1. 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Jombang merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa
Timur. Selain terkenal sebagai kota santri, Jombang berada di persimpangan jalur
lintas utara, dan selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Solo-Yogyakarta), jalur
(Surabaya-Tulungagung), serta jalur (Malang-Tuban). Aksesbilitas yang baik telah
menghubungkan antar bagian wilayah kota Jombang. Hal tersebut terlihat dari
sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kawasan ke semua bagian kota
yang terdiri dari jaringan jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan. Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan juga mobilitas penduduk
dari desa ke kota Jombang menuntut diperlukannya sarana transportasi angkutan
kota yang memenuhi syarat seperti kenyamanan, kelancaran dan keamanan.
Transportasi darat seperti angkutan umum merupakan salah satu unsur
penting untuk memepermudah aksesibilitas masyarakat. Berbagai macam aktifitas
yang dilakukan dan kebetuhan akan akses dilingkup Kota Jombang, maka
permintaan dan pemenuhan transportasi sebagai sarana penunjang pergerakan
aktifitas manusia semakin akan meningkat. Sarana transportasi Angkutan Umum
Penumpang (AUP) ini juga harus memadai secara kualitas maupun kuantitas dan
sarana ini harus dikelola secara optimal. Sarana transportasi angkutan umum
penumpang yang ada di kota Jombang tidak hanya ankutan kota tetapi juga terdapat
becak, ojek dan ojek online. Akan tetapi menejemen kinerja dari sarana transportasi
yang buruk menyebabkan masalah dalam pengoperasian angkutan umum
penumpang.
Angkutan Umum Penumpang atau yang biasa disebut Lyn di Jombang ini
melayani dari jam 06:00 sampai dengan 16:00. Pusat dari seluruh keberangkatan
dimulai dari Terminal Kepuhsari dan berhenti di tiap sub terminal atau pasar
tradisional di kota Jombang dari total 405 armada yang mendapat izin trayek, saat
ini hanya terdapat 165 armada saja yang beroprasi dikarenakan turunya minat
masyarakat dan tergerus oleh kendaraan pribadi yang terus meningkat setiap
harinya. Adapun trayek yang masih beropasi berjumlah 12 trayek, yakni trayek A
jurusan Jombang-Denayar-Megaluh; trayek B jurusan Jombang-Blimbing-Gudo;
2. 2
dan trayek B1 jurusan Jombang-Blimbing-Kutorejo-Ngoro; trayek C jurusan
Jombang-Ceweng-Mojowarno; trayek G jurusan Jombang-Ploso-Tapen; trayek G1
jurusan Jombang-Ploso-Plamdaan; dan trayek G2 jurusan Jombang-Ploso-Kabuh-
Tanjung Wadung; trayek H jurusan Jombang-Cukir-Mojowarno-Bareng; trayek K
jurusan Jombang-Kedung Bagus-Tanjung Wadung; trayek L jurusan Jombang-
Perak-Bandar Kedungmulyo; trayek O jurusan Jombang-Ploso-Sukorame; trayek
Q jurusan Ploso-Sentul-Kedungbetik dengan jumlah perjalanan 3-4 rit per hari.
Angkutan umum atau Angkot di Jombang merupakan transportasi dalam wilayah
kota Jombang. Angkot yang digunakan di Kota Jombang untuk saat ini adalah
Mobil Penumpang Umum (MPU) dengan kendaraan Suzuki Carry dan mampu
menampung 12 orang penumpang. Seiring dengan perkembangan waktu, angkutan
umum penumpang saat ini kurang diminati oleh masyarakat karena adanya
angkutan online berbasis aplikasi yang dinilai lebih praktis, murah, cepat dan aman.
Hal ini sangat berdampak pada pendapatan atau penghasilan sopir angkot di Kota
Jombang hingga mengalami penurunan. Hal tersebut membuat kekhawatiran para
sopir angkot dengan pendapatannya yang sekian lama semakin minim untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dari uraian diatas, Angkutan Umum Penumpang di kota Jombang yang
sebelumnya sudah pernah mengalami perbaikan dari segi kondisi maupun
kinerjanya maka sekarang sudah saatnya ditinjau ulang untuk segera dilakukan
perbaikan kembali. Agar angkutan umum penumpang dapat beroperasi dengan baik
dan memberikan kenyamanan serta keamanan bagi penggunanya. Untuk saat ini
tarif angkot yang diberlakukan di Kota Lumajang adalah Rp 4.000,00 untuk
penumpang umum dan Rp 2.000,00 untuk penumpang pelajar.
Untuk itu agar dapat menarik kembali minat masyarakat menggunakan
angkutan umum penumpang maka pihak yang terkait harus meningkatkan sarana
prasarana dan pelayanan tersebut. Harapannya adalah agar lebih bisa memajukan
kota Jombang melalui fasilitas angkutan kota yang nyaman, aman, murah dan tepat
waktu, untuk mendapatka aksesibilitas yang baik bagi penduduk menuju ke tempat
lain terutama di wilayah dalam kota, kemudian dari berbagai masalah yang ada
perlu dilakukan tinjauan baik berdasarkan kinerja angkutan umum, analisa dari segi
3. 3
aspek finansial dan layak atau tidak nya angkutan umum penumpang (angkot) pada
saat ini.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Angkutan umum penumpang dengan kondisi sudah tidak baik atau rusak
menyebabkan menurunnya minat masyarakat.
2. Pengelolaan yang kurang baik akan menimbulkan ketidakpastian
operasional baik dari segi waktu maupun armada angkutan umum
penumpang.
3. Pelayanan yang kurang baik pada angkutan umum penumpang
mengakibatkan turunnya kualitas angkot.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja dari angkutan umum penumpang (angkot) di Kota
Jombang pada saat ini (pada tahun 2018) ?
2. Berapa kebutuhan angkutan umum penumpang (angkot) yang
diperlukan di Kota Jombang ?
1.4 Batasan Masalah
1. Tidak memperhitungkan tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat
2. Tidak membahas pelayanan terhadap tingkat kepuasan penumpang.
3. Tidak membahas dampak sosial dan aspek lalu lintas.
1.5Tujuan Studi
1. Untuk mengetahui kinerja angkutan umum penumpang (angkot) pada
tahun 2018.
2. Untuk mengetahui kebutuhan angkutan umum penumpang (angkot) di
Kota Jombang pada tahun 2018.
1.6 Manfaat Penelitian
Studi ini adalah sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan dalam
penyelenggaraan angkutan umum penumpang kota Jombang.
4. 4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Angkutan Umum
Angkutan umum sebagai bagian dari sistem atau sarana transportasi yang
disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut biaya. Kendaraan umum
berupa angkutan kota, bus, mini bus. Keberadaan angkutan umum dapat
mengurangi volume lalu lintas kendaraan pribadi dikarenakan angkutan umum
dapat memuat orang secara bersamaan. Angkutan umum yang bersifat massal
sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau
penumpang. Semakin banyaknya jumlah penumpang yang memilih menaiki
kendaraan umum dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perpenumpang
serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal maka diperluka kesamaan
tempat tujuan. (Warpani, 1990)
Angkutan umum harus dikelola dengan baik dan direncanakan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan yang
cenderung tinggi. Diimbangi dengan ketersediaan angkutan umum yang memadai.
Intensitas transportasi dan pola arus pergerakan trnsportasi sangat dipengaruhi oleh
jumlah barang dan barang yang memerlukan jasa transportasi serta lokasi kegiatan.
(Oglesby, 1990)
Di dalam UU No. 22 Tahun 2009 dijelaskan Negara bertanggung jawab atas
lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
Pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :
a. Perencanaan
b. Pengaturan
c. Pengendalian
d. Pengawasan
e.
2.1.1 Angkutan
Angkutan (transport) adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang
dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan (kendaraan).
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan
bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Kendaraan motor merupakan kendaraan
5. 5
yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut
(Warpani, 2002).
2.1.2 Angkutan Umum
Angkutan perkotaan merupakan bentuk pelayanan antarkota yang
wilayahnya berada du daerah kota raya, sedangkan angkutan kota adalah bentuk
angkutan yang melayani di dalam wilayah administrasi kota (Warpani, 2002).
Angkutan memiliki suatu trayek yang lebih dari satu lintasan tergantung pada
jaringan prasarana atau jalan yang menghubungkan asal dan tujuan trayek
tersebut.Apabila lintasan yang dilalui hanya satu, maka semua lalu lintas menjadi
beban lintasan tunggal tersebut.Pada kenyataanya hampir selalu didapati lebih dari
satu kemungkinan lintasan yang menghubungkan antara zona satu dengan zona
lainnya. Dalam hal ini diperlukan sebuah kajian lintasan, agar lintasan yang akan
dilalui angkutan umum menjadi seimbang dan tidak hanya dibebankan pada satu
ruas jalan saja (Warpani, 2002).
Volume lalu lintas dari asal ke tujuan, sebaran permintaan berdasarkan waktu
peru pula mendapat perhatian yang seksama, Hal ini berkaitan dengan penjadwalan
operasi armada angkutan umum. Pada jam sibuk (peak period) jumlah armada yang
dikerahkan akan lebih banyak bahkan bisa-bisa seluruh armada dikerahkan,
sedangkan pada masa sepi (off peak) jumlah armada yang dikerahkan perlu
dikurangi agar tidak terjadi penumpukan armada.
2.1.3 Angkutan Umum Penumpang (AUP)
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang
menerapkan sistem sewa atau bayar. Angkutan umum penumpang terdiri dari
angkutan kota, bus, minibus, kereta api, angkutan air dan angkutan udara.
(Warpani,1990)
Dengan adanya angkutan umum penumpang dalam hal angkutan massal,
biaya angkutan menjadi beban tanggungan bersama, sehingga sistem angkutan
umum menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah.Karena
sifatnya yang โmassalโ, maka para penumpang harus memiliki kesamaan dalam
berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan, dan waktu. Kesamaan ini dicapai dengan
cara pengumpulan di terminal dan/atau tempat pemberhentian. Kesamaan tujuan
tidak selalu berarti kesamaan maksud (Warpani, 2002).
6. 6
Menurut (Salim, 1993), Angkutan penumpang dapat dilihat dari beberapa
segi yaitu :
a. Pengangkutan penumpang antarkota kendaraan.
b. Alat pengankutan yang digunakan adalah; bus, mobil sedan, angkutan kereta
api, angkutan menggunaka kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat
udara.
c. Selain daripada itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis
yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri ke daerah-daerah.
Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan pergerakan atau
Perjalanan adalah sebagai berikut (Warpani, 2002):
a. Berdasarkan asal
b. Berdasarkan tujuan
c. Berdasarkan lintasan
d. Berdasarkan waktu
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Pasal 137 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Umum dan Jalan
Angkutan massal harus didukung dengan:
1. Angkutan orang atau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor.
2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda
motor, mobil penumpang atau bus.
3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali :
a) Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,
dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai
b) Untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c) Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
7. 7
Menurut UURI No. 22 Tahun 2009 Pasal 138 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan dan Jalan
Angkutan umum diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pergerakan masyarakat dan tetap berpegang teguh pada
kelancaran arus lalu lintas secara keseluruhan.Angkutan umum bukanlah alat
bagi pemerintah untuk memperoleh pendapatan daerah bahkan apabila ada rute-
rute angkutan umum yang tidak menguntungkan bagi pihaknya maka angkutan
tersebut perlu mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pemerintah sebagai
fasilisator berhak menentukan berbagai kebijakan sekaligus bertanggung jawab
terhadap keberadaan angkutan umum bagi pergereakan masyarakat sehari-hari.
2.2 Jaringan Trayek
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 bahwa jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang
menjadi satu kesatuan layanan angkutan orang. Fator yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek adalah sebagai berikut :
1. Pola tata guna tanah.
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan
aksesbilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek
angkutan umum diusahakan melewati tata guna tanah dengan
potensi permintaan yang tinggi.
2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum
Rute angkutan umum yang baik arah yang mengikuti pola
pergerakan angkutan sehingga tercipta pergerakan yang efisien.
Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola
pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang
terjadi pada saat penumpang mengadakan perjalanan dengan
angkutan umum dapat diminimumkan.
3. Kepadatan penduduk
Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah
wilayah kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya
merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang
tinggi
8. 8
4. Daerah pelayanan
Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah
potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan
yang ada.
5. Karakteristik jaringan
Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek
angkutan umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi kongfigurasi,
klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur.
2.3 Peranan Dan Manfaat Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum memiliki peranan memenuhi kebutuhan manusia akan
pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dan mobilitas yang semakin tinggi untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang jauh maupun jarak
dekat. Angkutan umum harus memeberikan pelayanan angkutan yang baik bagi
masyarakat yang menjalankan kegiataannya menggunakan angkutan umum, baik
untuk masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi (Choice) dan bagi masyrakat
yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum sebagai kendaraannya
(Captive). (Warpani, 2002)
Angkutan umum yang baik adalah angkutan yang memiliki pelayanan yang
aman, cepat, murah dan efisien. Pada dasarnya angkutan umum efisien terhadap
penggunaan ruas jalan dibandingkan kendaraan pribadi. (Warpani, 2002)
Menurut (Warpani 2002), perangkutan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan
baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan
negara. Perangkutan merupakan sarana penting bagi kehidupan banyak orang, maka
dari itu pembangunan dan pengembangan sarananya perlu di tata dan
dikembangkan dengan sangat baik.
a. Peran Angkutan dalam pengembangan wilayah
Pemanfaatan SDA maupun mobilisai SDM serta sumber daya teknologi
dalam rangka pemerataan pembangunan daerah tidak dapat berjalan tanpa
adanya dukungan dari sistem perangkutan yang memadai. Perangkutan juga
bisa dikatakan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial-budaya, politik
9. 9
dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu sistem perangkutan harus ditata
dan terus disempurnakan sejalan dengan tuntutan perkembangan yang tidak
pernah berhenti.
b. Peran Angkutan bagi mobilitas barang
Kebutuhan angkutan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Hampir segala aspek kehidupan manusia tidak
terlepas dari keperluan akan angkutan. Tingkat kehidupan masyarakat yang
tumbuh dan berkembang menuntut perkembangan sistem perangkutan untuk
memnuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi seperti untuk
berbelanja, kesekolah, berpergian, kekantor dan banyak lagi.
c. Peran Angkutan bagi mobilitas orang
Angkutan memiliki peranan dalam mobilitas orang, yaitu perpindahan orang
dari satu tempat ke tempat yang lain. Angkutan menyesuaikan kebutuhannya
sesuai dengan permintaan masyarakat, angkutan juga harus menyesuaikan
biaya pelayanan angkutan umum.
2.4 Pelayanan Angkutan Umum Penumpang
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang
aman, cepat, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat,
terutama pada paksawan dalam menjalankan kegiatannya. (Warpani, 2002)
Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS), memberi batasan efisien dan efektif.
Efektif mengandung pengertian :
a. Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pengguna jasa.
b. Terpadu, antara moda dan inter moda dalam jaringan pelayanan.
c. Tertib penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku dimasyarakat.
d. Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang sesuai
dengan jadwal dan kepastian.
e. Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu
singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus persatuan waktu.
10. 10
f. Aman dan nyaman, dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas
dari gangguan eksternal, terwujudnya ketenangan dan kenikmatan dalam
perjalanan
Efisien mengandung arti :
a. Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya
beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan
hidup pengusaha layanan jasa angkutan.
b. Beban publik rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat
sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan harus minimal,
misalnya : tingkat pencemaran rendah.
c. Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem
perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan
penumpang maupun barang, tingkat penggunaan sarana dan prasarana.
Menurut (Warpani, 2002) beberapa cara dapat di tempuh dalam meningkatkan
kapasitas pelayanan angkutan, yaitu :
a. Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada.
b. Penawaran pemilihan moda (moda spit), dengan sendirinya menyangkut
alternatif lintasan.
c. Mengatur waktu pembagian waktu pelayanan.
d. Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi.
Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan, termasuk
mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan menurunkan biayanya
dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan meningkatkan biaya.
(Warpani, 2002)
2.5 Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang
(Munawar, 2005) menyatakan bahwa tuntutan pemakai kendaraan
angkutan pada dasarnya menghendaki tingkat pelayanan yang cuku memadai, baik
waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin
11. 11
selama perjalanan. Hal ini dapat dipenuhi bila penyedia armada angkutan umum
penumpang berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan
umum.
Jumlah armada yang โtepatโ sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang
dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan.
Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata
sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk permintaan tinggi, dan pada
saat sepi permintaan rendah. (Munawar, 2005)
Jumlah kebutuhan angkutan dipengaruhi oleh :
1. Jumlah penumpang pada jam puncak
2. Kapasitas kendaraan
3. Standar beban tiap kendaraan.
Sistem penyediaan kebutuhan angkutan umum merupakan keinginan dari
berbagai lapisan masyarakat. Keinginan itu ditunjukan terhadap aspek keselamatan,
kecepatan dan kemudahan, sehingga tersedianya angkutan umum maka kompetisi
antar moda tidak dapat dicegah. Jika kompetisi ini tidak terarah, akan menimbulkan
efek negatif terhadap kualitas pelayanan maupun kualitas lingkungan dan terutama
akan mempengaruhi kebijaksanaan finansial dan ekonomi. (Munawar, 2005)
2.6 Permintaan Dan Penawaran Transportasi
2.6.1 Segi Permintaan (Demand)
(Salim, 1993) Menyatakan bahwa kebutuhan akan jasa transportasi
ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat
ke tempat lain. Jumlah kapasitas angkutan tersedia dibandingkan dengan kebutuhan
terbatas, di samping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan โderived
demandโ. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan
sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa transportasi
sebagai berikut.
a. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk satu daerah, propinsi dari satu negara akan
membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan
(perdagangan, pertanian perindustrian dan sebagainya).
12. 12
b. Pertumbuhan wilayah dan daerah
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di
seluruh peloksok Indonesia, transportasi sebagai sarana dan prasarana
penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus dibarengi
sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Transmigrasi dan penyebaran penduduk
Transmigrasi dan penyebaran penduduk ke seluruh daerah di Indonesia
salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan
yang harus disediakan oleh perusahaan angkutan.
Selain jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan,
ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna
jasa transportasi.
Menurut (Warpani, 1990) permintaan perangkutan adalah jenis permintaan
tak langsung, berawal dari kebutuhan manusia akan jenis barang dan jasa. Fungsi
utamanya adalah menjembatani jarak geografi antara produsen dan konsumen.
Angkutan memungkinkan orang atau barang bergerak atau berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Angkutan juga melayani kota dan berbagai cara digunakan
sesuai kemampuan bayar pemakai. Bila kebutuhan akan angkutan meningkat, ada
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila angkutan tidak disediakan
maka berbagai kebutuhan kota yang bersangkutan tidak dapat dipenuhi
sebagaimana mestinya. Jadi pelayanan pengangkutan dalam banyak hal sama
pentingnya seperti listrik, air dan lain-lain.
Menurut (Warpani, 1990) Penelaah atas permintaan perangkutan cukup
penting dalam dilakukan karena dua alasan yaitu :
a. Pernyataan atau keterangan tentang lintasan dan arah lalu lintas tidak
lengkap tanpa memahami terlebih dahulu paerihal permintaan atau
kebutuhan.
b. Penelaan akan memperjelas adanya kebutuhan hubungan antar tempat.
Menurut (Warpani, 1990) pola produksi, konsumsi, penduduk, pemukiman
dan tenaga kerja adalah pokok bahasan klasik pada penelitian geografi dan
selanjutnya semua hal tersebut merupakan bahan pokok bagi penelitian permintaan
13. 13
angkutan. Unsur permintaan perangkutan yang juga perlu diperhatikan adalah :
Tempat asal, Tempat tujuan, Volume.
2.6.2 Segi Ketersediaan (Supply)
(Salim, 1993) menyatakan bahwa penyediaan jasa-jasa transportasi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa
transportasi secara menhyeluruh.
Tiap moda transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang
berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa-jasa angkutan yang
ditawarkan oleh pengangkutan. Dari segi penawaran (supply) jasa-jasa angkutan
dapat kita bedakan dari segi :
a. Peralatan yang di gunakan
b. Kapasitas yang tersedia
c. Kondisi yang tersedia
d. Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkutan
e. Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkutan
Dari segi penyediaan jasa angkutan merasa puas yang berhubungan dengan :
a. Keamanan
b. Ketetapan
c. Kenyamanan
d. Kecepatan
e. Kesenangan
f. Kepuasan dalam pengangkutan tersebut
Sebelumnya telah diuraikan di muka bahwa sifat, karekteristik aspek teknik
muda transportasi tidak sama, hal mana dalam pengoperasian masing-masing moda
(sistem transportasi) akan berbeda yang satu dengan yang lain dilihat dari segi jasa
(supply).
2.7 Kinerja Angkutan Umum Penumpang
Jumlah armada yang cukup besar juga jika tidak disesuaikan dengan
kebutuhan permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas), menimbulkan
persaingan antar angkutan dalam hal tersebut penumpang dengan alasan kejar
setoran sehingga memacu pengendara untuk tidak disiplin berlalu lintas. Hal ini
14. 14
dapat mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Indikator kualitas
pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai kinerja operasi yang dihasilkan,
parameter yang digunakan frekuensi, headway, load factor, kecepatan-kecepatan
perjalanan dan waktu tempuh (Asikin, 2001).
a. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah perjalanan dalam satuan waktu kendaraan yang dapat
diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau frekuensi rendah. Frekuensi
tinggi berarti banyak perjalanan dalam periode waktu tertentu. Secara relatif
frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode waktu tertentu.
Frekuensi dapat diartikan juga sebagai segi dari hidup tiap moda angkutan
umum yang penting untuk penumpang dan mempengaruhi moda yang
ditetapkan untuk dipakai (Abubakar, 1995).
Menurut (Morlok, 1978) frekuensi adalah jumlah kendaraan yang lewat
per satuan waktu. Frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
F =
1
๐ป
.....................................................(2.1)
Dimana : F = Frekuensi (kend/menit)
H = Headway (menit)
b. Headway
Menurut (Nasution, 2004), Headway adalah selisih waktu
keberangkatan antara dua pelayanan angkutan umum pada satu titik tertentu
atau selisih waktu kedatangan anatara kendaraan sebelumnya dengan kendaraan
berikutnya.
Menurut (Asikin, 2001), Headway adalah waktu antara satu kendaraan
dengan kendaraan lain yang berurutan di belakangnya pada satu rute yang sama.
Headway makin kecil menunjukkan frekuensi semakin tinggi, sehingga akan
menyebabkan waktu tunggu yang rendah. Hal ini merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi penumpang, namun di sisi lain akan menyebabkan proses
bunching atau saling menempel antar kendaraan dan ini akan mengakibatkan
gangguan pada arus lalu lintas lainnya. Untuk menghindari efek bunching
ditetapkan minimum headway sebesar 1 menit.
1) Headway (Waktu Antara) kendaraan, dalam hal ini dipakai satuan
menit. Dengan rumus :
15. 15
Hd =
๐
๐น
.................................................................(2.2)
Dimana : Hd = Headway
T = 60 menit
F = Frekuensi
c. Load Factor (Faktor Muat)
Load factor didefinisikan sebagai rasio total penumpang kendaraan
dengan jumlah tempat duduk yang tersedia. Dengan diketahuinya load factor
suatu angkutan kota akan dapat diketahui beberapa jumlah penumpang yang
diangkut oleh setiap angkutan kota yang beroperasi sehingga akan didapatkan
gambaran, apakah jumlah angkutan yang ada sudah memadai dan memiliki
kualitas pelayanan yang baik atau perlu diadakan penambahan angkutan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan. Load factor pada umumnya dipengaruhi
besarnya kebutuhan angkutan, banyaknya angkutan kota yang beroperasi,
waktu yang dipergunakan pada jalur keberangkatan, rute, dan waktu dalam satu
hari (Warpani, 1990).
Load factor (LF) Merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas yang tersedia untuk satu perjalanan yang bisa dinyatakan dalam
persen(%)(Abubakar.Dkk:1995).
Menurut (Warpani, 1990) load factor adalah ratio perbandingan antara
jumlah penumpang yang diangkut dalam kendaraan terhadap jumlah kapasitas
kendaraan selama satu lintasan, dengan rumus :
LF =
JP
C
x 100..............................................................(2.3)
Dimana :
LF = Load Factor (%)
JP = Banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang satu lintasan sekali
jalan
C = Daya tampung kendaraan atau banyaknya tempat duduk
Menurut (Abubakar, Dkk : 1995) menyatakan bahwa nilai faktor muat
(load factor) dalam kondisi dinamis diambil 70%.
d. Kecepatan Perjalanan
16. 16
Menurut (Morlok , 1978), kecepatan perjalanan dari awal rute ke titik
akhir rute dan di rumuskan dengan :
V =
๐
๐ก
................................................................................(2.4)
Dimana :
V : Kecepatan rata-rata
S : Jarak tempuh
t : Waktu tempuh rata-rata
2.8 Indikator Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Umum
Indikator Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Umum merupakan cara
untuk menentukan ukuran dari standar kinerja angkutan umum. Standarisasi kinerja
bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja angkutan umum sudah berjalan dengan
baik atau belum, dari indikator standar kinerja ini pelayanan angkutan umum dapat
diukur serta dievaluasi parameter โ parameter kinerja angkutan umum yang telah
di analisis. Nilai standar kinerja angkutan umum ini dirangkum dari:
a. SK Dirjen No.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggara Angkutan Umum.
b. PM. No.98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor.โจ
Dengan tiga kriteria pembobotan yaitu Bobot 1 adalah pelayanan dalam tingkat
kurang baik, bobot 2 adalah pelayanan dalam tingkat sedang dan bobot 3 yaitu
pelayanan dengan tingkat baik. Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada tabel 2.1
sebagai berikut.
17. 17
Tabel 2.1 Indikator Standar Pelayan Angkutan Umum
Sumber: SK Dirjen No.687/AJ.206/DRJD/2002
Beberapa kriteria ideal angkutan umum menurut Harries (1976) dapat dilihat dalam
tabel 2.2
18. 18
Tabel 2.2 Kriteria Angkutan Umum Ideal
Sumber : Harries (1976, Dikutip dari karya ilmiah, Ir. Kumpul sembiring)
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi
Lokasi yang dituju sebagai tempat penelitian ini adalah Kota Lumajang. Studi
ini meninjau ruas jalan dan rute yang dilalui oleh angkutan umum penumpang
di Kota Lumajang, Jawa Timur.
Gambar 3.1. Lokasi Study
19. 19
: Rute trayek A
: Rute trayek B
3.2 Lokasi Studi
Lokasi studi dilakukan di sepanjang rute yang dilewati oleh Angkutan
Umum Penumpang (Angkot) dengan Trayek A dan B
No
Nama
Angkutan
Kota/Jalur
Trayek
20. 20
1. A
Terminal Minak Koncar โ jl. Soekarno Hatta โ jl. A. Yani โ jl. PB.
Sudirman โ jl. S. Parman โ jl. Alun-alun utara โ jl. Alun-alun
timur โ jl. Jl. Imam Sujai โ jl. Meyjen sukartio โ jl. Mahakam โ
Halte tukum (JLT)
2. B
Terminal Minak Koncar โ jl. Soekarno Hatta โjl. S. priyo sudarmo
โ jl. Gatot subroto โ jl. Brigjen slamet riyadi โ jl. Imam bonjol
(jembatan merah)- jl. Panjaitan โ jl. Minak koncar โ jl. Suwandak
โ jl. Meyjen sukartio โ jl. Mahakam โ Halte Tukum (JLT)
3.3 Tahapan Studi
Tahapan studi secara garis besar ditampilkan dalam diagram, sebagai
berikut : (Gambar 3.2)
Mulai
Survei Pendahuluan
Pengumpulan Data
21. 21
Gambar 3.2 Tahapan Studi
3.4 Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan angkutan umu
penumpang kota Lumajang. Survei ini meliputi survei jumlah penumpang, survei
beberapa angkot yang masih beroperasi dan tidak beroperasi, serta survei ruas-ruas
jalan yang dilalui oleh angkot.
22. 22
3.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
dilapangan. Data Primer yang dimaksud, terdiri dari:
1. Jumlah Penumpang
Jumlah Penumpang yang naik turun dalam suatu trayek angkutan umum
penumpang. Data jumlah penumpang didapatkan melalui survey dilapangan
untuk mengetahui total penumpang per hari atau pada saat jam-jam sibuk dan
tidak sibuk.
2. Jumlah Kendaraan
Jumlah Kendaraan adalah jumlah kendaraan atau angkutan umum penumpang
yang masih aktif beroperasi
3. Waktu Tempuh
Waktu tempuh adalah durasi yang diperlukan selama keberangkatan dari titik
awal rute sampai titik akhir rute (Terminal Minak Koncar โ APK Halte Tukum)
dalam satuan waktu.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil atau didapat dari pihak lain. Data
sekunder yang di dapat antara lain :
1. Peta Lokasi
2. Rute Angkutan
3. Jumlah Armada
4. Panjang Rute
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data Primer
a. Waktu Pengambilan data
Data di ambil mulai pukul 06.00-18.00, meliputi jam sibuk dan tidak sibuk
pada hari kerja atau akhir pekan (libur) yaitu pada hari sabtu, minggu, senin
dan selasa.
b. Pelaksanaan Survei
23. 23
- Survei Statis
Survei ini dilakukan di ruas jalan sesuai rute trayek angkutan
umum dengan mengamati/mencatat/menghitung informasi dari setiap
kendaraan yang beroperasi.
Survey ini dilakukan untuk mendapatkan :
1. Data jumlah armada angkutan umum yang beroperasi.
- Survei Dinamis
Survey ini dilakukan di dalam kendaraan angkutan umum yang
tengah beroperasi
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan :
1. Jumlah penumpang yang naik dan turun.
2. Durasi angkutan dari Terminal ke APK.
3.6 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Penumpang
Indikator kualitas pelayanan operasional angkutan umum penumpang
(AUP) dinilai dengan parameter kinerja operasional yang dihasilkan, parameter
yang digunakan yaitu :
1. Frekuensi
2. Headway
3. Load Factor
4. Kecepatan Perjalanan ( Journey Speed )
5. Waktu Tempuh ( Journey Time ) dalam satuan menit/km
Ditinjau dari indicator evaluasi kinerja angkutan umum penumpang maka
parameter yang dihasilkan adalah :
a. Produktivitas Angkutan Umum Penumpang
Indikator produktivitas penumpang dengan parameter yang
digunakan adalah total produksi kendaraan. Pengertian total produktifitas
Angkutan Umum Penumpang (AUP) kendaraan adalah pencapaian jumlah
penumpang yang dapat diangkut satu kendaraan dalam satu hari atau satu
24. 24
kali operasi per hari serta frekuensi kendaraan, seperti berapa rit/hari yang
dapat dilakukan oleh angkutan umum tersebut.
3.7 Kebutuhan Armada Angkutan Umum Penumpang
Dalam indikator kebutuhan angkutan umum atau kebutuhan armada
ditentukan oleh penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ketempat
lain. Dengan mempertimbangkan load factor dan produktivitas angkutan
untuk mengetahui jumlah penumpang perharinya. Jumlah kapasistas
angkutan yang tersedia dibandingkan dengan permintaan semakin
berkurang.
3.8 Pembahasan
Dalam analisa kebutuhan angkutan umum penumpang perlu mengetahui
jumlah penumpang perharinya dan meninjau dari segi evaluasi Kinerja
Angkutan Umum Penumpang (AUP) Kota Lumajang, kode A dan B untuk
mengetahui berapa load factor, frekuensi, headway, waktu tempuh, waktu
perjalanan, kecepatan perjalanan dan jumlah kendaraan yang beroperasi.
Selain kinerja angkutan umum, parameter lainnya adalah produktifitas.
Produktifitas adalah parameter yang menghasilkan total produksi kendaraan per
hari untuk memenuhi keberlanjutan kebutuhan angkutan umum.