SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Knowledge Management 
Organizational Maturity Model 
Kelas A 
Oleh : 
Andika Febrianta 1201110160 
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 
TELKOM ECONOMICS AND BUSINESS SCHOOL 
TELKOM UNIVERSITY 
2014
Organizational Maturity Model 
Organizational Maturity model adalah model deskriptif dari tahapan yang dilalui 
organisasi berkembang karena mereka menentukan, melaksanakan, terus berkembang dan 
meningkatkan proses mereka. Ini adalah model organisasi yang menggambarkan evolusi lima 
tahap (tingkat) di mana sebuah organisasi mengelola proses tersebut. Organisasi harus 
mampu menyerap dan menjalankan aplikasi perangkat lunak. Model ini juga memberikan 
langkah-langkah spesifik dan kegiatan untuk mendapatkan dari satu tingkat ke berikutnya. 
The Capability Maturity Model (CMM) adalah framework untuk mengukur tingkat 
“kematangan” pengembangan sistem informasi dan manajemen proses dan produk suatu 
organisasi. Framework CMM untuk sistem dan perangkat lunak informasi bermaksud untuk 
membantu organisasi meningkatkan kematangan dari proses pengembangan sistem. CMM 
dibagi menjadi lima tingkatan kematangan yang mengukur kualitas dari proses 
pengembangan sistem dan perangkat lunak organisasi (setiap level merupakan pra-syarat bagi 
level sesudahnya). 
Nilai-nilai yang dilihat dalam pengukuran CMM antara lain: 
1. Apa yang akan diukur (Parameter) 
2. Bagaimana cara mengukurnya (Metode) 
3. Bagaimana standar penilaiannya (Skala penilaian) 
4. Bagaimana Interpretasinya (Bagi Manusia). 
Kegunaan CMM antara lain : 
 Untuk menilai tingkat kematangan sebuah organisasi pengembang perangkat lunak; 
 Untuk menyaring kontraktor yang akan menjadi pengembang perangkat lunak; 
 Untuk memberikan arah akan peningkatan organisasi bagi top management di dalam 
sebuah oragnisasi pengembang perangkat lunak; 
 Sebagai alat bantu untuk menilai keunggulan kompetitif yang dimiliki sebuah 
perusahaan dibandingkan perusahaan pesaingnya.
Bagan diatas adalah skala maturity pada organisasi : 
Level 1 – Initial 
Hampir setiap organisasi memulai dari level yang seringkali disebut anarki atau 
kekacauan (chaos) ini. Pengembangan system tidak menggunakan proses yang terstruktur 
dan tiap developer menggunakan alat dan metodenya masing-masing. Pada tahap ini 
umumnya proses tidak dapat diprediksi, tidak berulang, sering mengalami krisis, over-budget, 
dan gagal mencapai target waktu. 
Ciri-ciri dari fungsi initial adalah tidak ada manajemen proyek, tidak adanya quality 
assurance, tidak adanya mekanisme manajemen perubahan (change management), tidak ada 
dokumentasi, adanya seorang ahli yang tau segalanya tentang perangkat lunak yang 
dikembangkan, dan sangat bergantung pada kemampuan individual. 
Level 2 – Repeatable 
Proses dan praktek manajemen proyek pengembangan system telah dirancang untuk 
melacak biaya proyek, jadwal, dan kegunaan dari sistem. Pada tahap ini, fokus ditekankan 
pada manajemen proyeknya, bukan pada pengembangan sistem (pengembangan sistem 
bervariasi untuk tiap proyek). Kesuksesan dan kegagalan masih bergantung pada kemampuan 
dan pengalaman dari tim yang mengerjakan proyek. Walaupun begitu, telah terdapat usaha 
untuk mengulang keberhasilan proyek sebelumnya, dan manajemen proyek yang efektif pun 
akhirnya menjadi pondasi bagi standardisasi proses level berikutnya. 
Ciri-ciri dari fungsi repeatable adalah kualitas perangkat lunak mulai bergantung pada 
proses bukan pada orang, ada manajemen proyek sederhana, ada quality assurance
sederhana, ada dokumen sederhana, ada software configuration management sederhana, tidak 
adanya knowledge management, tidak adanya komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam 
kondisi apapun, tidak adanya stastikal control untuk estimasi proyek dan rentan perubahan 
struktur organisasi. 
Level 3 – Defined 
Proses pengembangan sistem standar (umumnya disebut metodologi) telah dimiliki 
atau dikembangkan dan telah digunakan secara terintegrasi melalui unit sistem atau 
pelayanan informasi organisasi. Sebagai hasilnya, hasil dari setiap proyek menjadi lebih 
konsisten, dokumentasi serta penyampaian yang berkualitas tinggi, dan proses menjadi lebih 
stabil, mampu diprediksi (predictable), dan berulang (repeatable). 
Ciri-ciri dari level Defined adalah SDLC sudah ditentukan, ada komitmen untuk 
mengikuti SDLC dalam keadaan apapun, kualitas proses dan produk masih bersifat kualitatif 
atau hanya perkiraan saja, tidak menerapkan Activity Based Costing, dan tidak adanya 
mekanisme umpan balik yang baku. 
Level 4 – Managed 
Telah memiliki tujuan yang terukur untuk kualitas dan produktivitas. Ukuran 
mendetail mengenai proses pengembangan proses standar dan kualitas produk telah 
dikumpulkan secara rutin dan disimpan dalam database. Pada tahap ini manajemen lebih 
proaktif dalam melihat masalah pengembangan sistem. Jadi walaupun proyek menemui 
masalah atau isu yang tidak diperkirakan, proses masih akan dapat disesuaikan berdasarkan 
efek dari kondisi yang mampu diprediksi dan terukur. 
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, sudah ada Activity Based Costing dan digunakan 
untuk estimasi proyek berikutnya, proses penilaian kualitas perangkat lunak dan proyek 
bersifat kuantitatif, terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan data karena proses 
pengumpulan data masih dilakukan secara manual, cenderung belum jelas disebabkan karena 
manusia ketika diperhatikan perilakuknya cenderung berubah, tidak ada mekanisme 
pencegahan defect dan adanya mekanisme umpan balik. 
Level 5 – Optimized 
Proses pengembangan sistem terstandarisasi secara kontinu dimonitor dan 
ditingkatkan berdasarkan ukuran dan analisa data di level 4. Setiap pembelajaran yang ada 
disebarluaskan pada seluruh bagian organisasi dengan penekanan pada penurunan 
ketidakefisienandalam proses pengembangan sistem ketika menjaga kestabilan kualitas. 
Sebagai kesimpulan, organisasi telah menjadikan peningkatan proses pengembangan sistem 
yang kontinu bagian dari dirinya.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, Pengumpulan data secara automatis, adanya 
mekanisme pencegahan defect, adanya mekanisme umpan balik yang sangat baik, dan adanya 
peningkatan kualitas dari SDM dan juga peningkatan kualitas proses. 
Model Bertingkat (Staged Model) 
Model bertingkat menyediakan suatu peta jalan (roadmap) yang telah terdefinisi sebelumnya 
untuk peningkatan organisasi berdasarkan pengelompokan dan pengurutan yang teruji untuk 
proses dan hubungan-hubungan organisasi yang terkait. Istilah “bertingkat” (staged) berasal 
dari cara model untuk menjelaskan peta jalan ini sebagai rentetan tingkat dari daerah proses 
yang mengindikasikan dimana sebuah organisasi seharusnya berkonsentrasi untuk 
meningkatkan proses organisasinya. 
Lima Tingkat Kematangan (Five Maturity Levels) 
Tahap Initial (Level 1) 
Pada tingkat kematangan 1, proses-proses yang ada biasanya berantakan dan sifatnya ad hoc. 
Organisasi biasanya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung 
berjalannya proses. Kesuksesan pada organisasi-organisasi semacam ini bergantung pada 
kompetensi dan pengorbanan dari orang-orang di dalam organisasi dan bukan mengandalkan 
proses-proses yang telah terbukti kehandalannya. 
Tahap Managed (Level 2) 
Pada tingkat kematangan 2, proyek-proyek organisasi telah memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan 
dikelola dengan baik dan proses-proses yang ada telah terencana, terukur, dan 
terkendali. Disiplin dari proses pada tahap ini membantu memastikan bahwa praktek-praktek 
yang dijalankan tetap dipertahankan walaupun dalam waktu tekanan yang tinggi tingginya 
(peak time). Ketika praktek-praktek ini dilakukan, proyek-proyek dilaksanakan dan dikelola 
menurut rencana-rencana yang didokumentasi. Pada tingkat 2, status dari produk dan 
pelepasan layanan dapat terlihat oleh pihak manajemen pada titik-titik yang telah 
didefinisikan. Komitmen dibangun di antara stakeholder yang berwenang dan diperbaiki 
apabila diperlukan. Produk-produk dikendalikan secara tepat. Produk dan layanan 
memmenuhi deskripsi proses, standar proses, dan prosedur proses mereka. 
Tahap Defined (Level 3) 
Pada tahap ini, proses-proses telah dikarakterisasi dan dimengerti dengan baik, dan dijelaskan 
melalui standar, prosedur, tool, dan metode yang ada. Kumpulan proses standar dari 
organisasi, yang merupakan dasar dari tingkat kematangan 3, didirikan dan ditingkatkan
seiring berjalannya waktu. Proses-proses standar ini digunakan untuk membangun konsistensi 
di dalam organisasi. Proyek membangun proses terdefinisi mereka dengan mengacu kepada 
proses standar yang dimiliki oleh organisasi tersebut. 
Tahap Quantatively Managed (Level 4) 
Pada tahap kematangan 4, organisasi dan proyek membangun tujuan kuantitatif untuk 
kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan mereka sebagai kriteria dalam pengelolaan 
proses. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna kahir, organisasi, 
dan pihak yang mengimplementasi proses. Kualitas dan kinerja proses dimengerti dalam 
istilah-istilah statistik dan dikelola sepanjang waktu pemakaian proses. Untuk subproses yang 
terpilih, pengukuran detil akan kinerja proses dikumpulkan dan dianalisa secara statistik. 
Pengukuran kualitas dan kinerja proses dimasukkan ke dalam penyimpanan pegukuran 
organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta. 
Penyebab khusus dari variasi proses diidentifikasi dan, apabila tepat, sumbernya dikoreksi 
untuk mencegah kejadian lagi di lain waktu. 
Tahap Optimizing (Level 5) 
Pada tahap ini, sebuah organisasi secara berkesinambungan meningkatkan proses-prosesnya 
berdasarkan pengertian kuantitatif akanpenyebab-penyebab umum dari variasi proses. 
Tingkat kematangan 5 mengkonsentrasikan kepada peningkatan secara berkesinambungan 
akan kinerja proses melalui proses incremental dan inovatif, dan juga peningkatan secara 
teknologi. Tujuan peningkatan proses secara kuantitatif untuk organisasi dibangun, diperbaiki 
secara berkesinambungan untuk menangani tujuan bisnis yang dinamis, dan digunakan 
sebagai kriteria dalam mengelola peningkatan proses. Akibat-akibat dari peningkatan proses 
yang diterapkan diukur dan dievaluasi secara berlawanan terhadap tujuan peningkatan proses 
kauntitatif. Baik proses terdefinisi maupun kumpulan proses standar organisasi merupakan 
tujuan dari aktivitas peningkatan yang dapat diukur.

More Related Content

What's hot

Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3
Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3
Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3Ibrahim Doru
 
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakan
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis KebijakanModul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakan
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakanunitpublikasi
 
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Tri Widodo W. UTOMO
 
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)KUSWANDI PAKPAHAN
 
MATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB IMATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB I93220872
 
Teori Pengembangan Organisasi
Teori Pengembangan OrganisasiTeori Pengembangan Organisasi
Teori Pengembangan OrganisasiSiti Sahati
 
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Asep Sufyan Tsauri
 
Menulis Naskah Rekomendasi Kebijakan
Menulis Naskah Rekomendasi KebijakanMenulis Naskah Rekomendasi Kebijakan
Menulis Naskah Rekomendasi KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alam
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alamMerancang aksi perubahan pkp kota pagar alam
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alamhoyin rizmu
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparPraktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparYogi Suwarno
 
Prinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi PublikPrinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi Publik93220872
 
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaManajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaDadang Solihin
 
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publik
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publikPertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publik
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publiknurul khaiva
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARD
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARDMenyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARD
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARDKanaidi ken
 

What's hot (20)

Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3
Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3
Analisis kebijakan dunn bab 2 dan3
 
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakan
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis KebijakanModul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakan
Modul 5.1 Bentuk Dokumen Hasil Analis Kebijakan
 
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
 
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
 
MATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB IMATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB I
 
Teori Pengembangan Organisasi
Teori Pengembangan OrganisasiTeori Pengembangan Organisasi
Teori Pengembangan Organisasi
 
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
 
Menulis Naskah Rekomendasi Kebijakan
Menulis Naskah Rekomendasi KebijakanMenulis Naskah Rekomendasi Kebijakan
Menulis Naskah Rekomendasi Kebijakan
 
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosialPertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
 
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alam
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alamMerancang aksi perubahan pkp kota pagar alam
Merancang aksi perubahan pkp kota pagar alam
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparPraktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
 
Prinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi PublikPrinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi Publik
 
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaManajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
 
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publik
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publikPertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publik
Pertemuan 4 (analisis lingkungan internal) manajemen strategi sektor publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Formatif. ppt
Formatif. pptFormatif. ppt
Formatif. ppt
 
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARD
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARDMenyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARD
Menyusun Pengukuran Kinerja (KPI) Divisi/Departemen _Training BALANCED SCORECARD
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 

Similar to Organizational Maturity Model

Proses pengembangan perangkat lunak
Proses pengembangan perangkat lunakProses pengembangan perangkat lunak
Proses pengembangan perangkat lunakFaiz Fanani
 
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)Nasria Gani
 
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja KaryawanSistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja KaryawanBamm Wahid
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...Mayangsari_22
 
PANDUAN-LED.pdf
PANDUAN-LED.pdfPANDUAN-LED.pdf
PANDUAN-LED.pdfYuyuniSari
 
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptx
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptxModel Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptx
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptxauliaulfiana2022
 
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali, information in implementation, ...
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali,  information in implementation, ...9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali,  information in implementation, ...
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali, information in implementation, ...RonnaAzaniDwiSeptian
 
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1Abrianto Nugraha
 
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...selyyuniarti
 
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)Tri Sugihartono
 
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over financial reporting
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over  financial reportingSi-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over  financial reporting
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over financial reportingDanielwatloly18
 
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-v
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-vJbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-v
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-vhehepangibulan
 
Quality standards
Quality standardsQuality standards
Quality standardsartha69
 
Pengembangan mutu & pendekatannya
Pengembangan mutu & pendekatannyaPengembangan mutu & pendekatannya
Pengembangan mutu & pendekatannyanailul_muna
 
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...Pratiwi Rosantry
 
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan JasaDukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasadhibah
 
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...RizkaFitriani3
 

Similar to Organizational Maturity Model (20)

Proses pengembangan perangkat lunak
Proses pengembangan perangkat lunakProses pengembangan perangkat lunak
Proses pengembangan perangkat lunak
 
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)
Model-model pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak (Bag 3)
 
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja KaryawanSistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, pengembangan sistem informasi, ...
 
PANDUAN-LED.pdf
PANDUAN-LED.pdfPANDUAN-LED.pdf
PANDUAN-LED.pdf
 
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptx
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptxModel Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptx
Model Evaluasi CIPP, Stake, Kirkpatrik, dan alkin.pptx
 
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali, information in implementation, ...
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali,  information in implementation, ...9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali,  information in implementation, ...
9. sim, ronna azani dwi septiani, hapzi ali, information in implementation, ...
 
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
 
0. konsep iacm ngajar
0. konsep iacm ngajar0. konsep iacm ngajar
0. konsep iacm ngajar
 
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...
Sim 9. Sely Yuniarti. Hapzi Ali, Prof.Dr.MM.CMA., Information in Implementati...
 
Bab ii makalah statistik
Bab ii makalah statistikBab ii makalah statistik
Bab ii makalah statistik
 
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)
Ch 03 - Software Quality Assurance (SQA)
 
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over financial reporting
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over  financial reportingSi-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over  financial reporting
Si-pi, Daniel Watloly, Hapzi Ali, internal control over financial reporting
 
TUGAS AUDIT
TUGAS AUDITTUGAS AUDIT
TUGAS AUDIT
 
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-v
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-vJbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-v
Jbptunikompp gdl-lilispuspi-18691-13-pertemua-v
 
Quality standards
Quality standardsQuality standards
Quality standards
 
Pengembangan mutu & pendekatannya
Pengembangan mutu & pendekatannyaPengembangan mutu & pendekatannya
Pengembangan mutu & pendekatannya
 
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan siste...
 
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan JasaDukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
 
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...
9. sim,rizka fitriani, hapzi ali,information in implementation., universitas ...
 

Organizational Maturity Model

  • 1. Knowledge Management Organizational Maturity Model Kelas A Oleh : Andika Febrianta 1201110160 MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TELKOM ECONOMICS AND BUSINESS SCHOOL TELKOM UNIVERSITY 2014
  • 2. Organizational Maturity Model Organizational Maturity model adalah model deskriptif dari tahapan yang dilalui organisasi berkembang karena mereka menentukan, melaksanakan, terus berkembang dan meningkatkan proses mereka. Ini adalah model organisasi yang menggambarkan evolusi lima tahap (tingkat) di mana sebuah organisasi mengelola proses tersebut. Organisasi harus mampu menyerap dan menjalankan aplikasi perangkat lunak. Model ini juga memberikan langkah-langkah spesifik dan kegiatan untuk mendapatkan dari satu tingkat ke berikutnya. The Capability Maturity Model (CMM) adalah framework untuk mengukur tingkat “kematangan” pengembangan sistem informasi dan manajemen proses dan produk suatu organisasi. Framework CMM untuk sistem dan perangkat lunak informasi bermaksud untuk membantu organisasi meningkatkan kematangan dari proses pengembangan sistem. CMM dibagi menjadi lima tingkatan kematangan yang mengukur kualitas dari proses pengembangan sistem dan perangkat lunak organisasi (setiap level merupakan pra-syarat bagi level sesudahnya). Nilai-nilai yang dilihat dalam pengukuran CMM antara lain: 1. Apa yang akan diukur (Parameter) 2. Bagaimana cara mengukurnya (Metode) 3. Bagaimana standar penilaiannya (Skala penilaian) 4. Bagaimana Interpretasinya (Bagi Manusia). Kegunaan CMM antara lain :  Untuk menilai tingkat kematangan sebuah organisasi pengembang perangkat lunak;  Untuk menyaring kontraktor yang akan menjadi pengembang perangkat lunak;  Untuk memberikan arah akan peningkatan organisasi bagi top management di dalam sebuah oragnisasi pengembang perangkat lunak;  Sebagai alat bantu untuk menilai keunggulan kompetitif yang dimiliki sebuah perusahaan dibandingkan perusahaan pesaingnya.
  • 3. Bagan diatas adalah skala maturity pada organisasi : Level 1 – Initial Hampir setiap organisasi memulai dari level yang seringkali disebut anarki atau kekacauan (chaos) ini. Pengembangan system tidak menggunakan proses yang terstruktur dan tiap developer menggunakan alat dan metodenya masing-masing. Pada tahap ini umumnya proses tidak dapat diprediksi, tidak berulang, sering mengalami krisis, over-budget, dan gagal mencapai target waktu. Ciri-ciri dari fungsi initial adalah tidak ada manajemen proyek, tidak adanya quality assurance, tidak adanya mekanisme manajemen perubahan (change management), tidak ada dokumentasi, adanya seorang ahli yang tau segalanya tentang perangkat lunak yang dikembangkan, dan sangat bergantung pada kemampuan individual. Level 2 – Repeatable Proses dan praktek manajemen proyek pengembangan system telah dirancang untuk melacak biaya proyek, jadwal, dan kegunaan dari sistem. Pada tahap ini, fokus ditekankan pada manajemen proyeknya, bukan pada pengembangan sistem (pengembangan sistem bervariasi untuk tiap proyek). Kesuksesan dan kegagalan masih bergantung pada kemampuan dan pengalaman dari tim yang mengerjakan proyek. Walaupun begitu, telah terdapat usaha untuk mengulang keberhasilan proyek sebelumnya, dan manajemen proyek yang efektif pun akhirnya menjadi pondasi bagi standardisasi proses level berikutnya. Ciri-ciri dari fungsi repeatable adalah kualitas perangkat lunak mulai bergantung pada proses bukan pada orang, ada manajemen proyek sederhana, ada quality assurance
  • 4. sederhana, ada dokumen sederhana, ada software configuration management sederhana, tidak adanya knowledge management, tidak adanya komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam kondisi apapun, tidak adanya stastikal control untuk estimasi proyek dan rentan perubahan struktur organisasi. Level 3 – Defined Proses pengembangan sistem standar (umumnya disebut metodologi) telah dimiliki atau dikembangkan dan telah digunakan secara terintegrasi melalui unit sistem atau pelayanan informasi organisasi. Sebagai hasilnya, hasil dari setiap proyek menjadi lebih konsisten, dokumentasi serta penyampaian yang berkualitas tinggi, dan proses menjadi lebih stabil, mampu diprediksi (predictable), dan berulang (repeatable). Ciri-ciri dari level Defined adalah SDLC sudah ditentukan, ada komitmen untuk mengikuti SDLC dalam keadaan apapun, kualitas proses dan produk masih bersifat kualitatif atau hanya perkiraan saja, tidak menerapkan Activity Based Costing, dan tidak adanya mekanisme umpan balik yang baku. Level 4 – Managed Telah memiliki tujuan yang terukur untuk kualitas dan produktivitas. Ukuran mendetail mengenai proses pengembangan proses standar dan kualitas produk telah dikumpulkan secara rutin dan disimpan dalam database. Pada tahap ini manajemen lebih proaktif dalam melihat masalah pengembangan sistem. Jadi walaupun proyek menemui masalah atau isu yang tidak diperkirakan, proses masih akan dapat disesuaikan berdasarkan efek dari kondisi yang mampu diprediksi dan terukur. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, sudah ada Activity Based Costing dan digunakan untuk estimasi proyek berikutnya, proses penilaian kualitas perangkat lunak dan proyek bersifat kuantitatif, terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan data karena proses pengumpulan data masih dilakukan secara manual, cenderung belum jelas disebabkan karena manusia ketika diperhatikan perilakuknya cenderung berubah, tidak ada mekanisme pencegahan defect dan adanya mekanisme umpan balik. Level 5 – Optimized Proses pengembangan sistem terstandarisasi secara kontinu dimonitor dan ditingkatkan berdasarkan ukuran dan analisa data di level 4. Setiap pembelajaran yang ada disebarluaskan pada seluruh bagian organisasi dengan penekanan pada penurunan ketidakefisienandalam proses pengembangan sistem ketika menjaga kestabilan kualitas. Sebagai kesimpulan, organisasi telah menjadikan peningkatan proses pengembangan sistem yang kontinu bagian dari dirinya.
  • 5. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, Pengumpulan data secara automatis, adanya mekanisme pencegahan defect, adanya mekanisme umpan balik yang sangat baik, dan adanya peningkatan kualitas dari SDM dan juga peningkatan kualitas proses. Model Bertingkat (Staged Model) Model bertingkat menyediakan suatu peta jalan (roadmap) yang telah terdefinisi sebelumnya untuk peningkatan organisasi berdasarkan pengelompokan dan pengurutan yang teruji untuk proses dan hubungan-hubungan organisasi yang terkait. Istilah “bertingkat” (staged) berasal dari cara model untuk menjelaskan peta jalan ini sebagai rentetan tingkat dari daerah proses yang mengindikasikan dimana sebuah organisasi seharusnya berkonsentrasi untuk meningkatkan proses organisasinya. Lima Tingkat Kematangan (Five Maturity Levels) Tahap Initial (Level 1) Pada tingkat kematangan 1, proses-proses yang ada biasanya berantakan dan sifatnya ad hoc. Organisasi biasanya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung berjalannya proses. Kesuksesan pada organisasi-organisasi semacam ini bergantung pada kompetensi dan pengorbanan dari orang-orang di dalam organisasi dan bukan mengandalkan proses-proses yang telah terbukti kehandalannya. Tahap Managed (Level 2) Pada tingkat kematangan 2, proyek-proyek organisasi telah memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan dikelola dengan baik dan proses-proses yang ada telah terencana, terukur, dan terkendali. Disiplin dari proses pada tahap ini membantu memastikan bahwa praktek-praktek yang dijalankan tetap dipertahankan walaupun dalam waktu tekanan yang tinggi tingginya (peak time). Ketika praktek-praktek ini dilakukan, proyek-proyek dilaksanakan dan dikelola menurut rencana-rencana yang didokumentasi. Pada tingkat 2, status dari produk dan pelepasan layanan dapat terlihat oleh pihak manajemen pada titik-titik yang telah didefinisikan. Komitmen dibangun di antara stakeholder yang berwenang dan diperbaiki apabila diperlukan. Produk-produk dikendalikan secara tepat. Produk dan layanan memmenuhi deskripsi proses, standar proses, dan prosedur proses mereka. Tahap Defined (Level 3) Pada tahap ini, proses-proses telah dikarakterisasi dan dimengerti dengan baik, dan dijelaskan melalui standar, prosedur, tool, dan metode yang ada. Kumpulan proses standar dari organisasi, yang merupakan dasar dari tingkat kematangan 3, didirikan dan ditingkatkan
  • 6. seiring berjalannya waktu. Proses-proses standar ini digunakan untuk membangun konsistensi di dalam organisasi. Proyek membangun proses terdefinisi mereka dengan mengacu kepada proses standar yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Tahap Quantatively Managed (Level 4) Pada tahap kematangan 4, organisasi dan proyek membangun tujuan kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan mereka sebagai kriteria dalam pengelolaan proses. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna kahir, organisasi, dan pihak yang mengimplementasi proses. Kualitas dan kinerja proses dimengerti dalam istilah-istilah statistik dan dikelola sepanjang waktu pemakaian proses. Untuk subproses yang terpilih, pengukuran detil akan kinerja proses dikumpulkan dan dianalisa secara statistik. Pengukuran kualitas dan kinerja proses dimasukkan ke dalam penyimpanan pegukuran organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta. Penyebab khusus dari variasi proses diidentifikasi dan, apabila tepat, sumbernya dikoreksi untuk mencegah kejadian lagi di lain waktu. Tahap Optimizing (Level 5) Pada tahap ini, sebuah organisasi secara berkesinambungan meningkatkan proses-prosesnya berdasarkan pengertian kuantitatif akanpenyebab-penyebab umum dari variasi proses. Tingkat kematangan 5 mengkonsentrasikan kepada peningkatan secara berkesinambungan akan kinerja proses melalui proses incremental dan inovatif, dan juga peningkatan secara teknologi. Tujuan peningkatan proses secara kuantitatif untuk organisasi dibangun, diperbaiki secara berkesinambungan untuk menangani tujuan bisnis yang dinamis, dan digunakan sebagai kriteria dalam mengelola peningkatan proses. Akibat-akibat dari peningkatan proses yang diterapkan diukur dan dievaluasi secara berlawanan terhadap tujuan peningkatan proses kauntitatif. Baik proses terdefinisi maupun kumpulan proses standar organisasi merupakan tujuan dari aktivitas peningkatan yang dapat diukur.