AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
TUGAS PAPER BIOMETRIKA MNH 49
1. PEMODELAN SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN ORANG UTAN
DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
Oleh :
Kelompok 3
Sardianto (E14120038)
Lia Okta Wijaya (E14120040)
Niken Andika Putri (E14120045)
Muhammad Fadly A (E14120043)
Khilma Sufiana (E14120049)
Helmi Hanafiah (E14120050)
Iman Tochid (E14120054)
Nurfike Hasanah (E14120056)
Agung Nur Haq (E14120116)
Dosen:
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS.
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orangutan adalah spesies kera besar satu-satunya di Asia. Saat ini
orangutan hanya hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera yang terbagi dalam dua
spesies generik, Pongo pygmaeus dan Pongo abelii. 90% dari populasi orangutan
ini hidup di Indonesia, sementara 10% sisanya dapat ditemukan di Sabah dan
Sarawak, Malaysia. Baik di Indonesia dan Malaysia, orangutan dilindungi secara
hukum. Namun demikian, hukum dan peraturan saja jelas tidak cukup untuk
melindungi spesies karismatik ini. Konservasi orangutan memerlukan upaya yang
komprehensif dan terintegrasi oleh semua pemangku kepentingan, baik di
lapangan dan di arena politik, untuk memastikan keberhasilannya.
Taman Nasional Tanjung Puting terletak di semenanjung barat daya
provinsi Kalimantan Tengah. Pada awalnya merupakan Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.687/Kpts
II/1996 tanggal 25 Oktober 1996, ditetapkan menjadi Taman Nasional Tanjung
Puting dengan luas 415.040 ha, terletak antara 2°35'-3°20' LS dan 111°50'-
112°15' BT yang meliputi wilayah Kecamatan Kumai di Kotawaringin Barat dan
kecamatan-kecamatan Hanau serta Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan. Taman
Nasional Tanjung Puting merupakan salah satu taman nasional yang sangat
penting karena selain melindungi berbagai jenis flora, juga merupakan salah satu
pusat rehabilitasi orangutan yang merupakan jenis satwa yang dilindungi. Di
Taman Nasional Tanjung Puting terdapat konservasi orangutan terbesar di dunia
dengan populasi diperkirakan 30000 hingga 40000 orangutan yang tersebar di
Taman Nasional dan juga diluar Taman Nasional. Namun kondisi taman nasional
khususnya keberadaan populasi orangutan saat ini sudah mulai terancam
keberadaannya. Banyak area hutan yang sudah terbuka akibat bencana atau
campur tangan manusia. Daerah terbuka sangat rentan, karena dibeberapa taman
nasional di Indonesia selalu diambil alih oleh Tumbuhan Invasif dan akan
mengganggu keberadaan dari orangutan itu sendiri.
Tumbuhan invasif merupakan tumbuhan atau spesies yang bukan asli dari
tempat dimana ia tumbuh. Tumbuhan invasif menjadi masalah di sejumlah
kawasan hutan. Sifatnya yang tumbuh cepat dan minim predator membuat
tanaman ini mendominasi, menggusur satwa liar, mengancam biodiversitas,
hingga meningkatkan konflik manusia dan satwa. Jenis-jenis tersebut dapat
merusak jenis-jenis asli dan ekosistem dalam skala global, sehingga menyebabkan
terjadinya degradasi dan hilangnya suatu habitat (Anonim 2000). Sehingga cukup
dipahami apabila Waterhouse (2003) mengingatkan pentingnya pengenalan
terhadap bahaya tumbuhan gulma yang berpotensi menjadi tumbuhan invasif di
berbagai daerah. Tumbuhan invasif menjadi permasalahn yang cukup
mendominasi di Taman Nasional Tanjung Puting, jenis taman invasif yang
mendominasi adalah jenis Paspalum sp. Tumbuhan ini bisa saja menjadi ancaman
bagi kehidupan orangutan yang ada di Taman Nasional dan bisa saja
mempengaruhi wilayah pakan dari orangutan tersebut.
Kondisi sosial masyarakat sekitar Taman Nasional Tanjung Puting
menjadi kerawanan tersendiri terhadap keberlangsungan kehidupan dari populasi
orangutan yang berada di Taman Nasional tersebut. Kegiatan berburu dapat
3. menjadi ancaman tersendiri terhadap jangkauan wilayah dari orangutan untuk
mencari atau mendapatkan pakan. Oleh karena itu diperlukan pendugaan
menggunakan model terhadap pengaruh dari faktor yang mengancam akan
keberadaan dan pakan dari orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting ini.
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mendapatkan model
sistem simulasi dinamika orang utan.
TINJAUAN PUSTAKA
Orang utan (Pongo pygmaeus) adalah satwa langka yang dilindungi
dengan penyebaran yang sangat terbatas di Sumatera dan Kalimantan. Dengan
terbatasnya habitat dan populasi orang utan yang termasuk dalam kawasan
konservasi, terjadinya degradasi hutan yang berdampak penting bagi habitat dan
populasi, maka kawasan hutan di luar kawasan konservasi menjadi penting untuk
pelestarian orangutan.
Populasi orang utan (Pongo pygmaeus) hanya terdapat di hutan Sumatera
dan Kalimantan. Pada tahun 1987, populasi orang utan diperkirakan 4.000-
180.000 individu, dan antara tahun 1996-97 terjadi penurunan populasi sebesar
12% dari perkiraan populasi total 4075 individu dan pada tahun 90-an kehilangan
habitat orang utan di Kalimantan Timur telah mencapai 56%. Penurunan populasi
tersebut dapat disebabkan oleh perburuan, pemanfaatan hutan yang membentuk
fragmentasi habitat, kebakaran dan konversi hutan di Kalimantan Timur seluas
32%. Orang utan tersebar di kawasan hutan yang fungsi dan peruntukannya telah
ditetapkan, seperti kawasan hutan konservasi, kawasan lindung, dan hutan
produksi. Dalam hal ini habitat orang utan yang dilindungi berupa kawasan
konservasi di Kalimantan Timur hanya 6%, Kalimantan Tengah 5%, dan
Kalimantan Barat 21%. Namun tidak semua kawasan tersebut sesuai bagi habitat
orang utan. Luas kawasan yang cocok sebagai habitat orang utan hanya 30%.
Sebagai contoh, dari seluruh kawasan Taman Nasional (TN) Kutai, hanya 24%
yang sesuai untuk habitat orang utan dan di TN Tanjung Puting 25% (Meijaard et
al. 2001).
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan Taman Nasional yang terletak
di semenanjung Kalimantan Tengah, disini terdapat Konservasi OrangUtan
terbesar di Dunia dengan populasi diperkirakan 30.000 sd 40.000 orangutan yang
tersebar di Taman Nasional dan juga diluar Taman Nasional ini. selain itu Taman
Nasional Tanjung Puting juga merupakan Cagar Biosfer yang ditunjuk pada tahun
1977 dengan area inti Taman Nasional Tanjung Puting seluas 415.040 ha yang
ditetapkan pada tahun 1982. Dengan status Taman Nasional dan cagar biosfer TN
Tanjung Puting ini dapat terjaga kelestariannya dan merupakan daya tarik salah
satu wisata di Indonesia, berbeda dengan Konservasi orangutan yang terdapat
dibagian Kalimantan lainnya kita melihat Orangutan di habitat buatan manusia.
tidak di TN Tanjung Puting ini kita dapat melihat langsung habitat alami
Orangutan secara langsung dan melihat langsung hidup mereka di alam liar.
Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa
dengan luas total 305.000 ha.
Pemodelan (modelling) adalah kegiatan membuat model untuk tujuan
tertentu. Model adalah abstraksi dari sebuah sistem. Sistem adalah sesuatu yang
4. terdapat di dunia nyata. Sehingga pemodelan adalah kegiatan membawa sebuah
dunia nyata kedalam dunia tak nyata atau maya tanpa kehilangan sifat-sifat
utamanya. Pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan seni. Sebuah
pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang
sesuai. Sebuah seni, karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan
persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya.
Sistem sendiri merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi. Karakteristik pemodelan adalah sebagai berikut:
1. Dibuat dalam bentuk grafis dan tambahan keterangan secara tekstual.
2. Dapat diamati dengan pola top down dan partitioned
3. Memenuhi persyaratan minimal redundancy.
4. Dapat merepresentasikan tingkah laku sistem dengan cara yang transparan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum Bometrika Hutan dilakukan pada hari Senin 7 Desember 2015
pukul 13.00 – 16.00 WIB yang bertempat di RK X 202, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum adalah alat tulis, seperangkat
computer dengan perangkat lunak (software) Ms. Word, Ms. Excel, dan Stella
9.0.2. Data populasi orang utan, luas kawasan invasive paspalum, dan populasi
penduduk di sekitar Taman Nasional Tanjung Puting
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan topik yang akan dimodelkan
2. Mencari literatur yeng terkait dengan topik pemodelan
3. Menganalisis data pada literatur rujukan dan menentukan variabel yang terkait
4. Mengolah data yang dibutuhkan
5. Merumuskan kondisi yang mungkin terjadi
6. Membuat simulasi model
Pemodelan Sistem
Untuk pemodelan yang fleksibel dan multiguna dapat dilakukan dengan fase-
fase sebagai berikut (Purnomo 2012):
a. Fromulasi Model Konseptual
Tahap ini merupakan tahapan untuk menentukan konsep dan tujuan model system
dibuat. Formulasi model konseptual berdasarkan kondisi yang ditemukan dalam
literatur, kemudian dibuat model system dalam computer.
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan model dan klasifikasi komponen-
komponen pemodelan tahap awal (skenario 1) yang terdiri dari:
1. Stok = Populasi orang Utan
2. Inflow = Penambahan jumlah orang utan
3. Outflow = Pengurangan jumlah orang utan
4. Auxiliary variabel = kelahiran, kematian, Rasio orang utan mati
perburuan, jumlah orang utan betina, persen kelahiran, rasio ketersediaan
pakan, kebutuhan pakan
5. 5. Driving variabel = Prosentase Orang Utan Betina, Prosentase kematian,
kebutuhan pakan per individu
b. Spesifikasi Model
Tahap ini memiliki tujuan untuk membangun suatu kuantitatif dari
model yang diinginkan. Tahapan-tahapannya yaitu menentukan struktur
kuantitatif umum untuk model, menentukan unit waktu dasar untuk simulasi,
mengindentifikasi bentuk-bentuk fungsional dari persamaan model, menduga
parameter dari persamaan-persamaan model, memasukkan persamaan model
ke dalam komputer, menjalankan simulasi acuan, serta menetapkan persamaan
model.
c. Evaluasi Model
Tahap ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi kesesuaian model
dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi model dilakukan dengan
menggunakan validasi secara kualitatif dengan tujuan:
1. Mengevaluasi kewajaran dan kelogisan model
2. Analisis sensitivitas, dilakukan untuk melihat kewajaran perilaku model
jika dilakukan perubahan salah satu parameter dalam model secara
ekstrim.
d. Penggunaan Model
Tahap akhir analisis sistem ini memiliki tujuan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada awal pembuatan model. Tahapan ini
melibatkan skenario perubahan penggunaan lahan yang mungkin terjadi di
lapangan. Penggunaan model dilakukan dengan menerapkan beberapa
kemungkinan skenario untuk mengetahui populasi orang utan, maka skenario
yang digunakan adalah perubahan total populasi penduduk dan laju
rehabilitasi kawasan. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Skenario 1: total penduduk meningkat sebesar 10% dari total penduduk
awal, laju rehabilitasi Paspalum jarang berkurang menjadi 10%, dan laju
rehabilitasi Paspalum rapat berkurang menjadi 11%.
Skenario 2: total penduduk tetap, laju rehabilitasi Paspalum jarang
meningkat menjadi 75%, dan laju rehabilitasi Paspalum rapat meningkat
menjadi 65%
Batasan Model Sistem
Model sistem dinamika populasi Orang Utan di Taman Nasional Tanjung
Puting mencoba untuk mensimulasikan dinamika populasi Orang Utan yang
dipengaruhi oleh luas areal Taman Nasional Tanjung Puting yang terkena invasi
spesies Paspalum dan tingkat perburuan oleh masyrakat sekitar Taman Nasional.
Model sistem dinamika populasi Orang Utan dibangun dalam tiga sub model,
antara lain sub model dinamika populasi Orang Utan, sub model kawasan Tanjung
Harapan, dan sub model dinamika masyarakat sekitar Taman Nasional. Batasan
model sistem ini sebagai berikut
1. Sub Model Dinamika Populasi Orang Utan
Sub model ini berguna untuk memberikan gambaran perkembangan
populasi Orang Utan yang ada di TN Tanjung Puting dari tahun ke tahun.
Variabel dan data yang menyusun sub model ini meliputi perkembangan
jumlah Orang Utan hasil inventarisasi, kemampuan melahirkan Orang Utan,
6. persentase Orang Utan betina, kematian Orang Utan, baik yang disebabkan
oleh perburuan, predator, dan mati secara alami.
2. Sub Model Kawasan Tanjung Harapan
Sub model ini memberikan gambaran perkembangan kawasan yang
terkena invasi oleh spesies Paspalum dari tahun ke tahun. Variabel dan data
yang menyusun sub model ini meliputi luas kawasan rehabilitasi, luas
kawasan yang terkena invasi jarang, luas kawasan yang terkena invasi rapat,
dan jumlah pakan Orang Utan yang dapat diproduksi di kawasan rehabilitasi,
kawasan invasi jarang, kawasan invasi rapat.
3. Sub Model Dinamika Masyarakat Sekitar Taman Nasional
Sub model ini memberikan gambaran perkembangan masyarakat yang
berbatasan langsung dengan kawasan TN Tanjung Puting yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan dinamika populasi Orang Utan. Variabel
dan data yang menyusun sub model ini meliputi jumlah penduduk, natalitas,
mortalitas, penduduk ke luar dan masuk, kelompok pemburu meliputi jumlah
kelompok, anggota dalam kelompok, frekuensi berburu dan hasil perburuan
Orangutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pembuatan Model
Model yang dibangun pada makalah ini mencoba mensimulasikan
dinamika populasi Orang Utan yang dipengaruhi oleh luas areal Taman Nasional
Tanjung Puting yang terkena invasi spesies Paspalum dan tingkat perburuan oleh
masyrakat sekitar Taman Nasional. Model konseptual yang dikembangkan tersaji
pada gambar berikut.
Gambar 1. Submodel Dinamika Populasi Orang Utan
7. Gambar 2. Submodel Kawasan Tanjung Puting
Gambar 3. Submodel Dinamika Masyarakat sekitar Taman Nasional
8. Gambar 4. Grafik Hubungan tahun dan populasi orang utan pada kondisi normal
Gambar 5. Grafik Hubungan tahun dan populasi orang utan pada skenario 1
Gambar 6. Grafik Hubungan tahun dan populasi orang utan pada skenario 2
9. Tabel 1. Data perkembangan populasi orang utan sampai tahun 2025 kaitannya dengan
jumlah pakan dan total penduduk
A. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem pada model dinamika populasi Orang Utan di TN
Tanjung Putting didasarkan pada pemikiran mengenai perkembangan populasi
Orang Utan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan yang terkena invasi
spesies Paspalum dan tingkat perburuan oleh masyrakat sekitar Taman Nasional,
adanya pemangsaan satwa oleh predator ajag. Di samping itu, perkembangan
populasi juga dipengaruhi oleh faktor internal dari Orang Utan itu sendiri, berupa
tingkat kelahiran, kematian serta rasio antara jantan dengan betina.
B. Sub Model Penyusunan Model Sistem Dinamika Populasi Orang Utan di
Taman Nasional Tanjung Putting
1. Sub Model Dinamika Populasi Orang Utan
Sub model dinamika populasi Orang Utan menggambarkan
perkembangan jumlah Orang Utan yang ada di TN Tanjung Putting.
Perkembangan jumlah populasi Orang Utan di TN Tanjung Putting secara
alami dipengaruhi oleh angka kelahiran dan kematian Orang Utan.
Besarnya kelahiran Orang Utan setiap tahunnya dipengaruhi oleh variabel
jumlah betina dan rasio keatersediaan pakan di kawasan Tanjung Harapan.
Demikian juga kematian Orang Utan yang ada di TN Tanjung Putting
disebabkan oleh tiga penyebab utama, yaitu kematian yang disebabkan
oleh perburuan yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan TN Tanjung Putting, kematian karena serangan predator, dan
mati secara alami.
2. Sub Model Kawasan Tanjung Harapan
Sub model dinamika Kawasan Tanjung Harapan dibangun untuk
memberikan gambaran perkembangan kawasan yang terkena invasi oleh
spesies Paspalum dari tahun ke tahun. Perkembangan Kawasan Tanjung
Harapan yang terkena invasi oleh spesies Paspalum dipengaruhi oleh
variabel dan data meliputi luas kawasan rehabilitasi, luas kawasan yang
terkena invasi jarang, luas kawasan yang terkena invasi rapat, dan jumlah
pakan Orang Utan yang dapat diproduksi di kawasan rehabilitasi, kawasan
invasi jarang, kawasan invasi rapat. Besarnya daya dukung pakan Orang
10. Utan di kawasan Tanjung Harapan berdasarkan produktivitas rehabilitasi
dalam menghasilkan jumlah pakan Orang Utan yang dibatasi pada pakan
kawasan paspalum jarang, pakan kawasan paspalum tua, dan pakan
kawasan.
3. Sub Model Dinamika Masyarakat Sekitar Taman Nasional
Sub model ini dibangun untuk memberikan gambaran
perkembangan jumlah masyarakat yang berbatasan langsung dengan
kawasan TN Tanjung Puting yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan dinamika, besarnya masyarakat yang masuk 0,793% serta
masyarakat yang keluar sebesar 0,515%. Keberadaan masyarakat yang ada di
sekitar TN Tanjung Puting berpengaruh terhadap perkembangan dinamika
populasi Orang Utan, yaitu dengan adanya kegiatan perburuan liar yang
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah satwa Orang Utan.
C. Evaluasi Model
1. Mengevaluasi Kewajaran Model dan Kelogisan model
Kewajaran model ini berguna untuk melihat perilaku model yang
dibangun wajar sesuai dengan teori yang ada. Teori perkembangan
populasi yang dibatasi dengan kemampuan daya dukungnya sering terjadi
bentuk pertumbuhan yang pada suatu saat jumlah individu anggota
populasinya menurun akan tetapi segera naik kembali jumlahnya sehingga
membentuk kurva oscillasi (Boughey, 1973 dalam Alikodra, 2002).
Kewajaran model ini dilihat dari perkembangan populasi orang utan yamg
ada di TN Tanjung Putting pada kondisi gangguan yang rendah, baik oleh
serangan predator dibandingkan dengan teori perkembangan populasi di
atas.
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam evaluasi model sistem dinamika
populasi orang utan bertujuan untuk menentukan tingkat respon atau
sensitivitas jumlah pakan model yang dibangun apabila dilakukan
perubahan komponen-komponen utama penyusun model atau dengan kata
lain analisis sensitivitas dilakukan untuk mempelajari apakah pola umum
jumlah pakan dari model dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam
parameter yang tidak pasti. Tingkat jumlah pakan, jumlah penduduk dan
jumlah orang utan saling berbanding lurus dimana semakin banyak nya
tingkat populasi penduduk dan orang utan maka akan menyebabkan
kebutuhan pakan semakin tinggi pakan akan semakin tinggi.
D. Penggunaan Model
Model pertama menunjukkan alur grafik yang sama dimana pada awalnya
populasi akan naik secara drastis dan pada masa selanjutnya akan terjadi
penurunan kenaikan yang lama kelamaan akan mendekati angka yang konstan
pada setiap tahun nya. Pada model pertama perbandingan pertumbukan populasi
mendekati angka tiga juta dan pada model yang kedua perbandingannya medekati
dua juta lalu pada model yang ketiga perbandingannya mendekati empat juta yang
diakhiri dengan pertumbuhan populasi yang konstan.
11. KESIMPULAN
1. Dinamika populasi Orangutan terus mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya jumlah pakan yang tersedia dari tahun 2015 hingga tahun 2025
2. Peningkatan populasi Orangutan harus terus diiringi peningkatan pakan guna
kelestarian orangutan dan masyarakat harus dilibatkan dalam pelestarian
orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. IUCN Guidelines for the Prevention of Biodiversity Loss caused
by Alien Invasive Species
(http://www.intranet.iucn.org/webfiles/doc/sscwebsite. (4 Januari 2016)
Bismark M. Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di
Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur. Buletin Plasma
Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005.
Harrell, C., B.K. Ghosh and R.O. Bowden, Jr., Simulation Using Promodel, 2nd
ed., McGraw-Hill, Singapore, 2003.
Meijaard, E., H.D. Rijksen, dan S.N. Kartikasari. 2001. Diambang Kepunahan.
Kondisi orang utan liar di abad 21. Gibbon Foundation, Jakarta.
Waterhouse BM. 2003. Know your enemy: Recent records of potentially serious
weeds in Northern Australia, Papua New Guinea and Papua (Indonesia).
Telopea 10 (10): 477-486