Dokumen tersebut membahas tentang sakramen perkawinan dalam Gereja Katolik. Terdapat beberapa poin pembahasan seperti tujuan pernikahan, persiapan yang diperlukan, syarat-syarat pernikahan katolik, dan pelayanan sakramen pernikahan. Dokumen ini juga memberikan penjelasan mengenai konsep cinta kasih dan komitmen dalam pernikahan sesuai ajaran agama Katolik.
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
SakramenPernikahanKatolik
1. Menangkal Pencari Cinta Sesaat
Sakramen perkawinan dalam Gereja Katolik
P. Alfonsus Widhi, sx
2. Sharing
1. Mengapa orang mau menikah?
2. Jodoh terbaik: dipilihkan orang tua atau pilih sendiri?
3. Persiapan apakah yang diperlukan untuk menikah?
4. Apakah anak-anak yang lahir di luar nikah bisa dibaptis?
5. Apakah isi janji perkawinan?
6. Apakah artinya dispensasi perkawinan?
7. Apakah syarat-syarat utama perkawinan katolik?
8. Ceritakan sebuah pengalaman sakitnya dikhianati / indahnya
kesetiaan pasangan
3. Nikah / hidup bersama
tanpa ikatan?
Keluarga tradisional
dalam krisis?
4.
5. Konteks Masyarakat kota (kita)
• Desakralisasi
• Hedonistik
• Permisif
• Utilitaris
• Materialistik
• Individualis
• Komitmen lemah
• Penampilan dianggap lebih
penting daripada isi atau
jati diri
• Tanpa nilai
• Mencari kesenangan
• Segalanya halal
• Mencari keuntungan
• Pragmatik dan sensitif
• Aku adalah pusat dunia
• Cakrawala pendek
• Discernment antara yang
perlu, yang penting, yang
mendesak
6. Keluarga saat ini
• Pernikahan tanpa upacara
dan tanpa ikatan
• Pernikahan sejenis
• Pendampingan anak
adopsi pernikahan sejenis
• Pernikahan beda gereja
• Single parent
• Pernikahan beda agama /
dengan ateis
• Pernikahan dng org asing
• Poligami
• Sistem kasta
• Budaya take and leave
• Menikah karena fb, twitter...
7. Pernikahan = sakramen berdasar cinta kasih
• Words of affirmation
• Quality time
• Receiving gifts
• Acts of service
• Physical touch
Konkritnya gimana?
12. Di hadapan Allah, Imam, Orang Tua, saksi,
dan umat beriman yang hadir di sini
Saya, Yusuf,
dengan bebas dan hati tulus ikhlas,
memilih engkau, Maria,
menjadi isteri (suami) saya
Saya berjanji
untuk setia mengabdikan diri kepadamu
dalam untung dan malang, suka dan duka,
di waktu sehat dan sakit.
Saya mau mengasihi dan menghormati
engkau
sepanjang hidup saya.
13. Tujuan hidup manusia
mencapai kebahagiaan
Pernikahan adalah
salah satu jalan untuk
mencapai kebahagiaan,
melalui
persekutuan hidup
antara pria dan wanita
atas dasar
saling mencintai
Aku akan menuntunnya ke gurun (Hos 2,16)
15. Penyebab KDRT
• Gangguan jiwa (sehingga suami/istri suka memukul)
• Dendam dan pertengkaran berkelanjutan
• Kelemahan pihak korban
• Pembiaran dominasi dalam waktu lama
• Nafsu yang membakar / tidak stabil secara psikologis
• Rasa malu menjaga nama baik (misalnya pasangan adalah
pengurus lingkungan dan aktif di Gereja)
• Warisan budaya dan tradisi kekerasan dalam suku (misalnya,
kalau bicara mau didengarkan, perlu memakai rotan)
• Faktor latar belakang keluarga
• Kekurangan iman …. Dst…
17. Suami adalah anugerah Tuhan.
Istri adalah pelayan suami.
Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam
18. ..tapi kan harus setia pada janji perkawinan.. dalam
untung dan malang, suka dan duka, sehat dan sakit...
Benar, tapi janji perkawinan tidak serendah itu.
19. “Bagaimanapun juga,
saya akan tetap setia!”
Kalau kehidupan bersama
menjadi membahayakan bagi
istri dan anak-anak, maka
mereka WAJIB untuk
berpisah ranjang dan
meja makan.
20. Bertahan dalam pernikahan,
meski ada badai pemukulan
terus menerus yang bisa
mengancam keselamatan
jiwa, harus mengusik hati
kita tentang
pemahaman cinta
kasih
21. Gereja memperhatikan. . . .
Sekretariat Gender dan
Pemberdayaan Perempuan
(SGPP), sebelumnya JMP
1995
Surat gembala KWI:
Manusia diciptakan sesuai
citra Allah, bermartabat
setara.
Relasi suami-istri merupakan persekutuan hidup dan cinta
yang mereka pilih secara bebas dan merupakan pemberian diri
secara timbal balik demi kesehjateraan mereka maupun anak-
anak mereka.
Oleh karenanya, relasi ini menuntut kesetiaan dan tidak dapat
dipisahkan begitu saja (GS 48)
22. Penanganan KDRT
Penanganan
KDRT
Melaporkan
kasus
Relasi dgn
institusi
hukum
Penanganan
psikologis
korban
Pelayanan
rohani
Hak korban KDRT
Perlindungan dari pihak
keluarga, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan,
advokat dan lembaga
sosial berdasarkan
penetapan
Ada pelayanan
kesehatan, penanganan
khusus, kerahasiaan
korban, pendampingan
oleh pekerja sosial dan
bantuan hukum serta
pelayanan bimbingan
rohani
Gereja
Melapor ke Paroki:
ada Counseling
keluarga, berbicara
dengan pastor paroki
Apakah dengan
melaporkan kasus,
hukum cintakasih dan
sifat perkawinan yang
tidak bisa diceraikan
bisa diruntuhkan?
Secara hukum, bisa
pisah ranjang dan
pisah meja makan
23. Hak-hak dasar keluarga
1. Dilindungi keberadaannya untuk mengembangkan diri
2. Hidup dan berkembang sebagai keluarga
3. Melaksanakan tanggung jawab berkenaan dengan
penyaluran kehidupan dan pendidikan anak
4. Mendidik anak sesuai dengan tradisi keluarga religius
dan budaya
5. Mendapat jaminan fisik, sospol dan ekonomi
24. 1. Halangan umur: KHK 1983 (16 dan 14 th). UU Perkawinan
RI: menikah sebelum 21 tahun perlu izin orang tua
2. Halangan impotensi (bersifat instrumental, organik,
anatomik, fungsional atau psikis, insanabilis atau temporary)
menyebabkan tidak sah (antecedens), tetapi sterilitas tidak
menggagalkan perkawinan
3. Halangan ikatan perkawinan sebelumnya
4. Halangan beda agama
5. Halangan selibat dalam tahbisan suci
6. Halangan penculikan dan penahanan
7. Halangan kriminal
8. Halangan hubungan se-darah / semenda (lebih ikatan moral)
9. Halangan kelayakan publik
10. Halangan pertalian hukum
Halangan Perkawinan
25. 1. Karena situasi dan kondisi setempat (gak ada pilihan lain)
2. Usia pihak perempuan sudah tinggi (super-adulta)
3. Karena difabilitas yang dialaminya (gak ada pilihan lain)
4. Seorang janda miskin dengan banyak anak (faktor ekonomi)
5. Kebingungan dan kegelisahan pihak putri dan legitimasi anak
6. Pengesahan perkawinan yang diteguhkan tidak sah dengan
itikad baik oleh minimal satu pihak (sudah nikah di luar)
7. Bahaya kawin campur/menikah di hadapan peneguh non
katolik
8. Bahaya menikah secara sipil saja
9. Untuk menghentikan skandal publik (kumpul kebo)
Dispensasi
26. 1. Halangan timbul dari tahbisan suci (KHK 1087)
2. Halangan timbul dari kaul kemurnian kekal dan
publik dalam tarekat religius tingkat kepausan (KHK
1088)
3. Halangan kejahatan coniugicide (KHK 1090)
4. Tidak bisa diberikan dispensasi oleh Tahta Suci
karena halangan bersumber dari hukum ilahi
absolut: consanguinity garis lurus tingkat satu,
hubungan darah garis menyamping tingkat kedua
Dispensasi khusus dari Tahta Suci
27. Pelayanan Sakramen Perkawinan
1. Pacaran untuk menikah atau untuk penjajakan kepribadian?
• Serius kenali pasangan dan keluarganya (situasi kesehatan,
falsafah hidup, perbedaan SARA, kenali karakter, harta...)
2. Ikuti Kursus Persiapan Perkawinan [KPP] (+ discovery)
3. Temui Ketua Lingkungan untuk mendapatkan surat
keterangan mengurus pernikahan
4. Lampiran pendaftaran peserta KPP:
• surat keterangan dari lingkungan,
• surat baptis,
• Kartu keluarga
• pasphoto sendiri ukuran 3 x 4 : 3 lembar,
• tanda tangan pastor Paroki
• bagi TNI-POLRI surat ijin dari Komandan
28. Pelayanan Sakramen Perkawinan
5. Bertemu pastor paroki untuk menentukan jadwal kanonik, dengan
melampirkan:
• Salinan surat baptis terbaru (tidak lebih dari 6 bulan)
• Sudah menerima sakramen penguatan
• Sertifikat KPP (discovery)
• Kartu Keluarga (gereja dan pemerintah)
• Pas photo berdampingan ukuran 4 x 6: 2 lembar dengan
berpakaian rapi/ berkemeja (untuk TNI- POLRI berpakaian PDH)
• KTP dan akte lahir
• KTP 2 orang saksi kanonik jika tidak seiman
• Surat keterangan untuk keperluan perkawinan dari kelurahan/
desa dalam bentuk fotocopy (N1, N2 dan N4)
29. Pelayanan Sakramen Perkawinan
6. Koordinasi dengan Pastor Paroki untuk menentukan kesepakatan
jadwal kanonik (minimal 4 bulan sebelum hari H)
7. Setelah kanonik, pengumuman di gereja/warta paroki selama 3
minggu berturut-turut sebelum pelaksanaan hari perkawinan: bila
ada halangan harus disampaikan, berbicara saat ini atau diam
selama-lamanya.
8. Jika pelaksanaan sakramen perkawinan di luar Paroki domisili,
sekretariat akan mengurus ke paroki bersangkutan.
9. Akte perkawinan ditanda tangani oleh: pengantin pria dan wanita,
Pastor yang memberkati, dan 2 orang saksi perkawinan.
10. Berkas rangkap 2: arsip paroki dan Dinas Kependudukan untuk
kepengurusan catatan sipil, berita perkawinan ke paroki asal baptis
dan mengarsipkan semua berkas perkawinan.