SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI KALIMAT EFEKTIF
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di bina oleh Ibu
Ratih Kumalasari, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
1. Apriliano Yusuf Hidayat (19520059)
2. Delfihanna Permata Isnawan (19520042)
3. Siam Pangestu (19520064)
KELAS B AKUNTANSI
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
JL. Gajayana No.50, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144
Website: www.uin-malang,ac.id. Email: info@uin-malang.ac.id
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
segala rahmat-Nya, penulisan makalah yang berjudul “Mempelajari dan Memahami Kalimat
Efektif ” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan berjalan dengan baik tanpa suatu
halangan yang berarti.
Sudah tentu dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dari dorongan moral, bimbingan,
dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr.Abdul Haris, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
2. Ibu Ratih Kumalasari, M.Pd. selaku guru mata kuliah Bahasa Indonesia Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah mencurahkan segala perhatiannya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas dalam penulisan makalah ini;
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah memberikan dorongan dan bantuan selama dan sampai terselesaikannya penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa walaupun penulis telah berusaha semaksimalnya namun penulisan
makalah ini mungkin banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharap kritik maupun
saran dan sumbangan pemikiran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga saja materi
dalam penulisan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan bagi pembaca agar dapat memahami dan mencari solusi yang
tepat untuk mencegah pudarnya kalimat yang efektif di Indonesia ini.
Malang , Agustus 2019
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat
ide, gagasan pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau
konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk
kalimat. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada
pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh
pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat
yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan
pengarang/pembicara, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik
perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar
mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur-unsur kalimat?
2. Bagaimana pengertian kalimat efektif?
3. Bagaimana syarat-syarat kalimat efektif?
4. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan unsur-unsur kalimat efektif.
2. Untuk mendeskripsikan pengertian kalimat efektif.
3. Untuk mendeskripsikan syarat-syarat kalimat efektif.
4. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri kalimat efektif.
D. Manfaat
1. Bagi penulis :
 Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Kalimat Efektif
 Untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang penulisan Kalimat Efektif
2. Bagi pembaca :
 Untuk menambah pengetahuan tentang Kalimat Efektif
 Untuk digunakan sebagai bahan ajar pembaca yang membutuhkan
3. Bagi Lembaga :
 Untuk dijadikan bahan materi untuk pembelajaran di sekolah/lembaga lain
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:
 adikku sedang melukis,
 kulkas paman besar,
 yang berbaju batik dosen saya,
 bersepeda menyehatkan badan,
 membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan
frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada
kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat
(c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangunjalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit
juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di atas,
4
S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah
S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
 Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
 Di sini melayani obat generic.
 Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh ‘S’. Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:
 kuda meringkik,
 ibu sedang tidur siang,
 putrinya cantik jelita,
 kota jakarta dalam keadaan aman,
 kucingku belang tiga,
 robby mahasiswa baru,
 rumah pak hartawan lima,
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
5
tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada
perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
 Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
 Kantor kami yang terletak di jln. Gatot subroto.
 Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun
yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut
lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan
(c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka
contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada
contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau
frasa.[1]
 Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
o Naya menimang …
o Arsitek merancang …
o Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,pulang yang menjadi P dalam contoh
berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
6
o Nenek mandi.
o Televisiku rusak.
o Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan.
a. Hendra Setiawan mengalahkan Taufik Hidayat (O)
b. Taufik Hidayat (S) dikalahkan oleh Hendra Setiawan.
c. Orang itu menipu adik saya (O)
d. Adik saya (S) ditipu oleh orang itu
 Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun,
antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Rektor UIN membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel.
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
a. Pancasila dibacakan oleh Rektor UIN .
O P S
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
b. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
7
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-
O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Alfin mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Freshian mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil
 Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat
bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke
rumahnya
Dari Manado, dari
sawah
Pada permukaan
2. Waktu -
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
8
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau,
dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
Supaya/agar kamu
faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5. Cara Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan
berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang
dewi
Laksana bintang di
langit
8. Penyebab Karena
Sebab
Karena perempuan
itu
Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan
Bersama
Beserta
Dengan adiknya
Bersama orang
tuanya
Beserta saudaranya
9
B. Pengertian Kalimat Efektif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok
kata yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan. Sedangkan efektif memiliki arti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, gunanya). Dilihat dari pengertian kedua kalimat tersebut jadi dapat kita
tarik kesimpulan kalimat efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat mengutarakan
suatu pikiran atau perasaan dengan memiliki efek (akibat/pengaruh/guna) tepat sasaran dan juga
dalam susunannya harus benar. Berikut ini definisi kalimat efektif menurut para ahli :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu : 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang
lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : 2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas,
dan enak dibaca. (Arifin)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi)
Berdasarkan definisi kalimat efektif menurut para ahli dapat kita simpulkan bahwa suatu
kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila sesuai dengan kaidah bahasa, jelas dan mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca kalimat tersebut
Seorang ahli bahasa pernah mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat dapat
membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda
maknanya saat ditangakap oleh pendengar atau pembaca[4].
Sedangkan menurut kelompok kami kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, padat, jelas
dan tepat sasaran sehingga dapat dipahami oleh pembaca/pendengar.
C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,
10
2. sanggup menimbulkan gagsan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yanng dipikirkan pembicara atau penulis.
Keraf menyatakan bahwa kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat membuat kalimat
yang efektif, yakni: kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme,
dan penalaran. Sementara menurut Akhadiah ciri kalimat yang efektif adalah kesepadanan dan
kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan, kehematan dalam mengunakan kata, dan
kevariasian dalam struktur kalimat.
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif
1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas dan memperlihatkan kesatuan gagasan
yang mengandung satu ide pokok. Kesatuan gagasan disini jangan
diartikan bahwa kalimat itu hanya mempuyai suatu ide yang tunggal. Bisa jadi kesatuan gagasan
itu terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Secara praktis,sebuah kalimat itu dikatakan
memiliki kesatuan gagasan itu apabila kalimat itu terdiri dari subjek, predikat dan objek. Kesatuan
itu bermcam-macam antara lain kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, dan kesatuan yang
mengandung pertentangan.
Contoh kesatuan gagasan adalah sebagai berikut:
a) Kesatuan Tunggal
Semua penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan lima tahun.
b) Kesatuan gabungan.
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah berangkat dengan pesawat satu
jam yang lalu.
c) Kesatuan pertentangan.
Ayah bekerja diperusahaan pengangkutan, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu.
2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
Contoh:
11
a) Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya di kertas khusus.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatantembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pembagian tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya ditulis dengan jelas di
kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nominal, menjadi seperti berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3. Ketegasan
Ketegasan itu juga biasa disebut dengan penekanan yang artinya suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan, kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat
Contoh:
1. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah pada Presiden mengharapkan.
2. Harapan presiden ialah agar rakyat membangunbangsa dan negaranya. Penekanannya ialah
pada Harapan presiden.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
12
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara berikut ini
1. Menghilangkan pengulangan subjek
Contoh:
 Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
 Ia memakai baju warna merah.
 Ia memakai baju merah.
 Kata warna dihilangkan karena kata merah sudah mencakup kata warna.
3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh:
 Sejak dari pagi ia termenung.
 Sejak pagi ia termenung.
13
 Kata dari dihilangkan karena kata dari bersinonim dengan kata sejak.
4. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh:
 Para hadirin dimohon berdiri
 Hadirin dimohon berdiri
 Kata para dihilangkan karena kata hadirin sudah merupakan bentuk jamak.
5. Penalaran (Logika)
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis. Berarti, bukan hanya struktur gramatikal yang berperan penting agar ide
pokok kalimat dapat diungkapkan dengan baik dan benar. Ada unsur lain yang harus diperhatikan
yaitu penalaran atau logika. Kalimat yang efektif harus logis karena setiap kalimat harus bisa
dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat dan sesuai dengan penalaran.
Contoh:
 Kepada kepala sekolah waktu dan tempat kami persilahkan.
 Untuk mempersingkat waktu mari kita lanjutkan acara ini.
Seluruh bagian dari kedua kalimat di atas sebenarnya bisa dimengerti, tetapi ada beberapa
bagian yang sulit diterima akal sehat. Maka dari itu, jalan pikiran penulis/pembicara menentukan
mudah-tidaknya sebuah kalimat dipahami.
6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan disini ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ciri-ciri kalimat yang padu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris. Oleh karena itu, sebaiknya kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misal:
 Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
 Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasa kemanusiaan.
14
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat
pasif persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat dan kata kerja dan objek penderita.
Misal:
 Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
 Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
 Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
 Mereka membicarakan kehendak rakyat.
7. Kecermatan
Maksud dari kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, serta
tepat dalam pilihan kata. Bisa dikatakan dalam hal ini tidak pleonastis maksudnya tidak terdapat
kata yang maknanya sama
Contoh:
Pada hari itu mereka saling bersalaman => kalimat efektif
Pada hari itu mereka saling bersalam-salaman => tidak efektif
Penjelasan: makna kata ulang bersalam-salaman sudah berarti saling bersalaman, sehingga
tidak perlu ditambahkan kata "saling".[5]
8. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik. Beberapa ciri kesepadanan adalah sebagai berikut:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi apabila sebelum subjek kalimat
tersebut terdapat kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya.
Contoh:
 Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
 Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
15
b. Dalam kalimat itu tidak terdapat objek yang ganda
Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus
Contoh:
 Penyusunan laporan itu saya, dibantu oleh para dosen.
 Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh sebab itu, kata
hubung atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam kalimat tunggal. Hal itu perlu
dicermati.
Contoh:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
 Kalimat diatas dapat diperbaiki dengan 2 cara, yang pertama yakni dengan mengubah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk, seperti berikut:
 Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
 Yang kedua yakni dengan cara mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, seperti berikut:
 Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d. Predikat kalimat yang tidak didahului oleh kata ”yang’’
Pemunculan kata “yang” akan menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.
Contoh:
 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu
9. Tidak bermakna ambigu (membingungkan)
Contoh kalimat ambigu Presiden memimpin rapat terbatas mengantisipasi perubahan cuaca
di istana negara. Kalimat tersebut ambigu, karena yang dibahas perubahan cuaca hanya di istana
negara atau di negara. Perbaikan agar menjadi kalimat efektif:
 Di istana negara presiden memimpin rapat terbatas membahas perubahan cuaca.
 Presiden memimpin raat terbatas di istana negara membahas perubahan cuaca.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara
tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
B. Saran
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang bahasa Indonesia
yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik,
sedangkan Calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
Dan semua Lembaga Pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh
terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras
17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2012. Bahasa Indonesia.Tangerang: Pustaka Mandiri.
Maskurun. 2011. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: LP2IP.
Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Nusa Indah.
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses
tanggal 29 September 2015 jam 17:12)
Pardjimin, Bahasa dan Sastra Indonesia ( Bogor: Ghalia Indonesia,2005), hlm.117.
Maskurun, Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: LP2IP, 2011), hal. 90.
Agus Trianto, Bahasa Indonesia (Jakarta: Esis, 2007), hlm.76.
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses
tanggal 29September 2015 jam 17:12)
Dendy Sugono, Mahir berbahasa Indonesia dengan benar (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm.63.
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Bahasa Indonesia (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012),
hlm.133-149.

More Related Content

Similar to CARA EFEKTIF MEMBUAT PROPOSAL.docx

Similar to CARA EFEKTIF MEMBUAT PROPOSAL.docx (20)

Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiah
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAHMAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
 
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIATATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
 
Pembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatPembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimat
 
Makalah kalimat
Makalah   kalimatMakalah   kalimat
Makalah kalimat
 
Makalah kalimat-111206204412-phpapp02(2)
Makalah kalimat-111206204412-phpapp02(2)Makalah kalimat-111206204412-phpapp02(2)
Makalah kalimat-111206204412-phpapp02(2)
 
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMATBahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
 
Bab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biBab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan bi
 
Kalimat dan kalimat_efektif
Kalimat dan kalimat_efektifKalimat dan kalimat_efektif
Kalimat dan kalimat_efektif
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimatMakalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimat
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimatMakalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimat
 
Pengertian kalimat
Pengertian kalimatPengertian kalimat
Pengertian kalimat
 
(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohman(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohman
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
Makalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juniMakalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juni
 
Tugas tik firda
Tugas tik firdaTugas tik firda
Tugas tik firda
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

CARA EFEKTIF MEMBUAT PROPOSAL.docx

  • 1. MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI KALIMAT EFEKTIF MAKALAH BAHASA INDONESIA Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di bina oleh Ibu Ratih Kumalasari, M.Pd. DISUSUN OLEH : 1. Apriliano Yusuf Hidayat (19520059) 2. Delfihanna Permata Isnawan (19520042) 3. Siam Pangestu (19520064) KELAS B AKUNTANSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JL. Gajayana No.50, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144 Website: www.uin-malang,ac.id. Email: info@uin-malang.ac.id AGUSTUS 2019
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan segala rahmat-Nya, penulisan makalah yang berjudul “Mempelajari dan Memahami Kalimat Efektif ” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan berjalan dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Sudah tentu dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dari dorongan moral, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr.Abdul Haris, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Ibu Ratih Kumalasari, M.Pd. selaku guru mata kuliah Bahasa Indonesia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah mencurahkan segala perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas dalam penulisan makalah ini; 3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuan selama dan sampai terselesaikannya penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa walaupun penulis telah berusaha semaksimalnya namun penulisan makalah ini mungkin banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharap kritik maupun saran dan sumbangan pemikiran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga saja materi dalam penulisan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi pembaca agar dapat memahami dan mencari solusi yang tepat untuk mencegah pudarnya kalimat yang efektif di Indonesia ini. Malang , Agustus 2019 Penyusun
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk kalimat. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang/pembicara, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
  • 4. 2 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana unsur-unsur kalimat? 2. Bagaimana pengertian kalimat efektif? 3. Bagaimana syarat-syarat kalimat efektif? 4. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mendeskripsikan unsur-unsur kalimat efektif. 2. Untuk mendeskripsikan pengertian kalimat efektif. 3. Untuk mendeskripsikan syarat-syarat kalimat efektif. 4. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri kalimat efektif. D. Manfaat 1. Bagi penulis :  Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Kalimat Efektif  Untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang penulisan Kalimat Efektif 2. Bagi pembaca :  Untuk menambah pengetahuan tentang Kalimat Efektif  Untuk digunakan sebagai bahan ajar pembaca yang membutuhkan 3. Bagi Lembaga :  Untuk dijadikan bahan materi untuk pembelajaran di sekolah/lembaga lain  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
  • 5. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Unsur-unsur Kalimat Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang- kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. 1. Subjek (S) Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:  adikku sedang melukis,  kulkas paman besar,  yang berbaju batik dosen saya,  bersepeda menyehatkan badan,  membangun jalan layang sangat mahal. Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e). Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangunjalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di atas,
  • 6. 4 S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.  Bagi siswa sekolah dilarang masuk.  Di sini melayani obat generic.  Memandikan adik di pagi hari. Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis. 2. Predikat (P) Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh ‘S’. Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:  kuda meringkik,  ibu sedang tidur siang,  putrinya cantik jelita,  kota jakarta dalam keadaan aman,  kucingku belang tiga,  robby mahasiswa baru,  rumah pak hartawan lima, Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
  • 7. 5 tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan. Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.  Adik saya yang gendut lagi lucu itu.  Kantor kami yang terletak di jln. Gatot subroto.  Bandung yang terkenal kota kembang. Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.[1]  Objek (O) Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini. o Naya menimang … o Arsitek merancang … o Juru masak menggoreng … Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
  • 8. 6 o Nenek mandi. o Televisiku rusak. o Tamunya pulang. Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan. a. Hendra Setiawan mengalahkan Taufik Hidayat (O) b. Taufik Hidayat (S) dikalahkan oleh Hendra Setiawan. c. Orang itu menipu adik saya (O) d. Adik saya (S) ditipu oleh orang itu  Pelengkap (pel) Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini: a. Rektor UIN membacakan Pancasila. S P O b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila. S P Pel. Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut: a. Pancasila dibacakan oleh Rektor UIN . O P S Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal. b. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
  • 9. 7 Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P- O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat. a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer. b. Alfin mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil. c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum. d. Freshian mengirimi kakeknya kopiah bludru. e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil  Keterangan (ket) Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini: JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian 1. Tempat Di Ke Dari Pada Di kamar, di kota Ke Surabaya, ke rumahnya Dari Manado, dari sawah Pada permukaan 2. Waktu - Pada Dalam Se- Sebelum Sesudah Selama Sekarang, kemarin Pada pukul 5 hari ini Dalam 2 hari ini Sepulang kantor Sebelum mandi Sesudah makan Selama bekerja
  • 10. 8 sepanjang Sepanjang perjalanan 3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil 4. Tujuan Supaya/agar Untuk Bagi Demi Supaya/agar kamu faham Untuk kemerdekaan Bagi masa depan Demi orang tuamu 5. Cara Secara Dengan cara Dengan jalan Secara hati-hati Dengan cara damai Dengan jalan berunding 6. Kesalingan - Satu sama lain 7. Similatif Seperti Bagaikan Laksana Seperti angin Bagaikan seorang dewi Laksana bintang di langit 8. Penyebab Karena Sebab Karena perempuan itu Sebab kegagalannya 9. Penyerta Dengan Bersama Beserta Dengan adiknya Bersama orang tuanya Beserta saudaranya
  • 11. 9 B. Pengertian Kalimat Efektif Dalam kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok kata yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan. Sedangkan efektif memiliki arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, gunanya). Dilihat dari pengertian kedua kalimat tersebut jadi dapat kita tarik kesimpulan kalimat efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat mengutarakan suatu pikiran atau perasaan dengan memiliki efek (akibat/pengaruh/guna) tepat sasaran dan juga dalam susunannya harus benar. Berikut ini definisi kalimat efektif menurut para ahli : 1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu : 2007) 2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : 2001) 3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin) 4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi) Berdasarkan definisi kalimat efektif menurut para ahli dapat kita simpulkan bahwa suatu kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila sesuai dengan kaidah bahasa, jelas dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca kalimat tersebut Seorang ahli bahasa pernah mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat dapat membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda maknanya saat ditangakap oleh pendengar atau pembaca[4]. Sedangkan menurut kelompok kami kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, padat, jelas dan tepat sasaran sehingga dapat dipahami oleh pembaca/pendengar. C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: 1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,
  • 12. 10 2. sanggup menimbulkan gagsan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yanng dipikirkan pembicara atau penulis. Keraf menyatakan bahwa kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat membuat kalimat yang efektif, yakni: kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran. Sementara menurut Akhadiah ciri kalimat yang efektif adalah kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan, kehematan dalam mengunakan kata, dan kevariasian dalam struktur kalimat. D. Ciri-ciri Kalimat Efektif 1. Kesatuan gagasan Setiap kalimat yang baik harus jelas dan memperlihatkan kesatuan gagasan yang mengandung satu ide pokok. Kesatuan gagasan disini jangan diartikan bahwa kalimat itu hanya mempuyai suatu ide yang tunggal. Bisa jadi kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Secara praktis,sebuah kalimat itu dikatakan memiliki kesatuan gagasan itu apabila kalimat itu terdiri dari subjek, predikat dan objek. Kesatuan itu bermcam-macam antara lain kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Contoh kesatuan gagasan adalah sebagai berikut: a) Kesatuan Tunggal Semua penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan lima tahun. b) Kesatuan gabungan. Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu. c) Kesatuan pertentangan. Ayah bekerja diperusahaan pengangkutan, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. 2. Keparalelan Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,bentuk kedua juga harus menggunakan verba. Contoh:
  • 13. 11 a) Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya di kertas khusus. b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatantembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pembagian tata ruang. Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus. Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, menjadi seperti berikut: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata ruang. 3. Ketegasan Ketegasan itu juga biasa disebut dengan penekanan yang artinya suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan, kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut: a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat Contoh: 1. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah pada Presiden mengharapkan. 2. Harapan presiden ialah agar rakyat membangunbangsa dan negaranya. Penekanannya ialah pada Harapan presiden. b. Membuat urutan kata yang bertahap Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya:
  • 14. 12 Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. c. Melakukan pengulangan kata (repetisi) Contoh: Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka. d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur. e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan) Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab. 4. Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Penghematan dapat dilakukan dengan cara berikut ini 1. Menghilangkan pengulangan subjek Contoh:  Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.  Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. 2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata Contoh:  Ia memakai baju warna merah.  Ia memakai baju merah.  Kata warna dihilangkan karena kata merah sudah mencakup kata warna. 3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat Contoh:  Sejak dari pagi ia termenung.  Sejak pagi ia termenung.
  • 15. 13  Kata dari dihilangkan karena kata dari bersinonim dengan kata sejak. 4. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak Contoh:  Para hadirin dimohon berdiri  Hadirin dimohon berdiri  Kata para dihilangkan karena kata hadirin sudah merupakan bentuk jamak. 5. Penalaran (Logika) Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Berarti, bukan hanya struktur gramatikal yang berperan penting agar ide pokok kalimat dapat diungkapkan dengan baik dan benar. Ada unsur lain yang harus diperhatikan yaitu penalaran atau logika. Kalimat yang efektif harus logis karena setiap kalimat harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat dan sesuai dengan penalaran. Contoh:  Kepada kepala sekolah waktu dan tempat kami persilahkan.  Untuk mempersingkat waktu mari kita lanjutkan acara ini. Seluruh bagian dari kedua kalimat di atas sebenarnya bisa dimengerti, tetapi ada beberapa bagian yang sulit diterima akal sehat. Maka dari itu, jalan pikiran penulis/pembicara menentukan mudah-tidaknya sebuah kalimat dipahami. 6. Kepaduan Yang dimaksud dengan kepaduan disini ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ciri-ciri kalimat yang padu: a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, sebaiknya kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Misal:  Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.  Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
  • 16. 14 b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat pasif persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat dan kata kerja dan objek penderita. Misal:  Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.  Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.  Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.  Mereka membicarakan kehendak rakyat. 7. Kecermatan Maksud dari kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, serta tepat dalam pilihan kata. Bisa dikatakan dalam hal ini tidak pleonastis maksudnya tidak terdapat kata yang maknanya sama Contoh: Pada hari itu mereka saling bersalaman => kalimat efektif Pada hari itu mereka saling bersalam-salaman => tidak efektif Penjelasan: makna kata ulang bersalam-salaman sudah berarti saling bersalaman, sehingga tidak perlu ditambahkan kata "saling".[5] 8. Kesepadanan Struktur Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Beberapa ciri kesepadanan adalah sebagai berikut: a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi apabila sebelum subjek kalimat tersebut terdapat kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya. Contoh:  Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.  Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
  • 17. 15 b. Dalam kalimat itu tidak terdapat objek yang ganda Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus Contoh:  Penyusunan laporan itu saya, dibantu oleh para dosen.  Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh sebab itu, kata hubung atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam kalimat tunggal. Hal itu perlu dicermati. Contoh:  Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.  Kalimat diatas dapat diperbaiki dengan 2 cara, yang pertama yakni dengan mengubah kalimat itu menjadi kalimat majemuk, seperti berikut:  Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.  Yang kedua yakni dengan cara mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, seperti berikut:  Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. d. Predikat kalimat yang tidak didahului oleh kata ”yang’’ Pemunculan kata “yang” akan menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat. Contoh:  Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.  Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu 9. Tidak bermakna ambigu (membingungkan) Contoh kalimat ambigu Presiden memimpin rapat terbatas mengantisipasi perubahan cuaca di istana negara. Kalimat tersebut ambigu, karena yang dibahas perubahan cuaca hanya di istana negara atau di negara. Perbaikan agar menjadi kalimat efektif:  Di istana negara presiden memimpin rapat terbatas membahas perubahan cuaca.  Presiden memimpin raat terbatas di istana negara membahas perubahan cuaca.
  • 18. 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan. B. Saran Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang bahasa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik, sedangkan Calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik. Dan semua Lembaga Pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras
  • 19. 17 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2012. Bahasa Indonesia.Tangerang: Pustaka Mandiri. Maskurun. 2011. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: LP2IP. Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis. Sugono, Dendy. 2009. Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Nusa Indah. Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses tanggal 29 September 2015 jam 17:12) Pardjimin, Bahasa dan Sastra Indonesia ( Bogor: Ghalia Indonesia,2005), hlm.117. Maskurun, Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: LP2IP, 2011), hal. 90. Agus Trianto, Bahasa Indonesia (Jakarta: Esis, 2007), hlm.76. http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses tanggal 29September 2015 jam 17:12) Dendy Sugono, Mahir berbahasa Indonesia dengan benar (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm.63. Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Bahasa Indonesia (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), hlm.133-149.