SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Bab II
ANTIHISTAMIN (Anti alergi)
a.Pengertian
Antihistamin adalahzat-zatatauobat yangdapat mengurangi ataumenghalangi efekhistamin terhadap
tubuhdengan jalanmemblok reseptor–histamine.
b.Gambaran Umum
Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang
disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu
yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut
allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara.
Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga
timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan,
dll.
Sedangkan sebuah antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan.
Secara jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani: αντιδιδοναι atau antididonai, yang berarti
"memberikan perlawanan".
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan
dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang
bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak
menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.
Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di
rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida
maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa
terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki
kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine,
empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat
toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik
dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin
Metansulfonat untuk keracunan besi akut.
c.Penggolongan
1. Menghambat reseptor H1 H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir
histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi
dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di
kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin
tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi secara
kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan dalam 2 kelompok
atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dan ke-2.
2. Menghambat reseptor H2. H2-blockers (Penghambat asma) obat-obat ini menghambat
secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan
persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi
asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun. Senyawa ini
banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna mengurangi sekresi HCl dan
pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi
pula sering kali bersama suatu zat stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita
reflux. Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari
histamin.
Antihistamin adalah antagonis reseptor histamin H1 (AH1). Semua kelas antihistamin H1
struktur kimianya menyerupai histamin.
Farmakokinetik
 Absorbsi AH1 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral menyebabkan efek
sistemik dalam waktu kurang dari 30 menit. Hepar merupakan tempat metabolisme utama
(70-90%), dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin dalam bentuk yang tidak
berubah.
Mekanisme kerja
 Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu reseptor yang
spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1 mempunyai kemampuan yang sama
dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek
sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk
mengatasi serangan.
 Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap reseptor AH1 lebih kuat
dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat
dengan masa kerja lama sehingga cukup diberi 1 kali sehari.
 Beberapa jenis AH1 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga
dapat mencegah pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya; juga ada yang
menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul adhesi (ICAM-1) dan
penghambatan adhesi antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat
mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis
AH1 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk
reaksi alergi yang bersifat kronik.
EFEK SAMPING
 Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat
serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling
sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau
pasien yang perlu banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang
memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
 Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek
sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau kurang menimbulkan sedasi. Efek
samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat,
inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor.
 Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang, mual,
muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping ini akan
berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan.
 Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi,
hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena
efek antikolinergik tersebut kurang pada pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.
 AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat
penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas juga pernah
dilaporkan terjadi.
 Selain itu pemberian terfenadin dengan dosis yang dianjurkan pada pasien yang
mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat
memperpanjang interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel. Hal ini juga
dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang
peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia).
 Kemungkinan adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative
dengan terjadinya aritmia yang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.
 INTOKSIKASI AKUT AH1 Keracunan akut AH1 terjadi karena obat golongan ini
sering terdapat sebagai obat persediaan dalam rumah tangga. Pada anak, keracunan
terjadi karena kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis
20-30 tablet AH1 sudah bersifat letal bagi anak. Efek sentral AH1 merupakan efek yang
berbahaya.
 PAda anak kecil efek yang dominan ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi,
eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai
tremor dan pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar dikontrol.
 Gejala lain mirip gejala keracunan atropine misalnya midriasis, kemerahan di muka dan
sering pula timbul demam. Akhirnya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespiratoar
yang disusul kematian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan
biasanya berupa depresi pada permulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP
lebih lanjut.
 PENGOBATAN INTOLSIKASI Pengobatan diberikan secara simtomatik dan suportif
karena tidak ada antidotum spesifik. Depresi SSP oleh AH1 tidak sedalam yang
ditimbulkan oleh barbiturate. Pernapasan biasanya tidak mengalami gangguan yang berat
dan tekanan darah dapat dipertahankan secara baik. Bila terjadi gagal napas, maka
dilakukan napas buatan, tindakan ini lebih baik daripada memberikan analeptic yang
justru akan mempermudah timbulnya konvulsi. Bila terjadi konvulsi, maka diberikan
thiopental atau diazepam.
 Sopir atau pekerja yang memerlukan kewaspadaan yang menggunakan AH1 harus
diperingatkan tentang kemungkinan timbulnya kantuk. Juga AH1 sebagai campuran pada
resep, harus digunakan dengan hati-hati karena efek AH1 bersifat aditif dengan alcohol,
obat penenang atau hipnotik sedative.
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ”Anti Histamin”.(untuk menyelesaikan tugas remedial dari Ibu Dini)
Dalam penyusunannya, Saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu Saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Meskipun Saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata Saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
 Latar belakang masalah
 Rumusan Masalah
Bab II Antihistamin
 Pengertian antishitamin (anti alergi)
 Gambaran Umum
 Jenis Jenis alergi
 Faktor Terjadinya alergi
 Terapi farmakologi
 Terapi non Farmakologi
 Penggolongan obat
 Mekanisme Kerja
 Spesialite obat
Bab III Penutup
 Kesimpulan
 Saran-Saran
Daftar Pustaka
MAKALAH
BIOTEKNOLOGI
Diajukan untuk mata pelajaran PLH
Bpk. Ahmad Mubarok
Disusun oleh :
Nama : Puja alasmana
Kelas : XI-Farmasi
Di susun Oleh:
Astria Serly Susanti
Azka Zulfani
Devi Sholihah
Sindi Wulandari
Ai Masriah
MTS AL-MUKHTARIYAH CINISTI

More Related Content

What's hot

Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasionalmataharitimoer MT
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...gex'z windha suardika
 
Obat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem sspObat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem sspPutri Cavaluna
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainPutri Cavaluna
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaAhmad Muhtar
 
Psikofarmaka ppt antiansietas
Psikofarmaka ppt  antiansietas Psikofarmaka ppt  antiansietas
Psikofarmaka ppt antiansietas Titis Utami
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafDedi Kun
 
2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatiftarmizitaher
 
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiObat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiDilla Novita
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikLia Oktaviani
 

What's hot (19)

pp pkn
pp pknpp pkn
pp pkn
 
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
 
Hampir jadi 1
Hampir jadi 1Hampir jadi 1
Hampir jadi 1
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
 
Obat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem sspObat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem ssp
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lain
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmaka
 
Psikofarmaka ppt antiansietas
Psikofarmaka ppt  antiansietas Psikofarmaka ppt  antiansietas
Psikofarmaka ppt antiansietas
 
Asma 2
Asma 2Asma 2
Asma 2
 
Obat sistem saraf
Obat sistem sarafObat sistem saraf
Obat sistem saraf
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem Saraf
 
2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif
 
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiObat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
 
Ppt ibuprofen
Ppt ibuprofenPpt ibuprofen
Ppt ibuprofen
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi Analgetik
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 

Similar to ANTIHISTAMIN

PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxPPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxssuser8cafc5
 
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITFARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITVhiyyae ChokkiCokiie
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat Dedi Kun
 
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptx
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptxKel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptx
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptxTiaraChaerulZhanah
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan Asma
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan AsmaPengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan Asma
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan AsmaAlya Titania Annisaa
 
Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Aisyah Asmara
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfnoragracesara
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfHenipuspitasari17
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARirmalawai
 

Similar to ANTIHISTAMIN (20)

PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxPPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
 
Ka emi
Ka emiKa emi
Ka emi
 
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITFARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat
 
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptx
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptxKel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptx
Kel 6 Antialergi_5D_Farmakologi.pptx
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan Asma
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan AsmaPengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan Asma
Pengobatan Darurat Sederhana untuk Meredakan Asma
 
Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Tugas ninir
Tugas ninirTugas ninir
Tugas ninir
 
Autakoid......
Autakoid......Autakoid......
Autakoid......
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
Anti asma
Anti asmaAnti asma
Anti asma
 
Farmakodinamik dan farmakokinetika
Farmakodinamik dan farmakokinetikaFarmakodinamik dan farmakokinetika
Farmakodinamik dan farmakokinetika
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
 
Efek obat
Efek obatEfek obat
Efek obat
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
 
423261779-Analgetik-Pres.pptx
423261779-Analgetik-Pres.pptx423261779-Analgetik-Pres.pptx
423261779-Analgetik-Pres.pptx
 
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNADian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
 

More from JeGe JankGoes

Pernyataan kayu jati
Pernyataan kayu jatiPernyataan kayu jati
Pernyataan kayu jatiJeGe JankGoes
 
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125JeGe JankGoes
 
Contoh lamaran-kerja-umum
Contoh lamaran-kerja-umumContoh lamaran-kerja-umum
Contoh lamaran-kerja-umumJeGe JankGoes
 
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipan
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipanSistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipan
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipanJeGe JankGoes
 
Perbedaan wahyu dan_ilham
Perbedaan wahyu dan_ilhamPerbedaan wahyu dan_ilham
Perbedaan wahyu dan_ilhamJeGe JankGoes
 

More from JeGe JankGoes (10)

Bcm
BcmBcm
Bcm
 
Pernyataan kayu jati
Pernyataan kayu jatiPernyataan kayu jati
Pernyataan kayu jati
 
Jadwal tajil 2019
Jadwal tajil 2019Jadwal tajil 2019
Jadwal tajil 2019
 
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125
Kartu pendaftaran snmptn_2017_4170077125
 
Contoh lamaran-kerja-umum
Contoh lamaran-kerja-umumContoh lamaran-kerja-umum
Contoh lamaran-kerja-umum
 
Pengertian pasar
Pengertian pasarPengertian pasar
Pengertian pasar
 
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipan
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipanSistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipan
Sistem kronologis atau sistem tanggal dalam kearsipan
 
Wawan cara
Wawan caraWawan cara
Wawan cara
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Perbedaan wahyu dan_ilham
Perbedaan wahyu dan_ilhamPerbedaan wahyu dan_ilham
Perbedaan wahyu dan_ilham
 

ANTIHISTAMIN

  • 1. Bab II ANTIHISTAMIN (Anti alergi) a.Pengertian Antihistamin adalahzat-zatatauobat yangdapat mengurangi ataumenghalangi efekhistamin terhadap tubuhdengan jalanmemblok reseptor–histamine. b.Gambaran Umum Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll. Sedangkan sebuah antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani: αντιδιδοναι atau antididonai, yang berarti "memberikan perlawanan". Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita. Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
  • 2. dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin Metansulfonat untuk keracunan besi akut. c.Penggolongan 1. Menghambat reseptor H1 H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi secara kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dan ke-2. 2. Menghambat reseptor H2. H2-blockers (Penghambat asma) obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux. Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari histamin. Antihistamin adalah antagonis reseptor histamin H1 (AH1). Semua kelas antihistamin H1 struktur kimianya menyerupai histamin. Farmakokinetik  Absorbsi AH1 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral menyebabkan efek sistemik dalam waktu kurang dari 30 menit. Hepar merupakan tempat metabolisme utama (70-90%), dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin dalam bentuk yang tidak berubah. Mekanisme kerja  Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1 mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk mengatasi serangan.  Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap reseptor AH1 lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat dengan masa kerja lama sehingga cukup diberi 1 kali sehari.  Beberapa jenis AH1 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul adhesi (ICAM-1) dan
  • 3. penghambatan adhesi antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis AH1 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi alergi yang bersifat kronik. EFEK SAMPING  Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.  Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau kurang menimbulkan sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor.  Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan.  Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena efek antikolinergik tersebut kurang pada pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.  AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi.  Selain itu pemberian terfenadin dengan dosis yang dianjurkan pada pasien yang mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat memperpanjang interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel. Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia).  Kemungkinan adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative dengan terjadinya aritmia yang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.  INTOKSIKASI AKUT AH1 Keracunan akut AH1 terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai obat persediaan dalam rumah tangga. Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis 20-30 tablet AH1 sudah bersifat letal bagi anak. Efek sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya.  PAda anak kecil efek yang dominan ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai tremor dan pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar dikontrol.  Gejala lain mirip gejala keracunan atropine misalnya midriasis, kemerahan di muka dan sering pula timbul demam. Akhirnya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespiratoar yang disusul kematian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya berupa depresi pada permulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih lanjut.
  • 4.  PENGOBATAN INTOLSIKASI Pengobatan diberikan secara simtomatik dan suportif karena tidak ada antidotum spesifik. Depresi SSP oleh AH1 tidak sedalam yang ditimbulkan oleh barbiturate. Pernapasan biasanya tidak mengalami gangguan yang berat dan tekanan darah dapat dipertahankan secara baik. Bila terjadi gagal napas, maka dilakukan napas buatan, tindakan ini lebih baik daripada memberikan analeptic yang justru akan mempermudah timbulnya konvulsi. Bila terjadi konvulsi, maka diberikan thiopental atau diazepam.  Sopir atau pekerja yang memerlukan kewaspadaan yang menggunakan AH1 harus diperingatkan tentang kemungkinan timbulnya kantuk. Juga AH1 sebagai campuran pada resep, harus digunakan dengan hati-hati karena efek AH1 bersifat aditif dengan alcohol, obat penenang atau hipnotik sedative.
  • 5. Kata Pengantar Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Anti Histamin”.(untuk menyelesaikan tugas remedial dari Ibu Dini) Dalam penyusunannya, Saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Meskipun Saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata Saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
  • 6. Daftar Isi Kata pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan  Latar belakang masalah  Rumusan Masalah Bab II Antihistamin  Pengertian antishitamin (anti alergi)  Gambaran Umum  Jenis Jenis alergi  Faktor Terjadinya alergi  Terapi farmakologi  Terapi non Farmakologi  Penggolongan obat  Mekanisme Kerja  Spesialite obat Bab III Penutup  Kesimpulan  Saran-Saran Daftar Pustaka
  • 7. MAKALAH BIOTEKNOLOGI Diajukan untuk mata pelajaran PLH Bpk. Ahmad Mubarok Disusun oleh : Nama : Puja alasmana Kelas : XI-Farmasi Di susun Oleh: Astria Serly Susanti Azka Zulfani Devi Sholihah Sindi Wulandari Ai Masriah MTS AL-MUKHTARIYAH CINISTI