Rumah Baca di Medan dirancang dengan penekanan konsep arsitektur metafora. Dokumen ini membahas latar belakang, tujuan, dan metodologi perencanaan Rumah Baca di Kota Medan dengan pendekatan arsitektur modern kontemporer untuk meningkatkan minat membaca masyarakat.
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Proposal perencanaan pembangunan rumah baca
1. 1
PERANCANGAN RUMAH BACA DI MEDAN
PENEKANAN KONSEP ARSITEKTUR METAFORA
Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna memenuhi tugas Mata kuliah
METODE RISET
Disusun oleh :
MUHAMMAD YUSRI
148140004
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota
ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera,Kota Medan adalah salah satu kota
yang mangalami perkembangan cukup pesat dalam berbagai hal, sehingga
menjadikan kota Medan sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia.
Dengan banyaknya perkembangan, menimbulkan berbagai macam aktifitas dan
kesibukan sosial yang terjadi di kota ini.
Salah satu yang dapat dilihat dari kota Medan yakni, terjadinya
perkembangan yang cukup pesat pada pembangunan infrastruktur kota, seperti
mall, ruko, perumahan, gedung perkantoran, dan gedung-gedung bertingkat
lainnya. Tapi masih kurang dari segi Pendidikan, hal ini terbukti dari minimnya
fasilitas kota medan dalam segi pendidikan seperti rumah baca ataupun Taman
baca, hal ini akan berdampak kepada kurangnya pengetahuan masyarakat dari
kota medan itu sendiri, dan juga akan mengurangi minat membaca masyarakat
medan.
Menurut UNESCO Indonesia adalah negara dengan minat membaca
0,001% atau menempati terendah ke dua dunia dari 61 negara .Pada masyarakat
kota Medan sendiri minat bacanya masih jauh dibawah kota lain,data terakhir
survei 2012, DIY adalah kota dengan minat baca tertinggi di Indonesia dengan
indeks bacanya 0,049%, dibandingkan dengan daerah lainnya yang indeks
bacanya jauh dibawah DIY, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya dukungan
fasilitas membaca maupun dikarenakan faktor Ekonomi dan sosial yang sedang
kritis bagi masyarakat kota Medan. Berdasarkan data sensus penduduk 2011,
siswa putus sekolah di Sumut telah mencapai angka 95.718 dan telah
menempatkan Sumut pada peringkat 7 di Indonesia sebagai provinsi dengan
angka siswa putus sekolah tertinggi.
Dan salah satu cara dan upaya untuk menumbuhkan minat membaca dan
mengatasi banyaknya orang yang tidak/kurang mendapatkan sarana dalam faktor
3. 3
pendidikan adalah dengan menyediakan suatu wadah yang menampung kegiatan
membaca dan belajar yang bersifat pelayanan dan terbuka untuk semua kalangan,
Dan Rumah Baca Medan adalah salah satu cara untuk memenuhi hal tersebut
sehingga Rumah Baca Medan dapat memajukan dan mengembangkan minat
membaca masyarakat dan juga memberikan kesempatan bagi anak-anak,remaja
dan orang tua untuk menimba ilmu seluas luasnya. Khususnya pada masyarakat
Medan.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud didirikannya Rumah Baca ini adalah :
untuk menyediakan Fasilitas dan menumbuhkan minat membaca bagi
masyarakat Medan, Menanamkan hobi membaca bagi anak-anak,remaja
dan orang tua,dan juga memberikan kesempatan bagi anak-anak,remaja
dan orang tua untuk menimba ilmu seluas luasnya.
Sedangkan Tujuan didirikannya Rumah Baca ini adalah :
Mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan praktis kepada anggota
masyarakat Kota Medan.
untuk memberikan wadah belajar, berkomunikasi, kreatifitas untuk
masyarakat kota Medan.
Menghimpun generasi muda agar a g a r m e r e k a l e b i h
t e r a r a h u n t u k m e m i l k i rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
I.3 PERMASALAHAN
Bagaimana mendesain atau merancang sebuah bangunan Rumah Baca
yang menjadi pusat edukasi untuk semua kalangan anak anak remaja maupun
dewasa dengan pendekatan Arsitektur Modern Kontemporer
I.4 BATASAN MASALAH
Pembahasan ditekankan pada ilmu arsitektur yang berkaitan dengan
Rumah Baca sebagai wadah edukasi dan kreasi. Sedangkan disiplin ilmu lain di
luar ilmu arsitektur digunakan sebagai bahan pendukung.
4. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TINJAUAN UMUM PERENCANAAN
II.1.1. PENGERTIAN RUMAH BACA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rumah adalah bangunan
untuk tempat tinggal sedangkan Baca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), jadi bisa kita simpulkan
bahwa secara umum Rumah baca adalah suatu wadah yang menampung kegiatan
membaca dan belajar, Tempat sarana edukasi untuk membaca atau melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati)
dan sebagai tempat untuk bersosialisasi,Rumah Baca ialah salah satu program
pembangunan pendidikan sebagai pengembangan Budaya Baca.
Program ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya masyarakat
pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta penyediaan,
bahan bacaan yang berguna bagi aksarawan baru, maupun anggota masyarakat
pada umumnya yang membutuhkan, untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat. Rumah
Baca sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses
berbagai bahan bacaan ,seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis, buku
pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya – karya sastra serta bahan
bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif dan kebutuhan masyarakat
sekitar dan minat baca yang baik aksaran baru, peserta didik jalur Pendidikan
Formal dan Non – Formal (warga belajar), dan masyarakat umum tanpa batas
usia.
Rumah Baca adalah untuk melayani kepentingan penduduk yang tinggal
disekitarnya. Mereka terdiri atas semua lapisan masyarakat tanpa membedakan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan,
umur dan lain sebagainya.
Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat
(2006: 9) Taman Bacaan Masyarakat adalah sebuah tempat / wadah yang
5. 5
didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan
akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran
seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar
TBM
Menurut Sutarno NS (2006: 19)Taman Bacaan Masyarakat mempunyai
tanggung jawab, wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangunnya,
mengelola dan mengembangkannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa
untuk ikut memiliki (sense of belonging), ikut bertanggung jawab
(meluhangrukebi).
Menurut Amrin (2011: 04)Taman bacaan Masyarakat adalah sebuah
lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan dan
berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat di desa atau
diwilayah TBM berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan mewujudk
an masyarakat berbudaya baca.
II.1.2. TUJUAN,MANFAAT, DAN FUNGSI RUMAH BACA
Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 2),
fungsi taman bacaan masyarakat adalah :
Sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan sebagai
penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya
program keaksaraan.
Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya
yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan
Iainnya dalam studi kepustakaan.
Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan yang
sifatnya rekreatif untuk memamfaatkan waktu senggang untuk
memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermanfaat.
Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran dan
kegiatan akademik Iainnya.
6. 6
II.2. TINJAUAN TEORITIS
II.2.1. PENGERTIAN ARSITEKTUR METAFORA
Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan
sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah
dengan memindahkan sifat-sifat dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan,
sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna arsitekturnya dapat mengadaikan
arsitektur itu sebagai sesuatu yang lain. Menurut Anthony C. Antoniades, 1990
dalam ” Poethic of Architecture ”, suatu cara memahami suatu hal, seolah hal
tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang
lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan
suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai
suatu yang lain. Ada tiga katagori metafora:
1. Intangible Metaphors (metafora yang tidak diraba) yang termasuk dalam
kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-
kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya) .
2. Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) Dapat dirasakan dari suatu
karakter visual atau material.
3. Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya) Secara konsep dan
visual saling mengisi sebagai unsurunsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan
untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.
II.2.2. RUANG LINGKUP METAFORA DALAM ARSITEKTUR
Untuk memasukan metafora kedalam gaya bahasa arsitektur maka perlu
melihat arsitektur sebagai bentuk dari bahasa guna kemudahan komunikasi.
Arsitektur adalah bentuk bahasa sehingga arsitektur merupakan bagian dari
komunikasi. Dengan menjadikan arsitektur sebagai bentuk dari bahasa maka akan
dapat memberikan kemudahan bagi metafora untuk berkomunikasi langsung
dengan arsitektur salah satu contoh memetaforakan bentuk-bentuk arsitektur
seperti konsep, analisa dan sebagainya.Metafora arsitektural berkenaan dengan
pendefinisian wujud bentuk arsitektur, yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari
hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun
rancangannya, sebagai makna kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan.
7. 7
Dalam merancang dengan menggunakan tema metafora, seorang arsitek
akan mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah membayangkan suatu
hal sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda. Bagaimana mungkin sebuah
bangunan yang berupa benda mati diibaratkan sebagai pohon yang memiliki sifat
hidup, atau bangunan yang bersifat visual diibaratkan sebagai musik yang
merupakan sebuah bunyi. Dibutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi dalam
melakukan ini. Tanpa imajinasi dan kreatifitas yang tinggi, karya arsitektur yang
dihasilkan bisa hanya menjadi sebuah peniruan dan bukannya perumpamaan serta
akan menghasilkan karya yang bernilai rendah.
Beberapa kelebihan dalam menggunakan arsitektur metafora, antara lain :
1. Penggalian bentuk – bentuk arsitektur yang lebih baik, yang tidak hanya
terbatas pada plantonis, fungsialis, dan sebagainya.
2. Memberi peluang untuk melihat suatu karya dalam sudut pandang lain.
3. Membawa pikiran seseorang ke suatu hal yang belum diketahui.
4. Memberi nilai tambah untuk bangunan yang dimetaforakan
8. 8
II.3. KERANGKA PEMIKIRAN
MAKSUD DAN
TUJUAN
PERMASALAHAN
DATA
PengertianProyek
Tema
LandasanTeori
Dan Lain-lain
STUDI BANDING
Proyek sejenis
Tema sejenis
ANALISA
KONSEP
Site Arsitektural Mekanikal Dan
Elektrikal
DESAIN
Laporan Perencanaan
Gambar
Perencanaan
TEORI LITERATUR
Data Tentang
site/lokasi, bentuk,
struktur, utilitas, dan
lain-lain
LATAR BELAKANG
9. 9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. LOKASI PERENCANAAN
Dalam Perencanaan Rumah baca ini, lokasi perencanaan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting agar bangunan ini dapat berfungsi dengan baik.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan
lokasi perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Pencapaian
Pencapaian ke lokasi harus dapat dicapai dengan mudah dan cepat,
baik dengan kenderaan umum, kenderaan pribadi, maupun pejalan kaki.
Sehingga sedapat mungkin lokasi berada pada wilayah yang mudah
dijangkau dari segala arah.
2. Sarana dan prasarana yang memadai
3. Potensi Lingkungan
Keadaan lingkungan tapak diupayakan akan mendukung
perencanaan Rumah baca ini dengan prospek pengembangannya dimasa
depan. dll
11. 11
III.1.2. LOKASI TERPILIH
Berdasarkan penilaian dari beberapa alternatif lokasi, maka lokasi yang
terpilih untuk Perencanaan Rumah Baca ini adalah lokasi yang berada di jalan
Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru,Medan.
III.2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah deskriptif , yaitu pengumpulan data,
pemasaran masalah yang ada secara berurutan dan mengkaitkannya kedalam
faktor-faktor penunjang. Kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu landasan
guna menyusun program yang menjadi dasar pertimbangan perencanaan fisik
bangunan. Langkah-langkah yang dilakukan dilakukan sebagai berikut:
1. Studi literatur
Dilakukan pengambilan data-data dari berbagai sumber, dalam hal ini
pengumpulan data berkaitan dengan judul.
2. Studi banding
Mendapatkan data, gambaran, foto, studi besaran ruang dan lain-lain.
Serta observasi lapangan untuk mendapatkan data fisik gedung dan tapak
bangunan.
3. Studi lapangan
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Pendi Purwanto. 2016. Rumah Baca Dan Youth Center Di Solo Baru.Tugas Akhir,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Retno Rasmi R,Annisha Ayuningdiah Dkk (2015). Arsitektur Kontemporer
(Contemporary Architecture). Institut Teknologi Bandung,Bandung
Imam Adlin Sinaga, Nurul Aini, Jeumpa Kemalasari. 2016. Rumah Baca Sebagai
Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana. Temu Ilmiah IPLBI.
Institut Teknologi Bandung,Bandung
Ari Setiawan, Evi Miftahul Khoirullah, Dkk. Rumah Baca Harapan: “Satu Buku
Sejuta Impian”. Universitas Lampung,Lampung.
Nur Azizah Natsir. 2016. Pengajuan Pembukaan Rumah Baca Asmanadia Al-
Fathanah Maros. Dusun Salenrang, Rt/Rw 005/001, Desa Salenrang, Kecamatan
Bontoa, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan
Arifin, Ridwan Nur. 2012. Perpustakaan Dan TBM, Versus Or
Featuring???.Yogjakarta.
Putri, Gustia Windy. 2013. Rancangan Pembuatan Sarana Promosi di Taman
Bacaan Masyarakat Suka Maju Sejahtera Padang. Padang: UNP (Universitas
Negeri Padang)
Muhammad Syafii, Ismaulana ,Rizki Harqi.“Laporan Perencanaan Kantor
Sewa”.Medan,Institut Teknologi Medan.