1. HEROIN, PUTAUW PENATALAKSANAAN GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT, ALKOHOL DAN ROKOK DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PUSKESMAS & RSU) DIREKTORAT KESEHATAN JIWA-DITJEN YANMEDIK-DEPKES RI
6. * Disability Adjusted Life Years ** Heroin dan Kokain World Health Report, 2002 Masalah penyalahgunaan zat berhubungan secara significant dengan beban kesehatan masyarakat di seluruh dunia (public health burden worldwide 0.8% 0.4% Illicits** 4.0% 3.2% Alkohol 4.1% 8.8% Tembakau All DALYs* All Deaths
12. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Opioid Perubahan jangka panjang terhadap reseptor opioida dan peptida; adaptasi dalam respon-respon ganjaran, pembelajaran, stres Toleransi terjadi sebagai akibat perubahan reseptor jangka pendek dan panjang, dan adaptasi dalam mekanisme pensinyalan intraselular. Putus zat dapat berakibat hebat, dan ditandai oleh mata dan hidung berair, menguap, berkeringat, kegelisahan, menggigil, kram, dan sakit pada otot
15. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Kokain Defisit kognitif, abnormalitas pada daerah-daerah tertentu pada korteks, cacat dalam fungsi motorik, dan waktu reaksi yang menurun. Toleransi akut berjangka pendek mungkin terjadi. Tidak banyak bukti dari adanya putus zat, namun depresi lumrah terjadi pada mereka yang berhenti menggunakan
19. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Kanabinoid Paparan ( exposure ) dalam jangka panjang terhadap kanabis dapat menyebabkan kecacatan kognitif yang bertahan lama. Terdapat pula risiko berupa bertambah parahnya penyakit jiwa. Toleransi terbentuk secara cepat untuk kebanyakan efek. Putus zat jarang terjadi, mungkin karena masa paruh waktu yang panjang dari kanabinoid
21. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Amfetamin Gangguan tidur, ansietas, nafsu makan menurun, perubahan dalam reseptor dopamin otak, perubahan metabolis regional, cacat motorik dan kognitif Toleransi terbentuk secara cepat untuk efek-efek behavioral dan fisiologis. Putus zat ditandai oleh kelelahan, depresi, ansietas, dan keinginan sangat kuat untuk memperoleh zat
24. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Hipnotik dan sedatif Kerusakan memori Toleransi terbentuk secara cepat untuk kebanyakan efek (kecuali anti-kejang), karena perubahan pada reseptor. Putus zat ditandai ansietas, keterangsangan, kegelisahan, insomnia, kegembiraan berlebih, kejang-kejang.Kerusakan memori
25. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Inhalansia Perubahan dalam pengikatan dan fungsi reseptor dopamin; fungsi kognitif yang menurun; masalah-masalah psikiatris dan neurologis. Toleransi sampai taraf tertentu terbentuk, namun sulit untuk diperkirakan. Terdapat kerentanan yang meningkat terhadap kejang-kejang saat putus zat
27. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Halusinogen Episode psikotik akut atau kronis, kilas balik atau mengalami kembali efek-efek dari zat lama sesudah penggunaannya. Toleransi terbentuk secara cepat untuk efek-efek fisik dan psikologis. Tidak terdapat bukti adanya putus zat
43. Toleransi & Putus zat Ketergantungan kronis Alkohol (etanol) Berubahnya fungsi dan struktur otak, terutama di bagian korteks pra-frontal ( prefrontal cortex ); gangguan kognitif, volume otak yang berkurang. Toleransi timbul akibat peningkatan metabolisme pada hati, dan perubahan pada reseptor di otak. Gejala putus zat meliputi: gemetar, terengah-engah, keletihan, agitasi, sakit kepala, mual, muntah, kejang-kejang, delirium tremens
70. National Institute of Drug Abuse Pelayanan Terapi & Rehabilitasi Komprehensif PELAYANAN VOKASIONAL PELAYANAN KELUARGA PELAYANAN KESEHATAN MENTAL PELAYANAN MEDIS PELAYANAN PENDIDIKAN PELAYANAN HIV/AIDS, HCV, PMS PELAYANAN PERUMAHAN PELAYANAN LEGAL KEUANGAN DAN KERJA PELAYANAN RAWAT ANAK ASSESSMENT INTAKE RENCANA PERAWATAN PERAWATAN BERLANJUT (AFTERCARE) FARMAKOTERAPI MONITORING URINE & DARAH KELP. SELF HELP / PEER SUPPORT TERAPI & KONSELING MANAJEMEN KLINIS & KASUS
71.
72. DILANDASKAN PADA PENELITIAN NATIONAL INSTITUTE FOR DRUG ABUSE (NIDA), USA SELAMA 75 TAHUN 13 PRINSIP PERAWATAN EFEKTIF
73. Program harus dilandaskan pada realita dan bermakna bagi mereka yang ingin dijangkaunya. Perkembangan respons seperti itu akan difasilitasi dengan menjamin partisipasi kelompok sasaran dalam semua fase perkembangan program dan pelaksanaannya.