3. Tujuan Pendidikan Nasional
(UU Sisdiknas Nomor 2o Tahun 2003)
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Landasan Yuridis
4. Pendidikan nasional Indonesia mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan segala
potensi peserta didik, dengan tujuan
menghasilkan peserta didik yang memegang nilai-
nilai luhur yang diwariskan generasi sebelumnya,
sehingga menghasilkan generasi yang memiliki
karakter, kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Landasan Filosofis
5. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang menyangkut
interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik
dalam suasana nilai- nilai budaya suatu masyarakat yang
didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan (humanity
value).
Pendidikan selalu melibatkan aspek- aspek yang tidak
dipisahkan satu sama lain yaitu aspek kejiwaan,
kebudayaan, kemasyarakatan, norma- norma, dan
kemanusiaan.
Landasan Psikologis
6. Landasan Teologis
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam:4)
“Orang mukmin paling sempurna imannya ialah orang
yang paling baik budi pekertinya.” (HR. Ahmad)
8. Pendidikan direduksi jadi “PELATIHAN”.
Pendidikan hanya seputar “transfer of knowledge, head
to head.”
Perubahan kurikulum hanya dimaknai dengan perubahan
buku mata pelajaran, padahal guru itu sendiri adalah
kurikulum.
Demoralisasi yang terjadi di kalangan pelajar (termasuk
siswa SMP) semakin meningkat secara kuantitas dan
kualitas.
Realitas Hasil Pendidikan
9. 1. Meningkatnya kekerasan pada remaja;
2. Penggunaan kata-kata yang memburuk;
3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak
kekerasan;
4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas;
5. Kaburnya batasan moral baik-buruk;
6. Menurunnya etos kerja;
7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara;
9. Membudayanya ketidakjujuran; dan
10. Adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama.
Tanda-tanda Kehancuran Suatu Bangsa
(Lickona, 1992)
12. 1. Kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai “the heart of education”
(Klein, 1986).
2. Ciri utama dari pendidikan sekolah adalah adanya kurikulum, sehingga
secara mutlak kurikulum tidak dapat terpisahkan dengan sekolah
(Sukmadinata, 2007).
3. Kurikulum memiliki posisi sentral dalam pendidikan, posisi sentral ini
menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan, kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber belajar, dan lingkungan (Said Hamid Hasan, 2010).
4. Kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di sekolah
ataupun di luar sekolah, asalkan kegiatan tersebut masih di bawah
tanggung jawab sekolah (Wina Sanjaya, 2008).
5. Kurikulum merupakan seluruh pengalaman yang dimiliki oleh para peserta
didik di bawah bimbingan pihak sekolah, baik pengalaman yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan (Marsh dan Willis, 1999)
Teori Kurikulum
13. 1. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu
yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana
yang tertuang di dalam dokumen kurikulum (write
curriculum).
2. Kurikulum aktual/faktual, yaitu kurikulum yang
dilaksanakan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran (hal-hal yang dapat diimplementasikan
dari kurikulum ideal).
3. Hidden curriculum, yaitu segala sesuatu yang terjadi
pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi
kurikulum aktual, atau hasil dari suatu proses
pendidikan yang tidak direncanakan, perilaku yang
muncul di luar tujuan yang telah dideskripsikan oleh
guru
Konsep & Implementasi Kurikulum
14. Glatthorn (1987), ada 4 aspek/variabel yang membentuk
terjadinya hidden curriculum, yaitu:
1. Aspek ideologi (nilai-nilai keyakinan) variabel tetap
2. Aspek organisasi
3. Aspek sistem sosial
4. Aspek budaya/tradisi
variabel tidak tetap
Variabel Hidden Curriculum
15. 1. Education has had two great goal: to help young people become smart and
to help them become good (Lickona, 1992)
2. Pendidikan nilai adalah bantuan terhadap peserta didik agar menyadari
dan mengalami nilai-nilai serta menempatkarmya secara integral dalam
keseluruhan hidupnya (Mardiatmadja, 1986).
3. Pendidikan nilai merupakan bantuan untuk mengembangkan dan
mengartikulasikan kemampuan pertimbangan nilai atau keputusan moral
yang dapat melembagakan kerangka tindakan manusia (David Aspin,
2000).
4. Tujuan pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu
menempatkannya secara integral dalam kehidupan.
5. Untuk sampai pada tujuan dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang
mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh
para pendidik.
6. Salah satu strategi mencapai pendidikan nilai melalui “Pemanfaatan
Hidden Curriculum”.
Konsep Pendidikan Nilai
16. Goleman, 1999
Pendidikan nilai merupakan pendidikan karakter
yang mencakup sembilan nilai dasar yang saling
terkait, yaitu: responsibility (tanggung jawab),
respect (rasa hormat), fairness (keadilan), courage
(keberanian), honesty (kejujuran), citizenship (rasa
kebangsaan), self-discipline (disiplin diri), caring
(peduli), dan perseverance (ketekunan).
Jika pendidikan nilai berhasil menginternalisasikan
kesembilan dasar tersebut dalam diri peserta
didik, maka akan terbentuk pribadi seorang
pribadi yang berkarakter, pribadi yang berwatak.
17. Hasil Pendidikan Nilai (Lickona, 1999)
Pengetahuan Nilai/Moral :
•Moral Awarenes
•Knowing Moral Values
•Perspective-Taking
•Moral Reasoning
•Decision-Making
•Self-Knowledge
Sikap Nilai/Moral
•Conscience
•Self-Esteem
•Empathy
•Loving The Good
•Self-Control
•Humility
Tindakan Nilai/Moral :
•Competence
•Will
•Habit
18. 1. Para ahli pendidikan nilai mengakui bahwa untuk mencapai
tujuan yang terkait dengan iplementasi pendidikan nilai, selain
kurikulum pendidikan tersurat, peran hidden curriculum
sangat besar.
2. Alasan pentingnya hidden curriculum di sekolah adalalah: (1)
pikiran, ucapan, dan perbuatan yang tercermin dari tindakan
setiap individu pada lingkungan sekolah merupakan fakta-
fakta kehidupan nyata yang dapat dipelajari dan dijadikan
contoh oleh orang yang terlibat dalam lingkungan pendidikan
itu; dan (2) kesadaran nilai pada peserta didik dapat
berkembang lebih cepat dan lebih melekat apabila hal
tersebut terkait langsung dengan konteksnya.
Korelasi Hidden Curriculum & Pendidikan Nilai
19. Guru IPA menekankan pentingnya nilai kebenaran, ketelitian,
keuletan, ketekunan, dan lain-lain dalam kehidupan sehari-hari;
Guru IPS menekankan nilai kepahlawanan, pengorbanan,
kesetiakawanan, solidaritas dan lain-lain dalam kehidupan
sehari-hari;
Guru PKn menekankan nilai: kejujuran, kemanusiaan,
penghormatan terhadap sesama/rasa hormat, kedisiplinan,
ketertiban, kepedulian, dan lain-lain dalam kehidupan sehari-
hari.
Guru Agama menekankan nilai keimanan, keyakinan,
kepercayaan, ketabahan, keteguhan, toleransi, kebebasan
beragama, penghormatan atas keyakinan orang lain, dan lain-
lain dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil Pendidikan Nilai di Sekolah SMP
21. Untuk mencapai tujuan yang terkait dengan
implementasi pendidikan nilai di SMP, selain kurikulum
pendidikan tersurat (write curriculum), peran hidden
curriculum sangat besar. Sebab, meskipun tidak
direncanakan, pengaruh hidden curriculum terhadap
perilaku peserta didik tidak diragukan lagi.
Alasannya pentingnya hidden curriculum di sekolah
adalalah: (1) pikiran, ucapan, dan perbuatan yang
tercermin dari tindakan setiap individu pada
lingkungan sekolah merupakan fakta-fakta kehidupan
nyata yang dapat dipelajari dan dijadikan contoh oleh
orang yang terlibat dalam lingkungan pendidikan itu;
dan (2) kesadaran nilai pada peserta didik dapat
berkembang lebih cepat dan lebih melekat apabila hal
tersebut terkait langsung dengan konteksnya.
22. Strategi pemanfaatan hidden curriculum di sekolah
termasuk SMP akan memiliki tiga dimensi, antara
lain:
1. Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu
hubungan sekolah yang terdiri dari interaksi guru,
peserta didik, maupun keseluruhan sistem sosial di
sekolah.
2. Hidden curriculum dapat menjelaskan sebuah
proses implementasi di dalam maupun di luar
sekolah, yang terdiri atas hal-hal yang memiliki nilai
tambah, sosialisasi, dan pemeliharaan struktur kelas.
3. Hidden curriculum juga dapat memunculkan proses
yang tidak diharapkan (unintended) dari penyusunan
kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial
pendidikan.
23. Hidden curriculum di SMP dan sekolah
secara umum akan senantiasa muncul ketika
sekolah sebagai lembaga memainkan peran
dalam hal-hal:
Kebijakan dan politik sekolah;
Budaya sekolah;
Gaya belajar peserta didik;
Gaya dan strategi mengajar guru;
Gaya kepemimpinan kepala sekolah;
Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku
staf sekolah;
Partisipasi dan input masyarakat; dan
Bahasa dan dialek sekolah.