1. Proses implantasi membutuhkan sinkronisasi antara ovum, uterus, dan transformasi endometrium menjadi desidua untuk membentuk plasenta.
2. Blastosis berada di dalam rahim selama 2 hari sebelum implantasi, mengambil makanan dari sekresi endometrium.
3. Proses implantasi meliputi hancurnya zona pelusida, aposisi dengan endometrium, dan perkembangan awal trofoblast.
3.
Proses Implantasi membutuhkan perkembangan
yang sinkron antara hasil konsepsi, uterus,
transformasi endometrium menjadi desidua dan
akhirnya pembentukan plasenta yang definitif.
Blastosis berada dalam kavum uteri selama lebih
kurang 2 hari sebelum terjadi implantasi.
Selama waktu ini makanan diambil dari hasil
sekresi kelenjar endometrium.
4.
Proses Penghancuran zona pelusida, aposisi dengan
endometrium dan perkembangan dini tropoblas.
Zona pelusida mengalami kehancuran sebelum
mulainya implantasi akibat adanya factor litik yang
terdapat dalam kavum uteri. Faktor litik ini (diduga
adalah plasmin) berasal dari prekursor yang berada
pada reseptor di uterus, menjadi aktif akibat pengaruh
dari sejenis zat yang dihasilkan oleh blastosis.
Hancurnya zona pelusida menyebabkan terjadinya
reduksi muatan elektrostatik. Kondisi ini memudahkan
perlengketan blatosis (lapisan tropektoderm) dengan
epitel endometrium, yang terjadi pada kripti
endometrium.
5.
Penyatuan ini adalah seperti “ligandreceptor binding”.
ligand adalah heparin/heparin sulfate
proteoglycan yang terdapat pada permukaan
blastosis,
reseptor terdapat pada sur face glycoprotein
epitel endometrium.
Interaksi ligand-receptor ini mengakibatkan
terganggunya fungsi sitoskeleton dari sel epitel berupa
terangkat/terlepasnya sel-sel epitel dari lamina basalis
dan memudahkan akses sel-sel trophoblast ke lamina
basalis guna terjadinya penetrasi. Aposisi blastosis
dengan endometrium terjadi pada hari ke 6 setelah
fertilisasi.
6. Sel-sel bagian luar blastosis berproliferasi
membentuk trophoblast primer .
Trophoblast berproliferasi dan berdifferensiasi
menjadi 2 bentuk yaitu
sitotrophoblas di bagian dalam
sinsitiotrophoblas di bagian luar. Proses yang
terjadi pada sinsitiotrophoblas meluas
melewati epitel endometrium, untuk kemudian
menginvasi stroma endometrium.
7.
Sel stroma di sekitar ‘implantation site’ , berisi
dengan lemak dan glikogen, bentuknya berubah
menjadi polihedral dan dikenal dengan sel desidua.
Sel desidua berdegenerasi pada daerah invasi dan
memenuhi nutrisi untuk embrio yang sedang
berkembang,
Sinsitiotrophoblas mengandung zat yang dapat
menghancurkan jaringan maternal dan memudahkan
invasi ke endometrium dan miometrium, sehingga
akhirnya 82 blastosis menancap (embedded) secara
sempurna dalam desidua.
Proses implantasi sempurna pada hari ke 10 – 11
pasca ovulasi.
8.
9.
Selama aposisi dan invasi epitel endometrium,
sel trophoblas berproliferasi menghasilkan 2
lapis trophoblas.
Lapisan dalam disebut sitotrophoblas,
merupakan sel mononuclear dengan
batas sel yang tegas , disebut juga dengan
sel Langhan.
10.
Lapisan luar disebut sinsitiotrophoblas, berupa sel
multinuklear dengan batas sel yang tidak
tegas, berasal dari lapisan sitotrophoblas.
Lapisan sinsititophoblas berproliferasi dengan cepat,
membentuk massa yang solid dan menebal.
Periode perkembangan ini disebut prelacunar stage
Wiskocki dan Streeter. Pada hari ke 10-13 pasca ovulasi
vakuola kecil muncul dalam lapisan sinsitiotrophoblas,
dan merupakan awal lacunar stage. Vakuola tumbuh
dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna,
yang merupakan prekursor pembentukan ruang
intervillosa.
11.
Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana
dari trabekula inilah nantinya villi berkembang.
Pembentukan lakuna membagi trophoblas
kedalam 3 lapisan yaitu primar y chorionic
plate (sebelah dalam), sistim lakuna
bersama trabekula dan trophoblastic shell
(sebelah luar).
Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrophoblas
menyebabkan disintegrasi pembuluh darah
endometrium (kapiler, arteriole dan arteria
spiralis).
12.
Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh
darah – pembuluh darah ini dilubangi,
sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah
ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna
yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna
yang telah ada dan dengan demikian terjadi
sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini
menandai terbentuknya “hemochorial”
placenta, dimana darah ibu secara langsung
meliputi trophoblas.
13.
Peningkatan proliferasi sinsitiotrophoblas diikuti
dengan fusi sinsitium, akibatnya trabekula yang
tumbuh dan cabang-cabang sinsitium menonjol ke
dalam lacuna membentuk villi primer.
Selain terjadi peningkatan dalam hal panjang dan
diameter, primary villi juga diinvasi oleh
sitotrophoblas. Kedua proses ini menandai
mulainya villous stage dari perkembangan
plasenta.
14.
15.
Dengan proliferasi lebih lanjut terbentuk percabangan
primar y villi, yang merupakan awal pembentukan
villous tree primitif ; dan pada saat yang bersamaan
sistim lakuna berubah menjadi ruang intervillus.
Sementara itu perkembangan jaringan mesenkim
ekstraembrional meluas sampai kedalam villi sehingga
terbentuk villi sekunder. Setelah angiogenesis terjadi
dari inti mesenkim in situ, villi yang terjadi dinamakan
villi ter tier. Bila pembuluh darah pada villi ini telah
berhubungan dengan pembuluh darah embrio, maka
akan terciptalah sirkulasi fetoplasenta yang
komplit
16.
17.
Pada minggu-minggu selanjutnya terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut
cabang-cabang villi dengan penanaman
mesenkim pada cabang-cabang baru yang
diikuti oleh angiogenesis.
Pada perkembangan plasenta yang telah
sempurna terdapat 2 sistim sirkulasi darah
yaitu sirkulasi uteroplasental (sirkulasi
maternal) dan sirkulasi fetoplasental .
18.
Kedua sirkulasi ini dipisahkan oleh membrana
plasenta (placental barrier) yang terdiri dari
lapisan 83 sinsitiotrophoblas, sitotrophoblas,
membrana basalis, stroma villi dan endotel
kapiler.
19.
Sirkulasi utero plasental yaitu sirkulasi darah ibu di
ruang intervilus. Diperkirakan aliran darah ini sebesar
500- 600 ml permenit pada plasenta yang matur.
Sirkulasi fetoplasental adalah sirkulasi darah janin
dalam villi-villi. Diperkirakan aliran darah ini sekitar 400
ml per menit.
Aliran darah ibu dan janin ini bersisian, tapi dalam arah
yang berlawanan. Aliran darah yang berlawanan ini
(counter current flow) ini memudahkan pertukaran
material antara ibu dan janin
20.
21.
Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta
mengalami penuaan, ditandai dengan
terjadinya proses degeneratif pada
plasenta. Proses ini meliputi komponen ibu
maupun janin.
22. Perubahan pada villi meliputi :
1),. Pengurangan ketebalan sinsitium dan
munculnya simpul sinsitium (agregasi sinsitium
pada daerah kecil pada sisi villi,
2). Hilangnya sebagian sel-sel Langhan’s,
3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel
Hofbauer,
4) obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi
kapiler,
5). Penebalan membrana basalis endotel janin dan
sitotrophoblas, dan
6) deposit fibrin pada permukaan villi
23.
Perubahan pada desidua berupa deposit fibrinoid yang
disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar
sinsitiotrophoblas, sehingga menghalangi invasi desidua
selanjutnya oleh trophoblas.
Degenerasi fibrinoid pada ruang intervillus dan
membentuk suatu massa yang melibatkan sejumlah villi
disebut dengan white infarct, berukuran dari
beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau
lebih. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak
menetap yang disebut Rohr’s stria pada dasar ruang
intervillus dan disekitar villi.
24.
Fungsi utama plasenta adalah transfer nutrien dan
zat sisa antara ibu dan janin (meliputi fungsi
respirasi, ekskresi dan nutritif), menghasilkan hormon
dan enzim yang dibutuhkan untuk memelihara
kehamilan, sebagai barier dan imunologis.
Mekanisme transfer zat melalui plasenta meliputi :
dif fusi sederhana , facilitated dif fusion
(akselerasi), transfer aktif (melawan
concentration gradient), pinositosis dan
leakage (merusak membrana plasenta). Zat
dengan berat molekul rendah dan yang mudah larut
dalam lemak mudah ditransfer melalui plasenta.
25. 1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL,
estrogen,progesteron
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke
janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin
diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat
toksik
26.
Fetal membran pada plasenta dianggap
sebagai protective barrier bagi janin
terhadap zat-zat berbahaya yang beredar
dalam darah ibu.
Berat molekul lebih 84 dari 500 dalton dicegah
memasuki darah janin.
Sebaliknya antibodi dan antigen dapat
melewati plasenta dari kedua arah.
27.
Infeksi dalam kehamilan karena virus (rubella,
chicken pox, measles, mump, poliomielitis),
bakteri (treponema pallidum, tbc) atau
protozoa (toksoplasma, malaria) dapat
melewati plasenta dan mengenai janin.
Sebagian besar obat-obatan yang dipakai
dalam kehamilan dapat melewati barrier
plasenta dan mungkin mempunyai efek yang
tidak baik terhadap janin.
28.
Janin dan plasenta mengandung penentu
antigen yang diturunkan dari bapak dan
merupakan sesuatu yang asing bagi ibu.
Namun tidak terjadi reaksi penolakan dari ibu.
29. Teori yang dikemukakan adalah bahwa :
a). fibrinoid dan sialomusin yang menutupi trophoblas
menekan antigen trophoblas,
b). hormon-hormon plasenta, protein, steroid dan korionik
gonadotropin mungkin berperan dalam produksi sialomusin
c). lapisan Nitabuch kemungkinan menginaktifkan antigen
jaringan,
d). hanya sedikit sekali human leucpcyte antigen (HLA) pada
permukaan trophoblas, sehingga reaksinya kecil sekali,
e). umumnya terdapat maternal- paternal immunoincompatibility pada derajad tertentu, sehingga ada
blocking antibody yang dihasilkan ibu dan melindungi
janin dari reaksi penolakan.
30.
31.
32.
33. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya
mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Plasenta "dewasa" / lengkap yang normal :
1. bentuk bundar / oval
2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. berat rata-rata 500-600 g
4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi
selaput tipis desidua basalis.
6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)
meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm).
Kehamilan multipel / kembar, dapat terjadi variasi jumlah dan ukuran
plasenta dan selaput janin