1. GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
NAMA : NOVIA AYU PARASWATI
KELAS : 5C PONDOK
NIK : 203156
TUGAS MAKALAH
Guru Pengajar :
Sumarna, M.Pd
STAIM KLATEN
DAFTAR ISI
2. DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
ISI
Pengertian
Pembaharuan Dalam
Islam
Sikap Kita Dalam
Menghadapi Kondisi
Pembaharuan Dalam
Islam Saat ini
Peran
Muhammadiyah
Dalam Menghadapi
Pembaharuan Dalam
islam
PENUTUP
Kesimpulan
Kritik dan Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
3. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa ada kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak. Amiin
4. Penulisan makalah berjudul ‘Gerakan Pembaharuan Dalam Islam’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Pada makalah ini diuraikan Pengertian dan Sejarah Pembaharuan Dalam Islam. Selain
itu, diulas Faktor- faktor pendorong Pembaharuan Dalam Islam.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Sumarna, MA. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan
3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Klaten, 14 Oktober 2020
Penulis
5. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembaharuan dalam Islam adalah sesuatu hal yang terkadang sering disalah
fahami oleh beberapa pihak jika tidak dijelaskan secara detail, baik dengan
dalil Al Qur’an maupun As Sunnah,oleh karena itu penulis ingin berusaha
menyampaikan melalui tulisan ini, agar supaya kita bisa bersama-sama
memaknai apa itu Pembaharuan Dalam Islam, dan siapa saja tokoh-tokoh
pembaharu dalam Islam, dengan sumber Al Qur’an dan As Sunnah, serta
sumber-sumber yang sudah disetujui kebenarannya oleh para ‘Alim ‘Ulama.
6. Karena di Era modern ini, banyak sekali bermunculan faham-faham yang
mereka mengaku suatu kelompok maupun aliran yang baik, yang mereka
ambil suatu faham dalam Islam, padahal tidak ada dalil sedikitpun yang
membenarkan aliran atau kelompok ini, baik dengan dalil Al Qur’an maupun
As Sunnah, kecuali hanya sedikit saja kebenaran dalil yang di ambil,
selebihnya mereka ambil dengan dalil Aqli maupum Akal mereka. Sehingga,
ketika dalil Akal digunakan, maka salah kaprahlah pemahaman tentang dalil
Al Qur’an dan AS Sunnah
7. Pemahaman dan pemikiran terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa
organisasi atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang
lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak
di bidang politik, sosial dan pendidikan. Muhammadiyah merupakan gerakan
Islam, amar ma’ruf nahi munkar yang berlandaskan Islam yang berpegang
kuat kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Gerakan Muhammadiyah bertujuan
untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat yang Islami yang sebenar-benarnya. Dalam rangka mencapai
tujuan yang telah dirumuskan,Muhammadiyah melakukan berbagai usaha di
berbagai bidang, seperti salah satunya di bidang Pendidikan.
8. Karena kita semua meyakini, bahwa pendidikan itu sangatlah penting.
Dengan adanya pendidikan kita dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, serta dengan pendidikan pula kita bisa lebih baik dalam
memaknai hidup serta bisa berusaha untuk mengenal Allah lebih dekat lagi,
dengan harapan kita bisa menjadi salah satu hamba-Nya yang terpilih dan
mendapatkan Syafaat-Nya kelak. Aamiin
9. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memiliki harapan yang sangat besar
agar supaya Islam di bumi ini, terkhusus di Negara kita berpegang teguh
dengan Al Qur’an dan As Sunnah, serta memiliki harapan besar pula kepada
Muhammadiyah selaku salah satu organisasi terbesar di negara kita, untuk
benar-benar memperhatikan kita sebagai umat muslim yang bersaudara, agar
kita tidak terjerumus kedalam kelompok maupun faham aliran yang tidak
sesuai dengan Al Qur’an maupun As Sunnah. Dengan demikian judul yang
penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah “ Gerakan Pembaharuan
Dalam Islam ’’.
10. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul penelitian di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa Pengertian Pembaharuan Dalam Islam ?
2. Bagaimana sikap kita sebagai umat muslim ketika di hadapkan dalam situasi dan kondisi saat ini,
dan apa yang seharusnya dilakukan ?
3. Bagaimanakah peranan Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan Islam ?
11. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pembaharuan Dalam Islam.
2. Untuk mengetahui sikap apa yang paling tepat untuk menghadapi kondisi Pembaharuan Dalam
Islam saat ini.
3. Untuk mengetahui peran Muhammadiyah dalam menghadapi Pembaharuan Dalam Islam ini,
terutama dalam bidang Pendidikan.
12. PENGERTIAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
Banyak hal yang terjadi dimasa lalu dan sebagiannya merupakan Latar
Belakang Modernisasi Dalam Pembaharuan Islam Di Dunia. Dari sini Islam
mulai bangkit dan kembali mengambil bagian dalam memajukan peradaban
kehidupan manusia dimasa modern ini. Gerakan pembaharuan Islam
merupakan sebuah upaya untuk menyesuaikan (kontekstualisasi) ajaran
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
13. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan dikenal dengan istilah tajdîd. kemudian makna
tajid Secara harfiah berarti pembaharuan atau membarukan sesuatu, dan pelakunya disebut dengan
mujaddid. Tradisi pembaharuan dalam Islam sebenarnya merupakan hal yant telah berlangsung lama
semenjak masa-masa awal sejarah Islam dimulai. Karena dalam perjalanan perkembangan Islam setiap
kali terjadi masalah baru yang belum ada ketentuan hukum sebelumnya, maka kaum muslim segera
akan mencari jawabannya (ber-ijtihad) melalui metode ijma’, qiyas dan sebagainya dengan tetap
merujuk pada al-Qur’an dan al-hadits sebagai induk utamanya.
Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang mengisyaratkan akan selalu
datang orang hebat yang akan memperbaiki keadaan kehidupan beragama disetiap
zaman; “sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad
orangorang yang akan memperbaiki (memperbaharui) agamanya” (HR. Imam Abu
Dawud). Namun kendati tajdid sudah sejak lama muncul, istilah ini baru populer pada awal abad ke-
18 M, tepatnya setelah munculnya gerakan pemikiran dan gerakan pembaharuan Islam di negara
Mesir, yang merupakan imbas dari persinggungan politik dan intelektual antara Islam dengan dunia
Barat.
14. Gerakan pembaharuan dalam Islam, yang oleh beberapa pakar disebut juga gerakan modernisasi atau gerakan
reformasi Islam, adalah gerakan yang dilakukan untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan tatanan dunia baru
yang merupkan dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dimotori oleh dunia
barat.
Dengan kata lain, istilah modernisasi Islam dapat diartikan sebagai sebuah transformasi dari keadaan
yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik, dengan harapan akan tercapainya sebuah
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur, khususnya dikalangan umat Islam.
Dengan demikian, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau menambahi
teks al-Qur’an maupun al-hadits, melainkan hanya sebagai proses untuk menyesuaikan pemahaman atas
keduanya dalam menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah dan terus bergerak ke arah
perkembangan.
Hal ini, menurut para tokoh pembaharuan Islam, dikarenakan terjadinya kesenjangan antara yang dikehendaki
al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya pembaharuan
dalam pemikiran dan keagamaan masyarakat sehingga dapat sejalan dengan spirit al Qur’an dan as-Sunnah.
15. Maka dengan demikian, pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan
pandangan hidup umat Islam agar sejalan dengan semangat al-Qur’an dan asSunnah sebagaimana
dicontohkan ulama salafus shalih terdahulu serta menciptakan hal baru yang lebih baik dan bisa
dijadikan sebagai landasan untuk perkembangan dimasa depan.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dunia Islam timbul terutama karena adanya kontak
yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX mulai
menyadari bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingankan dunia Barat yang pada saat
itu mulai menemukan titik kemajuan peradaban.
Sebelum periode modern, hubungan atau kontak antara Islam dan Barat sebenarnya sudah
terjadi, terlebih antara Kerajaan Utsmani (yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa)
dengan beberapa negara Barat. Namun kontak dengan kebudayaan Barat ini semakin intens saat
jatuhnya kekuatan Mesir oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis, disusul dengan imperialisasi Barat
terhadap negara-negara muslim lainnya. Kondisi itu akhirnya membuka pemikiran pemuka-pemuka
intelektual dan pemerintahan Islam di Mesir untuk segera mengadakan upaya-upaya pembaharuan.
16. SIKAP KITA DALAM MENGHADAPI KONDISI PEMBAHARUAN DALAM
ISLAM SAAT INI
Sikap kita yang paling tepat dalam menghadapi kondisi Pembaharuan Dalam Islam saat ini adalah
dengan cara, kita ikuti para Ulama kita, dan kita kembalikan kembali semua urusan yang bersifat
tentang urusan agama kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Serta kita tingkatkan keimanan kita agar supaya kita tidak mudah terpengaruh oleh faham-faham yang
bersifat mengarah kepada hal-hal yang menjerumuskan kita kedalam kesesatan. Agar supaya ketika
dalam beragama kita punya pendirian dan prinsip, sehingga tidak hanya ikut-ikutan dalam
beragama,seperti hadits dibawah ini ;
ْمُهْنِم َوُهَف ٍم ْوَقِب َهَّبَشَت ْنَم
Man tasyabbaha bi qaumin fa huwa min hum
Artinya: Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia akan digolongkan sebagai kaum
tersebut (HR Abu Daud) .
17. Dalam pengamatan penulis, ada tiga macam bentuk periwayatan redaksi Hadis ini. Secara lengkap,
yaitu;
بعثت
بين
يدي
الساعة
بالسيف
حتى
يعبد
هللا
وحده
ال
شريك
له
وجعل
رزقي
تحت
ظل
رمحي
وجعل
الذلة
والصغار
على
من
خالف
أمري
ومن
تشبه
بقوم
فهو
منهم
Rasulullah SAW bersabda: ‘Aku diutus di zaman sebelum kiamat dengan pedang hingga hanya Allah
sajalah yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya, dijadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku, dan
dijadikan kehinaan dan kenistaan atas siapa saja yang menentang perintahku. Dan barang siapa yang
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.
Teks Hadis yang utuh ini diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan Abdu bin Humaid
dari Ibnu Umar. Periwayatan teks hadis hanya bagian awalnya. Inilah yang diriwayatkan Bukhari dari
Ibnu Umar, hanya sampai pada kalimat:
بعثت
بين
يدي
الساعة
بالسيف
حتى
يعبد
هللا
وحده
ال
شريك
له
وجعل
رزقي
تحت
ظل
رمحي
وجعل
الذلة
والصغار
على
من
خالف
أمري
18. Bukhari tidak meriwayatkan teks hadis bagian terakhirnya, yaitu
من
تشبه
بقوم
فهو
منهم
Periwayatan secara khusus teks hadis:
من
تشبه
بقوم
فهو
منهم
Hadis ini diriwayatkan melalui empat jalur sanad, yaitu; Jalur pertama melalui sahabat Ibnu Umar
diriwayatkan Abu Daud dan Ahmad.
Jalur kedua melalui sahabat Abu Hurairah diriwayatkan oleh al-Harawi. Jalur ketiga melalui sahabat
Anas bin Malik diriwayatkan oleh al-Harawi. Jalur keempat melalui sahabat Hudzaifah diriwayatkan
oleh Nasai dan Thabarani.
Pada jalur sanad Ibnu Umar terdapat seorang periwayat bernama Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban
yang disebut Ibnu Hajar al-Asqalani sebagai tertuduh Qadariyah dan hapalannya berubah di akhir
hayatnya.
19. Banyak ulama menilai hadisnya lemah. Ahmad menilai bahwa hadisnya munkar. Ia pernah
mengatakan, Abdurrahman bin Tsabit bukanlah orang kuat dalam bidang hadis. Ibnu Ma’in, Nasai, al-
‘Ajli dan Abu Zur’ah menilai ia lemah.
Dalam jalur sanad Abu Hurairah juga terdapat periwayat bernama Shadaqah bin Abdullah as-Samin,
al-Asqalani menyebutnya sebagai lemah.
Dalam jalur sanad Anas bin Malik juga terdapat periwayat bernama Bisyr bin al-Husain yang dinilai
oleh Bukhari bahwa ia perlu ditinjau. Daraquthni menilainya sebagai matruk (tertolak). Ibnu Adiy
mengatakan secara umum hadisnya tidak mahfuzh (terjaga).
Adapun jalur sanad Hudzaifah juga terdapat periwayat bernama Ali bin Ghurab, Abu Daud menilainya
bahwa orang-orang meninggalkan hadisnya. Al-Jurjani berkata, Dia itu saqith (jatuh). Ibnu Hibban
mengatakan, dia menceritakan hadis-hadis palsu dan cenderung kepada Syi’ah.
20. Dalam kaedah ilmu hadis bahwa karena adanya hadis lainnya lagi yang bisa mendukung dan
menguatkan terhadap kelemahan periwayat di atas, maka hadis tersebut status kualitasnya sebagai
hadis Hasan.
Adapun pemahaman terhadap makna dan maksud hadis Tasyabbuh menyerupai suatu kaum perlu
dipahami konteks sosial politik dan budaya pada zaman Nabi SAW dan lalu dihubungkan dengan
konteks masa sekarang.
Penulis mengutip keterangan Prof. Nadirsyah Hosen, bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW
identitas keIslaman merupakan sesuatu yang sangat penting. Bagaimana Nabi membedakan antara
muslim dan non muslim?
Mereka sama-sama orang Arab yang punya tradisi yang sama, bahasa yang sama, bahkan juga pakaian
yang sama. Bagi komunitas yang baru berkembang, loyalitas ditentukan oleh identitas pembeda.
Pernah suatu saat, ada orang kafir masuk Islam di pagi hari, dan kemudian ia bergabung bersama-sama
dengan komunitas muslim dan ikut pertemuan membahas strategi dakwah. Ternyata sore harinya,
orang yang tadi masuk Islam, ia menyatakan murtad kembali ke agama lama.
21. Tindakannya ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap loyalitas komunal. Maka dalam konteks
inilah Nabi SAW bersabda:
من
بدل
دينه
فاقتلوه
“Barangsiapa murtad, maka hukum matilah” (HR. Bukhari dari Ali).
Tindakannya ini bila dikaitkan dengan konteks masa kini mirip dengan pengkhianat pembocor rahasia
negara, maka wajar diberi saksi hukuman mati. Dalam riwayat lain disebutkan, orang murtad yang
kemudian menggalang kekuatan untuk memberontak.
Nabi SAW menyikapi kasus seperti ini, maka Beliau mulai melakukan konsolidasi internal, yaitu
perlunya loyalitas dibentengi dengan identitas tertentu.
Nabi SAW melakukan politik identitas inilah yang kemudian Beliau melarang umat Islam menyerupai
Yahudi, Nasrani, Musyrik, atau Majusi sebagai komunitas yang sangat berpengaruh dan menjadi
ancaman stabilitas politik di Madinah.
Pada situasi dan kondisi inilah lahir hadis-hadis perintah aturan pembeda identitas dengan komunitas
Yahudi, Nasrani, Musyrik dan Majusi, misalnya kumis, jenggot, sepatu, sandal, dan pakaian lainnya.
22. Hadis ‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia akan termasuk dari mereka’ muncul
disabdakan Nabi SAW dalam konteks Beliau sedang membangun politik identitas sebagai
bagian dari upaya membentengi loyalitas terhadap komunitas umat Islam saat itu di
Madinah.
Apakah pembeda identitas dan loyalitas KeIslaman kita saat ini masih sama dengan identitas
komunitas Muslim pada zaman Nabi SAW 15 abad yang lalu? Oleh karena itu, memahami
makna dan maksud hadis ini perlu mengerti latar belakang sosial politik, dan budaya serta
illatnya atau motivasi dan tujuannya.
Apabila situasi dan kondisi sosial politik dan budaya yang melatar belakangi bahkan illatnya
sudah berubah dan berbeda dengan saat ini, maka pemahamannya juga berbeda.
Abu Yusuf (Pemuka dan tokoh madzhab Abu Hanifah) menggunakan kaedah: ‘Jika suatu
nas (al-Qur’an atau hadis) muncul dilatar belakangi oleh sebuah tradisi, kemudian tradisi itu
berubah, maka pemahaman kita terhadap nas itu juga berubah’.
23. Misalnya dalam Hadis, Nabi SAW memerintahkan:
خالفوا
اليهود
فإنهم
ال
يصلون
في
نعالهم
وال
خفافهم
Berbedalah dari Yahudi, karena mereka tidak shalat memakai sandal dan sepatu. (HR. Abu
Daud dari Syidad bin Aus).
Dalam riwayat Ibnu Hibban ditambahkan ‘Berbedalah dari Yahudi dan Nasrani’. Apabila
hadis ini diamalkan dan dipraktekkan, maka kita shalat memakai sandal dan sepatu, karena
dengan cara itu kita berbeda dengan Yahudi dan Nasrani.
Oleh karena situasi dan kondisi serta motivasinya sudah berubah, maka hadis tersebut tidak
mungkin diamalkan. Masjid pada zaman Nabi lantainya tanah, pasir atau kerikil, sekarang
masjid sudah pakai keramik. Shalat pakai sandal atau sepatu di atas keramik Masjid sesuai
perintah hadis, malah justru menyalahi sunnah Nabi.
24. Demikian juga pemahaman terhadap hadis
خالفوا
المشركين
وفروا
اللحي
واحفوا
الشوارب
Berbedalah dari orang-orang Musyrik biarkanlah jenggot dan cukurlah kumis. (HR. Bukhari
dari Ibnu Umar).
Kata Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, dalam bukunya
الطرق
الصحيحة
في
فهم
السنة
النبوية
pada masa Nabi, orang-orang musyrik tidak mencukur kumis dan tidak membiarkan jenggot
mereka banyak dan lebat. Maka Nabi memerintahkan umat Islam untuk melakukan hal yang
berbeda dari mereka, yaitu mencukur kumis dan membiarkan jenggot.
Adapun sekarang kondisi orang-orang musyrik tidak lagi seperti pada masa Nabi, di antara
mereka justru ada yang membiarkan jenggotnya tumbuh lebat. Berbeda dengan mereka bisa
dengan cara lainnya terutama dengan tampilan akhlak yang baik dan terpuji.
25. Ash-Shan’ani dalam kitab سبل
السالم menjelaskan hadis
من
تشبه
بقوم
فهو
منهم
dengan menghubungkan dengan hadis lain yang diriwayatkan Abu Ya’la dari Ibnu Mas’ud
secara marfu’
من
رضي
عمل
قوم
كان
منهم
Barangsiapa meridhai perbuatan suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka’.
Berdasarkan hadis ini tidak sekedar menyerupai tapi meridhai juga. Penyerupaan dengan
komunitas lain yang dilarang adalah yang diiringi dengan niat dan sikap ridha ikut terhadap
mereka.
Jika ada sesuatu perbuatan yang menyerupai orang lain, tapi tidak ada niat untuk
menyerupai apalagi ridha terhadap mereka, maka tidak pantas disebut bagian dari mereka.
Contoh libur pada hari minggu atau libur pada hari besar agama lain.
26. Minggu bagi agama lain ada hubungannya dengan keyakinan tentang Tuhan
bagi orang lain. Minggu adalah hari libur dari aktivitas untuk persembahan
dan ibadah kepada Tuhan. Kita umat Islam libur pada hari minggu bahkan
biasa mengadakan hajatan pernikahan pada hari minggu, tidak ada niat dan
urusan dengan keyakinan akan kepercayaan Tuhan agama lain, walaupun
menyerupai libur minggu.
Di sinilah perlu kaedah األمور
بمقاصدها artinya suatu perbuatan itu
berdasarkan tujuan dan niatnya. Berbeda halnya, ketika yang diserupai itu
ada dalilnya secara tegas melarang, misalnya larangan memakai identitas
keagamaan tertentu, seperti salib, atau larangan laki-laki menyerupai
perempuan dan larangan sebaliknya.
27. PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MENGHADAPI
PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
Muhammadiyah adalah salah satu gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan
pendidikan di Indonesia, Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan
Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak
efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah
memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam.Dalam
perkembangannya pendidikan Muhammadiyah berkembang sangat pesat dari awal berdirinya sampai
sekarang ini. Faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut adalah tuntutan masyarakat yang
menginginkan anaknya tidak hanya belajar ilmu-ilmu umum namun juga ilmu agama yang sesuai
dengan ajaran Al-qur’an dan Al-hadist. Hal ini juga yang membedakan sistem pendidikan di sekolah-
sekolah Muhammadiyah dengan sekolah non Muhammadiyah
28. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam
wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem yang
digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan
dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan
mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan adalah sang kyai
membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu namun sang santri hanya
mendeng arkan penjelasan dari sang kyai (Amien, 2015). Langkah pembaruan yang bersifat
“reformasi” ialah merintis pendidikan “modern”yang memadukan pelajaran agama dan umum.
Gagasan pendidikan yang dipelopori kyai Ahmad Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu
mengintegrasikan aspek “iman” dan “kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim
terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya (Rokhim,2014)
Pendidikan di Muhammadiyah mengubah sistem pendidikan model pesantren dan sekolah,.
Pendidikan model pesantren diubah dengan memperkenalkan sistem organisasi dan
administrasiserta cara-cara penyelenggaraannya sedangkan pada sistem sekolah umum yang tidak ada
mata pelajaran agama ditambahkan mata pelajaran agama kedalam krikulumnya.
29. Pada intinya, Peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah
untuk menitik beratkan pendidikan tidak hanya pada materi umum saja akan
tetapi lebih kepada materi yang bersifat pemahaman Agama. Agar supaya
anak-anak didik kelak, tidak hanya pandai dalam urusan ilmu dunia saja,
akan tetapi benar-benar faham akan ilmu Agama serta bisa
memperaktekkannya dalam kehidupan nyata. Maka dari itu, peran
Muhammadiyah dalam dunia pendidikan sangat penting sekali.
30. KESIMPULAN
Pembaruan Islam adalah upaya upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Maka pembaruan Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahkan teks Al
Quran maupun teks alhadist. Melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya sesuai
dengan perkembangan zaman. Pembaruan Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat
agar mengikuti ajaran yang terdapat didalam Al Quran dan al-sunnah. Diperlukan karena
terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al Quran dengan kenyataan di masyarakat. Al
Quran misalnya mendorong umatnya agar menguasai pengetahuan agama dan pengetahuan
modern serta teknologi secara seimbang: hidup bersatu, rukun dan damai yang bersifat
dinamis, kreatif, inovatif, demokratis, terbuka.
31. KRITIK DAN SARAN
Kami menyadari bahwa Makalah yang kami buat ini
bukanlah makalah yang sempurna, bahkan masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan
Kritik serta saran yang bermanfaat serta membangun,
agar kelak dikemudian hari kami dapat membuat
makalah yang lebih baik.