Konsep kepuasan kerja telah ada sejak tahun 1920-an dan diukur melalui berbagai dimensi seperti kepuasan terhadap pekerjaan, atasan, gaji, promosi, dan rekan kerja. Beberapa pengukuran yang populer untuk mengukur kepuasan kerja antara lain JDI, MSQ, JDS, JIG, dan JSS. Penulis memilih pengukuran JDI karena diramu oleh Smith, Kendal, dan Hulin pada tahun 1969.
1. 1/4
Kepuasan kerja? Ada dan bagaimana mengukurnya?
Terbesit pertanyaan ini sekilas muncul. Saat saya bertanya perihal dunia kerja di
negara yang berbeda dengan seorang kawan. Kawan saya sama seperti saya, yabanci,
“bule” di negeri ini, asal kami pun sama dari negeri nan jauh di seberang sana, salah
satu ranah negeri ASEAN. Lalu entah bagaimana akhir ujung pembicaraan kami
menyangkut sekilas tentang konsep kepuasan kerja. Dan karena konsep tersebut juga
termasuk sebagai bahan tesis saya, juga karena selama ini saya telah membaca banyak
jurnal ilmiah sebagai bahan referensi penelitian saya tersebut. Maka sedikit saya coba
jelaskan konsep tersebut; konsep itu sendiri ada dan bisa diukur, tetapi tidak bisa kita
bayangkan saat ini. Enaknya gimana dan apa yang dirasakan, itu nanti. Kita hanya bisa
merasakannya nanti, tapi harus siap juga dengan resiko dan segalanya saat memasuki
dunia kerja. Seperti salah satu guru saya bilang; klo kamu mau merasakan asin, manis,
asam, atau pahitnya sesuatu maka cobalah. Kamu tidak akan pernah mengetahui apa
rasanya sebelum kamu mencobanya, dan jangan takut mencobanya selama itu baik
dan halal bagimu. Dan jangan berdebat atau menjelaskan lebih kepada mereka yang
belum pernah merasakan rasa-rasa itu. Karena akan buang waktu saja..
Ok lanjut, lalu apa itu konsep kepuasan kerja? Apa dia bisa diukur?... Bagi saya
yang telah banyak membaca konsep tersebut. Hal itu ada, dan itu nyata..
Konsep kepuasan kerja itu sendiri telah lama ada. Konsep tersebut telah ada
sejak tahun 1920an. Beberapa pakar peneliti waktu itu hanya meneliti tentang dasar-dasar
dari gejala kepuasan kerja. Memang meski saat itu mereka hanya bisa
merasakan gejalanya dan belum menemukan kata yang tepat dari “kepuasan kerja”.
Sebut saja grup social research dari Mbah Elton Mayo di Western Electric Company.
Mereka telah menjadikan penelitian mereka menjadi sebuah kerangka induksi tentang
kepuasan kerja. Sedikit pembahasan, disini Mbah Elton Mayo dkk meneliti tentang apa
pengaruhnya antara faktor fisik pekerja, lingkungan, dan alat-alat kerja kala itu
terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari hasil penelitian tersebut meski masih
dikatakan secara implicit, mereka mengatakan, employee/karyawan/buruh yang
bekerja dengan faktor-faktor kerja yang baik (fisik, lingkungan, dan alat-alat kerja)
Doddy Sumardi @11/2014, bahan materi tesis, untuk iseng, biar gak lupa..
2. 2/4
maka akan mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan yang bekerja, dan ini segaris
lurus dengan hasil produktifitas kerja. Seperti apa yang disampaikan sendiri oleh Elton
Mayo kemudian, “satisfied worker produces more”1.
Konsep ini lalu berkembang, berdasarkan bahan yang saya pelajari kemudian
pada tahun 1935 Grandpa Hoppock mulai mengenalkan tentang definisi dari konsep
kepuasan kerja. Grandpa bilang, bahwa kepuasan kerja itu adalah… “any combination
of psychological, physiological and environmental circumstances that cause a person
truthfully to say I am satisfied with my job”2. Dan dari sinilah mulai berkembangan
tentang konsep kepuasan kerja. Lalu banyak dari peneliti kemudian mencoba mencari
arti dan konsep masing-masing tentang kepuasan kerja, dan hingga saat ini pun hal itu
masih berlanjut. Karena dalam ilmu sosial sendiri tidak terdapat batas akhir dari
sebuah ilmu, dan sebuah konsep ke-ilmuan dapat berbeda sudut pandangnya
tergantung masing-masing ahli.
Jurnal terbaru yang saya baca berikutnya, dan umumnya dipakai secara luas
untuk mendefinisikan konsep kepuasan kerja mengambil konsep dari Mbah Locke.
Pada tahun 1976, konsep terbaru tersebut mulai sering digunakan untuk mengenal apa
itu kepuasan kerja, meski masih ada beberapa peneliti lain yang berbeda sudut
pandang. Mbah Locke bilang klo kepuasan kerja itu adalah … “a pleasurable or positive
emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experiences” 3. Kondisi
kerja yang nyaman, enak, tenang, bersemangat, riang, gembira, dll yang dirasakan oleh
setiap orang dalam bekerja yang coba pengen diungkapkan oleh si Mbah. Dan keadaan
positif itu pun adalah sebuah hasil dari timbulnya sebuah kepuasan dalam bekerja. Tak
ada yang mengganggu atau menghasilkan negative impact dalam kerja. Meskipun saya
akui sendiri, kondisi yang seratus persen puas dalam dunia kerja itu gak akan pernah
ada. Mungkin hanya antara 100 persen kurang dikit. Dikitnya isi sendiri ya, hehehee
=P.
1 M. M. Gruneberg (1976). Job satisfaction: a reader. London: Macmillan Press, p. x.
2 Aziri, B. (2011). Job Satisfaction: A Literature Review. Management Research and Practice 3 (4), p. 77.
3 T. A. Judge and R. Klinger (2007). Job Satisfaction: Subjective Well -Being at Work. In M. Eid & R. Larsen
(Eds.), The science of subjective well -being, New York: Guilford Publications, p. 394.
Doddy Sumardi @11/2014, bahan materi tesis, untuk iseng, biar gak lupa..
3. 3/4
Lalu dari segi bagaimana mengisi angka tersebut dan bagaimana mengukurnya.
Maka konsep ini pun berkembang. Banyak peneliti/praktikal/author/dll memcoba
mencari cara pengukurannya. Lalu akhirnya masing-masing peneliti tersebut punya
bahan masing-masing; punya definisi, punya teori, punya ukuran, punya indikator,
punya sampel, dll.
Klo saya sendiri untuk mencoba mengukur konsep kepuasan kerja dengan
menggunakan metodenya dari Grandpa Smith, Mbah Kendal, dan Mbah Hulin. Pada
tahun 1969, mereka meramukan bersama tentang cara pengukuran konsep kepuasan
kerja, dari ramuan mereka terciptalah beberapa dimensi sebagai alat ukur untuk
mengukur konsep kepuasan kerja. Konsep ukuran inilah yang lalu saya gunakan untuk
mengukur kepuasan kerja dalam tulisan tesis saya. Mbah-lar ini meramukan ramuan aji
JDI (Job Description Index), dari ramuan ini tercipta lima dimensi yang terkait pada
penilaian kepuasan kerja, antara lain: 1. Kepuasan kepada pekerjaan/tugas, 2.
Kepuasan kepada atasan/bos/supervisor/managers/dll, 3. Kepuasan kepada
pendapatan/gaji/bayaran/upah/dll, 4. Kepuasan kepada promosi/pangkat/jabatan,
dan 5. Kepuasan kepada kawan/teman/rekan4. Adapun penjelasannya akan saya
berikan di lain waktu, InshAlloh =)..
Dari konsep tersebut lalu muncul konsep sejenisnya, lainnya, tandingannya,
tambahannya, dll. Beberapa pakar sebut saja Mpu Weiss, Dawis, England & Lofquist
pada tahun 1967 membuat konsep mengukur kepuasan kerja dengan nama ajian (eh
ukuran),, MSQ (Minnesota Satisfaction Questionnaire). Yang lain juga turut
meramaikan jagad pengukuran kepuasan kerja, seperti Mas Hackman dan Oldham di
tahun 1974 dengan JDS (Job Diagnostic Survey). Lalu Omm Ironson, Smith, Brannick,
Gibson dan Paul di tahun 1989 membuat ukuran JIG (Job in General Scale). Seperti
tidak mau kalah, Kaka Spector pada tahun 1985, dia membuat ajian skala ukuran (Job
Satisfaction Survey). Dan yang terbaru adalah dari tahun 1991. Sebelumnya kumpulan
dari kawan-kawan Quin dan Shepard pada tahun 1974 membuat GJS (Global Job
Satisfaction), lalu kemudian dilanjutkan hal ini diteruskan oleh Abah Pond dan Geyer,
4 T. Ramayah; M. Jantan and S. K. Tadisina (2001). Job Satisfa ction: Empirical Evidence for Alternatives to
JDI. San Francisco: National Decision Sciences Conference-November, p. 7.
Doddy Sumardi @11/2014, bahan materi tesis, untuk iseng, biar gak lupa..
4. 4/4
Om Rice, Gentile dan McFarlin di tahun 1991 tersebut5. Dan masih banyak lagi bahan
kajian dari ukuran JS yang bisa digunakan untuk mengukur, tapi karena keterbatasan
tempat saya sebutkan saja beberapa.
Nah lalu kenapa saya memilih ajian Abah Smith dkk. Itu nanti.. InshAlloh lain
kesempatan saya jelaskan.
Dan tentang apa yang saya bagikan ini hanyalah sebuah konsep kecil tentang
konsep kepuasan kerja yang ada. Semoga lain waktu bisa saya jelaskan.. Saya silahkan
juga kepada Guru-guru saya, rekan saya, atau yang lain yang ingin menambahkan atau
mengkoreksi.
Eskisehir, Turki
5 M. Astrauskaite; R. Vaitkevičius and A. Perminas (2011). Job Satisfaction Survey: A Confirmatory Factor
Analysis Based on Secondary School Teachers’ Sample. International Journal of Business and
Management, 6 (5), p. 42.
Doddy Sumardi @11/2014, bahan materi tesis, untuk iseng, biar gak lupa..