SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
MAKALAH
ISIM - ISIM YANG DI BACA NASHAB
Dosen Pengampu:
Ainul Yaqin, S.Pd.
Disusun Oleh:
Misbahul Munir
Nada Salsabilah
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni
bapak Ainul Yaqin, S.Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan
mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “ISIM - ISIM
YANG DI BACA NASHAB” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan
makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan, 09 April 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Maf’ul Bih................................................................................................2
B. Maf’ul Muthlak........................................................................................3
C. Maf’ul Liajlih...........................................................................................6
D. Maf’ul Fiih ...............................................................................................7
E. Maf’ul Maah ............................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan
para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami
jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim,
Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim
adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata
kerja. Dan Huruf adalah kata penghubung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maful bih ?
2. Apa yang dimaksud dengan Maful Liajlih ?
3. Apa yang dimaksud dengan Maful Maal ?
4. Apa yang dimaksud dengan Maful Fiih ?
5. Apa yang dimaksud dengan Maful Muthlak ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maf’ul Bih
Adapun definisi maf’ul bih dalam ilmu nahwu ialah : isim manshub
(yang dibaca nashob) yang menjadi sasaran tindakan (objek).1
Maka, jelas
sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah isim manshub
dimana posisinya menjadi sasaran tindakan si pelaku.
Contoh :
‫َاب‬‫ت‬ِ‫ك‬ ُ‫ت‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬َ‫ق‬
‫ا‬ = Aku sudah membaca Buku Dalam misal di atas, yang
menjadi sasarn perbuatannya (memukul) ialah kata “kitaaban”, maka kata
tersebut menjadi maf’ul bih.
Contoh lainnya :
َ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ك‬َ‫ا‬ = Aku sudah memakan makanan. Yang menjadi sasaran
perbuatannya (memakan) ialah makanan, maka kata tersebut menjadi maf’ul
bih.
Dengan dua misal di atas sudah paling jelas sekali untuk
mengetahui pembahasan mengenai maful bih dalam ilmu nahwu.
1. Pembagian Maf’ul Bih
Dalam ulasan tentang maful bih , maka maf’ul bih terbagi atas dua
bagian yakni maf’ul bihi isim dzahir (nampak) dan isim dhamir (kata ganti).
Maf’ul bih isim dzahir ialah maf’ul bih yang terdiri atas isim dzahir (isim
yang nampak) contohnya laksana yang dua tadi di atas, objeknya berupa
kata yang nampak dan bukan kata ganti, sementara yang dimaksud dengan
maf’ul bih isim dhamir (kata ganti) ialah maf’ul bih yang terdiri dari isim
dhamir misal :
‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ = Dia (laki-laki) sudah memukulku.
Lafadz َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ ialah fi’il madhi, sementara fa’ilnya ialah dhamir
mustatir (disembunyikan) takdirnya َ‫و‬ُ‫ه‬, huruf nun-nya ialah lil wiqaayah,
1
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 29
3
sementara huruf ya-nya ialah ya mutakalim wahdah dimana
kedudukannya menjadi maf’ul bih.
َ‫ك‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ = Dia (laki-laki) sudah memukulmu (laki-laki)
Lafadz َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ ialah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir andai ditakdirkan
menjadi َ‫و‬ُ‫ه‬, dan huruf ka-nya menjadi maf’ul bih.
Demikian ulasan tentang maful bih dalam ilmu nahwu bahasa arab.
B. Maf’ul Muthlak
Maf’ul Muthlaq ialah isim atau kata benda yang dibaca nashob yang
berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il, maf'ul muthlaq juga isim
yang dibaca nashob dan bertujuan untuk penegasan dan penjelasan jenis serta
jumlah perbuatannya.2
Contoh :
‫ا‬‫ام‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬‫إ‬ ُ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ي‬ َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫أ‬ ,‫ا‬‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ب‬ ِ
‫ْر‬‫ض‬َ‫ي‬ َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬,
Dari pengertian maf’ul muthlaq itu member kepahaman bahwa :3
1. Maf’ul muthlaq berupa kalimat isim
2. Maf'ul muthlaq bertujuan untuk penegasan, penjelas dari fi'il (baik jenis
maupun jumlah pekerjaannya)
3. Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan
maf’ul muthlaq yaitu :
Fi’il taam yang mutashorrif: kata kerja sempurna yang dapat ditashrif
(maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid )
ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ‫ا‬‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ك‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬
Aku memukul Anjing dengan dua kali pukulan
Mashdar
ِ‫د‬َ‫ش‬ ‫ا‬‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ ِ‫ح‬َ‫ع‬
‫ا‬‫ْد‬‫ي‬
Aku terkejut atas pukulanmu dengan pukulan yang keras
Isim sifat
2
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 30
3
Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:Darul Ulum Prees,1991), hlm.
32
4
ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬‫أ‬ َ‫ب‬ ْ‫ضر‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬ ِ
‫ار‬َ‫ض‬ ‫َا‬‫ن‬‫أ‬
Aku memukul Zaid seperti pukulan ayahnya
4. Maf’ul muthlaq tercipta dari mashdar yang adalah urutan ketiga dari
tashrifnya fi’il.
Maf'ul Mutlaq ialah isim manshub yang dilafalkan untuk 3 keadaan:
Untuk menegaskan sebuah perbuatan
Untuk menyatakan bilangan perbuatan
Untuk menyatakan jenis/sifat perbuatan
a. Contoh sebagai penegas perbuatan
‫ا‬‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ َ
‫س‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ظ‬ِ‫ف‬َ‫ح‬“ Aku sudah menghafal pelajaran tersebut dengan
sangat hafal”
Kata ‫ا‬‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ adalah isim yang dibaca nashob dengan fathah sebab
isim mufrod, dan ia menjadi maf'ul mutlaq. Kata tersebut bertugas
untuk menegaskan perbuatan. Jika kita perhatikan baik-baik bentuk
katanya, maf’ul mutlaq adalah isim yang berasal dari lafad fi’ilnya,
dalam ilmu shorof disebut isim mashdar. Sehingga untuk menciptakan
maf’ul bih sebuah fi’il, dengan teknik mengganti fi’il itu menjadi isim
mashdar.
 yang mengindikasikan penegas tindakan :
‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ َ
‫س‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ظ‬ِ‫ف‬َ‫ح‬
‫ا‬
(Saya menghapal latihan dengan sesungguhnya)
‫شديدا‬ ‫ضربا‬ ٌ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬‫ضر‬
(Saya memukulnya dengan pukulan keras)
‫كثيرا‬ ‫ال‬ْ‫ك‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫أكل‬
(Saya makan dengan banyak)
b. Contoh untuk menyatakan bilangan
‫ة‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬“ Aku memukulnya dengan satu kali pukulan “
Kata ‫ة‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ adalah isim manshub dengan fathah, sebab isim
mufrod, sebagai maf'ul mutlaq. Pada kalimat ini, maf’ul mutlaq
bermanfaat sebagai penjelas bilangan dari perbuatan. Jika anda belajar
5
ilmu shorof, anda akan temukan format isim masdar yang lebih dari
satu, laksana halnya pada misal di atas.
Kata ‫ضرب‬ dapat memiliki isim masdar yang lebih dari satu, dan
pemakai annya bermacam-macam, terdapat yang guna sebagai penjelas
tindakan atau untuk menyatakan bilangan, sampai-sampai untuk dapat
menyusun suatu kalimat yang memiliki maf’ul mutlaq, maka butuh
adanya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk isim masdar dari sebuah
fi’il.
Contoh beda yang menyatakan bilangan :
ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬ َ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ك‬‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬
(Saya memukul anjing sejumlah tiga kali)
‫ضربة‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬‫ضر‬
(Saya memukulnya satu kali pukulan)
‫ة‬َ‫ل‬‫أك‬ ُ‫ت‬ْ‫أكل‬
(Saya makan satu kali suap)
c. Contoh untuk menyatakan jenis/sifat
‫َّة‬‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ ‫َة‬‫ت‬‫ي‬ِ‫م‬ َ‫ات‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ْر‬‫ب‬ِ‫ش‬ ِ‫ان‬َ‫ط‬ْ‫ل‬ُّ‫س‬‫ال‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ج‬ َ‫َر‬‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan Seorang pemimpin
sejengkal saja, lantas ia mati,maka matinya laksana kematian
jahiliyah".
Pada kalimat di atas ada kata ‫َة‬‫ت‬‫ي‬ِ‫م‬ yang dibaca nashob. Kata itu
adalah maf’ul muthlaq karena bermanfaat sebagai penjelas jenis dari
fi’il yang digunakan yakni َ‫ات‬َ‫م‬. Pada situasi ini, maf’ul muthlaq mesti
dibuntuti oleh na’at. Sehingga maf’ul muthlaq yang bermanfaat untuk
menyatakan jenis/sifat fi’il mesti dibuntuti oleh na’at/sifat atau
disandarkan ke isim yang lainnya.
Contoh lagi :
ِ‫مآء‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ َ‫ة‬َ‫س‬ْ‫ل‬ ِ‫ج‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬
(Saya duduk seperti duduknya semua ulama)
1. Macam-macam Maf’ul Muthlaq
6
Masdar yang menjadi maf’ul muthlaq terdapat dua yakni :
a. Masdar Lafdzi
Yaitu bilamana lafadznya masdar sesuai dengan lafadznya fi’il.
Contoh :
‫ال‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫َل‬‫ت‬َ‫ق‬ saya benar-benar telah membunuh Zaid.
Lafadz ‫ال‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ adalah masdar yang menjadi maf’ul muthlaq,
lafadznya mirip dengan lafadz fi’ilnya yakni َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ , maka disebut masdar
lafdzi.
b. Masdar Maknawi
Yaitu bilamana masdar sesuai dengan artinya fi’il, tetapi tidak
sesuai dalam lafadznya.
Contoh :
‫ا‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ق‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ saya duduk dengan sesungguhnya
‫ا‬‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ ُ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬ saya berdiri dengan sesungguhnya
Masdar ‫ا‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ق‬ yang menjadi maf’ul muthlaq, artinya sama dengan
artinya fi’ilnya, lafadz ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ (maknanya duduk), tetapi tidak sama
dalam lafadznya, begitu pun dengan lafadz ‫ا‬‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ ُ‫و‬ dengan ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬, oleh
sebab itu disebut masdar maknawi.
C. Maf’ul Liajlih
Maf’ul liajlih ialah Isim yang dibaca nashob yang bermanfaat untuk
menyatakan sebab atau motif terjadinya perbuatan.4
Contoh:
‫ا‬‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ِِّ‫ي‬ِ‫س‬ ْ‫ر‬ُ‫ك‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬
(Aku duduk di atas kursi karena lelah)
ِ‫ة‬ َ‫ْر‬‫س‬ ْ
‫ْل‬ِ‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ْ‫َو‬‫ش‬ ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ر‬
(Aku pulang ke rumah karena kangen dengan keluarga)
‫ا‬‫ع‬ ْ‫و‬َ‫ج‬ َ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ك‬‫أ‬
4
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 30
7
(Aku memakan makanan karena lapar)
ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ال‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫غ‬ َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫َب‬‫ه‬‫أذ‬
( Aku berangkat ke sekolah sebab mencintai Ilmu)
ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ْب‬‫ي‬ِ‫د‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬
( Aku memukul anak tersebut karena bermaksud guna mendidiknya)
Penjelasan :
Kata 'mendidik', 'cinta', 'lelah', 'lapar', dan 'rindu' adalah menjadi Maf’ul Li
Ajlih, hukumnya Nashob dan tanda Nashob nya adalah Fathah.
Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maf’ul liajlih:
‫ا‬‫ام‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫إ‬ (sebab hormat) ‫اء‬َ‫ي‬‫ح‬(karena malu)
‫ا‬‫ن‬ ْ‫ز‬ُ‫ح‬ (karena sedih) ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬ َ‫ر‬ (karena sayang)
‫ف‬ ْ‫َو‬‫خ‬
‫ا‬ (karena takut) ‫ا‬‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ (karena iri)
‫ًّا‬‫ب‬ُ‫ح‬ (karena cinta) ‫ا‬‫ض‬ْ‫غ‬ُ‫ب‬ ( sebab marah)
(sebab mendidik) ‫ا‬‫ان‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫إ‬ (karena beriman)
‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ش‬ (sebab kasihan) ‫ا‬‫ح‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ (karena senang)
‫ا‬‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ (karena lelah) ‫ا‬‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ش‬ (karena bersyukur)
‫ا‬‫ْب‬‫ض‬َ‫غ‬ (karena marah) ْ‫غ‬ َ‫ر‬
‫ة‬َ‫ب‬ (karena cinta)
Penjelasan :
Sebenarnya hukum Maf’ul li Ajlih ialah dibaca Nashob, tetapi dapat di
Jarr dengan huruf Lam (‫ل‬) dan terkadang Maf’ul li Ajlih sama sekali tidak
menduduki sebagai ma'ful li ajlih, namun menjadi Jarr-Majrur dan mempunyai
ta'aluq atau hubungan dengan kata sebelumnya.
D. Maf’ul Fiih
Maf’ul Fiih/ Zharaf ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau
masa-masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan.
Maf’ul Fiih ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau masa-
masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan. Atau sebagai jawaban dari
pertanyaan “kapan” atau “dimana”. Disebut Zhorof Zaman bilamana berkaitan
8
dengan masa-masa terjadinya perbuatan, dan dinamakan Zhorof Makan
bilamana berkaitan dengan lokasi terjadinya perbuatan.5
Contoh :
ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ِ‫م‬َ‫د‬َ‫ق‬‫ال‬ َ‫ة‬َّ‫ر‬ُ‫ك‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬َ‫ع‬ْ‫ل‬َ‫ي‬)
( Zaid bermain sepak bola di depan sekolah) “keterangan tempat”.
ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ َ‫ف‬َ‫ق‬ َ‫و‬)
(Zaid berdiri di depan sekolah) “keterangan tempat”
ِ‫ان‬َ‫م‬َّ‫ز‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫اء‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫األر‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫م‬َ‫د‬َ‫ق‬‫ال‬ َ‫ة‬َّ‫ر‬ُ‫ك‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬َ‫ع‬ْ‫ل‬َ‫ي‬)
( Zaid bermain sepak bola pada hari Rabu) “keterangan waktu”.
‫ا‬‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫اح‬َ‫ب‬َ‫ص‬ ِ‫ة‬ َ‫ار‬َ‫د‬‫اإل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫َب‬‫ه‬ْ‫ذ‬َ‫أ‬
( Saya pergi ke kantor dini hari ). “keterangan waktu”
Keterangan:
َ‫م‬ dalam misal diatas merupakan penjelasan waktu terjadinya suatu
tindakan “main bola”. Demikian pula lafazh َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ialah keterangan lokasi
terjadinya suatu tindakan “main bola”. Setiap zharaf makaan/tempat atau
zaman/waktu harus dibaca nashob.
Adapun keterangan-keterangan masa-masa yang biasa digunakan;6
ِ‫ان‬َ‫م‬َّ‫الز‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬ ( Keterangan Waktu)
‫ا‬‫اء‬َ‫س‬َ‫م‬ ( Sore hari) ‫ا‬‫اح‬َ‫ب‬َ‫ص‬ (Pagi hari)
‫ْال‬‫ي‬َ‫ل‬ (Malam hari) ‫ا‬‫ار‬َ‫ه‬َ‫ن‬ (Siang hari)
‫ا‬‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (Hari) ‫ا‬‫ع‬ ْ‫ُو‬‫ب‬ْ‫س‬ُ‫أ‬ (Minggu)
‫ا‬‫ر‬ْ‫ه‬َ‫ش‬ (Bulan) ‫َة‬‫ن‬َ‫س‬ (Tahun)
َ‫أ‬
َ
‫س‬ْ‫م‬ (Kemarin) ‫ا‬‫َد‬‫غ‬ ( Besok)
5
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 31
6
Sukamto imanudin, Munawari Akhmad. Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: Nurma
Media idea. 2007), hlm. 62
9
‫ا‬‫ن‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬ (Abad) ‫ا‬‫د‬َ‫ب‬َ‫أ‬ (Selamanya)
‫ا‬‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ح‬ (Terkadang) ‫ا‬‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ (Kadang-kadang)
‫ة‬َ‫َار‬‫ت‬ (kadang-kadang) ‫ا‬‫ق‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫س‬ (yang sudah lalu/dulu)
َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ (Sebelum) َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ (Sesudah)
‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫س‬ (Satu Jam) َ‫اآلن‬ (Sekarang)
ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬ ( Keterangan Tempat)
َ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ق‬ (Dekat) َ‫ب‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ج‬ (Di samping)
ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ل‬ (Pada) َ‫ط‬ْ‫س‬ َ‫و‬ (Tengah)
َ‫ر‬ْ‫ت‬ِ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ (Kilometer) َ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫م‬ (Mil)
َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ( Di depan) َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ (Di belakang)
َ‫ق‬ ْ‫و‬َ‫ف‬ (Di atas) َ‫حْت‬َ‫ت‬ (Di bawah)
َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ (Di kanan) َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ش‬ (Di kiri)
َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ (Di antara) َ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ح‬ (Di sekitar)
َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ (Di sisi) َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ز‬ِ‫إ‬ (Di sisi)
Adapun pembagian Zharaf terdapat 2 bagian, yakni :
1. ْ
‫ف‬ِِّ
‫ر‬َ‫ص‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ( Lafazh yang terkandung bermanfaat sebagai Zharaf dan pun
tidak).
Contoh sebagai Zharaf:
ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ْ‫ث‬ِ‫اإل‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ص‬ (Aku shaum/puasa pada hari senin)
Contoh bukan sebagai Zharaf:
ٌ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ُ‫م‬ ٌ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (Hari jum’at ialah hari yang berkah)
Keterangan:
Lafazh َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (hari) dalam misal kesatu ialah manshub dan bermanfaat
sebagai zharaf atau penjelasan waktu dari kata kerja; ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ص‬ (aku puasa).
E. Maf’ul Maah
Maf’ul Ma’ah ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ ُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ف‬َ‫م‬ merupakan isim manshub yang terletak
sesudah huruf Wau (‫و‬). Akan tetapi, wau itu tidak bermakna DAN (kata
10
sambung). Melainkan mempunayi makna bersama atau kebersamaan. Maka
dari itulah Maf'ul Ma'ah pun disebut Wau Ma'iyyah, sampai-sampai wawu
maiyah pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.7
Contoh:
َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ت‬ ْ‫ر‬ِ‫س‬ (Aku berjalan bareng gunung). Kata َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ dibaca manshub
dengan berharokat fathah sebab sebagai maf'ul ma'ah dalam format isim
mufrod. Contoh lain:
ِ
‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ َ‫و‬ ُّ‫م‬‫األ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ > "Seorang Ibu dan Anaknya datang bersamaan
dengan terbenamnya matahari"
ِ‫ر‬ ْ‫ُو‬‫ي‬ُّ‫الط‬ َ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ > "Zaid bangun bersamaan dengan burung berkicau"
ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ف‬ْ‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ر‬ > "Zaid pulang bersamaan dengan terbitnya fajar"
Cara memisahkan Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf
Sebelumnya saya pernah mencatat tentang wau athaf pada bab
mengenai athaf. Karena disini membicarakan masalah wau ma'iyyah.
Adakalah saya dan anda butuh mengetahui perbedaannya.
1. Kalau wau athof, i'robnya (harokat) mengekor lafadz sebelumnya. Jika
harokat fathah maka ma'tufnya pun fathah. andai kasroh maka pun kasroh.
Jika harokatnya dhammah maka ikut dhammah. Berbeda dengan wawu
ma'iyyah. I'robnya me sti nashob sebagaimana definisi diatas. Contoh : َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬
ِ
‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ (Telah datang umar bareng dengan tenggelamnya
matahari) Kata َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ manshub dengan harokat fathah sebab sebagai maf’ul
ma’ah
2. Untuk memisahkan Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf dapat juga
disaksikan dari makna/artinya. Kalau Wau 'Athaf bermakna DAN (kata
sambung), maka Wau Ma'iyyah bermakna BERSAMA.
7
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 34
11
Syarat Syarat Maf’ul Ma’ah8
1. Berbentuk isim Fadhlah Adanya isim tersebut tergolong kelebihan.
Maksudnya tanpa adanya isim terebut sebetulnya jumlah itu sudah dapat
dipahami
contoh : َ‫َّام‬‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫الظ‬ ِ‫ع‬َ‫د‬
2. Sebelum Wawu Ma’iyyah terdapat Jumlah misal َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ير‬ِ‫م‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (raja
datang bersamaan dengan prajurit)
3. Maf’ul ma’ah terletak langsung sesudah huruf WAU yang dinamakan
dengan WAU ma’iyyah. Tidak boleh terdapat lafadz pemisah
sebelumnya.
4. WAU ma’ah mengindikasikan suatu kebersamaan, bukan kata sambung
Berikut ialah contoh-contoh maf'ul ma'ah atau wau ma'iyyah:
َ‫د‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ
‫الر‬ ‫ا‬ َ‫َز‬‫غ‬ (para lelaki berperang beserta panglima)
ِ
‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ُ‫ار‬َّ‫ج‬ُّ‫ت‬‫ال‬ َ‫َب‬‫ه‬َ‫ذ‬ (para saudagar pergi saat terbit matahari)
َ‫ذ‬ْ‫ي‬ِ‫م‬ْ‫ل‬ِِّ‫ت‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫س‬ِِّ
‫ر‬َ‫د‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ب‬ ِ
‫َر‬‫ش‬ (Guru tersebut minum bersamaan dengan murid)
‫ا‬ َ‫ف‬َ‫ق‬ َ‫و‬
َ‫ْف‬‫ي‬ِّ ِ
‫الض‬ َ‫و‬ ُ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ل‬ (Anak laki-laki tersebut berhenti bersamaan dengan
tamu)
ِ
‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (Umar datang bareng dengan tenggelamnya
matahari)
ِ
‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (Muhammad datang bersamaan dengan terbitnya
matahari)
8
Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu, (Yogyakarta,
IAIN Sunan Kalijaga), hlm. 70
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mansubat Al-Asma’ (Isim-Isim Yang Dibaca Nashab Yang dimaksud
dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab
nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari
mansubat al- asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nahsob.
Berikut beberapa isim yang dibaca nashob diantaranya:
1. Maful Bih
2. Maful Liajlih
3. Maful Muthlak
4. Maful Maah
5. Maful fikih
B. Saran
Apabila ada huruf yang khusus pada kalimat fi’il seperti adat syarat, adat
tahdlidl dan adat istifham maka sebaiknya isim sabiq wajib dibaca nashab.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Jakarta:Darul Ulum Prees,1991
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, Bandung: Sinar Baru ALGESINDO,
2006
Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1999
Sholeh Nadwi, M.Maftuhin, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Surabaya: Putrajaya.
2006
Sukamto imanudin, Munawari Akhmad. Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta:
Nurma Media idea. 2007
Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu,
Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga

More Related Content

Similar to Isim - Isim Yang dibaca Nashab.pdf

2 buku-bahasa-arab-dasar
2 buku-bahasa-arab-dasar2 buku-bahasa-arab-dasar
2 buku-bahasa-arab-dasarGanda Ganda
 
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docx
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docxTanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docx
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docxZukét Printing
 
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdf
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdfDhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdf
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdfZukét Printing
 
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docx
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docxDhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docx
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docxZukét Printing
 
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxJumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxDienEmirats1
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxZukét Printing
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfZukét Printing
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirKaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirDarmansyaD
 
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11rejotangan
 
النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةaidhafitriyanti
 
النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةKharisma Ulil
 

Similar to Isim - Isim Yang dibaca Nashab.pdf (20)

Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4
 
2 buku-bahasa-arab-dasar
2 buku-bahasa-arab-dasar2 buku-bahasa-arab-dasar
2 buku-bahasa-arab-dasar
 
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docx
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docxTanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docx
Tanda-Tanda I’rob Taqdiriyah.docx
 
Isytiqaq
IsytiqaqIsytiqaq
Isytiqaq
 
Fiil,isim,huruf
Fiil,isim,hurufFiil,isim,huruf
Fiil,isim,huruf
 
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdf
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdfDhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdf
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.pdf
 
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docx
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docxDhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docx
Dhomir Mu’rob dan Maknanya Fi’il.docx
 
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxJumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
 
Isim isyaroh
Isim isyarohIsim isyaroh
Isim isyaroh
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
Tugas Nahwu VI
Tugas Nahwu VITugas Nahwu VI
Tugas Nahwu VI
 
Neny
NenyNeny
Neny
 
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassirKaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
Kaidah kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
 
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
 
Makalah shoroh hz
Makalah shoroh hzMakalah shoroh hz
Makalah shoroh hz
 
Makalah maful mutlaq
Makalah maful mutlaqMakalah maful mutlaq
Makalah maful mutlaq
 
النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفة
 
النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفة
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Isim - Isim Yang dibaca Nashab.pdf

  • 1. MAKALAH ISIM - ISIM YANG DI BACA NASHAB Dosen Pengampu: Ainul Yaqin, S.Pd. Disusun Oleh: Misbahul Munir Nada Salsabilah PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA FAKULTAS TADRIS UMUM UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak Ainul Yaqin, S.Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “ISIM - ISIM YANG DI BACA NASHAB” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian. Kraksaan, 09 April 2023 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2 A. Maf’ul Bih................................................................................................2 B. Maf’ul Muthlak........................................................................................3 C. Maf’ul Liajlih...........................................................................................6 D. Maf’ul Fiih ...............................................................................................7 E. Maf’ul Maah ............................................................................................9 BAB III PENUTUP..............................................................................................12 A. Kesimpulan ............................................................................................12 B. Saran.......................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?” Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan Huruf adalah kata penghubung. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan maful bih ? 2. Apa yang dimaksud dengan Maful Liajlih ? 3. Apa yang dimaksud dengan Maful Maal ? 4. Apa yang dimaksud dengan Maful Fiih ? 5. Apa yang dimaksud dengan Maful Muthlak ?
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Maf’ul Bih Adapun definisi maf’ul bih dalam ilmu nahwu ialah : isim manshub (yang dibaca nashob) yang menjadi sasaran tindakan (objek).1 Maka, jelas sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah isim manshub dimana posisinya menjadi sasaran tindakan si pelaku. Contoh : ‫َاب‬‫ت‬ِ‫ك‬ ُ‫ت‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬َ‫ق‬ ‫ا‬ = Aku sudah membaca Buku Dalam misal di atas, yang menjadi sasarn perbuatannya (memukul) ialah kata “kitaaban”, maka kata tersebut menjadi maf’ul bih. Contoh lainnya : َ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ك‬َ‫ا‬ = Aku sudah memakan makanan. Yang menjadi sasaran perbuatannya (memakan) ialah makanan, maka kata tersebut menjadi maf’ul bih. Dengan dua misal di atas sudah paling jelas sekali untuk mengetahui pembahasan mengenai maful bih dalam ilmu nahwu. 1. Pembagian Maf’ul Bih Dalam ulasan tentang maful bih , maka maf’ul bih terbagi atas dua bagian yakni maf’ul bihi isim dzahir (nampak) dan isim dhamir (kata ganti). Maf’ul bih isim dzahir ialah maf’ul bih yang terdiri atas isim dzahir (isim yang nampak) contohnya laksana yang dua tadi di atas, objeknya berupa kata yang nampak dan bukan kata ganti, sementara yang dimaksud dengan maf’ul bih isim dhamir (kata ganti) ialah maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir misal : ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ = Dia (laki-laki) sudah memukulku. Lafadz َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ ialah fi’il madhi, sementara fa’ilnya ialah dhamir mustatir (disembunyikan) takdirnya َ‫و‬ُ‫ه‬, huruf nun-nya ialah lil wiqaayah, 1 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006), hlm. 29
  • 6. 3 sementara huruf ya-nya ialah ya mutakalim wahdah dimana kedudukannya menjadi maf’ul bih. َ‫ك‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ = Dia (laki-laki) sudah memukulmu (laki-laki) Lafadz َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ ialah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir andai ditakdirkan menjadi َ‫و‬ُ‫ه‬, dan huruf ka-nya menjadi maf’ul bih. Demikian ulasan tentang maful bih dalam ilmu nahwu bahasa arab. B. Maf’ul Muthlak Maf’ul Muthlaq ialah isim atau kata benda yang dibaca nashob yang berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il, maf'ul muthlaq juga isim yang dibaca nashob dan bertujuan untuk penegasan dan penjelasan jenis serta jumlah perbuatannya.2 Contoh : ‫ا‬‫ام‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬‫إ‬ ُ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ي‬ َ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫أ‬ ,‫ا‬‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ب‬ ِ ‫ْر‬‫ض‬َ‫ي‬ َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬, Dari pengertian maf’ul muthlaq itu member kepahaman bahwa :3 1. Maf’ul muthlaq berupa kalimat isim 2. Maf'ul muthlaq bertujuan untuk penegasan, penjelas dari fi'il (baik jenis maupun jumlah pekerjaannya) 3. Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan maf’ul muthlaq yaitu : Fi’il taam yang mutashorrif: kata kerja sempurna yang dapat ditashrif (maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid ) ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ‫ا‬‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ك‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ Aku memukul Anjing dengan dua kali pukulan Mashdar ِ‫د‬َ‫ش‬ ‫ا‬‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ ِ‫ح‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫ْد‬‫ي‬ Aku terkejut atas pukulanmu dengan pukulan yang keras Isim sifat 2 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006), hlm. 30 3 Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:Darul Ulum Prees,1991), hlm. 32
  • 7. 4 ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬‫أ‬ َ‫ب‬ ْ‫ضر‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬ ِ ‫ار‬َ‫ض‬ ‫َا‬‫ن‬‫أ‬ Aku memukul Zaid seperti pukulan ayahnya 4. Maf’ul muthlaq tercipta dari mashdar yang adalah urutan ketiga dari tashrifnya fi’il. Maf'ul Mutlaq ialah isim manshub yang dilafalkan untuk 3 keadaan: Untuk menegaskan sebuah perbuatan Untuk menyatakan bilangan perbuatan Untuk menyatakan jenis/sifat perbuatan a. Contoh sebagai penegas perbuatan ‫ا‬‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ َ ‫س‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ظ‬ِ‫ف‬َ‫ح‬“ Aku sudah menghafal pelajaran tersebut dengan sangat hafal” Kata ‫ا‬‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ adalah isim yang dibaca nashob dengan fathah sebab isim mufrod, dan ia menjadi maf'ul mutlaq. Kata tersebut bertugas untuk menegaskan perbuatan. Jika kita perhatikan baik-baik bentuk katanya, maf’ul mutlaq adalah isim yang berasal dari lafad fi’ilnya, dalam ilmu shorof disebut isim mashdar. Sehingga untuk menciptakan maf’ul bih sebuah fi’il, dengan teknik mengganti fi’il itu menjadi isim mashdar.  yang mengindikasikan penegas tindakan : ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ َ ‫س‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ظ‬ِ‫ف‬َ‫ح‬ ‫ا‬ (Saya menghapal latihan dengan sesungguhnya) ‫شديدا‬ ‫ضربا‬ ٌ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬‫ضر‬ (Saya memukulnya dengan pukulan keras) ‫كثيرا‬ ‫ال‬ْ‫ك‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫أكل‬ (Saya makan dengan banyak) b. Contoh untuk menyatakan bilangan ‫ة‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬“ Aku memukulnya dengan satu kali pukulan “ Kata ‫ة‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ض‬ adalah isim manshub dengan fathah, sebab isim mufrod, sebagai maf'ul mutlaq. Pada kalimat ini, maf’ul mutlaq bermanfaat sebagai penjelas bilangan dari perbuatan. Jika anda belajar
  • 8. 5 ilmu shorof, anda akan temukan format isim masdar yang lebih dari satu, laksana halnya pada misal di atas. Kata ‫ضرب‬ dapat memiliki isim masdar yang lebih dari satu, dan pemakai annya bermacam-macam, terdapat yang guna sebagai penjelas tindakan atau untuk menyatakan bilangan, sampai-sampai untuk dapat menyusun suatu kalimat yang memiliki maf’ul mutlaq, maka butuh adanya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk isim masdar dari sebuah fi’il. Contoh beda yang menyatakan bilangan : ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬ َ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ك‬‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ (Saya memukul anjing sejumlah tiga kali) ‫ضربة‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬‫ضر‬ (Saya memukulnya satu kali pukulan) ‫ة‬َ‫ل‬‫أك‬ ُ‫ت‬ْ‫أكل‬ (Saya makan satu kali suap) c. Contoh untuk menyatakan jenis/sifat ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ ‫َة‬‫ت‬‫ي‬ِ‫م‬ َ‫ات‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ْر‬‫ب‬ِ‫ش‬ ِ‫ان‬َ‫ط‬ْ‫ل‬ُّ‫س‬‫ال‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ج‬ َ‫َر‬‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ "Barang siapa yang keluar dari ketaatan Seorang pemimpin sejengkal saja, lantas ia mati,maka matinya laksana kematian jahiliyah". Pada kalimat di atas ada kata ‫َة‬‫ت‬‫ي‬ِ‫م‬ yang dibaca nashob. Kata itu adalah maf’ul muthlaq karena bermanfaat sebagai penjelas jenis dari fi’il yang digunakan yakni َ‫ات‬َ‫م‬. Pada situasi ini, maf’ul muthlaq mesti dibuntuti oleh na’at. Sehingga maf’ul muthlaq yang bermanfaat untuk menyatakan jenis/sifat fi’il mesti dibuntuti oleh na’at/sifat atau disandarkan ke isim yang lainnya. Contoh lagi : ِ‫مآء‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ َ‫ة‬َ‫س‬ْ‫ل‬ ِ‫ج‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ (Saya duduk seperti duduknya semua ulama) 1. Macam-macam Maf’ul Muthlaq
  • 9. 6 Masdar yang menjadi maf’ul muthlaq terdapat dua yakni : a. Masdar Lafdzi Yaitu bilamana lafadznya masdar sesuai dengan lafadznya fi’il. Contoh : ‫ال‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫َل‬‫ت‬َ‫ق‬ saya benar-benar telah membunuh Zaid. Lafadz ‫ال‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ adalah masdar yang menjadi maf’ul muthlaq, lafadznya mirip dengan lafadz fi’ilnya yakni َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ , maka disebut masdar lafdzi. b. Masdar Maknawi Yaitu bilamana masdar sesuai dengan artinya fi’il, tetapi tidak sesuai dalam lafadznya. Contoh : ‫ا‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ق‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ saya duduk dengan sesungguhnya ‫ا‬‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ ُ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬ saya berdiri dengan sesungguhnya Masdar ‫ا‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ُ‫ق‬ yang menjadi maf’ul muthlaq, artinya sama dengan artinya fi’ilnya, lafadz ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ (maknanya duduk), tetapi tidak sama dalam lafadznya, begitu pun dengan lafadz ‫ا‬‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ ُ‫و‬ dengan ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬, oleh sebab itu disebut masdar maknawi. C. Maf’ul Liajlih Maf’ul liajlih ialah Isim yang dibaca nashob yang bermanfaat untuk menyatakan sebab atau motif terjadinya perbuatan.4 Contoh: ‫ا‬‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ِِّ‫ي‬ِ‫س‬ ْ‫ر‬ُ‫ك‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ (Aku duduk di atas kursi karena lelah) ِ‫ة‬ َ‫ْر‬‫س‬ ْ ‫ْل‬ِ‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ْ‫َو‬‫ش‬ ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ر‬ (Aku pulang ke rumah karena kangen dengan keluarga) ‫ا‬‫ع‬ ْ‫و‬َ‫ج‬ َ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫ك‬‫أ‬ 4 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006), hlm. 30
  • 10. 7 (Aku memakan makanan karena lapar) ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ال‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫غ‬ َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫َب‬‫ه‬‫أذ‬ ( Aku berangkat ke sekolah sebab mencintai Ilmu) ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ْب‬‫ي‬ِ‫د‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ض‬ ( Aku memukul anak tersebut karena bermaksud guna mendidiknya) Penjelasan : Kata 'mendidik', 'cinta', 'lelah', 'lapar', dan 'rindu' adalah menjadi Maf’ul Li Ajlih, hukumnya Nashob dan tanda Nashob nya adalah Fathah. Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maf’ul liajlih: ‫ا‬‫ام‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫إ‬ (sebab hormat) ‫اء‬َ‫ي‬‫ح‬(karena malu) ‫ا‬‫ن‬ ْ‫ز‬ُ‫ح‬ (karena sedih) ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬ َ‫ر‬ (karena sayang) ‫ف‬ ْ‫َو‬‫خ‬ ‫ا‬ (karena takut) ‫ا‬‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ (karena iri) ‫ًّا‬‫ب‬ُ‫ح‬ (karena cinta) ‫ا‬‫ض‬ْ‫غ‬ُ‫ب‬ ( sebab marah) (sebab mendidik) ‫ا‬‫ان‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫إ‬ (karena beriman) ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ش‬ (sebab kasihan) ‫ا‬‫ح‬ ْ‫ر‬َ‫ف‬ (karena senang) ‫ا‬‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ (karena lelah) ‫ا‬‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ش‬ (karena bersyukur) ‫ا‬‫ْب‬‫ض‬َ‫غ‬ (karena marah) ْ‫غ‬ َ‫ر‬ ‫ة‬َ‫ب‬ (karena cinta) Penjelasan : Sebenarnya hukum Maf’ul li Ajlih ialah dibaca Nashob, tetapi dapat di Jarr dengan huruf Lam (‫ل‬) dan terkadang Maf’ul li Ajlih sama sekali tidak menduduki sebagai ma'ful li ajlih, namun menjadi Jarr-Majrur dan mempunyai ta'aluq atau hubungan dengan kata sebelumnya. D. Maf’ul Fiih Maf’ul Fiih/ Zharaf ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau masa-masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan. Maf’ul Fiih ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau masa- masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan. Atau sebagai jawaban dari pertanyaan “kapan” atau “dimana”. Disebut Zhorof Zaman bilamana berkaitan
  • 11. 8 dengan masa-masa terjadinya perbuatan, dan dinamakan Zhorof Makan bilamana berkaitan dengan lokasi terjadinya perbuatan.5 Contoh : ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ِ‫م‬َ‫د‬َ‫ق‬‫ال‬ َ‫ة‬َّ‫ر‬ُ‫ك‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬َ‫ع‬ْ‫ل‬َ‫ي‬) ( Zaid bermain sepak bola di depan sekolah) “keterangan tempat”. ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫ة‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫د‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ َ‫ف‬َ‫ق‬ َ‫و‬) (Zaid berdiri di depan sekolah) “keterangan tempat” ِ‫ان‬َ‫م‬َّ‫ز‬ْ‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬(.ِ‫اء‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫األر‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫م‬َ‫د‬َ‫ق‬‫ال‬ َ‫ة‬َّ‫ر‬ُ‫ك‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ ُ‫ب‬َ‫ع‬ْ‫ل‬َ‫ي‬) ( Zaid bermain sepak bola pada hari Rabu) “keterangan waktu”. ‫ا‬‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫اح‬َ‫ب‬َ‫ص‬ ِ‫ة‬ َ‫ار‬َ‫د‬‫اإل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫َب‬‫ه‬ْ‫ذ‬َ‫أ‬ ( Saya pergi ke kantor dini hari ). “keterangan waktu” Keterangan: َ‫م‬ dalam misal diatas merupakan penjelasan waktu terjadinya suatu tindakan “main bola”. Demikian pula lafazh َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ialah keterangan lokasi terjadinya suatu tindakan “main bola”. Setiap zharaf makaan/tempat atau zaman/waktu harus dibaca nashob. Adapun keterangan-keterangan masa-masa yang biasa digunakan;6 ِ‫ان‬َ‫م‬َّ‫الز‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬ ( Keterangan Waktu) ‫ا‬‫اء‬َ‫س‬َ‫م‬ ( Sore hari) ‫ا‬‫اح‬َ‫ب‬َ‫ص‬ (Pagi hari) ‫ْال‬‫ي‬َ‫ل‬ (Malam hari) ‫ا‬‫ار‬َ‫ه‬َ‫ن‬ (Siang hari) ‫ا‬‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (Hari) ‫ا‬‫ع‬ ْ‫ُو‬‫ب‬ْ‫س‬ُ‫أ‬ (Minggu) ‫ا‬‫ر‬ْ‫ه‬َ‫ش‬ (Bulan) ‫َة‬‫ن‬َ‫س‬ (Tahun) َ‫أ‬ َ ‫س‬ْ‫م‬ (Kemarin) ‫ا‬‫َد‬‫غ‬ ( Besok) 5 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006), hlm. 31 6 Sukamto imanudin, Munawari Akhmad. Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: Nurma Media idea. 2007), hlm. 62
  • 12. 9 ‫ا‬‫ن‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬ (Abad) ‫ا‬‫د‬َ‫ب‬َ‫أ‬ (Selamanya) ‫ا‬‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ح‬ (Terkadang) ‫ا‬‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ (Kadang-kadang) ‫ة‬َ‫َار‬‫ت‬ (kadang-kadang) ‫ا‬‫ق‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫س‬ (yang sudah lalu/dulu) َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ (Sebelum) َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ (Sesudah) ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫س‬ (Satu Jam) َ‫اآلن‬ (Sekarang) ِ‫ان‬َ‫ك‬َ‫م‬‫ال‬ ُ‫ف‬ ْ‫ر‬َ‫ظ‬ ( Keterangan Tempat) َ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ق‬ (Dekat) َ‫ب‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ج‬ (Di samping) ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ل‬ (Pada) َ‫ط‬ْ‫س‬ َ‫و‬ (Tengah) َ‫ر‬ْ‫ت‬ِ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ (Kilometer) َ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫م‬ (Mil) َ‫ام‬َ‫م‬َ‫أ‬ ( Di depan) َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ (Di belakang) َ‫ق‬ ْ‫و‬َ‫ف‬ (Di atas) َ‫حْت‬َ‫ت‬ (Di bawah) َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ (Di kanan) َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ش‬ (Di kiri) َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ (Di antara) َ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ح‬ (Di sekitar) َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ (Di sisi) َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ز‬ِ‫إ‬ (Di sisi) Adapun pembagian Zharaf terdapat 2 bagian, yakni : 1. ْ ‫ف‬ِِّ ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ( Lafazh yang terkandung bermanfaat sebagai Zharaf dan pun tidak). Contoh sebagai Zharaf: ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ْ‫ث‬ِ‫اإل‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ص‬ (Aku shaum/puasa pada hari senin) Contoh bukan sebagai Zharaf: ٌ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ُ‫م‬ ٌ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (Hari jum’at ialah hari yang berkah) Keterangan: Lafazh َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ (hari) dalam misal kesatu ialah manshub dan bermanfaat sebagai zharaf atau penjelasan waktu dari kata kerja; ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ص‬ (aku puasa). E. Maf’ul Maah Maf’ul Ma’ah ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ ُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ف‬َ‫م‬ merupakan isim manshub yang terletak sesudah huruf Wau (‫و‬). Akan tetapi, wau itu tidak bermakna DAN (kata
  • 13. 10 sambung). Melainkan mempunayi makna bersama atau kebersamaan. Maka dari itulah Maf'ul Ma'ah pun disebut Wau Ma'iyyah, sampai-sampai wawu maiyah pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.7 Contoh: َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ت‬ ْ‫ر‬ِ‫س‬ (Aku berjalan bareng gunung). Kata َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ dibaca manshub dengan berharokat fathah sebab sebagai maf'ul ma'ah dalam format isim mufrod. Contoh lain: ِ ‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ َ‫و‬ ُّ‫م‬‫األ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ > "Seorang Ibu dan Anaknya datang bersamaan dengan terbenamnya matahari" ِ‫ر‬ ْ‫ُو‬‫ي‬ُّ‫الط‬ َ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ > "Zaid bangun bersamaan dengan burung berkicau" ِ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ف‬ْ‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ َ‫ز‬ َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫ر‬ > "Zaid pulang bersamaan dengan terbitnya fajar" Cara memisahkan Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf Sebelumnya saya pernah mencatat tentang wau athaf pada bab mengenai athaf. Karena disini membicarakan masalah wau ma'iyyah. Adakalah saya dan anda butuh mengetahui perbedaannya. 1. Kalau wau athof, i'robnya (harokat) mengekor lafadz sebelumnya. Jika harokat fathah maka ma'tufnya pun fathah. andai kasroh maka pun kasroh. Jika harokatnya dhammah maka ikut dhammah. Berbeda dengan wawu ma'iyyah. I'robnya me sti nashob sebagaimana definisi diatas. Contoh : َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ ‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ (Telah datang umar bareng dengan tenggelamnya matahari) Kata َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ manshub dengan harokat fathah sebab sebagai maf’ul ma’ah 2. Untuk memisahkan Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf dapat juga disaksikan dari makna/artinya. Kalau Wau 'Athaf bermakna DAN (kata sambung), maka Wau Ma'iyyah bermakna BERSAMA. 7 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006), hlm. 34
  • 14. 11 Syarat Syarat Maf’ul Ma’ah8 1. Berbentuk isim Fadhlah Adanya isim tersebut tergolong kelebihan. Maksudnya tanpa adanya isim terebut sebetulnya jumlah itu sudah dapat dipahami contoh : َ‫َّام‬‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫الظ‬ ِ‫ع‬َ‫د‬ 2. Sebelum Wawu Ma’iyyah terdapat Jumlah misal َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ير‬ِ‫م‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (raja datang bersamaan dengan prajurit) 3. Maf’ul ma’ah terletak langsung sesudah huruf WAU yang dinamakan dengan WAU ma’iyyah. Tidak boleh terdapat lafadz pemisah sebelumnya. 4. WAU ma’ah mengindikasikan suatu kebersamaan, bukan kata sambung Berikut ialah contoh-contoh maf'ul ma'ah atau wau ma'iyyah: َ‫د‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ ‫الر‬ ‫ا‬ َ‫َز‬‫غ‬ (para lelaki berperang beserta panglima) ِ ‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ُ‫ار‬َّ‫ج‬ُّ‫ت‬‫ال‬ َ‫َب‬‫ه‬َ‫ذ‬ (para saudagar pergi saat terbit matahari) َ‫ذ‬ْ‫ي‬ِ‫م‬ْ‫ل‬ِِّ‫ت‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫س‬ِِّ ‫ر‬َ‫د‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ب‬ ِ ‫َر‬‫ش‬ (Guru tersebut minum bersamaan dengan murid) ‫ا‬ َ‫ف‬َ‫ق‬ َ‫و‬ َ‫ْف‬‫ي‬ِّ ِ ‫الض‬ َ‫و‬ ُ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ل‬ (Anak laki-laki tersebut berhenti bersamaan dengan tamu) ِ ‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ َ‫و‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (Umar datang bareng dengan tenggelamnya matahari) ِ ‫س‬ْ‫م‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫ع‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ط‬ َ‫و‬ ٌ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ (Muhammad datang bersamaan dengan terbitnya matahari) 8 Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu, (Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga), hlm. 70
  • 15. 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mansubat Al-Asma’ (Isim-Isim Yang Dibaca Nashab Yang dimaksud dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari mansubat al- asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nahsob. Berikut beberapa isim yang dibaca nashob diantaranya: 1. Maful Bih 2. Maful Liajlih 3. Maful Muthlak 4. Maful Maah 5. Maful fikih B. Saran Apabila ada huruf yang khusus pada kalimat fi’il seperti adat syarat, adat tahdlidl dan adat istifham maka sebaiknya isim sabiq wajib dibaca nashab.
  • 16. 13 DAFTAR PUSTAKA Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Jakarta:Darul Ulum Prees,1991 K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1999 Sholeh Nadwi, M.Maftuhin, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Surabaya: Putrajaya. 2006 Sukamto imanudin, Munawari Akhmad. Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta: Nurma Media idea. 2007 Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga