2. BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ruang terbatas (Confined Spaces) adalah ruang yang memungkinkan orang untuk masuk
kedalamnya untuk melakukan suatu pekerjaan, dan memiliki keterbatasan untuk keluar masuk
serta tidak dirancang untuk tempat kerja yang terus menerus seperti tangki, silo, dan bejana
lainnya.
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resiko terhadap keselamatan
dan kesehatan pekerja di dalamnya. Untuk itu diperlukan aturan dalam rangka memberikan
jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-
undangan, program memasuki ruang terbatas dan persyaratan perlatan dan prosedur untuk bekerja
di dalam ruang terbatas. Ruang terbatas (confined spaces) secara alamiah maupun disebabkan oleh
pekerjaan yang dilakukan di dalamnya dapat menimbulkan bahan-bahan berbahaya yang terlepas
dalam bentuk gas, uap, asap, dan debu beracun atau mudah terbakar serta bahaya lainnya. Bahan
berbahaya tersebut dapat mengakibatkan terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar
oksigen yang berlebihan yang memicu terjadinya kebakaran dan peledakan.
Makalah ini disusun karena masih banyaknya kecelakaan yang terjadi akibat bekerja di ruang
terbatas, oleh karenanya persiapan bagi semua orang yang terlibat dalam pekerjaan di ruang
terbatas mutlak diperlukan, termasuk pengetahuan akan risiko yang terkandung di dalamnya serta
teknik untuk bekerja aman di dalam ruang terbatas.
1.2 Tujuan
Memberikan pengetahuan tentang Keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerjaan yang
dilakukan di ruangan terbatas dan mengenai langkah-langkah yang harus di lakukan pada
pekerjaan di dalam ruang terbatas (Confined Spaces) guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja serta menekan kerugian karena peledakan, kebakaran dan klaim
kesehatan lainnya
3. BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Ruang Terbatas (Confined Spaces)
Jenis-jenis tempat kerja dibedakan menjadi :
1. Ruang Terbuka (Open Spaces)
2. Ruang Terbatas (Confined Spaces)
Berdasarkan standar OSHA karakteristik ruang terbatas adalah, sebagai berikut :
1. Tidak dirancang untuk ditempati secara terus menerus sebagai tempat kerja
normal.
2. Memiliki ventilasi yang terbatas.
3. Jalan masuk dan keluar terbatas.
Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat mengidentifikasi ruang terbatas yang ada di
lingkungan kerja. Identifikasi dilakukan agar ada standar prosedur kerja khusus, karena tingkat
bahaya dalam ruang terbatas jauh lebih tinggi dibandingkan tempat kerja ruang terbuka. Contoh
ruang terbatas antara lain seperti tangka produk, tangka air, saluran udara, saluran air bawah tanah,
trowongan, pipa, dan sejenisnya.
Ciri-ciri dari ruang terbatas adalah sebagai berikut :
1. memiliki bukaan yang terbatas baik untuk masuk dan keluar.
2. Ada ruang untuk masuk yang cukup besar atau setidaknya sebagian terbuka.
3. Tidak dirancang untuk manusia berada di dalamnya terus menerus.
4. Berpotensi mengandung gas beracun.
Pada area pabrik umumnya sangat mudah untuk menemui ruang terbatas, seperti tangka
penyimpanan, vessel, furnace, piping system, ruangan untuk spray painting, dsb. Ruang terbatas
wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang mempunyai satu atau lebih ciri-ciri berikut
ini, antara lain:
4. 1. Mengandung gas atmosfer berbahaya.
2. Mengandung bahan berupa cairan maupun padatan yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya.
3. Mempunyai bentuk atau struktur ruangan sedemikian rupa yang menyebabkan
pekerja terperangkap.
4. Mengandung bahaya lainnya yang mengakibatkan cidera serius dan kematian.
Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang terdapat dalam ruang terbatas yang dapat
menyebabkan kematian atau ketidakmampuan pekerja untuk menyelamatkan diri, antara lain
Oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan melebihi 23,5% volume udara.
1. Bahan mudah terbakar atau mudah meledak, apabila melebihi konsentrasi Batas
Bawah Dapat Meledak (BBDM) dan kurang dari Batas Atas Dapat Meledak
(BADM)nya.
2. Bahan beracun, apabila melebihi konsentrasi Nilai Ambang Batas (NAB) nya
Pengujian gas atmosfer berbahaya, berarti proses identifikasi dan evaluasi kandungan gas
atmosfer berbahaya dengan menggunakan alat uji yang terkalibrasi dan metodeuji yang sesuai.
Ijin masuk, adalah dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus untuk memperbolehkan dan
mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas. Udara kurang oksigen, adalah kondisi dimana
konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara yang dapat menyebabkan sesak napas
dan kematian. Udara kaya oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di atas
23,5% volume udara yang dapat memicu terjadinya kebakaran dan peledakan. Bahan beracun,
adalah bahan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tenaga kerja apabila melebihi
nilai ambang batas yang diperkenankan.
Gambar 2.1: Contoh Gambar Ruang Terbatas (Confined Spaces)
5. 2.2 Dasar Hukum Ruang Terbatas (Confined Spaces)
Hukum yang mendasari keselamatan dan kesehatan kerja ruang terbatas adalah :
1. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor (BAB II Azaz azas).
2. Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (pasal 2, pasal 3, pasal
9).
3. Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Peraturan Mentri Perhubungan No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
Serta Penerngan dalam Tempat kerja.
5. Keputusan direktur jendral pembinaan pengawasan ketenagakerjaan no. Kep.
113/djppk/ix/2006 tentang pedoman dan pembinaan teknis petugas keselamatan dan
kesehatan kerja ruang terbatas (confined spaces) direktur jendral pembinaan
pengawasan ketenagakerjan.
6. Permenakertrans No.Per.01/Men/1982 tentang Bejana Tekan Dalam ruang Lingkup.
7. Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
8. Surat Edaran Menakertrans No. SE.117/Men/ PPK-PKK/III/2005 tentang pemeriksaan
Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan,
Gedung Bertingkat dan tempat-tempat publik lainnya
9. Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Kimia di Udara Lingkungan kerja
10. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.13/DJPPK/2006
Tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 di Ruang Terbatas.
11. SNI – 0229 1987 E, Keselamatan Kerja di Dalam Ruangan Tertutup.
12. OSHA 3138-01R 2004 Permit Required Confined Spaces.
6. 2.3 Potensi Bahaya Ruang Terbatas (Confined Spaces)
Pada pembahasan sebelumnya, potensi bahaya di ruang terbatas secara umum terbagi
dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan debu
beracun ataupun mudah terbakar/meledak :
a. Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan konsentrasi melebihi 10% dari
BBDM nya.
b. Debu yang mudah terbakar/meledak dengan konsentrasi setara atau melebihi BBDM.
c. Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi 23,5 % volume udara.
d. Konsentrasi bahan beracun yang konsentrasinya berada diatas Nilai Ambang Batas
(NAB) yang termuat dalam Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1997 Nilai
Ambang Batas (NAB) yang banyak dipergunakan sebagai acuan dalam penilaian gas
berbahaya di ruang terbatas adalah NAB Rata-rata dan NAB Pajanan Singkat
Diperkenankan (PSD).
e. Kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi kesehatan atau dapat
mengakibatkan kematian, seperti temperatur yang ekstrem.
2. Adanya potensi substansi cair ataupun padat yang memungkinkan petugas yang bekerja
tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard). Dalam hal ini penting
dilakukan penilaian mengenai kandungan apa saja yang pernah tersimpan dalam ruang
terbatas.
Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah dipastikan bahwa ruang terbatas
telah kosong dari cairan ataupun padatan substansial. Untuk kemudian dilakukan kegiatan
purging atau pencucian atau pembilasan / inerting, yaitu dengan mengisi gas atau cairan
inert seperti Nitrogen, karbondioksida atau air untuk membuang kontaminan yang
mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang terbatas. Produk hasil purging ini sebaiknya
tidak langsung dibuang karena akan dapat membahayakan pihak lain dan juga lingkungan.
Dalam kasus udara yang mengandung bahan mudah terbakar disarankan untuk
mempertimbangkan teknik purging dan ventilasi apa yang digunakan sehingga tidak
menimbulkan sumber api.
7. Dalam melakukan purging, sangat penting diupayakan sesuai prinsip bekerja di ruang
terbatas, yaitu purging dilakukan tanpa memasuki ruang terbatas dengan menggunakan alat
bantu mekanis untuk mencapai bagian tertentu.
3. Adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat sehingga
menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar dan mobilitas pekerjaan
(configuration hazard) dan Kondisi bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan
perancah yang dapat mempersempit ruang gerak, permukaan yang basah dan licin, dasar
yang tidak jelas, area sempit dan curam yang dapat mengakibatkan tenaga kerja terjebak
dan jatuh ke dalamnya dan hal ini diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan yang kurang
memadai.
4. Adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik, pneumatic
dan lainnya (energy hazard). Termasuk dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi,
kebisingan yang mungkin timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh karenanya, sangat
penting dalam pekerjaan di ruang terbatas untuk memastikan setiap peralatan kerja yang
dapat berputar dan bergerak telah dipasang penutup/guarding dengan baik, memastikan
peralatan kerja yang masuk ke ruang terbatas telah explotion proofed serta harus dipastikan
telah ditanahkan dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis. Prinsip isolasi energi
atau dikenal dengan Lock Off Tag Out (LOTO) juga sangat penting untuk diperhatikan
antara lain dengan melakukan:
a. Penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan proses atau
bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange), sehingga mencegah
masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas dimana pekerjaan dilakukan.
b. Penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi bergerak.
seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau sejenisnya harus dipastikan
tidak tersambung dengan sumber energy.
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin sebelum
masuk ke dalamnya.
d. Pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap ruang terbatas
dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi kejatuhan atau memasang
barikade atau pengaman sementara.
8. Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat menjadi tempat kerja yang
sangat berbahaya bagi tenaga kerja yang memiliki keterbatasan kesehatan baik fisik maupun
psikis. Oleh karenanya penting dipastikan bahwa setiap tenaga kerja atau petugas utama tidak
memiliki riwayat penyakit sebagai berikut:
a. Sakit sawan atau epilepsi
b. Penyakit jantung atau gangguan jantung
c. Asma, bronchitis atau sesak napas
d. Gangguan pendengaran
e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi
f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
g. Gangguan atau sakit tulang belakang
h. Kecacatan penglihatan permanen
i. Penyakit lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah kemungkinan
adanya gangguan dari mikroorganisme, hewan pengerat, serangga maupun binatang buas lainnya
yang merupakan satwa alamiah di sekitar ruang terbatas.
2.4 Pengendalian Resiko di Ruang Terbatas
Setelah memahami potensi bahaya di ruang terbatas, menjadi sangat penting bagi kita
untuk menyusun program pengendalian risiko di ruang terbatas. Program pengendalian ditujukan
untuk menilai apakah risiko suatu pekerjaan di ruang terbatas telah ditekan ke kondisi minimal
atau dengan dengan istilah lain risiko dapat diterima.
Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki pengendalian sebagai berikut:
1. Reklasifikasi
2. Ventilasi.
3. Sistim ijin masuk
9. 2.5 Personil Ruang Terbatas
Sesuai bahasan sebelumnya, maka untuk melakukan pekerjaan di ruang terbatas sangat erat
hubungannya dengan kompetensi personil atau petugas yang akan bekerja. Umumnya pekerjaan
di ruang terbatas dilakukan oleh sekelompok orang, yang terdiri dari:
1. Petugas Utama, yaitu orang yang akan masuk melakukan pekerjaan di dalam ruang
terbatas.
2. Petugas Madya, yaitu orang yang bertugas berjaga dan memantau setiap akitifitas
petugas utama dari luar ruang terbatas.
3. Supervisor / Kepala Regu yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan yang dilakukan
oleh petugas utama dan madya. Disamping itu pula sebelum pekerjaan di ruang
terbatas harus dilakukan pengujian atas kondisi gas atosfer berbahaya oleh seorang
4. Teknisi Deteksi Gas yang bersertifikat,
5. Petugas Penyelamat, yaitu orang yang akan bersiaga di luar ruang terbatas untuk
memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.
Sebagai persyaratan pekerjaan, seorang petugas utama harus didampingi oleh minimal
seorang petugas madya. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab setiap personil:
Petugas Utama:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait dengan
pekerjaan di ruang terbatas.
2. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai prosedur.
3. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya.
4. Memberitahu petugas madya bila mengetahui adanya perubahan kondisi yang berbahaya.
5. Melakukan tindakan antisipatif untuk menyelamatkan diri.
Petugas Pendamping/Madya:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait dengan
pekerjaan di ruang terbatas.
2. Memantau setiap potensi bahaya dan pekerjaan di dalam dan di luar ruang terbatas.
3. Memastikan dan mengawasi jumlah petugas utama yang berada di ruang terbatas.
4. Memastikan tetap berada di luar ruang terbatas selama petugas dan pekerjaan di ruang
terbatas berlangsung.
10. 5. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas utama.
6. Memanggil tim penyelamat dalam kondisi darurat.
7. Melakukan tindakan penyelamatan yang dimungkinkan tanpa memasuki ruang terbatas.
8. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas utamanya untuk
memantau dan melindungi petugas utama
Petugas Penyelamat:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait dengan
pekerjaan di ruang terbatas.
2. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya, dan Ahli K3.
3. Melakukan tindakan penyelamatan sesuai prosedur.
4. Meningkatkan kemampuan diri untuk tugas-tugas penyelamatan.
2.6 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan suatu langkah penting yang wajib
dilakukan oleh pengurus dalam rangka pencegahan kecelakaan sebagai bagian dari program
memasuki ruang terbatas. Adapun kegiatan identifikasi dan penilaian risiko ini harus dilakukan
sebelum suatu pekerjaan di ruang terbatas dimulai dan kemudian dikaji ulang secara berkala
apabila terdapat perubahan baik dari faktor konfigurasi atau stuktur ruang terbatas, pekerjan yang
dilakukan serta hal lainnya yang diperkirakan dapat mengakibatkan penyimpangan dari kondisi
sebelumnya.
Hasil dari identifikasi bahaya ini akan menjadi masukan penting dalam mengetahui tingkat
risiko, seperti menilai besarnya kemungkinan kerugian dan dampak atau konsekunsi terburuk yang
akan terjadi. Setelah melakukan penilaian risiko, maka tindakan selanjutnya adalah mengelola
risiko itu sendiri, yaitu dengan memilih beberapa alternatif yang paling aman yang mungkin dapat
dilakukan, antara lain: penggantian bahan atau proses, mendesain ulang peralatan atau proses
kerja, pengunaan alat pelindung diri hingga penyediaan sarana dan prasarana tanggap darurat.
11. Prosedur penilian risiko
Langkah I: Identifikasi Bahaya
Banyak teknik untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang berpotensi terhadap
kecelakaan saat bekerja di ruang terbatas. Penyediaan prosedur khusus juga data dilakukan untuk
penyesuaian terhadap proses kerja dan bahaya yang ada. Teknik yang umum dilakukan untuk
mengidentifikasi bahaya antara lain:
1. Survei/Observasi lapangan
2. Evaluasi Proses Kerja
3. Konsultasi dengan Pekerja yang berpengalaman
4. Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB
Langkah 2: Analisis Peluang dan Konsekuensi
Analisis peluang kejadian ditujukan ditujukan untuk menilai seberapa sering kejadiaan
kecelakaan terjadi, hal ini didasarkan pada catatan kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi di
ruang terbatas tersebut ataupun pada ruang terbatas di lokasi lainnya. Analisis konsekuensi
dilakukan dengan menentukan potensi bila terjadi kecelakaan dari sekedar cedera ringan sampai
kemungkinan kematian fatal.
Langkah 3: Menentukan Tindakan Pengendalian
Tingkatan pengendalian bahaya pada umumnya adalah dengan melakukan:
1. Eliminasi, dengan menghilangkan 4 (empat) potensi bahaya, baik gas atmofir, substansi cair
ataupun padatan, konfigurasi, dan energi.
2. Substitusi.
3. Pengendalian Teknis dengan isolasi energi, pemasangan sistem ventilasi bertekanan dan
pemasangan pelindung mesin untuk setiap perlatan kerja yang berputar atau bergerak.
4. Pengendalian Administratif dengan menerapkan sistem ijin masuk dan ijin tambahan lainnya.
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri.
12. 2.7 Prosedur Ijin Masuk ruang Terbatas
Prosedur ijin Masuk di ruang terbatas diperlukan karena pekerjaan tersebut bukan merupakan
pekerjaan rutin dan memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga
kerja, sehingga diperlukan pengawasan yang lebih ketat. Disisi lain, pengendalian yang dilakukan
tidak dapat menghilangkan potensi bahaya di ruang terbatas tersebut, namun hanya dapat
dikendalikan ke tingkat yang dapat diterima.
Dalam rangka pelaksanaan prosedur ijin kerja tersebut dibutuhkan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Identifikasi Ruang Terbatas
a. Pengurus harus melakukan identifikasi keberadaan ruang terbatas yang ada di tempat
kerja.
b. Membuat daftar register ruang terbatas.
c. Memberi tanda/tag untuk setiap ruang terbatas.
d. Membuat daftar pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang terbatas (confined
spaces).
2. Tahapan pekerjaan dan tangung jawab Personil
a. Melakukan kegiatan persiapan untuk pekerjaan masuk ruang terbatas.
b. Mengisi formulir ijin kerja.
c. Penandatanganan formulir ijin kerja.
d. Yang Harus dilakukan selama pekerjaan di dalam ruang terbatas.
e. Pekerjaan di dalam ruang terbatas selesai.
3. Pelaksanaan Prosedur Ijin Masuk di ruang terbatas
a. Permohonan Ijin Masuk
b. Pemeriksaan Ijin Masuk
c. Pengesahan Ijin Masuk
d. Pendistribusian Ijin Masuk
e. Pembatalan Ijin Masuk
13. BAB III
Penutup
Kesimpulan
Definisi menurut OSHA (lembaga K3 Amerika), Confined space adalah sebuah ruangan yang
mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
1. Mempunyai luas yang terbatas dan dikonfigurasi agar tubuh pekerja
2. dapat masuk dan melakukan tugasnya.
3. Mempunyai keterbatasan pintu untuk masuk dan keluar.
4. Tidak didisain untuk pekerjaan yang terus menerus.
Contoh-contoh dari Confined space dapat kita jumpai di:
1. Boiler, Furnace (tungku),
2. Jalur pipa, lubang, stasiun pompa
3. Septic tank, sewage digestor,
4. Silo, Tangki penyimpanan,
5. Terowongan, duct, Tangki (Ballast tank, fuel tank, water tank), dll
Ruang terbatas berpotensi menimbulkan bahaya karena adanya bahan kimia dan aktifitas yang
dilakukan didalamnya. Ventilasi yang buruk akan menimbulkan akumulasi bahan kimia (gas/uap)
berbahaya didalam ruangan tersebut. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dari bahaya
confined space adalah:
1. Oksigen defficiency (kekurangan oksigen).
2. Bahaya keracunan.
3. Bahaya kebakaran dan peledakan.
4. Bahaya kecelakaan.
5. Hambatan dalam ruangan tersebut.
6. Kurangnya pencahayaan dan visibilitas.
7. Listrik.
8. Kebisingan yang berlebihan.
9. Panas.
10. Tenggelam kedalam kantong cairan.
11. Terkena benda jatuh.
14. 12. Adanya peralatan internal/mesin (mixer penukar panas).
13. Sulit akses dan jalan keluar.
14. Jatuh dari ketinggian (kolom), dll.
Mengingat banyaknya bahaya yang dapat terjadi ketika pekerja bekerja di ruang terbatas atau
confined space pekerja diwajibkan memiliki ijin kerja tau lebih dikenal dengan work permit.
Pekerja bisa meminta work permit pada ahli k3 atau supervisor yang ditunjuk di tiap pabrik atau
tempat kerja. Selain work permit pekerja juga haru memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang
lengkap, APD yang diperlukan antara lain:
1. Respirator (alat bantu pernafasan)
- Gas masker
- Air supply system
2. Tali penyelamat
3. Sarung tangan
4. Sepatu karet
5. Topi keselamatan
6. Pelindung kepala dengan tali dagu.
7. Kacamata atau pelindung mata.
8. Pelindung telinga.
9. Senter yang aman secara intrinsik.
10. Baju Pelindung (pakaian pelindung)
11. ELSA, EEDB atau alat bantu bernafas lainnya.
Bekerja di Confined Space / ruang terbatas sangatlah berbahaya, hal ini dikarenakan terdapat
berbagai hazad yang dapat menyebabkan kecedera dan kematian terhadap pekerja yang melakukan
pekerjaan di Confined space, Oleh karena itu bagi pekerja yang akan melakukan pekerjaan
ditempat tersebut harus mendapatkan Ijin Kerja Berbahaya dari Safety dept. dan sepengetahuan
atasan.
15. Daftar Pustaka
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerjadi Ruang Terbatas (confined spaces).
SNI – 0229 1987 E, Keselamatan Kerja di Dalam Ruangan Tertutup.
OSHA 3138-01R 2004 Permit Required Confined Spaces.
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja. (Online),
(https://pdfcoffee.com/petugas-ruang-terbatas-pdf-free.html).
Baskoro,Wisnu Fajar. 2012. Mengenal Confined Space & Pengendalian Bahaya,(Online),
(http://wfbaskoro2011.blogspot.com/2012/06/mengenal-confined-space-pengendalian.html).
Yuli Noly. 2013. Makalah Confined Space Fix Revisi, (Online), (https://pdfcoffee.com/makalah-
confined-space-fix-revisi-pdf-free.html).
Nuruddin. 2012. Potensi Bahaya Pekerjaan Confined Space, (Online),
(http://nuruddinmh.wordpress.com/2012/03/14/potensi-bahaya-pekerjaanconfined-space/).
Budi. 2011. Pengetahuan Umum Ruang Terbatas, (Online), (http://h2ssafety.blogspot.co.id/).