tugas kelompok Teori keadilan 27 oktober 2021.pptx
1. KEADILAN MENURUT
JOHN RAWLS DAN
ROBERT NOZICK
Kelompok VI
Ahmad Syahroni Fadhil (2106666605)
Razy (_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ )
Dian (0000000000)
2. John Rawls
John Rawls dikenal sebagai salah seorang filsuf Amerika kenamaan di akhir abad
ke-20. Melalui karya-karyanya, seperti A Theory of Justice, Political Liberalism, dan
The Law of Peoples,
Memiliki Nama lengkap John Borden (Bordley) Rawls ini dilahirkan di Baltimore,
Maryland, Amerika Serikat pada 21 Februari 1921, berkuliah di Princeton University
pada 1939 dan menyandang gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dari Princeton
University pada 1950. John Rawls kemudian akhirnya melanjutkan studi di Oxford
University, Inggris.
Rawls bekerja di Cornell University dan secara bertahap dirinya diangkat sebagai
Guru Besar Penuh pada 1962. Tidak lama kemudian, Rawls juga memperoleh
kesempatan untuk mengajar dan menjadi Guru Besar di Massachusetts Institute
of Technology (MIT). Dua tahun setelahnya, John Rawls memilih pindah untuk
mengajar secara penuh di Harvard University, tempat dimana dirinya mengabdi
hingga akhir hayat.
3. Beberapa konsep Rawls yang memperoleh apresiasi dan perhatian luas dari beragam
kalangan, diantaranya yaitu
(Two Principle Of Justices)
(The Original Position
And Veil Of Ignorance)
Posisi asali dan
Tabir ketidaktahuan
Keadilan sebagai bentuk kejujuran, yang
bersumber dari prinsip kebebasan, kesetaraan,
dan kesempatan yang sama, serta prinsip
perbedaan
(Public Reason)
Nalar publik
(Overlapping Consensus)
Kesepakatan yang saling tumpang-tindih
01 02
04 05
03
(Reflective Equilibrium)
Ekuilibrium reflektif
4. PERAN KEADILAN
Keadilan adalah kebajikan utama dalam institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam sitem
pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus ditolak atau direvisi jika ia tidak
benar, begitu juga hukum dan institusi, tidak peduli betapapun efesien dan rapinya, harus
direformasi atau dihapuskan jika tidak adil.
Setiap orang memiliki kehormatan yang berdasar pada keadilan sehingga seluruh masyarakat
sekalipun tidak bisa membatalkanya. Atas dasar ini keadilan menolak jika lenyapnya kebebasan
bagi sejumlah orang dapat dibenarkan oleh hal yang lebih besar yang didapatkan oleh orang lain.
Karena itu dalam masyarakat yang adil, kebebasan warganegara dianggap mapan: JIKA hak-hak
yang dijamin keadilan tidak tunduk pada tawar menawar politik atau kalkulasi kepentingan sosial.
“Satu-satunya hal yang mengijinkan kita untuk menerima teori yang salah adalah karena
tidak tidak adanya teori yang lebih baik”
5. Banyak hal dikatakan adil dan tidak adil : Tidak hanya hukum, institusi, dan system sosial,
bahkan juga tindakan-tindakan tertentu, termasuk keputusan, penilaian, dan tuduhan.
Namun sejatinya subjek keadilan yang menjadi subjek utama ialah struktur dasar masnyarakat,
atau lebih tepatnya cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban
fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial. Sebab efek-
efeknya begitu besar dan tampak sejak awal.
Pandangan intuitif menyatakan, struktur ini mengandung berbagai posisi sosial, dan orang yang
lahir dalam posisi berbeda yang sebagian ditentukan oleh system politik dan juga kondisi sosial
ekonomi. Dengan demikian, Institusi-institusi masyarakat mendukung titik pijak tertentu.
SUBJEK KEADILAN
6. GAGASAN UTAMA TEORI KEADILAN
Gagasan utama Jhon Rawls dalam Teori Keadilan dalam Buku A Theory of Justice tujuan utamanya
menyajikan konsep keadilan yang menggeneralisasikan dan mengangkat teori Kontrak Sosial yang
diungkapkan oleh, Loke, Rousseau dan Kant ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi. Untuk
melakukan hal ini kita tidak akan menganggap kontrak sebagai satu-satunya cara untuk memahami
masyarakat tertentu atau untuk membangun bentuk pemerintahan tertentu. Namun gagasan yang
menandainya adalah bahwa prinsip-prinsip keadilan bagi struktur dasar masyarakat
merupakan tujuan dari kesepakatan. Hal-hal itu adalah prinsip yang akan diterima orang-orang
yang bebas dan rasional untuk mengejar kepentingan merka dalam posisi asali Ketika
mendefinisikan kerangka dasar asosiasi mereka.
Prinsip-prinsip ini akan mengatur semua persetujuan lebih lanjut; mereka menentukan jenis kerja
sama sosial yang bisa dimasuki dan bentuk-bentuk pemerintah yang bisa didirikan. Cara pandang
terhadap prinsip keadilan ini disebut sebagai Fairnes.
7. Keadilan sebagai Fairnes
“Teori keadilan Rawls memusatkan perhatian pada bagaimana
mendistribusikan hak dan kewajiban secara seimbang di dalam
masyarakat sehingga setiap orang berpeluang memperoleh
manfaat darinya dan secara nyata, serta menanggung beban yang
sama. Karenanya, agar menjamin distribusi hak dan kewajiban yang
berimbang tersebut, Rawls juga menekankan pentingnya
kesepakatan yang fair di antara semua anggota masyarakat. Hanya
kesepakatan fair yang mampu mendorong kerja sama sosial”
Rawls merumuskan kedua prinsip/asas keadilan sebagai berikut:
1. Asas kebebasan (liberty principle), yaitu setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas, seluas kebebasan serupa dari orang-orang lain;
2. Asas perbedaan (difference principle), yaitu ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa
sehingga memenuhi dua hal: (1) semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang menurut syarat-syarat
kesetaraan peluang yang fair (fair equality of opportunity); dan, (2) keuntungan terbesar untuk anggota-
anggota masyarakat yang paling tidak beruntung.
8. Rawls merumuskan teorinya dengan beberapa gagasan dasar yang bisa dipakai untuk membenarkan
dan mempertahankan konsep keadilannya sehingga bisa diterima oleh semua orang, gagasan-gagasan
dasar dari teori keadilan sebagai fairness itu ialah :
Agen Moral Sebagai Basis Konsep Keadilan
Rawls mendefinisikan pribadi atau agen moral sebagai ”seorang yang mampu ambil bagian, atau yang dapat memainkan
peran, dalam kehidupan sosial, dan karenanya melaksanakan dan menghormati berbagai hak dan kewajibannya, Atau
dengan kata lain, pribadi sebagai agen moral adalah orang yang bisa menjadi warga negara atau anggota masyarakat biasa
dan mampu bekerja sama secara penuh selama hidupnya. Menurut Rawls, pribadi atau agen moral secara mendasar ditandai
oleh dua kemampuan moral yaitu kemampuan untuk mencitrakan keadilan dan memahami keadilan.
Kemampuan untuk mencitrakan keadilan adalah ”kesanggupan untuk memahami, menerapkan dan bertindak seturut
gagasan publik tentang keadilan yang mencirikan syarat-syarat yang adil bagi kerja sama sosial, Kemampuan ini juga
mengungkapkan kesediaan untuk memperlakukan sesama seturut syarat-syarat yang dapat mereka sokong secara publik.
Sedangkan kemampuan untuk memahami kebaikan adalah ”kesanggupan untuk membentuk, merevisi serta secara rasional
mengikhtiarkan gagasan tentang keuntungan atau kebaikan rasional seseorang”
Kedua kemampuan moral ini pada dasarnya menguatkan kedudukan setiap individu sebagai agen moral yang rasional,
bebas dan sama.
9. Prosedur Keadilan Murni
Rawls mengakui bahwa persoalan keadilan bukan hanya persoalan distribusi hak dan kewajiban tetapi juga bagaimana mengatur beban
kerja sama sosial dan pembagian keuntungan dari kerja sama itu. Supaya keadilan itu bisa dicapai, dalam arti tidak manipulatif dan
diskriminatif, diperlukan suatu prosedur yang fair yang tidak memihak.
Rawls mengemukakan tiga prosedur dalam keadilan, yaitu prosedur sempurna, prosedur tidak sempurna, dan prosedur murni.
Prosedur sempurna dan tidak sempurna memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaan keduanya terletak pada kriteria independen
sedangkan perbedaannya terletak pada hasil. Dalam prosedur sempurna kriteria independen menghasilkan keadilan sesuai dengan yang
diharapkan, sedangkan dalam prosedur tak sempurna, tidak ada jaminan adanya hasil seperti yang diharapkan.
Keadilan prosedural sempurna dapat digambarkan dengan orang yang membagi kue. Pembagian kue yang fair diasumsikan harus merata
untuk setiap orang. Cara membaginya dengan menempatkan orang yang membagi kue untuk mendapat potongan yang terakhir,
sedangkan orang lain dibiarkan sebelum pembagi. Oleh karena itu, pembagi kue harus membagi secara merata sehingga dirinya pun
mendapat bagian yang sama besar.
Namun, prosedur keadilan Rawls tidak mengikuti prosedur sempurna atau prosedur tidak sempurna tetapi prosedur murni. Di dalam
keadilan prosedural yang murni, tidak ada standar yang dapat memutuskan apa yang adil terpisah dari prosedur itu sendiri. Keadilan
diimplikasikan bukan pada hasil keluaran, melainkan pada sistem, Prosedur ini tidak mempunyai kriteria independen. Hasil yang
diharapkan lahir dari prosedur itu sendiri. Contoh untuk memahami prosedur ini adalah permainan judi.
10. Reflective Equilibrium
Keadilan sebagai suatu teori perlu direvisi dan dipertimbangkan validitasnya kalau ada indikasi ketidakadilan.
Validitas dari teori-teori keadilan itu harus diuji secara kritis melalui pendekatan yang disebut Rawls sebagai
reflective equilibrium. Dikatakan reflektif karena prinsip-prinsip yang diambil sesuai dengan putusan nalar dan
premis-premis yang mendasarinya. Sedangkan disebut ekuilibrium karena keputusan yang diambil memiliki
keseimbangan. Validitas teori dijustifikasi oleh prosedur yang fair dalam tatanan masyarakat. Teori keadilan
Rawls menekankan pentingnya suatu prosedur yang fair dalam mendistribusikan kepentingan setiap individu.
Reflective equilibrium merupakan suatu pendekatan yang dipakai untuk menjustifikasi teori-teori keadilan yang
ada. Justifikasi merupakan argumen untuk menantang argumen yang berbeda. Justifikasi mengandaikan adanya
konflik pendapat dan masing-masing orang dengan pendapatnya berusaha untuk berasionalisasi demi
mempertahankan teori yang dirumuskan. Terjadinya konflik disebabkan karena ada begitu banyak alasan atau
argumen yang harus dipertimbangkan demi mencapai sebuah prinsip atau teori yang koheren yang dapat
diterima.
Reflective equilibrium sebagai metode tidak hanya menuntut pertanggungjawaban yang rasional tetapi juga
memperhitungkan keyakinan dasar masing-masing individu atas prinsip-prinsip yang diberlakukan secara umum.
Keyakinan dasar itu tampak pada fakta bahwa manusia sebagai makhluk moral secara mendasar memiliki
kemampuan untuk memahami yang adil dan tidak adil. (Andre Ata Ujan, 2001: 45). Kemampuan moral ini
memungkinkan individu bisa menerima atau menolak konsep keadilan.
11. —Poisisi Asali
“Dirinya berusaha untuk memosisikan adanya situasi yang sama dan setara
antara tiap-tiap orang di dalam masyarakat serta tidak ada pihak yang memiliki
posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya kedudukan,
status sosial, tingkat kecerdasan, kemampuan, kekuatan, dan lain sebagainya.
Sehingga, orang-orang tersebut dapat melakukan kesepakatan dengan pihak
lainnya secara seimbang. “posisi asali” yang bertumpu pada pengertian
ekulibrium reflektif dengan didasari oleh ciri rasionalitas (rationality), kebebasan
(freedom), dan persamaan (equality) guna mengatur struktur dasar masyarakat
(basic structure of society)”
12. “konsep “selubung ketidaktahuan” diterjemahkan oleh Rawls bahwa setiap orang
dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk
terhadap posisi sosial dan doktrin tertentu, sehingga membutakan adanya konsep atau
pengetahuan tentang keadilan yang tengah berkembang. Melalui dua teori tersebut, Rawls
mencoba menggiring masyarakat untuk memperoleh prinsip kesamaan yang adil. Itulah
sebabnya mengapa Rawls menyebut teorinya tersebut sebagai “justice as fairness”
Tabir ketidaktahuan/
Veil Of Ignorance
13. Robert Nozick
Robert Nozick lahir di Brooklyn dari keluarga keturunan Yahudi, Ibunya Bernama Sophie
Cohen dan ayahnya adalah seorang Yahudi dari Shtetl Rusia.
Nozick bersekolah di Sekolah umum di Brooklyn. Kemudian dia menempuh Pendidikan di Universitas
Columbia pada Tahun 1959 dengan predikat kelulusan Cumlaude. Lalu dia mengemban kelimuan dan
belajar ke Sidney Mogenbesser dan melanjutkan studinya di Universitas Princeton pada tahun 1963
dibawah bimbingan Carl Hempel, dan meneruskan pendikan lanjutanya di Universitas Oxford sebagai
Fulbright Scholar (Program pertukaran Pendidikan) tahun 1963-1964).
Kemudian Robert Nozick bergabung pada Partai Sosialis Norman Thomas (of Norman Thomas's Socialist
Party). Selain itu, di Columbia ia mendirkan cabang Lokal Liga Mahasiswa untuk Demokrasi Industri
(Student League for Industrial Democracy ) yang pada tahun 1960 berubah menjadi Mahasiswa untuk
Masyarakat Demokrasi (Students for a Democratic Society).
Beberapa karya Robert Nozick; Anarchy, State, and Utopia (1974) Philosophical Explanations (1981) The Examined
Life (1989) The Nature of Rationality (1993/1995) Socratic Puzzles (1997) Invariances: The Structure of the Objective
World (2001/2003