SlideShare a Scribd company logo
DEMOKRASI DAMAI,
                      MEMBANGUN ETIKA POLITIK*)1
                                  Oleh : Muhammad Yunus2


Etika

Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terentu,
atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

Etika terbagi dua yaitu etika khusus dan etika umum. Etika khusus yaitu etika
yang membahas prinsip dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Etika umum
yaitu mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.

Politik

Secara umum politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari
sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Pengambilan keputusan mengenai tujuan dari sistem politik itu menyangkut
pemilahan terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang telah dipilih.

Sedangkan untuk melaksanakan tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-
kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
alokasi dari sumber-sumber yang ada.

Politik merupakan         upaya     atau    cara    untuk   memperoleh   sesuatu   yang
dikehendaki.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan
tujuan pribadi seseorang.

Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik.

      “Politik adalah Cara Mencapai Tujuan bukan Tujuan Membenarkan Cara”

Etika Politik

Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu
manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan
moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian „moral‟ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang
dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam
hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun negara, etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental human as human behaviour.

Dasar Etika Politik

Berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu

1
    Disampaikan pada Orientasi Fungsionaris Partai Golkar Sulbar, Jumat 8 Februari 2013
2  Penulis adalah Anggota Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
*) Disadur dari berbagai sumber
negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang memaksakan
kehendak kepada manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan kepada
hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini
maka seorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik
menurut negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai
dengan aturan dalam suatu masyarakat negara.

Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang
diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam
bernegara.

Artinya bahwa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan
struktur yang ada harus berjalan berbarengan dalam menjalankan suatu negara
agar dapat diukur dalam frame sistem politik yang beretika.

Prinsip Dasar Etika Politik

a. Pluralisme
   Politik yang beretika sejatinya mengandung kesediaan untuk menerima
   kemajemukan dalam artian untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan
   biasa/ normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup,
   agama, budaya dan adat.

  Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada
  orang yang boleh didiskriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap ini
  adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter kolektif bangsa.

b. HAM
   Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan yang
   Adil dan Beradab, karena hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia
   wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan agar sesuai dengan
   martabatnya sebagai manusia.

  Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme
  suku, ras, agama, maupun golongan.

c. Solidaritas Bangsa
   Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri
   melainkan juga demi orang lain.

  Solidaritas dilanggar kasar oleh korupsi. Korupsi bak kanker yang
  mengerogoti kejujuran, tanggung jawab, sikap obyektif, dan kompetensi
  orang/kelompok orang yang korup.

  Koruptor adalah bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita luhur kita untuk
  hidup sebagai satu bangsa dalam konteks Persatuan Indonesia.

d. Demokrasi
   Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tidak ada manusia atau
   sebuah elit, yang dapat menentukan dan memaksakan bagaimana orang lain
   harus hidup.

  Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
  menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana tujuan mereka
  dipimpin.

  Demokrasi adalah kedaulatan rakyat dan keterwakilan. Jadi demokrasi
  memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak rakyat ke dalam tindakan
  politik.
e. Kedilan Sosial
   Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
   Keadilan sosial mencegah kita dan bangsa ini dari perpecahan.

  Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, atau sebagai
  pelaksana ide-ide, atau agama-agama tertentu. Keadilan adalah untuk semua
  orang.

  Keadilan sosial diusahakan       dengan   membongkar     ketidakadilan   dalam
  kehidupan masyarakat.


Urgensi Etika Politik

a. Betapa kasar dan tidak santunnya suatu politik, tindakannya membutuhkan
   legitimasi. Legitimasi tindakan ini mau tidak mau harus merujuk pada norma-
   norma moral, nilai-nilai hukum atau peraturan perundangan. Di sini letak
   celah di mana etika politik bisa berbicara dengan otoritas.

b. Politik yang kasar dan tidak adil akan mengakibatkan jatuhnya korban.
   Korban akan membangkitkan simpati dan reaksi indignation (terusik dan
   protes terhadap ketidakadilan). Keberpihakan pada korban tidak akan
   mentolerir politik yang kasar. Jeritan korban adalah berita duka bagi etika
   politik.

c. Pertarungan kekuasaan dan konflik kepentingan yang berlarut-larut akan
   membangkitkan kesadaran akan perlunya penyelesaian yang mendesak dan
   adil. Penyelesaian semacam ini tidak akan terwujud bila tidak mengacu ke
   etika politik. Seringnya pernyataan "perubahan harus konstitusional",
   menunjukkan etika politik tidak bisa diabaikan begitu saja.

Tuntutan Etika Politik

Perspektif etika politik mengandung tiga tuntutan, pertama, upaya hidup baik
bersama dan untuk orang lain; kedua, upaya memperluas lingkup kebebasan;
dan ketiga, membangun institusi-institusi yang adil. Tiga tuntutan itu saling
terkait. "Hidup baik bersama dan untuk orang lain" tidak mungkin terwujud
kecuali bila menerima pluralitas dan dalam kerangka institusi-institusi yang adil.
Hidup baik tidak lain adalah cita-cita kebebasan, kesempurnaan eksistensi, atau
pencapaian keutamaan. Institusi-institusi yang adil memungkinkan perwujudan
kebebasan dengan menghindarkan warganegara atau kelompok-kelompok dari
saling merugikan. Sebaliknya, kebebasan warganegara mendorong inisiatif dan
sikap kritis terhadap institusi-institusi yang tidak adil. Pengertian kebebasan
yang terakhir ini yang dimaksud adalah syarat fisik, sosial, dan politik yang
perlu demi pelaksanaan kongkret kebebassan atau disebut democratic liberties,
kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan mengeluarkan
pendapat, dan sebagainya.

Politik disebut seni karena membutuhkan kemampuan untuk meyakinkan
melalui wicara dan persuasi, bukan manipulasi, kebohongan, dan kekerasan.
Etika politik akan kritis terhadap manipulasi atau penyalahgunaan nilai-nilai
dan simbol-simbol itu. Ia berkaitan dengan masalah struktur sosial, politik,
ekonomi, dan budaya yang mengkondisikan tindakan kolektif.

Politik dimengerti sebagai seni yang mengandung kesantunan. Kesantunan
politik diukur dari keutamaan moral. Kesantunan itu tampak bila ada
pengakuan timbal balik dan hubungan fair di antara para pelaku. "Bila setiap
politikus jujur, maka Indonesia akan makmur".
Etika politik terletak pada kemampuannya untuk menjinakkan perebutan
kekuasaan dan mengatur kepentingan-kepentingan kelompok dengan
membangun institusi-institusi yang lebih adil.

Keadilan prosedural menjadi tulang punggung etika politik karena sebagai
prosedur sekaligus mampu mengontrol dan menghindarkan semaksimal
mungkin penyalahgunaan. Keadilan tidak diserahkan kepada keutamaan
politikus, tetapi dipercayakan kepada prosedur yang memungkinkan
pembentukan sistem hukum yang baik sehingga keadilan distributif, komutatif,
dan keadilan sosial bisa dijamin. Dengan demikian sistem hukum yang baik juga
menghindarkan pembusukan politikus.


Hakikat Demokrasi

a.   Pemerintahan dari Rakyat (Government of the People)
     Pemerintahan dari rakyat berkaitan dengan pemerintahan yang sah dan
     diakui oleh rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui adalah pemerintahan
     yang mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Dengan legitimasi dari
     rakyat pemerintahan itu dapat menjalankan roda birokrasi dan mewujudkan
     program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat.
b. Pemerintahan oleh Rakyat (Government by People)
   Pemerintahan oleh rakyat adalah pemerintahan yang mendapat kewenangan
   untuk menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat bukan atas dorongan
   dan keinginannya sendiri. Di samping itu pemerintah berada di bawah
   pengawasan rakyat. Oleh sebab itu pemerintah harus tunduk pada kehendak
   rakyat. Pengawasan itu dapat dilakukan melalui lembaga perwakilan rakyat
   atau DPR baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.   Pemerintahan untuk Rakyat (Government for the People)
     Pemerintah untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan
     rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.
     Kepentingan rakyat harus didahulukan dan diutamakan di atas kepentingan
     yang lainnya. Oleh sebab itu, pemerintah harus mendengarkan dan
     mengakomodir aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan
     program-programnya.


Unsur Negara Demokratis

a.   Adanya Partisipasi secara Aktif dalam Kehidupan Bermasyarakat,
     Berbangsa dan Bernegara
     Partisipasi secara aktif warga negara dapat diarahkan untuk mengendalikan
     tindakan-tindakan para pemimpin negara, serta ikut berpartisipasi dalam
     Pemilu. Selain itu masyarakat juga dapat menyampaikan kritik, mengajukan
     gagasan, atau dapat memperjuangkan kepentingan-kepentingan masyarakat
     melalui saluran-saluran yang demokratis sesuai dengan ketentuan-
     ketentuan yang berlaku.

b. Adanya Perlindungan terhadap Hak-hak Rakyat secara Konstitusional
   Perlindungan secara konstitusional, mengandung arti bahwa hak-hak warga
   negara memperoleh jaminan perlindungan hukum dalam konstitusi negara.
   Dengan adanya jaminan yang tegas dari konstitusi diharapkan hak-hak
   warga negara dihormati, sehingga warga negara dapat melaksanakan hak-
   haknya dengan baik tanpa adanya keraguan karena dijamin oleh konstitusi
   negara.

c.   Adanya Peradilan yang Bebas dan Tidak Memihak
     Peradilan yang bebas dan tidak memihak artinya badan peradilan dalam
     menjalankan fungsinya tidak dipengaruhi atau dicampurtangani oleh
     kekuasaan manapun termasuk kekuasaan eksekutif. Sehingga dalam
     mengambil suatu keputusan akan menggunakan pikiran jernih berdasarkan
     ketentuan-ketentuan yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan
     masyarakat.
d. Adanya Pemilihan Umum yang Bebas
   Pemilihan umum yang bebas adalah pemilihan umum yang dilakukan sesuai
   dengan hati nurani, tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak
   manapun. Pemilihan umum merupakan mekanisme untuk menentukan
   komposisi dalam pemerintahan dan parlemen secara berkala dan merupakan
   sarana utama bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam bidang
   politik. Oleh karena itu, pelaksanaan Pemilu yang berkelanjutan merupakan
   langkah penting untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara.

e.   Adanya Kebebasan untuk Menyatakan Pendapat dan untuk Berorganisasi
     Kebebasan menyatakan pendapat adalah kebebasan warga negara untuk
     menyatakan gagasan, pandangan atau pendapatnya dalam kehidupan
     berbangsa dan bernegara. Sedangkan kebebasan berorganisasi adalah
     kebebasan warga negara untuk menjadi anggota dari suatu partai politik
     atau organisasi masyarakat. Kebebasan dan kemerdekaan pada awalnya
     timbul dalam kehidupan politik sebagai reaksi terhadap absolutisme.
     Kebebasan diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada warga negara
     untuk memperjuangkan kepentingannya serta melakukan pengawasan
     terhadap penyelenggara negara.

f.   Adanya Pengakuan dan Supremasi Hukum
     Pengakuan dan supremasi hukum adalah hukum mempunyai kedudukan
     yang paling tinggi dan semua warga negara dan pemerintah tunduk dan taat
     kepada hukum. Penghormatan terhadap hukum harus di kedepankan baik
     oleh penguasa maupun oleh warga negara. Setiap warga negara berdiri
     setara di depan hukum tanpa ada kecualinya. Ketaatan terhadap hukum
     merupakan salah satu syarat yang sangat mendasar bagi terwujudnya
     masyarakat yang demokratis.


Nilai-Nilai Demokrasi

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
   Dalam setiap masyarakat terdapat perselisihan pendapat serta kepentingan
   dianggap wajar untuk diperjuangkan dalam alam demokrasi. Perselisihan-
   persilihan itu harus dapat diselesaikan melalui perundingan serta dialog
   yang terbuka dalam usaha untuk mencapai kompromi, konsensus atau
   mufakat.

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
   masyarakat yang sedang berubah.
   Dalam setiap masyarakat yang modern akan terjadi perubahan sosial, yang
   disebabkan oleh faktor-faktor perkembangan teknologi, perubahan-
   perubahan pola kepadatan penduduk, pola-pola perdagangan dan
   sebagainya. Pemerintah harus dapat mengambil suatu kebijakan kepada
   perubahan-perubahan ini.

3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
   Pergantian atas dasar keturunan atau dengan mengangkat dirinya sendiri
   ataupun melalu coup d‟etat, dianggap tidak wajar dalam demokrasi.

4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. Golongan-golongan
   minoritas, yang sedikit banyak akan terkena paksaan, akan lebih menerima
   bila diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi-diskusi yang terbuka
   dan kreatif. Mereka dapat lebih terdorong untuk memberikan dukungan
   sekalipun bersyarat.

5. Menjamin tegaknya keadilan.
   Dalam masyarakat demokrasi umumnya pelanggaran terhadap keadilan
   tidak akan terlalu sering terjadi, oleh karena itu golongan-golongan terbesar
   diwakili dalam lembaga perwakilan, tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa
   beberapa golongan akan merasa diperlakukan tidak adil.
Perspektif Pemilu

1. Derajat Kompetisi yang Sehat;
   Pemilu harus dilaksanakan dan berlangsung dalam iklim politik yang
   kondusif. Setiap warga negara memiliki hak untuk berkompetisi secara
   sehat, tanpa tekanan dan paksaan serta hak kesempatan yang sama untuk
   menjadi peserta.
2. Partisipatif;
   Pemilu harus mampu memberikan jaminan kepada tiap warga negara untuk
   secara bebas berpartisipasi memberikan pilihan sepanjang yang
   bersangkutan telah memenuhi syarat sebagai pemilih dan terjamin
   kerahasiaan pilihannya.
3. Derajat Keterwakilan yang Lebih Tinggi;
   Pemilu harus mampu memberikan hasil yang legitimate dan diakui oleh
   semua pihak. Hasil Pemilu mutlak menjadi representasi warga negara
   terhadap wakil-wakil yang dipilihnya.
4. Akuntabilitas Jelas;
   Pelaksanaan    Pemilu harus dijalankan secara tranparan serta dapat
   dipertanggungjawabkan baik secara proses maupun hasil.



Parameter Pemilu Demokratis

1. Universalitas (Universality);
   Pemilu demokratis harus diukur secara universal karena nilai-nilai
   demokrasi adalah universal artinya konsep, sistem, prosedur, perangkat dan
   pelaksana Pemilu harus mengikuti kaidah demokrasi yang universal itu
   sendiri.

2. Kesetaraan (Egality);
   Pemilu demokrasi harus mampu menjamin kesetaraan masing-masing
   kontestan untuk berkompetisi secara free and fair, oleh karena itu regulasi
   Pemilu seharusnya dapat meminimalisir terjadinya ketidaksetaraan politik
   (political inequality).

3. Kebebasan (Freedom);
   Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kebebasan pemilih
   menentukan sikap politiknya tanpa adanya tekanan, intimidasi, iming-iming
   pemberian sesuatu yang akan mempengaruhi pilihan pemilih.

4. Kerahasian (Secrecy);
   Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kerahasiaan pilihan politik
   pemilih, bahkan oleh panitia pemilihan sekalipun. Kerahasiaan sebagai
   sebuah prinsip sangat terkait dengan kebebasan seseorang dalam memilih.

5. Transparansi (Transparancy);
   Pemilu yang demokratis harus menjamin transparansi dalam segala hal yang
   terkait dengan aktivitas Pemilu yang dilakukan oleh semua pihak dalam
   proses Pemilu yakni penyelenggara Pemilu, peserta Pemilu dan pengawasan
   serta pemantau Pemilu.



                                 --- oo000oo ---

More Related Content

What's hot

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupKebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupArmadira Enno
 
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsa
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsaPeranan pemuda dalam pembinaan politik bangsa
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsaSyafrizal Helmi helmi
 
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...Senior High School
 
power point bela negara
power point bela negarapower point bela negara
power point bela negaraputrireza
 
ETIKA POLITIK PARA POLITISI
ETIKA POLITIK PARA POLITISIETIKA POLITIK PARA POLITISI
ETIKA POLITIK PARA POLITISITri Chairani
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemNur Baqin
 
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegara
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegaraPelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegara
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegarakhairul akbary
 
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganBagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganardinmarL
 
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnya
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnyaEkosistem dan Peranan Manusia di dalamnya
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnyaYesica Adicondro
 
3. green and blue economy
3. green and blue economy3. green and blue economy
3. green and blue economyRahma0207
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiAhmad Dahlan University
 
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARA
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARABab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARA
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARArframadhan
 
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraGeopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraSuci Agustina
 

What's hot (20)

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupKebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 
Tata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPTTata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPT
 
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsa
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsaPeranan pemuda dalam pembinaan politik bangsa
Peranan pemuda dalam pembinaan politik bangsa
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...
GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade ) & WTO ( World Trade Organizat...
 
power point bela negara
power point bela negarapower point bela negara
power point bela negara
 
ETIKA POLITIK PARA POLITISI
ETIKA POLITIK PARA POLITISIETIKA POLITIK PARA POLITISI
ETIKA POLITIK PARA POLITISI
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
 
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegara
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegaraPelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegara
Pelanggaran hak-dan-pengingkaran-kewajiban-sebagai-warganegara
 
Makalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartaiMakalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartai
 
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganBagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
 
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnya
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnyaEkosistem dan Peranan Manusia di dalamnya
Ekosistem dan Peranan Manusia di dalamnya
 
Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
 
3. green and blue economy
3. green and blue economy3. green and blue economy
3. green and blue economy
 
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
Konsep pembangunan berwawasan lingkunganKonsep pembangunan berwawasan lingkungan
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
 
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARA
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARABab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARA
Bab 5 HAM kelas 8 SMP KITA SEMUA SEDERAJAT DAN BERSAUDARA
 
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraGeopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 

Similar to Membangun etika politik

Similar to Membangun etika politik (20)

demokrasi (2012)
demokrasi  (2012)demokrasi  (2012)
demokrasi (2012)
 
Pendidikan kewarganegaran modul 3 kb 2
Pendidikan kewarganegaran modul 3 kb 2Pendidikan kewarganegaran modul 3 kb 2
Pendidikan kewarganegaran modul 3 kb 2
 
Pengertian Budaya Demokrasi
Pengertian Budaya DemokrasiPengertian Budaya Demokrasi
Pengertian Budaya Demokrasi
 
Rahman hasim (universalitas demokrasi)
Rahman hasim (universalitas demokrasi)Rahman hasim (universalitas demokrasi)
Rahman hasim (universalitas demokrasi)
 
Ciri demokrasi
Ciri demokrasiCiri demokrasi
Ciri demokrasi
 
Politik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasionalPolitik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasional
 
BUDAYA DEMOKRASI
BUDAYA  DEMOKRASIBUDAYA  DEMOKRASI
BUDAYA DEMOKRASI
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Politikdanstrateginasional 130617055951-phpapp01
Politikdanstrateginasional 130617055951-phpapp01Politikdanstrateginasional 130617055951-phpapp01
Politikdanstrateginasional 130617055951-phpapp01
 
Kwn bab 4
Kwn bab 4Kwn bab 4
Kwn bab 4
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
 
Budaya demokrasi menuju msyarakat madani
Budaya demokrasi menuju msyarakat madaniBudaya demokrasi menuju msyarakat madani
Budaya demokrasi menuju msyarakat madani
 
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AWDEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Budaya Demokrasi - XI IPS
Budaya Demokrasi - XI IPSBudaya Demokrasi - XI IPS
Budaya Demokrasi - XI IPS
 
Bab 4 demokrasi_indonesia
Bab 4 demokrasi_indonesiaBab 4 demokrasi_indonesia
Bab 4 demokrasi_indonesia
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 
Kewarganegaraan (KWN)_Demokrasi
Kewarganegaraan (KWN)_DemokrasiKewarganegaraan (KWN)_Demokrasi
Kewarganegaraan (KWN)_Demokrasi
 
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANIBUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI
 
Makalah Demokrasi
Makalah DemokrasiMakalah Demokrasi
Makalah Demokrasi
 

Membangun etika politik

  • 1. DEMOKRASI DAMAI, MEMBANGUN ETIKA POLITIK*)1 Oleh : Muhammad Yunus2 Etika Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika terbagi dua yaitu etika khusus dan etika umum. Etika khusus yaitu etika yang membahas prinsip dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Etika umum yaitu mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Politik Secara umum politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai tujuan dari sistem politik itu menyangkut pemilahan terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan itu perlu ditentukan kebijakan- kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada. Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang. Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik. “Politik adalah Cara Mencapai Tujuan bukan Tujuan Membenarkan Cara” Etika Politik Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian „moral‟ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental human as human behaviour. Dasar Etika Politik Berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu 1 Disampaikan pada Orientasi Fungsionaris Partai Golkar Sulbar, Jumat 8 Februari 2013 2 Penulis adalah Anggota Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat *) Disadur dari berbagai sumber
  • 2. negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang memaksakan kehendak kepada manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan kepada hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan dalam suatu masyarakat negara. Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara. Artinya bahwa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur yang ada harus berjalan berbarengan dalam menjalankan suatu negara agar dapat diukur dalam frame sistem politik yang beretika. Prinsip Dasar Etika Politik a. Pluralisme Politik yang beretika sejatinya mengandung kesediaan untuk menerima kemajemukan dalam artian untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/ normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya dan adat. Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh didiskriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter kolektif bangsa. b. HAM Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, karena hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku, ras, agama, maupun golongan. c. Solidaritas Bangsa Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri melainkan juga demi orang lain. Solidaritas dilanggar kasar oleh korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung jawab, sikap obyektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Koruptor adalah bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita luhur kita untuk hidup sebagai satu bangsa dalam konteks Persatuan Indonesia. d. Demokrasi Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tidak ada manusia atau sebuah elit, yang dapat menentukan dan memaksakan bagaimana orang lain harus hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana tujuan mereka dipimpin. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat dan keterwakilan. Jadi demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak rakyat ke dalam tindakan politik.
  • 3. e. Kedilan Sosial Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Keadilan sosial mencegah kita dan bangsa ini dari perpecahan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, atau sebagai pelaksana ide-ide, atau agama-agama tertentu. Keadilan adalah untuk semua orang. Keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat. Urgensi Etika Politik a. Betapa kasar dan tidak santunnya suatu politik, tindakannya membutuhkan legitimasi. Legitimasi tindakan ini mau tidak mau harus merujuk pada norma- norma moral, nilai-nilai hukum atau peraturan perundangan. Di sini letak celah di mana etika politik bisa berbicara dengan otoritas. b. Politik yang kasar dan tidak adil akan mengakibatkan jatuhnya korban. Korban akan membangkitkan simpati dan reaksi indignation (terusik dan protes terhadap ketidakadilan). Keberpihakan pada korban tidak akan mentolerir politik yang kasar. Jeritan korban adalah berita duka bagi etika politik. c. Pertarungan kekuasaan dan konflik kepentingan yang berlarut-larut akan membangkitkan kesadaran akan perlunya penyelesaian yang mendesak dan adil. Penyelesaian semacam ini tidak akan terwujud bila tidak mengacu ke etika politik. Seringnya pernyataan "perubahan harus konstitusional", menunjukkan etika politik tidak bisa diabaikan begitu saja. Tuntutan Etika Politik Perspektif etika politik mengandung tiga tuntutan, pertama, upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain; kedua, upaya memperluas lingkup kebebasan; dan ketiga, membangun institusi-institusi yang adil. Tiga tuntutan itu saling terkait. "Hidup baik bersama dan untuk orang lain" tidak mungkin terwujud kecuali bila menerima pluralitas dan dalam kerangka institusi-institusi yang adil. Hidup baik tidak lain adalah cita-cita kebebasan, kesempurnaan eksistensi, atau pencapaian keutamaan. Institusi-institusi yang adil memungkinkan perwujudan kebebasan dengan menghindarkan warganegara atau kelompok-kelompok dari saling merugikan. Sebaliknya, kebebasan warganegara mendorong inisiatif dan sikap kritis terhadap institusi-institusi yang tidak adil. Pengertian kebebasan yang terakhir ini yang dimaksud adalah syarat fisik, sosial, dan politik yang perlu demi pelaksanaan kongkret kebebassan atau disebut democratic liberties, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Politik disebut seni karena membutuhkan kemampuan untuk meyakinkan melalui wicara dan persuasi, bukan manipulasi, kebohongan, dan kekerasan. Etika politik akan kritis terhadap manipulasi atau penyalahgunaan nilai-nilai dan simbol-simbol itu. Ia berkaitan dengan masalah struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang mengkondisikan tindakan kolektif. Politik dimengerti sebagai seni yang mengandung kesantunan. Kesantunan politik diukur dari keutamaan moral. Kesantunan itu tampak bila ada pengakuan timbal balik dan hubungan fair di antara para pelaku. "Bila setiap politikus jujur, maka Indonesia akan makmur".
  • 4. Etika politik terletak pada kemampuannya untuk menjinakkan perebutan kekuasaan dan mengatur kepentingan-kepentingan kelompok dengan membangun institusi-institusi yang lebih adil. Keadilan prosedural menjadi tulang punggung etika politik karena sebagai prosedur sekaligus mampu mengontrol dan menghindarkan semaksimal mungkin penyalahgunaan. Keadilan tidak diserahkan kepada keutamaan politikus, tetapi dipercayakan kepada prosedur yang memungkinkan pembentukan sistem hukum yang baik sehingga keadilan distributif, komutatif, dan keadilan sosial bisa dijamin. Dengan demikian sistem hukum yang baik juga menghindarkan pembusukan politikus. Hakikat Demokrasi a. Pemerintahan dari Rakyat (Government of the People) Pemerintahan dari rakyat berkaitan dengan pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Dengan legitimasi dari rakyat pemerintahan itu dapat menjalankan roda birokrasi dan mewujudkan program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat. b. Pemerintahan oleh Rakyat (Government by People) Pemerintahan oleh rakyat adalah pemerintahan yang mendapat kewenangan untuk menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat bukan atas dorongan dan keinginannya sendiri. Di samping itu pemerintah berada di bawah pengawasan rakyat. Oleh sebab itu pemerintah harus tunduk pada kehendak rakyat. Pengawasan itu dapat dilakukan melalui lembaga perwakilan rakyat atau DPR baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Pemerintahan untuk Rakyat (Government for the People) Pemerintah untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus didahulukan dan diutamakan di atas kepentingan yang lainnya. Oleh sebab itu, pemerintah harus mendengarkan dan mengakomodir aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan program-programnya. Unsur Negara Demokratis a. Adanya Partisipasi secara Aktif dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Partisipasi secara aktif warga negara dapat diarahkan untuk mengendalikan tindakan-tindakan para pemimpin negara, serta ikut berpartisipasi dalam Pemilu. Selain itu masyarakat juga dapat menyampaikan kritik, mengajukan gagasan, atau dapat memperjuangkan kepentingan-kepentingan masyarakat melalui saluran-saluran yang demokratis sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang berlaku. b. Adanya Perlindungan terhadap Hak-hak Rakyat secara Konstitusional Perlindungan secara konstitusional, mengandung arti bahwa hak-hak warga negara memperoleh jaminan perlindungan hukum dalam konstitusi negara. Dengan adanya jaminan yang tegas dari konstitusi diharapkan hak-hak warga negara dihormati, sehingga warga negara dapat melaksanakan hak- haknya dengan baik tanpa adanya keraguan karena dijamin oleh konstitusi negara. c. Adanya Peradilan yang Bebas dan Tidak Memihak Peradilan yang bebas dan tidak memihak artinya badan peradilan dalam menjalankan fungsinya tidak dipengaruhi atau dicampurtangani oleh kekuasaan manapun termasuk kekuasaan eksekutif. Sehingga dalam mengambil suatu keputusan akan menggunakan pikiran jernih berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan masyarakat.
  • 5. d. Adanya Pemilihan Umum yang Bebas Pemilihan umum yang bebas adalah pemilihan umum yang dilakukan sesuai dengan hati nurani, tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Pemilihan umum merupakan mekanisme untuk menentukan komposisi dalam pemerintahan dan parlemen secara berkala dan merupakan sarana utama bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam bidang politik. Oleh karena itu, pelaksanaan Pemilu yang berkelanjutan merupakan langkah penting untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara. e. Adanya Kebebasan untuk Menyatakan Pendapat dan untuk Berorganisasi Kebebasan menyatakan pendapat adalah kebebasan warga negara untuk menyatakan gagasan, pandangan atau pendapatnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan kebebasan berorganisasi adalah kebebasan warga negara untuk menjadi anggota dari suatu partai politik atau organisasi masyarakat. Kebebasan dan kemerdekaan pada awalnya timbul dalam kehidupan politik sebagai reaksi terhadap absolutisme. Kebebasan diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada warga negara untuk memperjuangkan kepentingannya serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggara negara. f. Adanya Pengakuan dan Supremasi Hukum Pengakuan dan supremasi hukum adalah hukum mempunyai kedudukan yang paling tinggi dan semua warga negara dan pemerintah tunduk dan taat kepada hukum. Penghormatan terhadap hukum harus di kedepankan baik oleh penguasa maupun oleh warga negara. Setiap warga negara berdiri setara di depan hukum tanpa ada kecualinya. Ketaatan terhadap hukum merupakan salah satu syarat yang sangat mendasar bagi terwujudnya masyarakat yang demokratis. Nilai-Nilai Demokrasi 1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. Dalam setiap masyarakat terdapat perselisihan pendapat serta kepentingan dianggap wajar untuk diperjuangkan dalam alam demokrasi. Perselisihan- persilihan itu harus dapat diselesaikan melalui perundingan serta dialog yang terbuka dalam usaha untuk mencapai kompromi, konsensus atau mufakat. 2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. Dalam setiap masyarakat yang modern akan terjadi perubahan sosial, yang disebabkan oleh faktor-faktor perkembangan teknologi, perubahan- perubahan pola kepadatan penduduk, pola-pola perdagangan dan sebagainya. Pemerintah harus dapat mengambil suatu kebijakan kepada perubahan-perubahan ini. 3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur. Pergantian atas dasar keturunan atau dengan mengangkat dirinya sendiri ataupun melalu coup d‟etat, dianggap tidak wajar dalam demokrasi. 4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. Golongan-golongan minoritas, yang sedikit banyak akan terkena paksaan, akan lebih menerima bila diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi-diskusi yang terbuka dan kreatif. Mereka dapat lebih terdorong untuk memberikan dukungan sekalipun bersyarat. 5. Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokrasi umumnya pelanggaran terhadap keadilan tidak akan terlalu sering terjadi, oleh karena itu golongan-golongan terbesar diwakili dalam lembaga perwakilan, tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa beberapa golongan akan merasa diperlakukan tidak adil.
  • 6. Perspektif Pemilu 1. Derajat Kompetisi yang Sehat; Pemilu harus dilaksanakan dan berlangsung dalam iklim politik yang kondusif. Setiap warga negara memiliki hak untuk berkompetisi secara sehat, tanpa tekanan dan paksaan serta hak kesempatan yang sama untuk menjadi peserta. 2. Partisipatif; Pemilu harus mampu memberikan jaminan kepada tiap warga negara untuk secara bebas berpartisipasi memberikan pilihan sepanjang yang bersangkutan telah memenuhi syarat sebagai pemilih dan terjamin kerahasiaan pilihannya. 3. Derajat Keterwakilan yang Lebih Tinggi; Pemilu harus mampu memberikan hasil yang legitimate dan diakui oleh semua pihak. Hasil Pemilu mutlak menjadi representasi warga negara terhadap wakil-wakil yang dipilihnya. 4. Akuntabilitas Jelas; Pelaksanaan Pemilu harus dijalankan secara tranparan serta dapat dipertanggungjawabkan baik secara proses maupun hasil. Parameter Pemilu Demokratis 1. Universalitas (Universality); Pemilu demokratis harus diukur secara universal karena nilai-nilai demokrasi adalah universal artinya konsep, sistem, prosedur, perangkat dan pelaksana Pemilu harus mengikuti kaidah demokrasi yang universal itu sendiri. 2. Kesetaraan (Egality); Pemilu demokrasi harus mampu menjamin kesetaraan masing-masing kontestan untuk berkompetisi secara free and fair, oleh karena itu regulasi Pemilu seharusnya dapat meminimalisir terjadinya ketidaksetaraan politik (political inequality). 3. Kebebasan (Freedom); Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kebebasan pemilih menentukan sikap politiknya tanpa adanya tekanan, intimidasi, iming-iming pemberian sesuatu yang akan mempengaruhi pilihan pemilih. 4. Kerahasian (Secrecy); Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kerahasiaan pilihan politik pemilih, bahkan oleh panitia pemilihan sekalipun. Kerahasiaan sebagai sebuah prinsip sangat terkait dengan kebebasan seseorang dalam memilih. 5. Transparansi (Transparancy); Pemilu yang demokratis harus menjamin transparansi dalam segala hal yang terkait dengan aktivitas Pemilu yang dilakukan oleh semua pihak dalam proses Pemilu yakni penyelenggara Pemilu, peserta Pemilu dan pengawasan serta pemantau Pemilu. --- oo000oo ---