SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
ENDAHULUAN



   1.1.Latar Belakang
      Di era modern ini pemakaian velg racing sangatlah berpengaruh keindahan kendaraan kita khususnya
      mobil dan motor kitamaka dari itu dalam makalah ini kita akan membahas tentang pembuatan velg
      racing
      1.2 Tujuan Pemakalah

      Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :

      1. Mengetahui tentang Proses Pengecoran dan Material yang di gunakan
         ( almilenium)

      2. Kegunaan almilenium dan kekurangan terhadap pengecoran
      3. Bahan-bahan yang terkandung didalam pengecoran velg sepeda motor
      4. Mengetahui penandaan kelebihan almilenium
      5. Mengetahu nilai-nilai almilenium
      6. Mengetahui jenis-jenis almilenium yang berkualitas
BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Paduan Aluminium

       Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik.
Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya untuk peralatan rumah tangga saja tetapi
juga dipakai untuk kepentingan industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, komponen-
komponen mobil, komponen regulator dan konstruksi-konstruksi yang lain.


       Menurut Aluminum Association (AA) dapat diidentifikasi dengan system empat digit
berdasarkan komposisi paduan seperti xxx.1 dan xxx.2 untuk ingot yang dilebur kembali.Sedangkan
simbol xxx.0 untuk menentukan batas komposisi pengecoran dan simbol A356, B356 dan C356 untuk
paduan cor gravitasi.Masingmasing paduan ini identik dengan kandungan yang mendominasi tetapi
berkurang batas penggunaan karena impuritinya, khususnya kandungan besi.Batas komposisi
berdasarkan Aluminum Association (AA) telah terdaftar pada paduan cor aluminium.




 •
•   Bahan baku alumunium alloy




       Gambar 2.1 Material ( alumunium alloy )


2.2 Proses Pembuatan Velg Recing
a. Casting ( Pengecoran )
       Pengecorang merupakan unit yang paling signifikan funsinya di perusahaan.Karena diketahui
semua produksi mengambil alur mula dari pongecoran.Pembahasan berikut akan di khususkan poada
produk Velg Recing sepeda motor , didasarkan bahwa produk tersebut menjadi focus utama
perusahaan saat ini.
b. Bahan baku Velg
       Dalam proses produksi pengecoran velg recing sepeda motor memerlukan bahan baku
Alumunium Alloy. Bahan baku yang digunakan sebagian besar bersal dari Velg recing bekas mobil
yang tentunya berbahan Alumunium maupun alumunium batangan. Bahan – bahan tersebut kemudian
akan di cairkan pada tungku menjadi alumunium cair (adonan) untuk kemudian dilakukan penuangan
kembali nsesuai dengan c etakan velg recing yang ada.
2.3 Peleburan (melting)
       Untuk Peleburan paduan aluminium dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus dan
tanur nyala api. Logam yang dimasukan pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan aluminium
ingot.Aluminium paduan tuang bentuk ingot didapatkan dari peleburan primer dan sekunder serta
pemurnian.Kebanyakan kontrol analisa didapatkan dari analisis pengisian yang diketahui, yaitu
ketelitian pemisahan tuang ulang dan ingot aluminium baru.Ketika perlu ditambahkan elemen pada
aluminium, untuk logam yang mempunyai titik lebur rendah seperti seng dan magnesium dapat
ditambahkan dalam bentuk elemental.Sekrap dari bermacam–macam logam tidak dapat dicampurkan
bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan.Praktek peluburan yang baik mengharuskan
dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih.
        Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi lebih baik
memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian dipanaskan untuk di jadikan ingot.Kalau
bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi dan absorbsi
gas.Bentuk oksidasi tergantung Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluk dan cairan diaduk
pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi.
        Hidrogen adalah satu-satunya gas yang dapat timbul dalam aluminium dan
paduannya.Persentase timbulnya gas hidrogen lebih banyak terdapat pada aluminium dalam bentuk
cair daripada dalam bentuk padat. Beberapa sumber potensial timbulnya hidrogen pada aluminium
antara lain:
1. Udara dalam tungku (furnace) menggunakan bahan bakar terkadang menimbulkan gas hidrogen
     yang disebabkan oleh reaksi pembakaran bahanbakar yang kurang sempurna.
2. Terjadinya asap hasil pembakaran pada waktu proses peleburan.
3. Reaksi antara aluminium cair dengan cetakan
        Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong menjadi kecil-kecil,
hal ini bertujuan untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan komposisi karena
oksidasi. Setelah material mencair, fluks dimasukkan ke dalam coran, yang bertujuan untuk
mengurangi oksidasi dan absorbs gas serta dapat bertujuan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang
menempel padam aluminium.
        Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu
untuk mencegah segresi (surdia, 1991).Kemudian kotoran yang muncul di ambil dan dibuang.Setelah
pada suhu kurang lebih 725oC aluminium di tuang ke dalam cetakan.Adapun untuk remelting, material
hasil peleburan di atas dilebur kembali.
     Tungku Pencairan Bahan Baku
Tungku pencairan alumunium untuk velg recing ada dua macam :
a)      Tungku Peleburan
        Tungku peleburan terbuat dari tanah liat yang di bakar yang sering disebut dengan kuali.
Kapasitasnya antara 40 Kg sampai dengan 50 Kg, pemanasan yang dilakukan adalah pemanasan
kompor dengan bahan bakar minyak tanah yang di tekan dengan tekanan udara dari kompresor untuk
menyemprotkan minyak menjadi kabut yang nantinya mudah terbakar dan memiliki suhu pemanasan
cukup tinggi yaitu sekitar 800˚C.
Di tungku ini, bahan baku alumunium alloy di cairkan dan mendapat beberapa perlakuan antara lain :
a. Pemanasan alumunium alloy diawali dengan penataan alumunium alloy di sekeliling tungku
   peleburan. Setelah berubah warna menjadi Orange silver, maka alumunium alloy di masukkan ke
   tungku.
b. Dilakukan penekanan dengan menggunakan stick untuk lebih memudahkan nyala api memanas
   sehingga memudahkan proses pencairan.
c. Setelah mencair maka dilakukan pemberian serbuk Flux, yang berfungsi untuk memisahkan antara
   kotoran dengan cairan alumunium yang terbentuk.
d. Kotoran yang terbentuk dipisahkan menggunakan saringan manual dengan cara diangkat dari kuali
   sehingga didapatkan cairan alumunium yang cukup bersih.
e. Langkah terakhir adalah memindahkan cairan alumunium tersebut ke tungku selanjutnya yaitu
   tungku untuk penuangan cairan.
b) Tungku Penuangan Cairan.
       Tungku ini terbuat dari bahan besi baja atau juga besi cor. Kapasitasnya sekitar 2,5 kuintal.
Cairan alumunium dari tungku peleburan di tuangkan ke tungku penuangan ini untuk kemudian di
tuangkan ke cetakan. Untuk memudahkan dan menberi sekat antara cairan alumunium dan dinding
tungku, maka diding di beri sejenis cairan kapur yang kemudian sering di sebut denga koting. Dan
proses pelapisan ini dinamakan pengkotingan.Koting ini sangat besar perannya dalam pembersihan dan
pemisahan cairan sehingga sewaktu – waktu dilakukan pembersihan tungku, proses ini dapat di
lakukan dengan mudah. Dan pelaksanaan proses penggantian atau prembersian di lakukan ritin
makasimal 1 (satu) bulan sekali.
       Bahan pemanas sama dengan tungku peleburan yaitu sistem pemanas terbuka dari komporgas
dan minyak tanah sebagai bahan bakar minyak. Minyak tanah ini di beri tekanan tinggi dengan
kompresor untuk pengabutan minyak sehingga minyak mudah terbakar dan diperoleh nyala dan suhu
yang cukup tinggi.
       Cairan alumunium di tungku ini mendapat perlakuan panas antar suhu 700˚C sampai dengan
750˚C dari yang sebelumnya hanya mencapai titik lebur (600˚C-680˚C) saja. Perlakuan cairan sebelum
dituang ke dalam tungku, penuangan ini adalah menaikkan suhu dari cairan dan fungsinya untuk
menkondisikan agar kekentalan cairan yang diharapakn tercapai yang akhirnya cairan akan dapat
memenuhi cetakan saat penuangan dan menghasilkan coran yang baik.
       Perlakuan yang diberikan pada proses ini selanjunya adalah pemberian flux untuk
menbersihkan kotoran yang masih ada pada pencairan awal dan memisahkan aluminium yang tidak
dapat mencair dengan suhu kompor yang ada. Sisa aluminium yang tidak dapat dicairka ini kemudian
diangkat dan disendirikan yang nantinya diambil untuk di jual di perusahaan pencairan aluminium.
Dan dilakukan pengadukan adonan untuk meratakan suhu pada cairan.
   c) Alat pengukur suhu peleburan
       Termometer digital
       Termometer digital pada gambar 3.8 digunakan untuk mengukurtemperatur ruangan, temperatur
       pemanasan cetakan dan temperature penuangan.




       Gambar 2.2 Termometer digital




Gambar 2.3 Saat Peleburan
2.4    Cetakan
       Cetakan yang digunakan dalam pengecran menggunakan system cetakan tetap, dikarenakan
produksi terus menerus dan permintaan pasar yang semakin meningkat. Faktor lain yang harus
diperhatiakn adalah sipat dari cairan Aluminium silicon yang memiliki sipat penyusutan rendah dan
kejernihan yang baik sehingga cetakan tetap menjadi pilihan yang sesuai dalam proses produksi.
       Bahan cetakan dari besi tuang yang telah mendapat perlakuan panas sehingga mengurangi
unsure karbon.Hal tersebut menbuat cetakan menjadi lebih liat dan dapat diproses permesinan.
       Cetakan dan sistem saluran
       Meski saat ini sudah banyak home industri yang membuat velg racing untuk berbagai jenis
kendaraan bermotor, tetapi tetap saja model baru bisa dijadikan suatu pilihan. Untuk itulah dirancang
pembuatan velg racing dengan proses pengecoran menggunakan pasir cetak. Perancangan pembuatan
cetakan untuk velg racing ini menggunakan perhitungan sistem saluran. Perancangan proses
pengecoran velg racing ini menggunakan bahan baku untuk coran adalah paduan aluminium standart
Alcan dengan nomor bahan B135, bahan baku untuk pola adalah kayu mahoni, bahan baku untuk
cetakan adalah pasir kering dengan bahan pengikat semen serta rangka cetakan dari kayu papan.

       Setelah diketahui nilai volume dari coran sebesar 1.527,47 cm3 akhirnya diketahui pula berat
coran sebesar 4,1 kg, waktu penuangan 12 detik, volume tuang 145.522,39 mm3/det. Untuk saluran
turun tingginya 274,3 mm, diameternya 15 mm, luas irisannya 176,6 mm2, choke area 62,76 mm2.
Untuk saluran masuk luas irisannya 353,25 mm2, panjangnya 188 mm. Untuk cawan tuang
kedalamannya 67,5 mm, panjangnya 150 mm, lebarnya 60 mm. Untuk saluran penambah diameternya
119,2 mm, tingginya 238,5 mm. Untuk lubang angin diameternya 5mm, tingginya 238,5 mm,
jumlahnya 2 buah. Ukuran rangka cetakan 930 x 740 x 384 (mm). Proses finishingnya yaitu dengan
proses pembersihan, proses pemesinan dengan pembubutan dan penggerindaan, proses penghalusan
permukaan dan yang terakhir proses pengecatan.
Gambar 2.4 Proses Pembuatan cetakan




       Gambar 2.5 Cetakan Pasir

2.5 Proses Penuangan
       Sebelum cairan aluminum dituang kecetakan, cetakan harus benar-benar dalam kondisi siap.
Tahap-tahap penyiapan cetakan adalah sebagai berikut :


1. Pembersiah cetakan dari debu kotoran.
       Debu dan kotoran yang ada pada cetakan akan menimbulkan kerusakan pada hasil cetakan /
coran. Kotoran sisa pengecoran sebelumnya baik sedikit maupun banyaknya debu akan menghalangi
proses cairan untuk masuk dan menempati bentuk cetakan. Sehinggga untuk mendapat hasil coran
yang baik maka debu dan kotoran yang menempel pada cetakan disemprot dengan udara bertekanan
dengan menggunakan kompresor sebelum dilakukan penuangan.
2. Pemberian koting ke semua perukaan cetakan.
Setelah permukaan cetakan dibersihkan, langkah berikunya adalah pemberian caiaran koting ke
semua permukaan cetakan yang nantinya akan bersinggungan dengan cairan aluminium. Fungsi darim
koting ini adalah untuk menberikan sekat antara cairan dengan catakan sehingga ketika hasil cor
dilepas dari catakan dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pemberian koting juga berpengaruh
terhadap hasil cor terutama terhadap permukaan hasil cor. Dengan pemberian koting yang merata dan
cukup ketebalannya akan menbuat permukaan hasil pengecoran halus dan cacat coran dapat sedikit
dikurangi. Bila pemberian koting berlebihan dan tidak merata maka akan menimbulkan cacat “lubang
jarum” dan permukaan hasil pengecoran menjadi kasar. Hal ini dikarenakan lubang pembuangan gas
bias tersumbat dengan koting yang terlalu tebal tersebut.
       Pemberian koting adapat puka dilakukan ketika terjadi perombakan jenis cetakan velg yang di
peasan atau diproduksi. Sehingga pengkotingan dilakukan setelah pembersiahna permukaan cetakan
dari koting awal.Pemberian koting dalam proses ini didahului dengan pemanasan cetakan sampai 80˚C
- 100˚C baru kemudian permukaan cetakan disemprot dengan koting.


3. Pemanasan catakan sebelum penuangan
       Setelah pengkotingan awal, cetakan dipanaskan dengan menggunakan nyala api dari brender
dengan bahan bakar elpiji. Pemanasan ini dilakukan kurang lebih satu jam untuk mengkondisikan agar
suhu cetakan sesuai dengan suhu cairan alumunium yang akan dituang.
       Cetakan velg recing terpasang dalam mesin cetak, dan ada duajenis pemegang mesin
cetakan.Mesin pertama menggunakan sistrem hidrolik secara keseluruahn dan mesin kedua
menggunakan system mekanis dan hidrolis.
Cetakan untuk velg dengan kualifikasi disk atau rem cakram sering dilakukan pada mesin cor mekanis
dan hidrolis namun untuk pengecoran velg dengan kualifikasi velg tromol menggunakan mesuin cor
hidrolis secara keseluruhan (semi otomatis).


4.     Proses Penuangan Cairan Alumunium
       Setelah cairan sudah siap dengan rentang temperature 700˚C - 750˚C maka proses penuangan
cairan alumunium siap untuk dilakukan. Langkah Pelaksanaan penuangan cairan alumunium ke
cetakan adalah :
1. Cetakan yang terdiri dari empat bagian yang ditangkupkan, dengan pusat penangkupan adalah
   cetakan bagian bawah, kemudian dua cetakan samping juga ditangkupkan maka terbentuklah kup.
   Untuk yang terakhir adalah penangkapan cetakan bagian atas selaku drag. Dari cetakan yang telah
   ditangkupkan terdapat 3 lubang pemasukan yang memiliki fungsi untuk memasukkan cairan
   alumunium kedalam cetakan. Sebagai pemasukan utama berada di samping-samping cetakan dan
   sebagai pemasukan akhir berada di drag cetakan atas sekaligus sebagai pusat utama poros dari velg.
2. Kemudian cairan dari tungku penuangan cairan yaitu tungku untuk menaikkan suhu cairan dari
   660˚C menjadi kira-kira 700˚C sampai 750˚C diembil dengan menggunakan canting manual. Dan
   dilakukan penuangan cairan kedalam cetakan. Urutan penuangan cairan, didahului dari luabnga
   pemasukan samping, setelah beberapa detik kemudian dilakukan penuangan dari lubang tengah.
   Dalam proses penuangan secra manual diperlukan keterampilan dan pengalaman yang cukup
   karena sering sekali terjadi cacat pada hasil cor dikarenakan kurangnya ke sesuaian pertemuan
   carian didalam cetakan dank arena kurang sinerginya proses penuangan ini. Proses ini memakan
   waktu sekitar 9 menit.
3. Selanjunya cairan yang barada dicetakan ditahan sekitar 15 detik, kemudian dibuka hanya
   menberikan rongga udara pada coran. Coran yang masih didalam cetakan didinginkan selama
   sekitar 3,5 menit sampai 4 menit yang memiliki fungsi untuk menberi kesempatan penyusutan dari
   velg yang awalnya memiliki suhu cair untuk kemudian menjadi padat. Selain itu untuk
   mendiamkan selama 3,5 menit sampai 4 menitberfungsi untuk menguatkan jalinan Kristal-kristal
   alumunium agar sewaktu dilepas dari cetakan agar tidak mengalami difleksi.


4. Setelah rentang waktu 3,5 sampai 4 menit maka coran velg alumunium diangkat dari cetakan
   dengan menggunkan system mekanik dan hidrolik. Kemudian pemanasan dengan menggunakan
   brender pada cpran diberiakan sedikit 30 detik untuk menpermudah memisahkan hasil coran
   dengan cetakan atas.


5. Langkah berikunya yaitu menbawa hasil coran ke bagian control pada unit pengecoran. Pada
   bagian control ini hasil pengecoran diperiksa, dengan kulaifikasi cacat cor yang sering terjadi yaitu
   kesentrisan velg tidak sempurna, permukaan velg kasar, dan difleksi. Dan kondisi hasil coran ini di
   infokan kepada pekerja pada mesin dengan adanya papan info yang memaparkan hasil dari
pengecoran yang baru dilakukan berupa hasil pengecoran baik ataupun hasil pengecoran
   mengalami cacat cor.
6. Setelah hasil cor sesuai dengan batas mnimal kualitas pengecoran maka hasil coran ditata di bagian
   sendiri untuk menurunkan suhunya karena velg yang baru di lepas dari cetakan tersebut masih
   memiliki temperaur yang cukup tinggi yaitu sekitar 200˚C-400˚C. Untuk pengecoran awal, hasil
   coran setelah diperiksa kondisi fisiknya dibagian control pengecoran segera akan dicek peda bagian
   permesinan untuk mengetahui kesentrisan dari velg. Setelah diketahui velg layak kerja pemesinan
   maka pengecoran dilanjutkan, namun jika kondisi velg hasil cor mengalami oleng atau tidak
   simetris dan kurang baaik untuk dilakukan pemesinan, maka bagian unit pengecoran hrus
   mengvaluasi pada cetakan atau pada system pemanasan yang dilakukan sebelumnya, sebelum
   melanjutkan proses pengecoran.
7. Untuk kondisi hasil pengecoran yang telah sesuai maka akan segera dikirim ke unit potong dan
   gerinda untuk pemotongan sisa bagian pemasukan. Lubang pemasukan akan meninggalkan batang
   Alumunium pada kondisi velg Yang utuh, maka sisa pemasukan ini harus dipotong dan digerinda
   sebelum dikirim ke unit pemesinan.
   Alur Pengcoran velg Sepeda motor
    Bahan baku alumunium alloy
    Tungku peleburan bahan baku
    Tungku penuangan cairan
    Penuangan cairan ke cetakan
    Pelepasan hasil cetakan dari cetakan
    Pemeriksaan dari cetakan
    Unit gerinda dan potong
    Bagai permesinan
Bahan baku alumunium
                    alloy

                                        tungku peleburan dan tungku
                                        penuagan alumunium alloy
                     pelepasan hasil
                cetakan dari cetakan
                                                  pemeriksaan hasil
                                                  cetakan
                   pemotongan dengan gerinda
                                                        bagian permesinan
                                                        dan finishing




                                               velg pun skaniap dipasar



Gambar 2.7 Alur Pengecoran


2.6 Machining
       Proses machining merupakan pekerjaan lanjutan dari proses pembuatan velg recing setelah
proses casting. Gambaran umum proses permesinan antara lain pemotongan sisa antisipasi
penyusutan coran, penyentrisan velg, pembubutan bentuk bulat dengan diameter 426 mm,
pembubutan sudut 15˚, pembubutan profil velg ban, pembubutan disk dan tromol, pembubutan
sudut 3˚ dan pengeboran dob. Tahap machining memanfaatkan dua jenis mesin yaitu CNC bubut
dan CNC borring.
a) CNC Bubut
   Pemotongan dan penggerindaan
          Pemotongan dalam proses permesinan dilakukan pada unit potong dan gerinda.
   Pemotongan dalam hal ini merupakan pemotongan sisa lubang pemasukan dan penggerindaan
   terhadap hasil rembesan cairan sewaktu dicetak.Pemotongan ini menggunakan mesin gergaji
   putar dengan gigi gergaji dari cutter HSS.Karena dari pemotongan ini masih terdapat
   permukaan – permukaan yang taqjam maka penggerindaan permukaan tadi diperlukan sebelum
   velg ini dimesinkan.Setelah pemotongan sisa luabang tuang, langkah berikutnya adalah
pemotongan dengan alokasi penyusutan dan luabang tuang pada poros senter velg. Pemotongan
   berikunya adalah pemotongan terhadap diameter velg menjadi diameter 462 mm, hasil
   pemotongan ini masih diberikan toleransi karena pengerjaan permesinan lain masih perlu
   dikerjakan.
   Pembubutan Velg
   Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses pembubutan yang dilakukan
   yaitu :
1. Pembubutan 15˚
   Pada profil velg terdapat bagian sudut 15˚, profil ini mendapat perlakuan awal yaitu
   pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar pembubutan untuk kesimetrisan bagian
   lainnya.
2. Pembubutan profil diameter tengah poros.
   Setelah pembubutan profil 15˚, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk menbentuk poros tenga
   velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan basic sentrisasi dari permukaan bersudut ban.
3. Pembubutan profil ban
   Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian ini mengalami
   perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses pembubutan selesai.
4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher.
   Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi, karena kebutuhan
   ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi internasional karena untuk leher itu sendiri telah
   memiliki standar internasional baik ukuran maupun kekerasan permukaannya.
5. Pembubutan tromol dan tempat cakram.
   Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories kendali atau ren yaitu
   memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk velg yang menggunkan cakram sebagai
   pelengkap maka poros tengah akan dibubut dengan mal yang telah ada terutama sesuai denga
   jenis velg motor yang diproduksi. Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang tromol yang ada
   hanya tinggal di bubut hinggga diameter sesuai ukuran yang beredar di pasaran. Proses
   pembubutan tromol dan cakram dilakukan dengan system termal.
6. Pembubutan profil 3˚.
Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3˚. Dan merupakan tahap
   akhir proses pembubutan.
b) CNC Boring
1. Pengefresan Velg
   Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar dilakukan pada mesin
   bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk menbersihkan sisa bagian lubang
   pembuangan, pembuatan lubang baut pada cakram maka digunakan mesin freis unutk
   kesempurnaan hasil, kemudahan dan ketelitian yang diharapkan.
2. Pengeboran
   Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses yang sederhana
   seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum masuk pada unit finishing adalah
   pembuatan ulir pada lubang penempat baut cakram.




Finishing
   Sesuai dengan fungsinya, finishing adalah pekerjaan penyelesaian dari suatu produk.Proses
   finishing dilakukan untuk meningkatkan nilai, kulaitas performance dari produk yang di
   produksi oleh perusahaan dalam hal ini adalah velg raching.
   Setelah Velek mendapat perlakuan permesinan, maka velg akan mendapat perlakuan finishing
   di unit finishing, antara lain pekerjaan mengikir di kerja bangku, pemilihan untuk menentukan
   apakah produk akan di cat oven di chrom polish.
a) Kerja Bangku
       Pekerjaan yang dilakukan pada kerja bangku adalah mengikir bagian-bagian sambungan
dari alur cetakan yang tidak adapat dikerjakan pada proses pemesinan.
       Bagian – abgian sambungan dan tepi dari cetakan akan meninggalkan garis menonjol yang
tidak dapat dijangkau oleh proses pemesinan. Selain itu pada kerja bangku akan dilakukan
penghalusan permukaan yang kasar dari hasil coran yang telah dikerjakan pada pemesinan,
pembulatan permukaan dan penyempurnaan bentuk yang mengalami cacat coran.
       Setelah pengerjaan kerja bangku maka velg setengah jadi tersebut akan dipilah menjadi dua
dengan ketentuan, untuk hasil coran velg yang baik dan tidak mengalami cacat cor yang cukuop
parah akan di bawa ke unit chrom polish, sedangkan untuk velg yang mengalami cacat cor yang
   pada unit kerja bangku tidak dapat diperbaiki maka akan dibawa ke unit cat oven dengan
   mendapatkan perlakuan finishing terlebih dahulu.
b) Pengecatan
   Untuk pegecatan terbagi atas dua jenis yaitu chrom polish dan cat oven.
   Chrom Polish
   Velg yang sudah dipilih dan memenuhi standar untuk chrom polish akan mengalami beberapa
   pengerjaan pada unit ini, diantaranya :
   Pengampelasan.
   Pengamplasan terdiri atas 3 proses :
 Pengamplasan kasar dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 150.
 Pengamplasan halus dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 180.
 Pengampelasan berikutnya adalah dengan menggunkan oker dengan bahan perekat lem jenis
   Anchor Chrystal. Pengampelasan ini merupakan pengampelasan terakhir.
   Polish
      Proses yang dilakukan setelah pengampelasan adalah proses polish. Peralatan yang digunakan
   adalah poros putara yang digerakkan dengan motor listrik.Dan pada poros ini di pasangkan roda
   pemoles. Pekerjaan polis dilakukan manual dengan cara mengikis permukaan velg dengan roda
   pemoles yang terpasang pada poros yang digerakkan motor listrik dengan putaran 1390 rpm.
      Untuk pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah selesai.Velg
   yang telah selesai dimasukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk
   didistribusikan.
A. Cat Oven
      Untuk velg yang mengalami cacat cor namun masih dalam standar kualitas dan setelah
   penegrjaan pemesinan masih Nampak, maka akan mengalami penanganan finishing dengan cat
   oven dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penambahan bagian yang kurang, seperti jari yang tidak sempurna dengan dempul, kemudian velg
   yang sudah ditambah ini disemprot dengan cat dasar dempul untuk kemudian dimasukkan dalam
   tungku ocen sampai kering denga lama pemanasan sekitar 20 sampai 30 menit. Setelah kering
   maka velg dihaluskan dengan amplas dan pekerjaan ini dikerjakan secara manual.
2. Langkah pekerjaan selanjutnya adalah mengecat dasar velg yang sudah di amplas dengan cat dasar
   warna hijau atau putih, dan mengenai pemilihan warna yang digunakan tergantung pada warna cat
   selanjunya, sehingga tidak harus dengan warna tersebut.
3. Setelah pengecatan dasar maka langkah berikutnya adalah pengecatan denag warna yang sesuai
   permintaan dan tren pasar. Pengecatan ini menggunkan penyemprotan dengan tekanan dari
   kompresor. Pengectan ini dilanjutkan dengan penyemprotan cleaner yang berfunsi untukanti gores
   dan pengkilap dari warna cat.
4. Setelah penyemprotan cleaner, veleg dimasukkan ke dalam Oven dan di panaskan dengan suhu
   sekitar 40˚C sampai 60˚C, dan dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Pengovenan ini berfungsi
   untuk lebih merekatkan cat dengan alumunium dan untuk menyatukan ikatan butir – butir cat.
5. Untuk Pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah di cat. Velg yang
   telah selesai di masukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk
   didistribusikan.
BAB III
                                             PENUTUP


3.1 Kesimpulan
       Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang pembuatan velg sepeda motor
   yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal padakomposisi 25% PB + 75
   ADC 12 + suhu Penuangan 700C + insert alumunium cor
2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor karena memiliki titik
   leburmendekati temperatur pemanasan awal
3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat, ikatan interface
   semakin rapat.
4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jikadibandingkan dengan kekerasan
   material velg original Daihatsu 139 HVNmasih dibawahnya. Dan dari uji komposisi terdapat
   perbedaan komposisi unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang) dan Si 10,7 wt % (velg Daihatsu).
   Karena sifatmekanik daur ulang velg masih dibawah standar maka perlu dilakukanperlakuan panas
   (Heat treatment).

3.2 Saran
 Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran gravitasi, sehingga masih
   banyak diperlukan data-data lanjutan untukmendalami proses pengecoran sentrifugal, cetak tekan,
   die casting yang dapatmeningkatkan sifat mekaniknya.
 Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi paduan, insertalur ring dan suhu
   penuangan, sehingga sifat mekanik masih kurang maksimal.
 Material velg bekas banyak impuriti karena kurangnya kebersihanmenyebabkan sifat mekaniknya
   menurun. Maka penelitian lanjutan pada material velg bekas yang sama perlu dilakukan
   pembersihan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA


AFS Sand And Core Testing Handbook., 2004.
ASM International. All Rights Reserved Aluminum-Silicon Casting Alloys: Atlas
   Microfractographs, 2004
ASM Handbook,Volume1., 2005 Properties and Selection.
ASM Metal Handbook Vol.8 ., 1998
ASM Handbook, Vol. 15., 1998
ASTM Handbook E18 ., 2002.
ASTM Handbook E92., 2004.
Budinski., 2001,” Engineering Materials Properties and Selection,” PHI New Delhi,
       pp. 517–536.
Begüm Akkayan, DDS, PhD, Burcu Sahin, DDS, and Hubert Gaucher, DDS, MScD.,
2008, The Effect of Different Surface Treatments on the Bond Strength ofTwo Esthetic Post
Systems,
B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta,1987.
Bambang Suharno., 2007.,Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi AntarmukaPaduan
Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%Si Dengan Baja cetakanSKD 61.85-91.

More Related Content

What's hot

3. heat treatment
3. heat treatment3. heat treatment
3. heat treatmentNiko Sh
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAUdian haryanto
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.bebenpurba
 
Manufaktur pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)
Manufaktur   pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)Manufaktur   pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)
Manufaktur pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)Danard Prasetya
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Delsandy Ramaputra
 
D004431136 besi dan baja
D004431136 besi dan bajaD004431136 besi dan baja
D004431136 besi dan bajaNo Free
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Dewi Izza
 
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagung
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagungProposal tugas akhir mesin pemipil jagung
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagungTommy StereoHearts
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiZhafran Anas
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakasAgus Witono
 
Pengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnancePengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnanceJohan Johan
 
proses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam iiproses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam iiYudi Hartono
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
 

What's hot (20)

3. heat treatment
3. heat treatment3. heat treatment
3. heat treatment
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.
 
Manufaktur pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)
Manufaktur   pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)Manufaktur   pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)
Manufaktur pemesinan non konvensional kimia (ch m,ecm)
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
 
D004431136 besi dan baja
D004431136 besi dan bajaD004431136 besi dan baja
D004431136 besi dan baja
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
 
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagung
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagungProposal tugas akhir mesin pemipil jagung
Proposal tugas akhir mesin pemipil jagung
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Proses Blackening
Proses BlackeningProses Blackening
Proses Blackening
 
6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakas
 
Pengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnancePengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnance
 
proses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam iiproses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam ii
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
 

Similar to Velg racing

PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksi
PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksiPPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksi
PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksinurcandra3
 
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...SadatHamzah
 
salah satu metoda pengecoran logam .pptx
salah satu metoda pengecoran logam .pptxsalah satu metoda pengecoran logam .pptx
salah satu metoda pengecoran logam .pptxiwen2
 
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminiumIntan Sari
 
Bahagian mesin
Bahagian mesinBahagian mesin
Bahagian mesinprakhash
 
Bahagian mesin
Bahagian mesinBahagian mesin
Bahagian mesinprakhash
 
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptBAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptRENIMARZELA1
 
Mekanikal Material
Mekanikal MaterialMekanikal Material
Mekanikal Materialoiua
 
Mechanical
MechanicalMechanical
Mechanicaloiua
 
Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium dandybunayya
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaDeden Darmono
 
MaterialSains_Kelompok 2.pptx
MaterialSains_Kelompok 2.pptxMaterialSains_Kelompok 2.pptx
MaterialSains_Kelompok 2.pptxnevia2
 
Report pressure casting4
Report pressure casting4Report pressure casting4
Report pressure casting4Nonoi Filza
 

Similar to Velg racing (20)

Presentasi aluminum
Presentasi aluminumPresentasi aluminum
Presentasi aluminum
 
Presentasi aluminium
Presentasi aluminiumPresentasi aluminium
Presentasi aluminium
 
PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksi
PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksiPPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksi
PPT_POWDER_COATING mata kuliah proses produksi
 
07 joko win-1-apr-13
07 joko win-1-apr-1307 joko win-1-apr-13
07 joko win-1-apr-13
 
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...
Aluminum Cylinder Block untuk.ppbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb...
 
Bab ii engine sepeda motor
Bab ii engine sepeda motorBab ii engine sepeda motor
Bab ii engine sepeda motor
 
salah satu metoda pengecoran logam .pptx
salah satu metoda pengecoran logam .pptxsalah satu metoda pengecoran logam .pptx
salah satu metoda pengecoran logam .pptx
 
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminium
 
Bahagian mesin
Bahagian mesinBahagian mesin
Bahagian mesin
 
Bahagian mesin
Bahagian mesinBahagian mesin
Bahagian mesin
 
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptBAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
 
Mekanikal Material
Mekanikal MaterialMekanikal Material
Mekanikal Material
 
Mechanical
MechanicalMechanical
Mechanical
 
Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
 
MaterialSains_Kelompok 2.pptx
MaterialSains_Kelompok 2.pptxMaterialSains_Kelompok 2.pptx
MaterialSains_Kelompok 2.pptx
 
Itm3
Itm3Itm3
Itm3
 
Report pressure casting4
Report pressure casting4Report pressure casting4
Report pressure casting4
 
07 aki password_removed
07 aki password_removed07 aki password_removed
07 aki password_removed
 
Aluminium
AluminiumAluminium
Aluminium
 

Velg racing

  • 1. ENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era modern ini pemakaian velg racing sangatlah berpengaruh keindahan kendaraan kita khususnya mobil dan motor kitamaka dari itu dalam makalah ini kita akan membahas tentang pembuatan velg racing 1.2 Tujuan Pemakalah Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk : 1. Mengetahui tentang Proses Pengecoran dan Material yang di gunakan ( almilenium) 2. Kegunaan almilenium dan kekurangan terhadap pengecoran 3. Bahan-bahan yang terkandung didalam pengecoran velg sepeda motor 4. Mengetahui penandaan kelebihan almilenium 5. Mengetahu nilai-nilai almilenium 6. Mengetahui jenis-jenis almilenium yang berkualitas
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Paduan Aluminium Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya untuk peralatan rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk kepentingan industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, komponen- komponen mobil, komponen regulator dan konstruksi-konstruksi yang lain. Menurut Aluminum Association (AA) dapat diidentifikasi dengan system empat digit berdasarkan komposisi paduan seperti xxx.1 dan xxx.2 untuk ingot yang dilebur kembali.Sedangkan simbol xxx.0 untuk menentukan batas komposisi pengecoran dan simbol A356, B356 dan C356 untuk paduan cor gravitasi.Masingmasing paduan ini identik dengan kandungan yang mendominasi tetapi berkurang batas penggunaan karena impuritinya, khususnya kandungan besi.Batas komposisi berdasarkan Aluminum Association (AA) telah terdaftar pada paduan cor aluminium. •
  • 3. Bahan baku alumunium alloy Gambar 2.1 Material ( alumunium alloy ) 2.2 Proses Pembuatan Velg Recing a. Casting ( Pengecoran ) Pengecorang merupakan unit yang paling signifikan funsinya di perusahaan.Karena diketahui semua produksi mengambil alur mula dari pongecoran.Pembahasan berikut akan di khususkan poada produk Velg Recing sepeda motor , didasarkan bahwa produk tersebut menjadi focus utama perusahaan saat ini. b. Bahan baku Velg Dalam proses produksi pengecoran velg recing sepeda motor memerlukan bahan baku Alumunium Alloy. Bahan baku yang digunakan sebagian besar bersal dari Velg recing bekas mobil yang tentunya berbahan Alumunium maupun alumunium batangan. Bahan – bahan tersebut kemudian akan di cairkan pada tungku menjadi alumunium cair (adonan) untuk kemudian dilakukan penuangan kembali nsesuai dengan c etakan velg recing yang ada. 2.3 Peleburan (melting) Untuk Peleburan paduan aluminium dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus dan tanur nyala api. Logam yang dimasukan pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan aluminium ingot.Aluminium paduan tuang bentuk ingot didapatkan dari peleburan primer dan sekunder serta pemurnian.Kebanyakan kontrol analisa didapatkan dari analisis pengisian yang diketahui, yaitu ketelitian pemisahan tuang ulang dan ingot aluminium baru.Ketika perlu ditambahkan elemen pada aluminium, untuk logam yang mempunyai titik lebur rendah seperti seng dan magnesium dapat
  • 4. ditambahkan dalam bentuk elemental.Sekrap dari bermacam–macam logam tidak dapat dicampurkan bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan.Praktek peluburan yang baik mengharuskan dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih. Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi lebih baik memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian dipanaskan untuk di jadikan ingot.Kalau bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi dan absorbsi gas.Bentuk oksidasi tergantung Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluk dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi. Hidrogen adalah satu-satunya gas yang dapat timbul dalam aluminium dan paduannya.Persentase timbulnya gas hidrogen lebih banyak terdapat pada aluminium dalam bentuk cair daripada dalam bentuk padat. Beberapa sumber potensial timbulnya hidrogen pada aluminium antara lain: 1. Udara dalam tungku (furnace) menggunakan bahan bakar terkadang menimbulkan gas hidrogen yang disebabkan oleh reaksi pembakaran bahanbakar yang kurang sempurna. 2. Terjadinya asap hasil pembakaran pada waktu proses peleburan. 3. Reaksi antara aluminium cair dengan cetakan Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong menjadi kecil-kecil, hal ini bertujuan untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan komposisi karena oksidasi. Setelah material mencair, fluks dimasukkan ke dalam coran, yang bertujuan untuk mengurangi oksidasi dan absorbs gas serta dapat bertujuan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang menempel padam aluminium. Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi (surdia, 1991).Kemudian kotoran yang muncul di ambil dan dibuang.Setelah pada suhu kurang lebih 725oC aluminium di tuang ke dalam cetakan.Adapun untuk remelting, material hasil peleburan di atas dilebur kembali. Tungku Pencairan Bahan Baku Tungku pencairan alumunium untuk velg recing ada dua macam : a) Tungku Peleburan Tungku peleburan terbuat dari tanah liat yang di bakar yang sering disebut dengan kuali. Kapasitasnya antara 40 Kg sampai dengan 50 Kg, pemanasan yang dilakukan adalah pemanasan
  • 5. kompor dengan bahan bakar minyak tanah yang di tekan dengan tekanan udara dari kompresor untuk menyemprotkan minyak menjadi kabut yang nantinya mudah terbakar dan memiliki suhu pemanasan cukup tinggi yaitu sekitar 800˚C. Di tungku ini, bahan baku alumunium alloy di cairkan dan mendapat beberapa perlakuan antara lain : a. Pemanasan alumunium alloy diawali dengan penataan alumunium alloy di sekeliling tungku peleburan. Setelah berubah warna menjadi Orange silver, maka alumunium alloy di masukkan ke tungku. b. Dilakukan penekanan dengan menggunakan stick untuk lebih memudahkan nyala api memanas sehingga memudahkan proses pencairan. c. Setelah mencair maka dilakukan pemberian serbuk Flux, yang berfungsi untuk memisahkan antara kotoran dengan cairan alumunium yang terbentuk. d. Kotoran yang terbentuk dipisahkan menggunakan saringan manual dengan cara diangkat dari kuali sehingga didapatkan cairan alumunium yang cukup bersih. e. Langkah terakhir adalah memindahkan cairan alumunium tersebut ke tungku selanjutnya yaitu tungku untuk penuangan cairan. b) Tungku Penuangan Cairan. Tungku ini terbuat dari bahan besi baja atau juga besi cor. Kapasitasnya sekitar 2,5 kuintal. Cairan alumunium dari tungku peleburan di tuangkan ke tungku penuangan ini untuk kemudian di tuangkan ke cetakan. Untuk memudahkan dan menberi sekat antara cairan alumunium dan dinding tungku, maka diding di beri sejenis cairan kapur yang kemudian sering di sebut denga koting. Dan proses pelapisan ini dinamakan pengkotingan.Koting ini sangat besar perannya dalam pembersihan dan pemisahan cairan sehingga sewaktu – waktu dilakukan pembersihan tungku, proses ini dapat di lakukan dengan mudah. Dan pelaksanaan proses penggantian atau prembersian di lakukan ritin makasimal 1 (satu) bulan sekali. Bahan pemanas sama dengan tungku peleburan yaitu sistem pemanas terbuka dari komporgas dan minyak tanah sebagai bahan bakar minyak. Minyak tanah ini di beri tekanan tinggi dengan kompresor untuk pengabutan minyak sehingga minyak mudah terbakar dan diperoleh nyala dan suhu yang cukup tinggi. Cairan alumunium di tungku ini mendapat perlakuan panas antar suhu 700˚C sampai dengan 750˚C dari yang sebelumnya hanya mencapai titik lebur (600˚C-680˚C) saja. Perlakuan cairan sebelum
  • 6. dituang ke dalam tungku, penuangan ini adalah menaikkan suhu dari cairan dan fungsinya untuk menkondisikan agar kekentalan cairan yang diharapakn tercapai yang akhirnya cairan akan dapat memenuhi cetakan saat penuangan dan menghasilkan coran yang baik. Perlakuan yang diberikan pada proses ini selanjunya adalah pemberian flux untuk menbersihkan kotoran yang masih ada pada pencairan awal dan memisahkan aluminium yang tidak dapat mencair dengan suhu kompor yang ada. Sisa aluminium yang tidak dapat dicairka ini kemudian diangkat dan disendirikan yang nantinya diambil untuk di jual di perusahaan pencairan aluminium. Dan dilakukan pengadukan adonan untuk meratakan suhu pada cairan. c) Alat pengukur suhu peleburan Termometer digital Termometer digital pada gambar 3.8 digunakan untuk mengukurtemperatur ruangan, temperatur pemanasan cetakan dan temperature penuangan. Gambar 2.2 Termometer digital Gambar 2.3 Saat Peleburan
  • 7. 2.4 Cetakan Cetakan yang digunakan dalam pengecran menggunakan system cetakan tetap, dikarenakan produksi terus menerus dan permintaan pasar yang semakin meningkat. Faktor lain yang harus diperhatiakn adalah sipat dari cairan Aluminium silicon yang memiliki sipat penyusutan rendah dan kejernihan yang baik sehingga cetakan tetap menjadi pilihan yang sesuai dalam proses produksi. Bahan cetakan dari besi tuang yang telah mendapat perlakuan panas sehingga mengurangi unsure karbon.Hal tersebut menbuat cetakan menjadi lebih liat dan dapat diproses permesinan. Cetakan dan sistem saluran Meski saat ini sudah banyak home industri yang membuat velg racing untuk berbagai jenis kendaraan bermotor, tetapi tetap saja model baru bisa dijadikan suatu pilihan. Untuk itulah dirancang pembuatan velg racing dengan proses pengecoran menggunakan pasir cetak. Perancangan pembuatan cetakan untuk velg racing ini menggunakan perhitungan sistem saluran. Perancangan proses pengecoran velg racing ini menggunakan bahan baku untuk coran adalah paduan aluminium standart Alcan dengan nomor bahan B135, bahan baku untuk pola adalah kayu mahoni, bahan baku untuk cetakan adalah pasir kering dengan bahan pengikat semen serta rangka cetakan dari kayu papan. Setelah diketahui nilai volume dari coran sebesar 1.527,47 cm3 akhirnya diketahui pula berat coran sebesar 4,1 kg, waktu penuangan 12 detik, volume tuang 145.522,39 mm3/det. Untuk saluran turun tingginya 274,3 mm, diameternya 15 mm, luas irisannya 176,6 mm2, choke area 62,76 mm2. Untuk saluran masuk luas irisannya 353,25 mm2, panjangnya 188 mm. Untuk cawan tuang kedalamannya 67,5 mm, panjangnya 150 mm, lebarnya 60 mm. Untuk saluran penambah diameternya 119,2 mm, tingginya 238,5 mm. Untuk lubang angin diameternya 5mm, tingginya 238,5 mm, jumlahnya 2 buah. Ukuran rangka cetakan 930 x 740 x 384 (mm). Proses finishingnya yaitu dengan proses pembersihan, proses pemesinan dengan pembubutan dan penggerindaan, proses penghalusan permukaan dan yang terakhir proses pengecatan.
  • 8. Gambar 2.4 Proses Pembuatan cetakan Gambar 2.5 Cetakan Pasir 2.5 Proses Penuangan Sebelum cairan aluminum dituang kecetakan, cetakan harus benar-benar dalam kondisi siap. Tahap-tahap penyiapan cetakan adalah sebagai berikut : 1. Pembersiah cetakan dari debu kotoran. Debu dan kotoran yang ada pada cetakan akan menimbulkan kerusakan pada hasil cetakan / coran. Kotoran sisa pengecoran sebelumnya baik sedikit maupun banyaknya debu akan menghalangi proses cairan untuk masuk dan menempati bentuk cetakan. Sehinggga untuk mendapat hasil coran yang baik maka debu dan kotoran yang menempel pada cetakan disemprot dengan udara bertekanan dengan menggunakan kompresor sebelum dilakukan penuangan. 2. Pemberian koting ke semua perukaan cetakan.
  • 9. Setelah permukaan cetakan dibersihkan, langkah berikunya adalah pemberian caiaran koting ke semua permukaan cetakan yang nantinya akan bersinggungan dengan cairan aluminium. Fungsi darim koting ini adalah untuk menberikan sekat antara cairan dengan catakan sehingga ketika hasil cor dilepas dari catakan dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pemberian koting juga berpengaruh terhadap hasil cor terutama terhadap permukaan hasil cor. Dengan pemberian koting yang merata dan cukup ketebalannya akan menbuat permukaan hasil pengecoran halus dan cacat coran dapat sedikit dikurangi. Bila pemberian koting berlebihan dan tidak merata maka akan menimbulkan cacat “lubang jarum” dan permukaan hasil pengecoran menjadi kasar. Hal ini dikarenakan lubang pembuangan gas bias tersumbat dengan koting yang terlalu tebal tersebut. Pemberian koting adapat puka dilakukan ketika terjadi perombakan jenis cetakan velg yang di peasan atau diproduksi. Sehingga pengkotingan dilakukan setelah pembersiahna permukaan cetakan dari koting awal.Pemberian koting dalam proses ini didahului dengan pemanasan cetakan sampai 80˚C - 100˚C baru kemudian permukaan cetakan disemprot dengan koting. 3. Pemanasan catakan sebelum penuangan Setelah pengkotingan awal, cetakan dipanaskan dengan menggunakan nyala api dari brender dengan bahan bakar elpiji. Pemanasan ini dilakukan kurang lebih satu jam untuk mengkondisikan agar suhu cetakan sesuai dengan suhu cairan alumunium yang akan dituang. Cetakan velg recing terpasang dalam mesin cetak, dan ada duajenis pemegang mesin cetakan.Mesin pertama menggunakan sistrem hidrolik secara keseluruahn dan mesin kedua menggunakan system mekanis dan hidrolis. Cetakan untuk velg dengan kualifikasi disk atau rem cakram sering dilakukan pada mesin cor mekanis dan hidrolis namun untuk pengecoran velg dengan kualifikasi velg tromol menggunakan mesuin cor hidrolis secara keseluruhan (semi otomatis). 4. Proses Penuangan Cairan Alumunium Setelah cairan sudah siap dengan rentang temperature 700˚C - 750˚C maka proses penuangan cairan alumunium siap untuk dilakukan. Langkah Pelaksanaan penuangan cairan alumunium ke cetakan adalah :
  • 10. 1. Cetakan yang terdiri dari empat bagian yang ditangkupkan, dengan pusat penangkupan adalah cetakan bagian bawah, kemudian dua cetakan samping juga ditangkupkan maka terbentuklah kup. Untuk yang terakhir adalah penangkapan cetakan bagian atas selaku drag. Dari cetakan yang telah ditangkupkan terdapat 3 lubang pemasukan yang memiliki fungsi untuk memasukkan cairan alumunium kedalam cetakan. Sebagai pemasukan utama berada di samping-samping cetakan dan sebagai pemasukan akhir berada di drag cetakan atas sekaligus sebagai pusat utama poros dari velg. 2. Kemudian cairan dari tungku penuangan cairan yaitu tungku untuk menaikkan suhu cairan dari 660˚C menjadi kira-kira 700˚C sampai 750˚C diembil dengan menggunakan canting manual. Dan dilakukan penuangan cairan kedalam cetakan. Urutan penuangan cairan, didahului dari luabnga pemasukan samping, setelah beberapa detik kemudian dilakukan penuangan dari lubang tengah. Dalam proses penuangan secra manual diperlukan keterampilan dan pengalaman yang cukup karena sering sekali terjadi cacat pada hasil cor dikarenakan kurangnya ke sesuaian pertemuan carian didalam cetakan dank arena kurang sinerginya proses penuangan ini. Proses ini memakan waktu sekitar 9 menit. 3. Selanjunya cairan yang barada dicetakan ditahan sekitar 15 detik, kemudian dibuka hanya menberikan rongga udara pada coran. Coran yang masih didalam cetakan didinginkan selama sekitar 3,5 menit sampai 4 menit yang memiliki fungsi untuk menberi kesempatan penyusutan dari velg yang awalnya memiliki suhu cair untuk kemudian menjadi padat. Selain itu untuk mendiamkan selama 3,5 menit sampai 4 menitberfungsi untuk menguatkan jalinan Kristal-kristal alumunium agar sewaktu dilepas dari cetakan agar tidak mengalami difleksi. 4. Setelah rentang waktu 3,5 sampai 4 menit maka coran velg alumunium diangkat dari cetakan dengan menggunkan system mekanik dan hidrolik. Kemudian pemanasan dengan menggunakan brender pada cpran diberiakan sedikit 30 detik untuk menpermudah memisahkan hasil coran dengan cetakan atas. 5. Langkah berikunya yaitu menbawa hasil coran ke bagian control pada unit pengecoran. Pada bagian control ini hasil pengecoran diperiksa, dengan kulaifikasi cacat cor yang sering terjadi yaitu kesentrisan velg tidak sempurna, permukaan velg kasar, dan difleksi. Dan kondisi hasil coran ini di infokan kepada pekerja pada mesin dengan adanya papan info yang memaparkan hasil dari
  • 11. pengecoran yang baru dilakukan berupa hasil pengecoran baik ataupun hasil pengecoran mengalami cacat cor. 6. Setelah hasil cor sesuai dengan batas mnimal kualitas pengecoran maka hasil coran ditata di bagian sendiri untuk menurunkan suhunya karena velg yang baru di lepas dari cetakan tersebut masih memiliki temperaur yang cukup tinggi yaitu sekitar 200˚C-400˚C. Untuk pengecoran awal, hasil coran setelah diperiksa kondisi fisiknya dibagian control pengecoran segera akan dicek peda bagian permesinan untuk mengetahui kesentrisan dari velg. Setelah diketahui velg layak kerja pemesinan maka pengecoran dilanjutkan, namun jika kondisi velg hasil cor mengalami oleng atau tidak simetris dan kurang baaik untuk dilakukan pemesinan, maka bagian unit pengecoran hrus mengvaluasi pada cetakan atau pada system pemanasan yang dilakukan sebelumnya, sebelum melanjutkan proses pengecoran. 7. Untuk kondisi hasil pengecoran yang telah sesuai maka akan segera dikirim ke unit potong dan gerinda untuk pemotongan sisa bagian pemasukan. Lubang pemasukan akan meninggalkan batang Alumunium pada kondisi velg Yang utuh, maka sisa pemasukan ini harus dipotong dan digerinda sebelum dikirim ke unit pemesinan. Alur Pengcoran velg Sepeda motor  Bahan baku alumunium alloy  Tungku peleburan bahan baku  Tungku penuangan cairan  Penuangan cairan ke cetakan  Pelepasan hasil cetakan dari cetakan  Pemeriksaan dari cetakan  Unit gerinda dan potong  Bagai permesinan
  • 12. Bahan baku alumunium alloy tungku peleburan dan tungku penuagan alumunium alloy pelepasan hasil cetakan dari cetakan pemeriksaan hasil cetakan pemotongan dengan gerinda bagian permesinan dan finishing velg pun skaniap dipasar Gambar 2.7 Alur Pengecoran 2.6 Machining Proses machining merupakan pekerjaan lanjutan dari proses pembuatan velg recing setelah proses casting. Gambaran umum proses permesinan antara lain pemotongan sisa antisipasi penyusutan coran, penyentrisan velg, pembubutan bentuk bulat dengan diameter 426 mm, pembubutan sudut 15˚, pembubutan profil velg ban, pembubutan disk dan tromol, pembubutan sudut 3˚ dan pengeboran dob. Tahap machining memanfaatkan dua jenis mesin yaitu CNC bubut dan CNC borring. a) CNC Bubut Pemotongan dan penggerindaan Pemotongan dalam proses permesinan dilakukan pada unit potong dan gerinda. Pemotongan dalam hal ini merupakan pemotongan sisa lubang pemasukan dan penggerindaan terhadap hasil rembesan cairan sewaktu dicetak.Pemotongan ini menggunakan mesin gergaji putar dengan gigi gergaji dari cutter HSS.Karena dari pemotongan ini masih terdapat permukaan – permukaan yang taqjam maka penggerindaan permukaan tadi diperlukan sebelum velg ini dimesinkan.Setelah pemotongan sisa luabang tuang, langkah berikutnya adalah
  • 13. pemotongan dengan alokasi penyusutan dan luabang tuang pada poros senter velg. Pemotongan berikunya adalah pemotongan terhadap diameter velg menjadi diameter 462 mm, hasil pemotongan ini masih diberikan toleransi karena pengerjaan permesinan lain masih perlu dikerjakan. Pembubutan Velg Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses pembubutan yang dilakukan yaitu : 1. Pembubutan 15˚ Pada profil velg terdapat bagian sudut 15˚, profil ini mendapat perlakuan awal yaitu pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar pembubutan untuk kesimetrisan bagian lainnya. 2. Pembubutan profil diameter tengah poros. Setelah pembubutan profil 15˚, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk menbentuk poros tenga velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan basic sentrisasi dari permukaan bersudut ban. 3. Pembubutan profil ban Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian ini mengalami perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses pembubutan selesai. 4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher. Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi, karena kebutuhan ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi internasional karena untuk leher itu sendiri telah memiliki standar internasional baik ukuran maupun kekerasan permukaannya. 5. Pembubutan tromol dan tempat cakram. Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories kendali atau ren yaitu memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk velg yang menggunkan cakram sebagai pelengkap maka poros tengah akan dibubut dengan mal yang telah ada terutama sesuai denga jenis velg motor yang diproduksi. Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang tromol yang ada hanya tinggal di bubut hinggga diameter sesuai ukuran yang beredar di pasaran. Proses pembubutan tromol dan cakram dilakukan dengan system termal. 6. Pembubutan profil 3˚.
  • 14. Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3˚. Dan merupakan tahap akhir proses pembubutan. b) CNC Boring 1. Pengefresan Velg Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar dilakukan pada mesin bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk menbersihkan sisa bagian lubang pembuangan, pembuatan lubang baut pada cakram maka digunakan mesin freis unutk kesempurnaan hasil, kemudahan dan ketelitian yang diharapkan. 2. Pengeboran Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses yang sederhana seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum masuk pada unit finishing adalah pembuatan ulir pada lubang penempat baut cakram. Finishing Sesuai dengan fungsinya, finishing adalah pekerjaan penyelesaian dari suatu produk.Proses finishing dilakukan untuk meningkatkan nilai, kulaitas performance dari produk yang di produksi oleh perusahaan dalam hal ini adalah velg raching. Setelah Velek mendapat perlakuan permesinan, maka velg akan mendapat perlakuan finishing di unit finishing, antara lain pekerjaan mengikir di kerja bangku, pemilihan untuk menentukan apakah produk akan di cat oven di chrom polish. a) Kerja Bangku Pekerjaan yang dilakukan pada kerja bangku adalah mengikir bagian-bagian sambungan dari alur cetakan yang tidak adapat dikerjakan pada proses pemesinan. Bagian – abgian sambungan dan tepi dari cetakan akan meninggalkan garis menonjol yang tidak dapat dijangkau oleh proses pemesinan. Selain itu pada kerja bangku akan dilakukan penghalusan permukaan yang kasar dari hasil coran yang telah dikerjakan pada pemesinan, pembulatan permukaan dan penyempurnaan bentuk yang mengalami cacat coran. Setelah pengerjaan kerja bangku maka velg setengah jadi tersebut akan dipilah menjadi dua dengan ketentuan, untuk hasil coran velg yang baik dan tidak mengalami cacat cor yang cukuop
  • 15. parah akan di bawa ke unit chrom polish, sedangkan untuk velg yang mengalami cacat cor yang pada unit kerja bangku tidak dapat diperbaiki maka akan dibawa ke unit cat oven dengan mendapatkan perlakuan finishing terlebih dahulu. b) Pengecatan Untuk pegecatan terbagi atas dua jenis yaitu chrom polish dan cat oven. Chrom Polish Velg yang sudah dipilih dan memenuhi standar untuk chrom polish akan mengalami beberapa pengerjaan pada unit ini, diantaranya : Pengampelasan. Pengamplasan terdiri atas 3 proses :  Pengamplasan kasar dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 150.  Pengamplasan halus dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 180.  Pengampelasan berikutnya adalah dengan menggunkan oker dengan bahan perekat lem jenis Anchor Chrystal. Pengampelasan ini merupakan pengampelasan terakhir. Polish Proses yang dilakukan setelah pengampelasan adalah proses polish. Peralatan yang digunakan adalah poros putara yang digerakkan dengan motor listrik.Dan pada poros ini di pasangkan roda pemoles. Pekerjaan polis dilakukan manual dengan cara mengikis permukaan velg dengan roda pemoles yang terpasang pada poros yang digerakkan motor listrik dengan putaran 1390 rpm. Untuk pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah selesai.Velg yang telah selesai dimasukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk didistribusikan. A. Cat Oven Untuk velg yang mengalami cacat cor namun masih dalam standar kualitas dan setelah penegrjaan pemesinan masih Nampak, maka akan mengalami penanganan finishing dengan cat oven dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penambahan bagian yang kurang, seperti jari yang tidak sempurna dengan dempul, kemudian velg yang sudah ditambah ini disemprot dengan cat dasar dempul untuk kemudian dimasukkan dalam tungku ocen sampai kering denga lama pemanasan sekitar 20 sampai 30 menit. Setelah kering maka velg dihaluskan dengan amplas dan pekerjaan ini dikerjakan secara manual.
  • 16. 2. Langkah pekerjaan selanjutnya adalah mengecat dasar velg yang sudah di amplas dengan cat dasar warna hijau atau putih, dan mengenai pemilihan warna yang digunakan tergantung pada warna cat selanjunya, sehingga tidak harus dengan warna tersebut. 3. Setelah pengecatan dasar maka langkah berikutnya adalah pengecatan denag warna yang sesuai permintaan dan tren pasar. Pengecatan ini menggunkan penyemprotan dengan tekanan dari kompresor. Pengectan ini dilanjutkan dengan penyemprotan cleaner yang berfunsi untukanti gores dan pengkilap dari warna cat. 4. Setelah penyemprotan cleaner, veleg dimasukkan ke dalam Oven dan di panaskan dengan suhu sekitar 40˚C sampai 60˚C, dan dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Pengovenan ini berfungsi untuk lebih merekatkan cat dengan alumunium dan untuk menyatukan ikatan butir – butir cat. 5. Untuk Pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah di cat. Velg yang telah selesai di masukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk didistribusikan.
  • 17. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang pembuatan velg sepeda motor yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal padakomposisi 25% PB + 75 ADC 12 + suhu Penuangan 700C + insert alumunium cor 2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor karena memiliki titik leburmendekati temperatur pemanasan awal 3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat, ikatan interface semakin rapat. 4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jikadibandingkan dengan kekerasan material velg original Daihatsu 139 HVNmasih dibawahnya. Dan dari uji komposisi terdapat perbedaan komposisi unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang) dan Si 10,7 wt % (velg Daihatsu). Karena sifatmekanik daur ulang velg masih dibawah standar maka perlu dilakukanperlakuan panas (Heat treatment). 3.2 Saran  Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran gravitasi, sehingga masih banyak diperlukan data-data lanjutan untukmendalami proses pengecoran sentrifugal, cetak tekan, die casting yang dapatmeningkatkan sifat mekaniknya.  Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi paduan, insertalur ring dan suhu penuangan, sehingga sifat mekanik masih kurang maksimal.
  • 18.  Material velg bekas banyak impuriti karena kurangnya kebersihanmenyebabkan sifat mekaniknya menurun. Maka penelitian lanjutan pada material velg bekas yang sama perlu dilakukan pembersihan yang baik.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA AFS Sand And Core Testing Handbook., 2004. ASM International. All Rights Reserved Aluminum-Silicon Casting Alloys: Atlas Microfractographs, 2004 ASM Handbook,Volume1., 2005 Properties and Selection. ASM Metal Handbook Vol.8 ., 1998 ASM Handbook, Vol. 15., 1998 ASTM Handbook E18 ., 2002. ASTM Handbook E92., 2004. Budinski., 2001,” Engineering Materials Properties and Selection,” PHI New Delhi, pp. 517–536. Begüm Akkayan, DDS, PhD, Burcu Sahin, DDS, and Hubert Gaucher, DDS, MScD., 2008, The Effect of Different Surface Treatments on the Bond Strength ofTwo Esthetic Post Systems, B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta,1987. Bambang Suharno., 2007.,Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi AntarmukaPaduan Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%Si Dengan Baja cetakanSKD 61.85-91.