1. TEKNOLOGI PIPA PENGHEMAT AIR SAWAH
Padi adalah tanaman unik karena mampu tumbuh dalam kondisi hidrologi, jenis tanah, iklim
yang berbeda, dan merupakan satu-satunya tanaman serealia yang tumbuh di lahan basah.
Ancaman serius yang dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya ketersediaan air.
Penyebab penurunan ketersediaan air bervariasi dan bersifat spesifik, namun umumnya terjadi
karena penurunaan kualitas dan sumber air, tidak berfungsinya sistem irigasi dan meningkatnya
kompetisi kebutuhan air, misalnya untuk perumahan dan industri. Hal tersebut menjadi ancaman
bagi ketersediaan pangan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan air yang
lebih baik diantaranya dengan menerapkan teknologi hemat air.
Prinsip teknologi hemat air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan,
evaporasi, serta memelihara aliran transpirasi. Hal tersebut bisa dilakukan dari mulai saat
persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman. Salah satu alternatif teknologi dalam
pengelolaan air (water management) adalah alternate wetting and drying (AWD) atau pengairan
basah kering (PBK). Teknologi ini telah diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti
China, India, Philipina, dan Indonesia. Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak
menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan produktivitas air.
Prinsif Pengairan Basah Kering
Prinsif dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu
berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika
kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai
ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5
cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm
ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas
tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi
masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan,
PBK dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan,
PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan.
2. Manfaat pengairan berselang dan metode basah kering
1. Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi tanah
basah-kering
2. Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah
3. Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual
(gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah
sehingga pemakaiannnya lebih efisien.
4. Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas),
dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun).
5. Tanaman padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran yang lebih dalam.
Pipa berlubang sebagai alat bantu
Pipa paralon (PVC) bisa digunakan sebagai alat teknologi PBK untuk mengamati air di bawah
permukaan. Pipa bisa diganti dengan bahan lain seperti bambu atau bahan lainnya. Banyaknya
alat yang diperlukan tergantung pada tofografi lahan. Satu alat bisa mewakili luasan 500 m2,
sedangkan pada kemiringan 3-5% satu unit alat mewakili 100 m². Pipa berukuran 35 cm
dibenamkan sedalam 20 cm, sehingga tinggi pipa dari permukaan tanah adalah 15 cm, kemudian
tanah di dalam pipa dikeluarkan. Untuk tahapan pengkajian atau uji coba, petani
memonitor/mengukur kedalaman air di dalam pipa setiap interval waktu 2 hari dan melakukan
teknik basah kering (pengairan lahan sawah) sesuai dengan prinsif PBK. Setelah petani percaya
PBK tidak menurunkan hasil secara nyata, pipa yang dibenamkan cukup 15 cm sesuai dengan
PBK aman dan tidak perlu lagi mengukur dengan mistar. Petani pun bisa mencoba mengubah
batas PBK aman yakni dengan menambah batas kedalaman muka air untuk diairi misalnya 20
cm, 25 cm, dan 30 cm. (sultra.litbang.deptan.go.id)