26.
  • 27.
  • 28. 9 BAB IV MALARIA BERAT Jika ditemukan Plasmodium falcifarum atau Plasmodium vivax stadium aseksual atau RDT positif ditambah satu atau beberapa keadaan di bawah ini: 1. Gangguan kesadaran atau koma 2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan tanpa bantuan) 3. Tidak bisa makan dan minum 4. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam 5. Sesak napas, Respiratory Distress ( pernafasan asidosis) 6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: < 50 mmHg); 7. Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital 8. Black Water Fever 9. Perdarahan spontan 10. Edema Paru (secara radiologi) Gambaran laboratorium : 1. Hipoglikemi: gula darah < 40 mg%. 2. Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L). 3. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%) 4. Hemoglobinuri 5. Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : > 2 % atau >100.000 parasit/uL ; daerah endemis tinggi : > 5% atau >250.000 parasit/ uL). 6. Hiperlaktatemia (laktat > 5 ugr/L) 7. Gagal ginjal akut (urin < 0,5 ml/kgBB/jam dalam 6 jam) Catatan : pada penderita tersangka malaria berat, terapi dapat segera diberikan berdasarkan pemeriksaan RDT
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 32. 11 BAB V PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI 1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT di tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks 1 kali perhari selama 3 hari, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini: Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) atau Artesunat- Amodiakuin + Primakuin
  • 33. 12 Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3 ATAU Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1 Catatan : - Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.
  • 34. 13 Tabel 3. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-49 kg 50-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 2 3 Tabel 4. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-49 kg 50-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1 2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari. 3) Pengobatan malaria ovale Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP atau kombinasi Artesunat + Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks yaitu 1 kali perhari selama 3 hari. 4) Pengobatan malaria malariae Pengobatan P. malariae yaitu diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
  • 35. 14 malaria lainnya hanya tidak diberikan primakuin. 5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/ hari selama 14 hari . Tabel 5. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale dengan DHP + Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 1 Primakuin - - ¾ 1/2 3/4 1 1 2-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1 ATAU Tabel 6. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan <5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-49 kg 50-59 kg >60 kg 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun >15 tahun 1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4 1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1 Dosis obat : • Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb • Artesunat = 4 mg/kgbb.
  • 36. 15 Catatan : a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan. c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal. d. ACT tidak boleh diberikan paa ibu hamil trimester 1 dan Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil. B. PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya, perbedaan adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin. Tabel 7. Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet + Klindamisin 2x300mg selama 7 hari Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari
  • 37. 16 Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
  • 38.
  • 39.
  • 40. 17 BAB VI PENGOBATAN MALARIA BERAT Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan. A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan artemeter intramuskular dosis awal (3,2mg/kgbb) B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan artemeter intramuskular atau kina drip. Kemasan dan cara pemberian artesunat Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan.
  • 41. 18 Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/ kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu minum obat. Contoh perhitungan dosis : Penderita dengan BB = 50 kg. Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya). Kemasan dan cara pemberian artemeter Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgbb intramuskular. Pada hari berikutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya). Kemasan dan cara pemberian kina drip Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intravena/artemeter intramuskular dan pada ibu hamil trimester pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.
  • 42. 19 Pemberian kina pada dewasa : 1) loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama. 2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. 3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau NaCl. 4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%. 5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai penderita dapat minum kina per-oral. 6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama. Pemberian kina pada anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat. Catatan 1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian. 2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
  • 43. 20 C. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan memberikan kina HCl drip intravena pada trimester 1 dan artesunat/artemeter injeksi untuk trimester 2 dan 3.
  • 44.
  • 45.
  • 46. 21 BAB VII PEMANTAUAN PENGOBATAN A. Rawat Jalan Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 4, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal tersebut diatas. B. Rawat Inap Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 50. 23 LAMPIRAN Algoritme 1. Alur Penemuan Penderita Malaria
  • 51. 24 Algoritme 2. Tatalaksana Penderita Malaria
  • 52. 25 Algoritme 3. Penatalaksanaan Malaria Berat di Pelayanan Primer dan Sekunder MALARIA BERAT Tanpa fasilitas rawat inap Sebelum merujuk : - Berikan O2 - Pertahankan jalan napas - pasang infus - Beri Dextrosa bila hipoglikemi - Beri antikonvulsan bila kejang - Pasang kateter urin Dengan fasilitas rawat inap terbatas Berikan pengobatan pra-rujukan (halaman 21) RUJUK Berikan pengobatan Artesunat intravena atau Artemeter intramuskular dilanjutkan dengan ACT oral (halaman 22-23) Tidak ada gangguan fungsi ginjal, pernafasan, perdarahan spontan dan blackwater fever Lanjutkan Pengobatan sampai selesai Ada gangguan fungsi ginjal, pernafasan, perdarahan spontan dan blackwater fever atau klinis memburuk atau fasilitas pelayanan terbatas Lakukan evaluasi pengobatan setiap hari hingga sediaan darah negatif dan pada hari ke 7,14,21 dan 28 RUJUK
  • 53. 26 Algoritme 4. Penatalaksanaan Malaria Berat di RS Rujukan
  • 54. 27 Algoritme 5. Penatalaksanaan Malaria Serebral MALARIA SEREBRAL Singkirkan penyebab lain dari gangguan kesadaran : 1. Hipoglikemi (lihat hasil pemeriksaan gula darah) 2. Meningitis/Ensefalitis : lakukan lumbal pungsi bila tidak ada kontraindikasi 3. Asidosis metabolik - Berikan O2 - Pertahankan jalan napas - Monitor tanda vital - Pasang infus - Teruskan pemberian artesunat intravena - Berikan antikonvulsan bila kejang - Pasang NGT, kateter urin - Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk mencegah dekubitus - Monitor masukan dan luaran cairan - Monitor gula darah secara berkala
  • 55. 28 Algoritme 6. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Gagal Napas GAGAL NAFAS - Pasang ventilator atau O2 sungkup - Posisi kepala pasien ditinggikan 45° - Pertahankan cairan dengan pemasangan kateter vena perifer atau vena sentral - Teruskan pemberian obat anti malaria (artesunat intravena) - Bila ada indikasi transfusi darah berikan PRC (Packed Red Cell) - Pasang NGT, kateter urin - Observasi masukan dan luaran cairan - Periksa Analisis Gas Darah - Periksa foto toraks EDEMA PARUARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) - Berikan O2 dengan sungkup - Posisi kepala pasien ditinggikan 45° - Teruskan pemberian obat anti malaria (artesunat intravena) - Berikan diuretik - Bila tidak respon dengan diuretik (setelah pemberian dosis maksimal diuretik), lakukan hemodialisis - Beri transfusi darah sesuai indikasi - Observasi masukan dan luaran cairan - Periksa Analisis Gas Darah
  • 56. 29 Algoritme 7. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Gagal Ginjal
  • 57. 30 Algoritme 8. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Ikterus
  • 58. 31 Algoritme 9. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Anemia
  • 59. 32 Algoritme 10. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Black Water Fever / Hemoglobinuri
  • 60. 33 Algoritme 11. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Hipoglikemia
  • 61. 34 Algoritme 12. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Koagulasi Intravaskular Diseminata
  • 62. 35 Nama obat Sediaan Dosis Dewasa Dosis Anak Efek Samping 1.DHP Fixed dose combi- nation/FDC (DHA 40mg dan PPQ 320mg) DHA 2-4mg/ kgBB/hr PPQ 16-32mg/ kgBB/hr Diberikan selama 3 hari DHA 2-4mg/ kgBB/hr PPQ 16-32mg/ kgBB/hr (dosis anak tidak boleh melebihi do- sis dewasa) Diberikan selama 3 hari NA 2.Kom- binasi Arte- sunat- Amodi- akuin Co-blister Artesunat 4mg/kgBB/ hr Amodia- kuin basa 10mg/ kgBB/hr Diberikan selama 3 hari Artesunat 4mg/kgBB/ hr Amodiakuin basa 10mg/kgBB/ hr (dosis anak tidak boleh melebihi do- sis dewasa) Diberikan selama 3 hari Artesunat : NA Amodiakuin: mual muntah, diare, sakit perut, hepa-totoksik, bradikardi
  • 63. 36 3.Kina a.Tablet 200 mg b.Injeksi 1ampul=2cc Kina HCl 25% 500mg 30 mg/ kgBB/ hari dibagi dalam 3 dosis. Diberikan selama 7 hari Loading dose 20mg/ kgBB Mainte- nance dose 10 mg/ kgBB 30 mg/ kgBB/ hari dibagi dalam 3 dosis Diberikan selama 7 hari 10mg/kgBB, umur<2 bln dosis 6-8mg/ kgBB Tinnitus, renal failure, ventrikular takikardi, hepato-toksik, hipogli- kemi, hipotensi berat, trombositopeni 4.Doksi- siklin Kapsul 100 mg 3.5mg/ kgBB/hari Diberikan 2xperhari 2.2 mg/ kgBB/hari Diberikan 2xperhari Anorexia, depresi sumsum tulang, nefrotoksik 5.Tetra- siklin Kapsul dan Tablet 250 mg 4mg/kgBB/ kali Diberikan 4xperhari 4mg/kgBB/ kali Diberikan 4xperhari Anorexia,perubahan warna gigi 6.Klin- damisin Kapsul 75mg,150mg, dan 300mg 10mg/ kgBB/hari Diberikan selama 7 hari 10mg/kgBB/ hari Diberikan selama 7 hari Diare, mual, nyeri perut, muntah 7.Arte- meter + Lume- fantrin Tablet FDC (20mg artemeter+120mg lumefantrin) >35 kg 2x4 tab Diberikan selama 3 hari 5-14 kg : 2x1 tab (3 hari) 15-24 kg : 2x2 tab (3 hari) 25-34 kg ; 2x3 tab(3 hari) Sakit kepala, Letih, Asthenia, Pruritus, rash, Vomitus, nausea 8.Arte- sunat Vial (1cc=60mg) 2.4 mg/ kgBB 2.4 mg/ kgBB NA 9.Arte- meter Ampul (1cc=80mg) 1.6mg/ kgBB 1.6mg/kgBB NA
  • 64. TIM PENYUSUN Pelindung : Direktur Jenderal PP dan PL, Kemenkes Rl Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, SH, MSi.S.p. F (k) Penasehat : Direktur PPBB Dr. Andi Muhadir, MPH Penanggung Jawab : Kasubdit Pengendalian Malaria Dr. Asik MPPM Kontributor : 1. Prof.dr. Inge Sutanto, M.Phil (Parasitologi FK Ul) 2. Dr. Erlina Burhan, Sp.P (K) (PB IDI) 3. Dr. Ali Sungkar, Sp.OG (POGI) 4. Dr. Djatnika Setiabudy, Sp.A (K) (IDAI) 5. Dr. Yovita Hartantri, SpPD (PAPDI) 6. Dr. Rahma Mulya Karyanti, Sp.A (K) (IDAI) 7. Dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD (PAPDI) 8. Prof. Irawan Yusuf, PhD (FK UNHAS) 9. Dr. Suryadi Tatura,Sp.A (FK UNSRAT) 10. Dr. Husein Gassem,Sp. PD. KPTI (FK UNDIP)
  • 65. 11. Dr. Doni P. Wijisaksono, Sp.PD (FK UGM) 12. Dr. Darma Imran, Sp.S (K) (PERDOSSI) 13. Dr. Halik Malik (PDUI) 14. Dr. Anand B Joshi (WHO) 15. Dr. Endang Sumiwi, MPH (WHO) 16. Dr. Rita Kusriastuti, Msc (P4L) 17. Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Ditjen PP dan PL) 18. Dr. Asik, MPPM (Kasubdit Pengendalian Malaria) 19. Dr. Niken Wastu Palupi, MKM (Ditjen PP dan PL) 20. Dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Ditjen PP dan PL) 21. Dr. Minerva Theodora (Staf Subdit Pengendalian Malaria) 22. Dr. Pranti Sri Mulyani, MSc (Staf Subdit Pengendalian Malaria) 23. Dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes (Staf Subdit Pengendalian Malaria) 24. Dr.P.R.Arbani, MPH (Malaria Expert) Editor: Dr. Made Yosi Purbadi, MKM Dr. Iriani Samad, MSc Dr. Worowijat, MKM
  • 66. PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI) Program Pengendalian Malaria di Indonesia khususnya Tata Laksana Kasus Malaria Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme dan Kualitas Pelayanan Kasus Malaria pada Masyarakat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K) Ketua Umum MENDUKUNG SEPENUHNYA