SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Cerpen-cerpen ku
Seorang dari provinsi kepulauan
Luruh dalam Pesonamu
Oleh: Did AS
Pagi menjelang
Langit biru
Malu aku menyapa mentari
Karena ku tahu dia telah terjaga tiada henti
Andai aku sebuah mentari
Selarik senyum di ujung meja, sedikit mengacaukan konsentrasi presentasi ku
dihadapan Direktur PT Gold Pratama, pak Surya. “gila…kenapa dia selalu muncul,
dimana aku berada, kemarin waktu aku presentasi pilot project PAUD-HI, dia juga hadir,
dan lebih gilanya lagi..dia sempat-sempatnya mengerlingkan matanya yang indah itu,”
geramku dalam hati. “ Pak Bima, boleh saya menanyakan sesuatu, terkait project
tersebut? Suara pak Surya mengagetkan diriku. “silahkan, Pak..”. “Bagimana cara
megukur keberhasilan program PAUD-HI yang sodara ajukan?”. “Baiklah.. bahwa
program PAUD-HI merupakan program yang bertujuan untuk memberikan layanan
yang bersifat holistik-terpadu, dengan sasaran utama adalah anak usia dini usia 0-
6tahun, dan yang tidak kalah pentingnya para orang tua anak. Mereka dalam wadah
PAUD-HI akan menerima intervensi pembelajaran yang memuaskan-menyeluruh bagi
guru-anak-dan orang tua murid. Keberhasilan dari program ini dilihat dari tiga parameter
yaitu pertama kualitas layanan kepada anak, kedua kualitas hasil pembelajaran dan
terakhir adalah keterlibatan para orang tua anak dalam PAUD,” demikian aku
menjelaskan dengan meyakinkan kepada pak Surya.
Nampak semua peserta rapat menganggukan kepala, meyakini apa yang aku
paparkan. Kembali akupun menoleh kearah gadis di pojok sana, dan mataku mencoba
mencari-carinya. “waduh kemana, dia…tadi barusan ada, jangan-jangan dah kabur dia
dari ruangan sementara aku asyik menjelaskan,” batinku. Tapi akupun masih clingukan
siapa tahu sembunyi disudut ruangan sana. “Pak Bima, aku disini kok…nih disamping
Bapak,” tiba-tiba suara bisikan cewek mampir ditelingaku. Sontak akupun kaget bukan
kepalang, wajahku memerah seperti kepiting rebus, malu teramat sangat aku
dibuatnya. Aku melirik sedikit, lalu membuang muka jengah. “Bu Shinta…tolong
buatkan air minum buat pak Bima,” perintah pak Surya kepada bu Shinta. “oh namanya
bu Shinta toh..,” pikirku. Sudah tiga kali aku bertemu diruangan kantor pak Surya, baru
tahu namanya bu Shinta. Dengan tetap menyembunyikan segenap perasaanku,
senang, malu, gengsi dan cemas, karena peristiwa kepergok mencari-cari wajah bu
Shinta, yang tiba-tiba sudah ada disampingku, kembali akupun tetap melanjutkan
presentasi ku dihadapan segenap jajaran PT. Gold Pratama pimpinan pak Surya. Aku
tahu betul, bahwa PT Gold Pratama merupakan perusahaan bonafid dan tentunya
memiliki dana Coorporate Social Responsibility (CSR) yang besar, dana itulah yang
ingin kami rebut untuk pengembangan PAUD-HI.
****
Pelangi memancar
Indah berpendar sejuta warna
Aku ingin menitinya
Menghantarkan sejuta asa untuk wanitaku, untuk orang yang kuindahkan siang dan malam
Mungkin hal yang terindah dalam hidup seseorang adalah jika mampu memenuhi apa
yang dinginkan, hidup itu tidak perlu mewah dan berlebih yang penting cukup,
umumnya orang berdoa untuk segera dapat kaya, harta melimpah, tapi sedikit yang
berdoa untuk dicukupkan hidupnya. Banyak orang berburu harta benda, tetapi
melupakan satu hal yaitu berburu kebaikan. Jalan hidup memang beragam, menikmati
hidup juga bermacam cara, tetapi aku sudah menentukan pilihan aku akan menikmati
hidup dengan mengabdikan kepada anak-anak disekitarku tinggal yang terlantar dan
terlupakan dari derap pembangunan. Aku akan membangun sejuta PAUD-HI dalam
program Indonesia Berbakti. Itulah tekadku, layar sudah terkembang, pantang aku
surutkan. Kesana-kemari menwarkan project PAUD-HI, meyakinkan kepada para
pemilik modal sebagai the have bahwa memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-
anak adalah keharusan, dan mengalirkan setetes keuntungan dalam CSR kepada kami,
adalah jalan yang benar. Itulah perjuangan kami bersama-sama teman yang tergabung
dalam Indonesia Berbakti membangun 1 juta PAUD-HI untuk Indonesia berkualitas.
Kantor masih sepi, maklum baru jam 07.30, sementara buka jam 08.00. dari pintu
depan, suara ketukan pintu nyaring terdengar. Dengan langkah bergegas akupun
menuju pintu, handuk yang masih melilit tubuhku kukencangkan kembali, sambil teriak,
“ya…tunggu, sabar nih..baru juga mau mandi…” suaraku mendekati pintu. Maklum
kantor yang selama ini menjadi markas kami, juga menjadi tempat aku tinggal.
“What!!”seru ku panjang. Mataku melotot mulut melongo begitu melihat siapa yang ada
di depan pintu. Mau pinsan saja rasanya, dan bu Shinta pun tersipu malu, dengan
wajah kemerahan, melihat penampilanku yang hanya mengenakan handuk. Tanpa pikir
panjang, aku mengambil langkah seribu, masuk kedalam dan bersembunyi dengan
menyimpan sejuta malu yang teramat sangat. 20 menit aku bersembunyi di dalam, dan
kulongokan kepalaku ke ruang depan, “astaga…dia masih ada!”, desisku.
Akupun bimbang, apakah harus menemui atau tidak, pelan aku menuju kamar mandi
dan membasuh muka, kemudian mengganti pakaian seadanya. Berjalan akupun
menuju ruang depan, menemui bu Shinta, yang tetap masih memasang senyum
menggoda, persis setiap aku bertemu dengan dia. Suara degub jantung, keringat dingin
dan kaki gemetaran sangat nyata tertangkap di wajah bu Shinta, sorot matanya yang
seakan menelanjangi diriku, semakin membuatku ciut. “pak Bima, maaf pagi-pagi saya
kemari, saya diminta oleh pak Surya untuk menyampaikan pesan Belio bahwa nanti jam
09.00 pak BIma diminta datang ke kantor, untuk tanda tangan MoU bantuan dana CSR
untuk pengembangan PAUD-HI, ini suratnya, tolong di cermati, sekali lagi saya minta
maaf karena mungkin saya kepagian kekantor pak Bima,” begitu ucapan bu Shinta,
pelan dan lembut. Aku masih terdiam, tidak berani menatap wajah bu Shinta. Sampai
saat bu Shinta berdiri untuk pamitan, akupun masih tertunduk, sungguh aku tidak siap
menerima bu Shinta dalam kondisi amburadul seperti ini. Dan akhirnya bu Shintapun
pamitan, sambil membisikan sesuatu di telingaku, “Pak BIma sexsi kalau cuma pakai
handuk,” pelan dan lembut tapi benar-benar mempermalukan semua yang ada diriku.
Aku semakin diam, menahan jengah di wajah. “Awas ya…, suatu saat pasti aku balas
bu Shinta ini,” ancamku dalam hati.
****
Keindahan taman hati
Membungkus suka cita
Menanti hati
Menagih janji
Tak patah arang aku berharap
“Kalau ruangan pak Kaprodi PAUD dimana ya?” Tanya seorang gadis kepada salah
seorang mahasiswa. Akupun segera menuju arah yang ditunjukan tadi. Ini hari pertama
ku untuk kuliah di S1 PAUD. Aku tertarik dengan PAUD karena aku pengen jadi
seorang ibu yang baik dan paham pengasuhan anak. Kelas S1 PAUD yang aku
masukin adalah kelas eksekutif, khusus Sabtu-Minggu dan diperuntukan untuk
mahasiswa non reguler. Sudah bukan rahasia lagi sekarang kampus sudah ter-kluster
sesuai dengan kastanya, bagi yang banyak uang dan tidak mau repot bisa mengambil
kelas eksekutif, tetapi bagi yang miskin papa dan sengsara masuk kelas reguler.
Kampus sekarang seperti kereta api saja ada kelas bisnis, eksekutif dan ekonomi.
Itulah fakta, dampak dari kapitalisme di dunia pendidikan, terlebih dengan UU BHP,
maka semakin melegalkan praktek profit-taking di dunia pendidikan, komersialisasi
pendidikan sudah bukan hal yang tabu lagi, kampus negeri dan swasta sama-sama
serakahnya dan rakus. Orientasi mereka hanya satu yaitu mendapatkan keuntungan,
visi pendidikan menjadi nomor 4 setelah visi kapitalisme, liberalisme dan kolonialisme.
Aku mau masuk mengambil jurusan S1 PAUD karena aku ingin menjadi ibu yang baik,
yang paham pengasuhan anak titik gak koma apalagi titik koma, persetan dengan
kasta, kapitalisme dan pengelompokan kelas-kelasan.
1 meter lagi aku sampai di depan ruangan Kaprodi PAUD. Tanpa ragu akupun
mengetuk pintu ruangan tersebut. “masuk…tidak dikunci,” jawab suara dari dalam.
Tanpa melihat wajahku diapun mempersilahkan duduk. “silakan duduk, ya, bentar saya
mau cek biodata mahasiswa baru S1 PG PAUD dulu.” Akupun duduk, sementara pak
Kaprodi sedang sibuk menyimak file akupun terperanjat. “Pak Bima…jadi pak Bima
Kaprodi PAUD di kampus ini?,” teriaku terperanjat. Bagai disambar petir, akupun
mendongakan wajahku, yah…aku hafal banget suara merdu tersebut. “Bu Shinta!!! ...
kamu kuliah di sini?” teriaku setengah percaya setengah tidak. “Pak Bima, dosen disini
juga…Kaprodi kah?,” binar mata Shinta semakin mempesonaku.”pucuk di cinta ulam
tiba,” desisku semangat. “please… jangan panggil aku pak ya disini,” pintaku. “Aku
selain aktif di LSM, aku juga dosen disini, baru 3 bulan yang lalu aku menjabat sebagai
Kaprodi PAUD, jadi aku masih belum paham mahasiswa disini, aku dulu alumni di
kampus sini, terus ada lowongan formasi dosen PAUD, karena basikku PAUD maka
klop dah dengan keinginan ku,” begitu uraiku. “Boleh kupanggil abang?” kata Shinta
merajuk.
Akupun mengiyakan, semua permintaan Shinta. “Tahukah kamu, Shinta, untuk wanita
secantik kamu, apa sih yang gak boleh,”ucapku lirih. Mata indah itu semakin bersinar
bercerita, berdiskusi dan menanyakan sesuatu terkait sistem perkuliahan di kampus ini.
Dan akupun dengan telaten menjawab semua pertanyaan dan tanggapan Shinta. Mata
indah itu sangat menantang, menarik semua lawan jenis untuk menyelaminya, aku
semakin tak kuasa untuk tidak larut dalam bening mata indah Shinta. “Oh, ya..Shinta
masih tetap bekerja di PT Gold Pratama kan?, masih setia membantu pak Surya kan?,”
Tanya ku disela-sela sorot bening mata Shinta. “Masih, Bang… dan aku mengmbil di
sela-sela waktu luangku untuk menambah pengetahuanku tentang PAUD, sungguh,
aku pengen menjadi ibu yang baik, menjadi ibu yang paham pengasuhan, menjadi ibu
yang dibutuhkan oleh anak-anaku kelak, dan semenjak presentasi Abang berturut-turut
di kantor dulu, aku menjadi sangat tertarik untuk menyelami dunia PAUD. Bang, aku
pengen menjadi ibu yang baik bagi anak-anaku,” pungkas argumentasi Shinta. Aku
terpana, takjub dan kagum dengan keinginannya. Perfect !!! responku, tapi kembali
hanya bersorak dalam hati.
****
Sorot mata indah tajam
Tajam tapi bukan ganas
Aku suka dengan mata itu
Ada keteduhan disana
Wajah ayu Shinta, mata indah Shinta, benar-benar telah menyirap semua orang di
kelasnya, khususnya kaum adam. Materi yang aku sampaikan tentang “Psikologi
Perkembangan Anak” terasa hambar bagi ku, aku sangat tidak bersemangat. Shinta
yang duduk disamping kiri belakang nomor tiga, nampak berbisik-bisik riang dengan
teman sampingnya, namanya Andi Rusni. Cubitan manja, dan senyum menggoda
Shinta kepada Rusni, semakin menyulutkan api cemburuku. Aku tahu, memang Andi
Rusni sangat sempurna, tubuhya yang tinggi, kulit bersih dibalur dengan tongkrongan
yang mewah, semakin menunjukan kelasnya bahwa dia bukan cowok sembarangan.
Cemburu sudah memuncak, dan tanpa berpikir panjang akupun segera mengakhir
kuliahku. Meninggalkan tugas-tugas untuk segera diselesaikan. Sebelum aku
meninggalkan kelas, kulirikan mataku kearah Shinta, Shintapun jengah membalasnya,
sambill memperbaiki sikap duduknya.
Keluar kelas menuju ruangan parkir mobilku, dengan harapan segera tancap gas
meninggalkan kampus yang sudah semakin panas. “kenapa aku cemburu dengan
Shinta?, apakah aku dan Shinta telah jadian? Apakah selama ini telah ada ikatan cinta
atau ikrar cinta diantara aku dna Shinta?”, protes hatiku. Aku salah selama ini sikap dan
senyum indah Shinta terlalu jauh aku tafsirkan. Aku harus segera sadar itu, bahwa
Shinta adalah mahasiswaku, bahwa Shinta adalah bukan miliku, jadi alangkah tidak
pantasnya jika aku cemburu atau marah kepada dia, apa hakku atas Shinta? Benar-
benar kekanak-kanakkan aku, aku harus segera menetralisir perasaanku, aku harus
segera minta maaf kepada Shinta. Tapi jika aku minta maaf apa salah ku selama ini?
Mengapa aku harus minta maaf?.
Pro kontra dalam diri berkecamuk, laksana perang Bharata Yuda Pandawa-Kurawa,
selagi aku berpikir panjang, menimbang dan menakar perasaanku, di dekat mobilku,
sebuah jari lembut menyentuh pundaku dari belakang. “Bang…Abang tadi cemburu
ya…waktu aku ngobrol dekat dengan Andi Rusni?, Bang…aku tidak ada hubungan
apa-apa kok?, please…dengarkan Shinta ya, Bang..,” aku berbalik menatap tajam mata
Shinta, ada setitik awan disana, berusaha ditahan dan pastinya akan segera turun jika
aku tidak segera mengusapnya. “kamu tahu, Shinta…tidak ada alasan bagiku untuk
marah sama kamu, kamu terlalu lembut dan indah untuk dimarahi. Semua yang terjadi
pastinya bukan salah kamu, wajahmu yang mempesona, senyummu yang mampu
melulu lantakan hati semua kaum adam, adalah karuniamu yang harus kau sukuri, aku
sangat sadar bahwa aku bukan apa-apanya kamu, aku juga paham betul bahwa,
menginginkan kamu adalah ibarat punguk merindukan bulan. Kamu tahu gak, Andi
Rusni dua hari yang lalu datang menemuiku, meminta saran, apakah mungkin jika dia
meminta kamu menjadi istrinya. Kamu mau tahu gak jawaban aku, aku bilang sama
Andi Rusni, ikutilah kata hatimu, lakukan apa yang hatimu mau, jemput cintamu dan
katakan kepada dia bahwa kau akan selalu menjaganya dikala tidur dan terjagamu.”
Ucapku lembut kepada Shinta.
Kubiarkan Shinta termenung, kutinggalkan dia dalam diamnya. Mobilkupun melaju
meninggalkan halaman parkir kampus. Shinta, aku harus jujur kukatakan kepadamu
bahwa aku telah luruh dalam pesonamu. Aku juga harus akui bahwa didekatmu aku
semakin tidak berdaya, pesonamu telah meluluhlantakan semua yang aku miliki tak ada
obat untuk memulihkan kedigdayaanku, tak ada dokter yang sanggup mengembalikan
riangku, karena aku sudah terlanjur memilihmu, merelakan hanyut dalam pesonamu.
Apakah ini yang dinamakan mengalah untuk menang? Apakah ini yang dinamakan
mencintai tapi bukan berarati menguasai dan memiliki? Ku hempaskan nafasku kuat-
kuat, kuturunkan kaca samping mobil, untuk membiarkan hawa masuk, mengurangi
penat dan suntuk hatiku. Kulajukan mobilku 50Km/jam, tatap mataku semakin sedih,
mengingat Shinta. Kekuatan cinta telah membuktikan bahwa ketegaran seseorang
semakin tidak ada apa-apanya, jika cinta telah bicara. Ketegasan, keceriaan dan
semangat diriku ternyata ambruk hanya oleh pesona Shinta. Akupun menjadi sosok
yang semakin tidak berdaya.
“Cericittt…!, mendadak aku mengerem mobilku keras-keras,” mobilpun berhenti
mendadak, saking kerasnya, roda depan berbekas di atas jalan aspal. Aku segera
keluar dari mobil, kulihat Andi Rusni tepat di depan mobilku, sambil menahan laju
mobilku. “Rusni!, kamu kenapa?! Mau matikah, …Ayo minggir!” teriaku lantang. “ maaf
pak Bima…ada sesuatu yang harus saya omongin sama pak Bima, tentang Shinta
pak,” ucap Rusni. Mendengar nama Shinta, akupun tercekat, kaget dan cemas, pasti
telah terjadi apa-apa dengan Shinta, terakhir aku tinggalkan dia dalam sedih yang
dalam di halaman parkir. Pasti Shinta telah bunuh diri, begitu pikirku dalam cemas. Jika
itu terjadi pasti aku akan semakin bersalah, dan aku tidak bakalan memaafkan diriku
selamanya. “Knapa dengan Shinta?, bukankah kalian sudah jadian, dan siap melamar
Shinta?,” ucapku. “Tadi malam memang aku menembak Shinta, pak, dan berusaha
meyakinkan tentang perasaanku kepada Shinta, tapi….,” Rusni menggantungkan
ucapannya. “Tapi kenapa?, Shinta mengajukan syarat?”, sambarku cepat. “Shinta
ternyata telah menyimpan hatinya untuk someone pak, dan seseorang tersebut adalah
pak Bima,” lanjut Rusni lemah tak bersemangat. Aku tersentak kaget, mendengar
ucapan Rusni. Ada senang, ada bangga dan ada gembira yang meledakan dadaku.
Aku diam termangu, apakah harus bahagia saat ini, sementara mahasiswaku Andi
Rusni menelan kekalahan. Pantaskah aku seorang dosen bersaing dengan
mahasiswaku bersaing memperebutkan sebongkah hati yang notabene juga
mahasiswaku.
****
Senja menjelang
Angin lembut mengusap kulit
Mentari jingga sangat indah
Kehangatan mentari senja mengusik hatiku
Melambungkan hasratku
Akankan kutemui bahagia diujung senja ini
Senja ditepi pantai, saat indah untuk melepas penatku, kulangkahkan kaki menyusuri
indahnya sore ini. Aku semakin kagum dengan ciptaan sang Maha Karya, senja di
pantai menjadi obat orang yang sedang resah. Shinta yang sore ini berjalan
disampingku, mengenakan setelean jean dipadu kaos purple bertuliskan “Malang
Tempoe Doeloe” sangat pas dikulitnya. Indah dan mempesona. Tanganya yang manja
bergelayut mesra di lenganku, hilang sudah semua galau, pupus sudah semua resah.
Cinta memang dahsyat, cinta memang menakjubkan. Tak ada satupun makhluk tegar
mampu menghadangnya, semua luruh dalam cinta, senja dipantai menjadi bukti bahwa
aku dan Shinta telah satu. Aku yang tadinya berkehendak menolak dan menghindar
dari pesona Shinta, sungguh menjadi tidak berdaya dihadapannya. Semakin menatap
keindahan mata Shinta, semakin luruh aku dibuatnya. Dan sore itupun aku dan Shinta
telah berikrar untuk segera melangsungkan pernikahan kami, menetapkan hari dan
waktu serta semua tetek bengek pernak-pernik rencana pernikahan kami. “Ya Alloh,
jadikan cinta kami utuh dan selamanya, lekatkan kepada kami kasih sayang tak
berujung, tak bertepi yang hanya habis oleh maut. Limpahkan kepada cinta kami,
ridhoMu yang senantiasa menaungi perjalanan kami, cukupkanlah kami dengan setitik
rahmatMu, jangan biarkan kami luluh-larut dalam kubangan dosaMu, cegahlah kami jika
kami bertanda akan berpaling meninggalkan diri MU, aku bersimpuh mengharap
berkahMu, dihadapanMu kami bermunajat tulus, rebah dalam sujud keagunganMu.
Penghujung Februari, 2015
Mawar Merahku
Oleh: Did AS
Panas terik mentari membakar kulit tak terkira, “melepuh sudah tubuhku” desisku. Langkahku
semakin kupercepat, janjian dengan dosenku, pak Mantja jam 1.30, dan 15 menit lagi aku
harus menemui belio, jika tidak maka alamak, hancur proposal tesisku. Tumpukan proposal di
tangan kananku, tas ransel dipunggung ditambah potongan tahu isi yang sedang ku kunyah,
sebagai pengganjal perutku yang sejak tadi pagi belum sarapan, tiba-tiba terlempar keras
ketanah. “Waduh!...duh…duh..God…” teriak ku spontan, begitu merasakan semua bawaan
terlempar dan terjatuh setelah tersandung sesuatu. Aku baru sadar bahwa kakiku telah
menyentuh ujung roda ,mobil yang mau parkir di depan gedung rektorat. Sontak aku langsung
meraih semua proposal yang berserakan. “Mimpi apa aku semalam…kok bisa berantakan
begini…apa karena mimpi digigit ular kali ya semalam…” gumamku sambil memunguti kertas ku
yang terjatuh. Aku tetap fokus kepada barang ku yang jatuh. “Sori bang... aku gak tahu kalau
ada abang dibelakang mobilku… sori banget ya...please” suara seorang gadis meminta lirih
dengan nada penyesalan. Akupun mendongak, dan sontak menatap wajah gadis itu. “cantik
juga, cewek ini,” batinku. Aku mencoba menebak, pasti cewek ini juga mahasiswa pasca
sarjana, buktinya mobilnya parkir di depan rektorat, kalau mahasiswa S1 pasti ditempat parkir
biasa. Aku diam tanpa ekspresi, kasian kalau aku marahin cewek ini, kesalahan ini juga bukan
semata kesalahan dia. Aku bangkit sambil merapikan bajuku. Dengan gaya yang aku wibawa-
wibawain, akupun berujar, “ hanya satu kata untuk mu: kamu cantik,”. Dan akupun langsung
kabur, mengejar waktuku dengan Prof Mantja. Tak kuhiraukan bagaimana wajah gadis itu,
pastinya merah jambu. Ah… persetan dengan si merah jambu itu, yang penting aku harus temui
prof Mantja, karena ini masalah “hidup-matiku”.
****
Manakala resah datang
Jika galau hinggap
Saat duka menyapa
Dan waktu sedih menyentuhku
Kemana semua kuhempaskan
Masih adakah obat penawar semua itu
Coretan kecil itu kutuangkan dalam buku diariku, setelah satu tahun kulalui kuliah di Malang,
telah kuhabiskan sepuluh buku diari untuk mengadukan semua yang aku rasakan. Pertemuanku
dengan Prof Mantja, semakin membuatku tidak bisa tidur. Catatan kekurangan atas proposalku
sangat banyak, hampir merah semua. Kuhilangkan penat dan beban dengan berjalan ditaman
kota. Kulihat pasangan muda-mudi sedang asyik bercengkrama, saling cubit dan saling
mengusap rambut. Benar-benar dunia milik mereka berdua, yang lain kos. Kemesraan pasangan
tersebut, semakin menguatkan galau di hatiku. Saking galaunya, aku tendang batu kerikil di
depan mataku kuat-kuat. “Kenapa dunia kok masih belum memihak kepada ku”, gumamku.
Tiba-tiba ada suara mengaduh, “ Waduh…duh…duh…!”, teriak suara tersebut. Aku tersentak
kaget, “astaga!...batu kerikil tadi mengenai punggung seorang gadis, celaka aku…bisa kacau
urusan. Refleks aku langsung menepuk-nepuk pungung gadis itu, tapi entah apa yang terjadi,
justru gadis itu berbalik dan langsung menghajar pipiku dengan tamparan tangannya. “Please…
sori banget aku gak sengaja, mba… aku bener-bener gak bermaksud kurang ajar,” ucapku
memelas. Kulihat gadis tersebut mengangkat tangannya kembali, dan akupun sudah pasrah
akan meneriman tamparan sekali lagi. Mataku kupejamkan pasrah, sudah kubayangkan pasti
kedua pipiku merah lebam. “Duh ..duh.. Gusti…dimana rasa ibamu terhadap hambamu ini,
tunjukan setitik saja ya Alloh”, bisiku di hati lirih banget. Lama aku pasrah, bukan tamparan
yang aku terima, justru teriakan: “Abang!...Abang kan yang kemarin didepan rektorat waktu aku
mau parkir mobilku..?, Pelan aku buka mataku, dan alangkah terkejutnya waktu kulihat, cewek
si merah jambu, berdiri dekat banget didepan wajahku, hanya berjarak lima jari. Sangat jelas,
kurasakan tebaran harum tubuh mengusik hidungku, dan khayalkupun melambung.
Seandainya, dia yang menjadi tempat dimana aku menghempaskan resah dan obat penawar
galau hati, pasti aku mau banget, begitu hatiku teriak lantang. Dalam diam penuh takjub
akupun menganggukan kepalaku. Sekarang gentian, si merah muda itu meminta maaf. “Please,
sori ya...aku telah menampar Abang… soalnya aku kira ada orang iseng yang main lempar
punggung orang,”.
****
Bulan bersinar
Bintang berkeliling
Celoteh burung hantu mengusik bulan dan bintang
Kunang-kunang memancarkan kuningnya
Hari ini, terangnya bulan, indahnya bintang dan kuningnya kunang-kunang
Sedikit menutup lara hati,menghibur gundah gulana
Coretan di halaman ke dua puluh lembaran diariku, menutup keindahan peristiwa sore tadi.
Wajah ayu Sri Rahayu,telah mengurai penatnya pikiranku. “Aku bukan mahasiswa pasca
sarjana, Bang, aku Dosen magang, jadi masih asisten dosen”. “Hebat banget…masih muda kok
sudah jadi asisten dosen’” sontak ku. “ceritanya begini Bang, aku harus mendapatkan
rekomendasi dari dua orang guru besar untuk dapat melanjutkan pendidikan ke magister,
soalnya aku kan mahasiswa murni, aku baru saja lulus S1 bulan Juli kemarin. Jadi agar lanjut
magister maka aku harus menjadi asisten dosen dulu,” begitu cerita Ayu panjang lebar, kesana
kemari ke kanan dan kekiri. Begitu terpesonanya dengan paras ayu Sri Rahayu, aku sudah gak
fokus lagi dengan isi cerita dia. Justru anganku semakin tinggi, melayang samapai kelangit tujuh.
Kembali aku buka coretan-coretan yang diberikan oleh Prof Mantja, kucermati setiap halaman.
Sampai detik ini aku masih mencoba menyelami apa yang dimaui sama prof Mantja. Kulacak
semua rujukan teori yang diminta oleh belio. 10 buku literatur induk Supervisi telah kubaca,
tidak terasa adzan shubuh menggema. Kurebahkan tubuhku sebentar, sekedar
mengistirahatkan mata dan pikiran. Pagi nanti jam 9.00 aku ada jadwal konsultasi kembali
dengan Prof. Mantja. “tuth…tuth..tuth,” suara nyaring HP yang kutaruh diatas mejaku. Akupun
tersentak, mencoba meraih HP dan mengangkatnya, “ Bang… nih kami sudah menunggu di
ruang Prof Mantja, cepetan donk..,” Astaga… akupun lari kedalam kamar mandi, secepat kilat
mengambil handuk untuk mandi. Benar-benar kelolosan aku tadi malam, padahal ini adalah
pertemuan penting. Aku tidak pernah berpikir, kok Sri Rahayu tahu bahwa aku ada jadwal
konsultasi dengan prof Mantja. Segera kusambar tasku dan berlari menelusuri jalan pintas ke
kampusku. Hanya membutuhkan waktu 15 menit jika lewat jalan pintas ini. Dan akhirnya,
akupun tiba di depan pintu ruangan prof Mantja. Kulongokan kepalaku ke dalam ruangan prof
Mantja, terperanjat aku menyaksikan Sri Rahayu sedang berbicara dekat dan akrab dengan prof
Mantja. Akupun tetap berbaik sangka, maklum banyak kasus dosen dan rekan dosen atau
dosen dan mahasiswa saling membangun hubungan intim, dan itu memang bukan rahasia
umum. Kubuang pikiran buruk tersebut. Aku pun mengetuk pintu, “tok..tok..tok, permisi Prof,”
ucapku. “Oh ya.. silahkan masuk, “ sambut Prof Mantja. “Abang!...”, pangiil Sri Rahayu dengan
nada riang. “ lho ..kok kenal, sama Galang,” heran Prof Mantja, sambil melirik Sri Rahayu.
“Papa.. aku kenal sama Bang Galang sudah lamaaa banget,” sambung Sri Rahayu kepada Prof
Mantja. Pikiran ku semakin kacau, kok Ayu bisa berbohong ya, kan kita kenalan baru dua hari
yang lalu, kok Ayu panggil Papa sama Prof Mantja ya, kok Ayu bisa dekat sama prof Mantja ya.
Seribu keheranan menggelayuti pikiran ku. Tetapi semua kusimpan dengan rapat, aku akan
muntahkan nanti setelah konsultasi dengan prof Mantja selesai.
****
Bunga mawar merah merekah
Menebar pesonannya
Harumnya menyambar semua hati
Membujuk ku untuk bersimpuh mengaguminya
Ku mencoba tidak takluk,
Tapi apa daya diriku…
Coretan itu tertulis indah pada lembaran diariku halaman 21. Tajam kuingat ucapan dari Ayu. “
Bang.. Prof Mantja adalah ayahku, meskipun belio ayahku, tapi belio tidak mau nepotisme
untuk masalah pendidikan. Aku harus menempuh prosedur yang berlaku di kampus, jika ingin
melanjutkan ke magister dan menjadi dosen, maka aku harus menjalani asisten dosen selama
satu tahun baru belio akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke pasca sarjana,”.”
Oh ya Bang, aku tadi juga sudah cerita tentang Abang, aku tadi secara khusus meminta sama
papa untuk tidak mempersulit Abang dalam penyelesaian tesisnya”, lanjutnya. “Oh ya…thanks
ya, dik …” teriakku kegirangan. “suatu anugerah bisa mengenalmu, dik… aku benar-benar
terbantukan,” lanjutku. Sambil menikmati jus mango di café Puja Sera samping kampus. Duduk
kami sangat dekat, dan entah siapa yang memulai duluan, tangan kami telah saling
berpegangan erat sejak keluar dari ruangannya prof Mantja. Tak ada kata suka, cinta atau
sayang terungkap dari mulut kita berdua. Tidak ada momen khusus juga yang mendeklarasikan
bahwa kita sudah jadian, semuanya berjalan begitu natural, spontan dan mengalir laksana air.
Tidak semua cinta harus diucap dan diikrarkan, mata dan hati telah menunjukan semuanya.
“Dik..kok hidungmu berdarah...,” ucapku khawatir melihat setitik darah menetes dari hidung
Ayu. “ Mas sich,” Ayu menyeka hidungnya, dan akupun membantu membersihkan hidungnya
dengan lembut. Ada rasa saying yang teramat sangat, saat aku menyentuh wajahnya, dan
sungguh rasa itu semakin menguat. Sesat kami melupakan darah yang keluar dari hidung Ayu.
Seksama aku perhatikan, ada cemas dan panic di raut wajah Ayu. Tapi indahnya senja di taman
kota Malang, telah menyapu cemas ku dan akupun kembali menikmati kemesraan berdua.
Sore itu kami menyusuri taman kota, menikmati lembayung jingga menenggelamkan dirinya di
tepi langit. Temaram lampu taman sore menjelang petang, semakin menenggelamkan
kemesraan aku dan Ayu di taman kota. Tak ada kata yang terucap selama kami berdua ditaman.
Semua ungkapan telah tersampaikan dalam bahasa tubuh. Sentuhan lembut di tangan, usapan
hangat di rambut, tatapan lembut menyapu hati telah mengikrarkan apa yang terjadi diantara
kami adalah keniscayaan. Sapaan lembut setiap pagi diujung telpon, celoteh ceria di saat
curhatan bahwkan tawa tertahan di setiap ujung senja semakin menguatkan perasaan kami.
Cinta dan sayang tidak selamanya diucapkan, tetapi dibuktikan. Benar mungkin slogan para
poltikus kita yang sedang ramai nyaleg “ini bukan janji, tapi bukti”.
****
Senja di tepi pantai
Orang berjejal menyambut pulangnya mentari ke peraduan
Asaku tinggal sejengkal
Citaku tinggal di penghujung
Semua berharap manis segera datang, pahitpun hilang lenyap tak berbekas
Dan akupun menjadi orang
Coretan dipenghujung bulan September, tepat besoknya aku menjalani sidang tesisku. Dipintu
ruang sidang I telah berjejer temen-temen satu angkatanku, memberikan dorongan semangat.
Kucari kesana kemari, mataku nanar, orang yang aku cari belum juga nampak. Telponku entah
sudah keberapa kali tersambung, tetapi tidak terangkat. Resahku semakin memuncak, setelah
10 menit dari jadwal sidang Ayu belum muncul. “Ayolah Ayu..kemana kamu, kamu kok tega
banget sih gak muncul-muncul,” jeritku ku dalam hati. Keringat dingin membanjir tubuhku, 4
orang guru besar sudah masuk ke ruangan sidang, dan segera memanggilku untuk melewati
tahap akhir studiku yaitu ujian tesis. Kuhela nafas panjang, dan kehentakan kuat-kuat, dengan
harapan segala beban berkurang. Sesaat sebelum aku presentasi, Prof Mantja menyodorkan
secarik kertas untuk ku, “ Ada titipan dari Sri Rahayu, mungkin penting untuk kamu, coba baca
sebentar,” ucap Prof Mantja. Akupun segera membuka tulisan pendek tersebut: “Abang
Galang…aku tidak bisa menemani Abang ujian, aku harus segera ke Monash University
Australia melanjutkan studi magister , yakinlah aku akan tetap menjadi mawar merahmu,
Bang… kuharapkan dengan sangat. Ayumu”.
Kuresapi tulisan Ayu, aliran tenaga segar langsung merayapi tubuhku, keringat dingin yang
semula membanjiri tubuhku sontak berganti dengan hawa sejuk. Begitu dahsyatnya setiap
ungkapan kata-kata tersebut, mampu mengembalikan tenaga ku menjadi ribuan horse power .
pertanyaan-pertanyaan para guru besar yang bertubi-tubi dengan ringan aku jawab, tentunya
didasarkan pada temuan dan kajian teori yang ada dalam tesisku. Prinsipku adalah tesis ini aku
yang buat, aku yang memikirkan siang malam, aku yang nglakuin dan njalananin maka hanya
aku yang tahu dan aku harus mampu mempertahankannya. Terlebih diseberang sana, ada
sepotong mawar merah yang berharap dengan sangat. Akupun tidak akan mengecewkannya.
Pertanyaan terakhir dari prof Hendyat terkait dengan keterlaksanaan supervisi di sekolah alam,
dengan tangkas aku respon. Dari keempat guru besar tersebut, hanya satu yang masih merasa
belum puas dengan karya akademik ku yaitu prof. Saladien. Tetapi bagiku itu hal yang iasa,
ibarat pepeatah “tak ada gading yang tak retak”. Tiga jam sepuluh menit aku didalam ruang
sidang, dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji hasil penelitianku. Syukurlah
semua telah kulewati dengan sempurna.
Jabat tangan terakhir dari para penguji ku Prof Mantja menjadi momen yang sangat berkesan.
“selamat..aku minta jaga Rahayu, she has been thinking of you,” begitu bisiknya lembut di
telinga kananku. Tak ada kata yang terucap dalam diri, anganku menuju Rahayu. “seandainya
kamu disini, Dik…bisa merasakan kebahagiaan kita bersama,” batinku perih. Akupun segera
bergegas keluar ruangan, menuju tempat kosan. Tak kuhiraukan teman sekelas ku mengejar
dan menahanku hanya sekedar menarik tanganku untuk berjabat tangan. Entahlah, bukan
senang yang hinggap, tapi kesedihan yang ada. Kali partama aku merasakan hampa.
****
Temaram lampu dalam ruang lab dimana tempat aku kerja, sangat menganggu penglihatanku,
padahal sudah berulang kali aku minta kepada bagian TU LIPI tempat yang sudah satu tahun ini
mengabdikan kemampuanku selulus dari pasca sarjana Malang, tetapi belum digubris. Retno,
rekan kerja ku, satu tim peneliti, duduk termenung menyaksikan wajahku yang berkerut-kerut.
“Aku suka, lihat wajah pak Galang kalau sedang berkerut begitu, makin ganteng, “ ucap Retno
sambil terus menikmati wajahku. Akupun berpaling, sungguh tidak percaya, Retno yang sudah
hampir setahun ini menjadi rekanku dalam berbagai penelitian, bisa tanpa tedeng aling-aling
mengagumi aku. “nekad…nekad..ini bener-bener kebablasan!” teriaku dalam hati. Semakin
kutatap, Retnopun menantang tatapanku, dan tanpa sadar wajah kami sudah begitu dekat.
Sampai suatu saat suara ketukan pintu memecahkan semuanya. “Tok..tok..tok..”, suara ketukan
pintu dari luar. “Maaf Pak Galang, saya mau menggantikan bola lampu yang sudah redup diatas,
maaf baru ada waktu sekarang, pak,” ucap pak Kasmiran staf TU. Dan tanpa kami
mempersilakan, pak Kasmiran sudah langsung naik dan mengganti bola lampu tersebut.
Kejadian di ruang Lab sore tadi, terus membayangi diriku. Rahayu yang jauh di seberang sana,
kembali menguatkan janji kami. Aku harus kuat, aku harus setia dan aku harus yakin kalau janji
Rahayu adalah janji suci, dan aku yakin “Merpati tak pernah ingkar janji”. Kubuang jauh-jauh
bayangan Retno, kugantikan wajah Rahayu. Kubaringkan badanku di kamar, kuambil secarik
kertas kuning yang setahun silam dititipkan oleh prof Mantja. Kubaca berulang-ulang “Abang
Galang…aku tidak bisa menemani Abang ujian, aku harus segera ke Monash University
Australia melanjutkan studi magister , yakinlah aku akan tetap menjadi mawar merahmu,
Bang… kuharapkan dengan sangat. Ayumu”. “Tuth…tuth…tuth” tiga kali suara dering HPku,
panggilan dari Retno tidak mau kuangkat. Aku harus menjaga jarak dengan dia. Aku harus
menutup hatiku untuk cintanya. Meskipun aku tahu, Retno cewek yang cantik dan pintar, tetapi
memang cinta harus memilih, dan aku telah memilihnya yaitu Rahayu. Biarlah besok pagi aku
jelaskan tentang perasaanku kepadanya, dan aku yakin Retno pasti mau menerimanya. Kucoba
pejamkan mataku dan kuhadirkan Rahayu dalam mimpiku.
****
“ Nak Galang…bisa segera datang ke rumah ku, tidak , ada yang ingin aku sampaikan kepadamu,
tentang anaku Rahayu…kondisinya gawat, sekarang anaku masih di Australia di rumah sakit
Australian Hospital,” begitu suara prof Mantja Bergetar memintaku untuk seger menemuinya
melalui terlponku. Akupun segera meluncur kerumah belio. Suasana sedih dan ramai sangat
nampak. “Penyakit Rahayu Leukemia, sudah masuk ke stadium III, kemungkinan harapan hidup
hanya 20%, begitu hasil analisa medis dokter Australia, dan kita semua ekarang akan segera ke
Australia menggunakan penerbangan yang jam 10.30, dan jika kamu tidak keberatan, ikut
dengan kami,” suara sedih istri prof Mantja menjelaskan apa yang terjadi dengan Rahayu.
Lunglai dna lemas semua badanku. Dunia serasa gelap, keringat dingin membanjir tubuhku,
panik dan kosong jiwaku, serasa lepas dari semua ragaku. Tidak ada kesadaran yang utuh
sekarang, tak ada kata yang terucap, mulut terkunci dan tatapan mata kosong.
Dilorong rumah sakit, suara hentak kaki sepatu dokter dan perawat berpacu dengan langkah
kami ingin segera menuju kamar tempat Rahayu di rawat. Kecemasan dan kepanikan sangat
nyata, mendekati kamar Rahayu kakiku semakin berat terangkat, tatapan mata nanarku sulit
sekali berfokus. Badanku mulai limbung, mendekati Rahayuku yang sedang berjuang melawan
maut. Rahayuku kini terbaring, mata tertutup, kuraih jemari tanganya, kuremas dengan lembut,
sembari berharap ada mukjizat yang mampu menyembuhkan Rahayuku. Ku cium lembut
kening, dan kubisikan suara lembut di telinganya. “Dik..ini abang, datang untuk menjemput
mawar merahku,” suara mesra dan beratku cukup mampu membukakan kelopak mata Rahayu.
“Abang, mau dan hanya mau kamu yang menjadi mawar merahku, menebarkan keharuman
dalam hidup ku…abang datang menagih janji kamu, Mawar merahku yang setahun lalu
menuliskan untaian kalimat harapan untuk abang…” semua kalimat aku bisikan dengan lembut
ditelinganya. Bibir cantik Rahayu terangkat, tetapi sungguh tidak satu katapun mampu terucap,
mata dan senyumlah yang berbicara, dan hanya aku yang tahu makna tersebut.
****
Merpati tak pernah ingkar janji
Janji terucap untuk ditepati
Ada kehendak dan kekuatanNya
Menangguhkan segala asa dan cinta
Tak ada yang mampu menahanNya
Dan akupun bersimpuh pasrah keharibaanNya
Daun kemboja jatuh disusul bunga luruh ditanah, aku tak kuasa menahan air mataku, setangkai
bungan mawar yang kubawa kusematkan diatas pembaringan abadinya. Mawar merah yang
akan selalu menemani ketenanganmu disana bersama Dia yang Maha Tahu. Dibelakang ku
berdiri Retno yang tertunduk dalam kesedihan, tak kuasa menahan keharuan. Cinta memang
tak selamanya harus memiliki, cinta adalah fana, cinta sejati adalah milikNya.
***Selesai***
Ahir November 2012

More Related Content

What's hot

Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakan
Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakanSambutan bupati wonosobo acara apel kekompakan
Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakanShintaDevi11
 
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...Jumadi Subur
 
Majalah I Am President Edisi Juni 2013
Majalah I Am President Edisi Juni 2013Majalah I Am President Edisi Juni 2013
Majalah I Am President Edisi Juni 2013Mudrikan Nacong
 
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Lytagenia
 
Teks pengacaraan majlis
Teks  pengacaraan majlisTeks  pengacaraan majlis
Teks pengacaraan majlisVan Der Dost
 

What's hot (10)

Hari pertama masuk psg
Hari pertama masuk psgHari pertama masuk psg
Hari pertama masuk psg
 
Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakan
Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakanSambutan bupati wonosobo acara apel kekompakan
Sambutan bupati wonosobo acara apel kekompakan
 
Ucapan sulong tgna 1990
Ucapan sulong tgna 1990Ucapan sulong tgna 1990
Ucapan sulong tgna 1990
 
Teks persaran pengetua.
Teks persaran pengetua.Teks persaran pengetua.
Teks persaran pengetua.
 
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...
Kuli Bangunan Jadi Juragan (Ebook Motivasi Menjadi Pengusaha) by Jumadi Subur...
 
Bm 012 uppm3_2011_jpn_-_johor
Bm 012 uppm3_2011_jpn_-_johorBm 012 uppm3_2011_jpn_-_johor
Bm 012 uppm3_2011_jpn_-_johor
 
Majalah I Am President Edisi Juni 2013
Majalah I Am President Edisi Juni 2013Majalah I Am President Edisi Juni 2013
Majalah I Am President Edisi Juni 2013
 
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
Kunci Sukses PNS, berpola pikir positif, mengayomi dan peka terhadap kepentin...
 
Smkpj
SmkpjSmkpj
Smkpj
 
Teks pengacaraan majlis
Teks  pengacaraan majlisTeks  pengacaraan majlis
Teks pengacaraan majlis
 

Viewers also liked

Honda Pilot 2016/2017 Brochure
Honda Pilot 2016/2017 BrochureHonda Pilot 2016/2017 Brochure
Honda Pilot 2016/2017 BrochureHillside Honda
 
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอก
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอกปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอก
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอกWorrakitpiphat Thammachot
 
Facebook Offers - Présentation
Facebook Offers - PrésentationFacebook Offers - Présentation
Facebook Offers - PrésentationBrainsonic
 
パーフェクトマニュアル
パーフェクトマニュアルパーフェクトマニュアル
パーフェクトマニュアルTakahiro Ueki
 
When Great CEOs Make Bad Presentations
When Great CEOs Make Bad Presentations When Great CEOs Make Bad Presentations
When Great CEOs Make Bad Presentations Bullseye Corporate
 
Bollywood heroines in lux ad
Bollywood heroines in lux adBollywood heroines in lux ad
Bollywood heroines in lux adParag Pisolkar
 
Dr. Garry Miller Le Coran Sublime
Dr. Garry Miller   Le Coran SublimeDr. Garry Miller   Le Coran Sublime
Dr. Garry Miller Le Coran SublimeAzis MACh
 
Superga x CHULAAP Press Release
Superga x CHULAAP Press ReleaseSuperga x CHULAAP Press Release
Superga x CHULAAP Press ReleaseNomcebo Sibiya
 
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...Zaragoza Activa
 
Onu,grupos e blocos
Onu,grupos e blocosOnu,grupos e blocos
Onu,grupos e blocosrecoba27
 
Community of Impact Introduction - 20130528
Community of Impact Introduction - 20130528Community of Impact Introduction - 20130528
Community of Impact Introduction - 20130528Community of Impact
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2Udit Shah
 
Distribution Problems in Recommender Systems
Distribution Problems in Recommender SystemsDistribution Problems in Recommender Systems
Distribution Problems in Recommender SystemsDaniel McEnnis
 
Drupal 8 Adoption Myths Debunked
Drupal 8 Adoption Myths DebunkedDrupal 8 Adoption Myths Debunked
Drupal 8 Adoption Myths DebunkedAngela Byron
 

Viewers also liked (16)

Honda Pilot 2016/2017 Brochure
Honda Pilot 2016/2017 BrochureHonda Pilot 2016/2017 Brochure
Honda Pilot 2016/2017 Brochure
 
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอก
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอกปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอก
ปรัชญาสำหรับข้าราชการไทย ตำรวจบ้านนอก
 
Relación de economía con otras ciencias
Relación de economía con otras cienciasRelación de economía con otras ciencias
Relación de economía con otras ciencias
 
Facebook Offers - Présentation
Facebook Offers - PrésentationFacebook Offers - Présentation
Facebook Offers - Présentation
 
パーフェクトマニュアル
パーフェクトマニュアルパーフェクトマニュアル
パーフェクトマニュアル
 
When Great CEOs Make Bad Presentations
When Great CEOs Make Bad Presentations When Great CEOs Make Bad Presentations
When Great CEOs Make Bad Presentations
 
Bollywood heroines in lux ad
Bollywood heroines in lux adBollywood heroines in lux ad
Bollywood heroines in lux ad
 
Dr. Garry Miller Le Coran Sublime
Dr. Garry Miller   Le Coran SublimeDr. Garry Miller   Le Coran Sublime
Dr. Garry Miller Le Coran Sublime
 
Superga x CHULAAP Press Release
Superga x CHULAAP Press ReleaseSuperga x CHULAAP Press Release
Superga x CHULAAP Press Release
 
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...
Artículo de Pilar Bordonaba (BJ Cubit), ganadora del Premio Internacional Emi...
 
Onu,grupos e blocos
Onu,grupos e blocosOnu,grupos e blocos
Onu,grupos e blocos
 
Community of Impact Introduction - 20130528
Community of Impact Introduction - 20130528Community of Impact Introduction - 20130528
Community of Impact Introduction - 20130528
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Distribution Problems in Recommender Systems
Distribution Problems in Recommender SystemsDistribution Problems in Recommender Systems
Distribution Problems in Recommender Systems
 
Hello bdd
Hello bddHello bdd
Hello bdd
 
Drupal 8 Adoption Myths Debunked
Drupal 8 Adoption Myths DebunkedDrupal 8 Adoption Myths Debunked
Drupal 8 Adoption Myths Debunked
 

Similar to Cerpen-cerpenku

Similar to Cerpen-cerpenku (20)

Teks anekdot 3 bidang
Teks anekdot 3 bidangTeks anekdot 3 bidang
Teks anekdot 3 bidang
 
Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
 
Testimoni
TestimoniTestimoni
Testimoni
 
Testimoni
TestimoniTestimoni
Testimoni
 
Dwi ariyanto
Dwi ariyantoDwi ariyanto
Dwi ariyanto
 
Mayasari punya story
Mayasari punya storyMayasari punya story
Mayasari punya story
 
History Juli 2019
History Juli 2019History Juli 2019
History Juli 2019
 
Teks eksplung
Teks eksplungTeks eksplung
Teks eksplung
 
Berhijab dalam hati
Berhijab dalam hatiBerhijab dalam hati
Berhijab dalam hati
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Bind9 kd6
Bind9 kd6Bind9 kd6
Bind9 kd6
 
Inspirasi untuk Banyumas.
Inspirasi untuk Banyumas.Inspirasi untuk Banyumas.
Inspirasi untuk Banyumas.
 
Pengalaman penulis
Pengalaman penulisPengalaman penulis
Pengalaman penulis
 
Blog faizal
Blog faizalBlog faizal
Blog faizal
 
Cerpen anak+sejuta+lumpur (1)
Cerpen anak+sejuta+lumpur (1)Cerpen anak+sejuta+lumpur (1)
Cerpen anak+sejuta+lumpur (1)
 
Aku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guruAku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guru
 
Penipuan Kerja PT GIM.docx
Penipuan Kerja PT GIM.docxPenipuan Kerja PT GIM.docx
Penipuan Kerja PT GIM.docx
 
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi ) Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
 
Tugas ppt tik gita ariska
Tugas ppt tik gita ariskaTugas ppt tik gita ariska
Tugas ppt tik gita ariska
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
 

Recently uploaded

STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...Neta
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D
 

Recently uploaded (14)

STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
 

Cerpen-cerpenku

  • 1. Cerpen-cerpen ku Seorang dari provinsi kepulauan
  • 2. Luruh dalam Pesonamu Oleh: Did AS Pagi menjelang Langit biru Malu aku menyapa mentari Karena ku tahu dia telah terjaga tiada henti Andai aku sebuah mentari Selarik senyum di ujung meja, sedikit mengacaukan konsentrasi presentasi ku dihadapan Direktur PT Gold Pratama, pak Surya. “gila…kenapa dia selalu muncul, dimana aku berada, kemarin waktu aku presentasi pilot project PAUD-HI, dia juga hadir, dan lebih gilanya lagi..dia sempat-sempatnya mengerlingkan matanya yang indah itu,” geramku dalam hati. “ Pak Bima, boleh saya menanyakan sesuatu, terkait project tersebut? Suara pak Surya mengagetkan diriku. “silahkan, Pak..”. “Bagimana cara megukur keberhasilan program PAUD-HI yang sodara ajukan?”. “Baiklah.. bahwa program PAUD-HI merupakan program yang bertujuan untuk memberikan layanan yang bersifat holistik-terpadu, dengan sasaran utama adalah anak usia dini usia 0- 6tahun, dan yang tidak kalah pentingnya para orang tua anak. Mereka dalam wadah PAUD-HI akan menerima intervensi pembelajaran yang memuaskan-menyeluruh bagi guru-anak-dan orang tua murid. Keberhasilan dari program ini dilihat dari tiga parameter yaitu pertama kualitas layanan kepada anak, kedua kualitas hasil pembelajaran dan terakhir adalah keterlibatan para orang tua anak dalam PAUD,” demikian aku menjelaskan dengan meyakinkan kepada pak Surya. Nampak semua peserta rapat menganggukan kepala, meyakini apa yang aku paparkan. Kembali akupun menoleh kearah gadis di pojok sana, dan mataku mencoba mencari-carinya. “waduh kemana, dia…tadi barusan ada, jangan-jangan dah kabur dia dari ruangan sementara aku asyik menjelaskan,” batinku. Tapi akupun masih clingukan siapa tahu sembunyi disudut ruangan sana. “Pak Bima, aku disini kok…nih disamping Bapak,” tiba-tiba suara bisikan cewek mampir ditelingaku. Sontak akupun kaget bukan kepalang, wajahku memerah seperti kepiting rebus, malu teramat sangat aku dibuatnya. Aku melirik sedikit, lalu membuang muka jengah. “Bu Shinta…tolong buatkan air minum buat pak Bima,” perintah pak Surya kepada bu Shinta. “oh namanya bu Shinta toh..,” pikirku. Sudah tiga kali aku bertemu diruangan kantor pak Surya, baru tahu namanya bu Shinta. Dengan tetap menyembunyikan segenap perasaanku, senang, malu, gengsi dan cemas, karena peristiwa kepergok mencari-cari wajah bu Shinta, yang tiba-tiba sudah ada disampingku, kembali akupun tetap melanjutkan presentasi ku dihadapan segenap jajaran PT. Gold Pratama pimpinan pak Surya. Aku tahu betul, bahwa PT Gold Pratama merupakan perusahaan bonafid dan tentunya memiliki dana Coorporate Social Responsibility (CSR) yang besar, dana itulah yang ingin kami rebut untuk pengembangan PAUD-HI. ****
  • 3. Pelangi memancar Indah berpendar sejuta warna Aku ingin menitinya Menghantarkan sejuta asa untuk wanitaku, untuk orang yang kuindahkan siang dan malam Mungkin hal yang terindah dalam hidup seseorang adalah jika mampu memenuhi apa yang dinginkan, hidup itu tidak perlu mewah dan berlebih yang penting cukup, umumnya orang berdoa untuk segera dapat kaya, harta melimpah, tapi sedikit yang berdoa untuk dicukupkan hidupnya. Banyak orang berburu harta benda, tetapi melupakan satu hal yaitu berburu kebaikan. Jalan hidup memang beragam, menikmati hidup juga bermacam cara, tetapi aku sudah menentukan pilihan aku akan menikmati hidup dengan mengabdikan kepada anak-anak disekitarku tinggal yang terlantar dan terlupakan dari derap pembangunan. Aku akan membangun sejuta PAUD-HI dalam program Indonesia Berbakti. Itulah tekadku, layar sudah terkembang, pantang aku surutkan. Kesana-kemari menwarkan project PAUD-HI, meyakinkan kepada para pemilik modal sebagai the have bahwa memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak- anak adalah keharusan, dan mengalirkan setetes keuntungan dalam CSR kepada kami, adalah jalan yang benar. Itulah perjuangan kami bersama-sama teman yang tergabung dalam Indonesia Berbakti membangun 1 juta PAUD-HI untuk Indonesia berkualitas. Kantor masih sepi, maklum baru jam 07.30, sementara buka jam 08.00. dari pintu depan, suara ketukan pintu nyaring terdengar. Dengan langkah bergegas akupun menuju pintu, handuk yang masih melilit tubuhku kukencangkan kembali, sambil teriak, “ya…tunggu, sabar nih..baru juga mau mandi…” suaraku mendekati pintu. Maklum kantor yang selama ini menjadi markas kami, juga menjadi tempat aku tinggal. “What!!”seru ku panjang. Mataku melotot mulut melongo begitu melihat siapa yang ada di depan pintu. Mau pinsan saja rasanya, dan bu Shinta pun tersipu malu, dengan wajah kemerahan, melihat penampilanku yang hanya mengenakan handuk. Tanpa pikir panjang, aku mengambil langkah seribu, masuk kedalam dan bersembunyi dengan menyimpan sejuta malu yang teramat sangat. 20 menit aku bersembunyi di dalam, dan kulongokan kepalaku ke ruang depan, “astaga…dia masih ada!”, desisku. Akupun bimbang, apakah harus menemui atau tidak, pelan aku menuju kamar mandi dan membasuh muka, kemudian mengganti pakaian seadanya. Berjalan akupun menuju ruang depan, menemui bu Shinta, yang tetap masih memasang senyum menggoda, persis setiap aku bertemu dengan dia. Suara degub jantung, keringat dingin dan kaki gemetaran sangat nyata tertangkap di wajah bu Shinta, sorot matanya yang seakan menelanjangi diriku, semakin membuatku ciut. “pak Bima, maaf pagi-pagi saya kemari, saya diminta oleh pak Surya untuk menyampaikan pesan Belio bahwa nanti jam 09.00 pak BIma diminta datang ke kantor, untuk tanda tangan MoU bantuan dana CSR untuk pengembangan PAUD-HI, ini suratnya, tolong di cermati, sekali lagi saya minta maaf karena mungkin saya kepagian kekantor pak Bima,” begitu ucapan bu Shinta, pelan dan lembut. Aku masih terdiam, tidak berani menatap wajah bu Shinta. Sampai saat bu Shinta berdiri untuk pamitan, akupun masih tertunduk, sungguh aku tidak siap menerima bu Shinta dalam kondisi amburadul seperti ini. Dan akhirnya bu Shintapun pamitan, sambil membisikan sesuatu di telingaku, “Pak BIma sexsi kalau cuma pakai
  • 4. handuk,” pelan dan lembut tapi benar-benar mempermalukan semua yang ada diriku. Aku semakin diam, menahan jengah di wajah. “Awas ya…, suatu saat pasti aku balas bu Shinta ini,” ancamku dalam hati. **** Keindahan taman hati Membungkus suka cita Menanti hati Menagih janji Tak patah arang aku berharap “Kalau ruangan pak Kaprodi PAUD dimana ya?” Tanya seorang gadis kepada salah seorang mahasiswa. Akupun segera menuju arah yang ditunjukan tadi. Ini hari pertama ku untuk kuliah di S1 PAUD. Aku tertarik dengan PAUD karena aku pengen jadi seorang ibu yang baik dan paham pengasuhan anak. Kelas S1 PAUD yang aku masukin adalah kelas eksekutif, khusus Sabtu-Minggu dan diperuntukan untuk mahasiswa non reguler. Sudah bukan rahasia lagi sekarang kampus sudah ter-kluster sesuai dengan kastanya, bagi yang banyak uang dan tidak mau repot bisa mengambil kelas eksekutif, tetapi bagi yang miskin papa dan sengsara masuk kelas reguler. Kampus sekarang seperti kereta api saja ada kelas bisnis, eksekutif dan ekonomi. Itulah fakta, dampak dari kapitalisme di dunia pendidikan, terlebih dengan UU BHP, maka semakin melegalkan praktek profit-taking di dunia pendidikan, komersialisasi pendidikan sudah bukan hal yang tabu lagi, kampus negeri dan swasta sama-sama serakahnya dan rakus. Orientasi mereka hanya satu yaitu mendapatkan keuntungan, visi pendidikan menjadi nomor 4 setelah visi kapitalisme, liberalisme dan kolonialisme. Aku mau masuk mengambil jurusan S1 PAUD karena aku ingin menjadi ibu yang baik, yang paham pengasuhan anak titik gak koma apalagi titik koma, persetan dengan kasta, kapitalisme dan pengelompokan kelas-kelasan. 1 meter lagi aku sampai di depan ruangan Kaprodi PAUD. Tanpa ragu akupun mengetuk pintu ruangan tersebut. “masuk…tidak dikunci,” jawab suara dari dalam. Tanpa melihat wajahku diapun mempersilahkan duduk. “silakan duduk, ya, bentar saya mau cek biodata mahasiswa baru S1 PG PAUD dulu.” Akupun duduk, sementara pak Kaprodi sedang sibuk menyimak file akupun terperanjat. “Pak Bima…jadi pak Bima Kaprodi PAUD di kampus ini?,” teriaku terperanjat. Bagai disambar petir, akupun mendongakan wajahku, yah…aku hafal banget suara merdu tersebut. “Bu Shinta!!! ... kamu kuliah di sini?” teriaku setengah percaya setengah tidak. “Pak Bima, dosen disini juga…Kaprodi kah?,” binar mata Shinta semakin mempesonaku.”pucuk di cinta ulam tiba,” desisku semangat. “please… jangan panggil aku pak ya disini,” pintaku. “Aku selain aktif di LSM, aku juga dosen disini, baru 3 bulan yang lalu aku menjabat sebagai Kaprodi PAUD, jadi aku masih belum paham mahasiswa disini, aku dulu alumni di kampus sini, terus ada lowongan formasi dosen PAUD, karena basikku PAUD maka klop dah dengan keinginan ku,” begitu uraiku. “Boleh kupanggil abang?” kata Shinta merajuk. Akupun mengiyakan, semua permintaan Shinta. “Tahukah kamu, Shinta, untuk wanita secantik kamu, apa sih yang gak boleh,”ucapku lirih. Mata indah itu semakin bersinar
  • 5. bercerita, berdiskusi dan menanyakan sesuatu terkait sistem perkuliahan di kampus ini. Dan akupun dengan telaten menjawab semua pertanyaan dan tanggapan Shinta. Mata indah itu sangat menantang, menarik semua lawan jenis untuk menyelaminya, aku semakin tak kuasa untuk tidak larut dalam bening mata indah Shinta. “Oh, ya..Shinta masih tetap bekerja di PT Gold Pratama kan?, masih setia membantu pak Surya kan?,” Tanya ku disela-sela sorot bening mata Shinta. “Masih, Bang… dan aku mengmbil di sela-sela waktu luangku untuk menambah pengetahuanku tentang PAUD, sungguh, aku pengen menjadi ibu yang baik, menjadi ibu yang paham pengasuhan, menjadi ibu yang dibutuhkan oleh anak-anaku kelak, dan semenjak presentasi Abang berturut-turut di kantor dulu, aku menjadi sangat tertarik untuk menyelami dunia PAUD. Bang, aku pengen menjadi ibu yang baik bagi anak-anaku,” pungkas argumentasi Shinta. Aku terpana, takjub dan kagum dengan keinginannya. Perfect !!! responku, tapi kembali hanya bersorak dalam hati. **** Sorot mata indah tajam Tajam tapi bukan ganas Aku suka dengan mata itu Ada keteduhan disana Wajah ayu Shinta, mata indah Shinta, benar-benar telah menyirap semua orang di kelasnya, khususnya kaum adam. Materi yang aku sampaikan tentang “Psikologi Perkembangan Anak” terasa hambar bagi ku, aku sangat tidak bersemangat. Shinta yang duduk disamping kiri belakang nomor tiga, nampak berbisik-bisik riang dengan teman sampingnya, namanya Andi Rusni. Cubitan manja, dan senyum menggoda Shinta kepada Rusni, semakin menyulutkan api cemburuku. Aku tahu, memang Andi Rusni sangat sempurna, tubuhya yang tinggi, kulit bersih dibalur dengan tongkrongan yang mewah, semakin menunjukan kelasnya bahwa dia bukan cowok sembarangan. Cemburu sudah memuncak, dan tanpa berpikir panjang akupun segera mengakhir kuliahku. Meninggalkan tugas-tugas untuk segera diselesaikan. Sebelum aku meninggalkan kelas, kulirikan mataku kearah Shinta, Shintapun jengah membalasnya, sambill memperbaiki sikap duduknya. Keluar kelas menuju ruangan parkir mobilku, dengan harapan segera tancap gas meninggalkan kampus yang sudah semakin panas. “kenapa aku cemburu dengan Shinta?, apakah aku dan Shinta telah jadian? Apakah selama ini telah ada ikatan cinta atau ikrar cinta diantara aku dna Shinta?”, protes hatiku. Aku salah selama ini sikap dan senyum indah Shinta terlalu jauh aku tafsirkan. Aku harus segera sadar itu, bahwa Shinta adalah mahasiswaku, bahwa Shinta adalah bukan miliku, jadi alangkah tidak pantasnya jika aku cemburu atau marah kepada dia, apa hakku atas Shinta? Benar- benar kekanak-kanakkan aku, aku harus segera menetralisir perasaanku, aku harus segera minta maaf kepada Shinta. Tapi jika aku minta maaf apa salah ku selama ini? Mengapa aku harus minta maaf?. Pro kontra dalam diri berkecamuk, laksana perang Bharata Yuda Pandawa-Kurawa, selagi aku berpikir panjang, menimbang dan menakar perasaanku, di dekat mobilku, sebuah jari lembut menyentuh pundaku dari belakang. “Bang…Abang tadi cemburu
  • 6. ya…waktu aku ngobrol dekat dengan Andi Rusni?, Bang…aku tidak ada hubungan apa-apa kok?, please…dengarkan Shinta ya, Bang..,” aku berbalik menatap tajam mata Shinta, ada setitik awan disana, berusaha ditahan dan pastinya akan segera turun jika aku tidak segera mengusapnya. “kamu tahu, Shinta…tidak ada alasan bagiku untuk marah sama kamu, kamu terlalu lembut dan indah untuk dimarahi. Semua yang terjadi pastinya bukan salah kamu, wajahmu yang mempesona, senyummu yang mampu melulu lantakan hati semua kaum adam, adalah karuniamu yang harus kau sukuri, aku sangat sadar bahwa aku bukan apa-apanya kamu, aku juga paham betul bahwa, menginginkan kamu adalah ibarat punguk merindukan bulan. Kamu tahu gak, Andi Rusni dua hari yang lalu datang menemuiku, meminta saran, apakah mungkin jika dia meminta kamu menjadi istrinya. Kamu mau tahu gak jawaban aku, aku bilang sama Andi Rusni, ikutilah kata hatimu, lakukan apa yang hatimu mau, jemput cintamu dan katakan kepada dia bahwa kau akan selalu menjaganya dikala tidur dan terjagamu.” Ucapku lembut kepada Shinta. Kubiarkan Shinta termenung, kutinggalkan dia dalam diamnya. Mobilkupun melaju meninggalkan halaman parkir kampus. Shinta, aku harus jujur kukatakan kepadamu bahwa aku telah luruh dalam pesonamu. Aku juga harus akui bahwa didekatmu aku semakin tidak berdaya, pesonamu telah meluluhlantakan semua yang aku miliki tak ada obat untuk memulihkan kedigdayaanku, tak ada dokter yang sanggup mengembalikan riangku, karena aku sudah terlanjur memilihmu, merelakan hanyut dalam pesonamu. Apakah ini yang dinamakan mengalah untuk menang? Apakah ini yang dinamakan mencintai tapi bukan berarati menguasai dan memiliki? Ku hempaskan nafasku kuat- kuat, kuturunkan kaca samping mobil, untuk membiarkan hawa masuk, mengurangi penat dan suntuk hatiku. Kulajukan mobilku 50Km/jam, tatap mataku semakin sedih, mengingat Shinta. Kekuatan cinta telah membuktikan bahwa ketegaran seseorang semakin tidak ada apa-apanya, jika cinta telah bicara. Ketegasan, keceriaan dan semangat diriku ternyata ambruk hanya oleh pesona Shinta. Akupun menjadi sosok yang semakin tidak berdaya. “Cericittt…!, mendadak aku mengerem mobilku keras-keras,” mobilpun berhenti mendadak, saking kerasnya, roda depan berbekas di atas jalan aspal. Aku segera keluar dari mobil, kulihat Andi Rusni tepat di depan mobilku, sambil menahan laju mobilku. “Rusni!, kamu kenapa?! Mau matikah, …Ayo minggir!” teriaku lantang. “ maaf pak Bima…ada sesuatu yang harus saya omongin sama pak Bima, tentang Shinta pak,” ucap Rusni. Mendengar nama Shinta, akupun tercekat, kaget dan cemas, pasti telah terjadi apa-apa dengan Shinta, terakhir aku tinggalkan dia dalam sedih yang dalam di halaman parkir. Pasti Shinta telah bunuh diri, begitu pikirku dalam cemas. Jika itu terjadi pasti aku akan semakin bersalah, dan aku tidak bakalan memaafkan diriku selamanya. “Knapa dengan Shinta?, bukankah kalian sudah jadian, dan siap melamar Shinta?,” ucapku. “Tadi malam memang aku menembak Shinta, pak, dan berusaha meyakinkan tentang perasaanku kepada Shinta, tapi….,” Rusni menggantungkan ucapannya. “Tapi kenapa?, Shinta mengajukan syarat?”, sambarku cepat. “Shinta ternyata telah menyimpan hatinya untuk someone pak, dan seseorang tersebut adalah pak Bima,” lanjut Rusni lemah tak bersemangat. Aku tersentak kaget, mendengar ucapan Rusni. Ada senang, ada bangga dan ada gembira yang meledakan dadaku.
  • 7. Aku diam termangu, apakah harus bahagia saat ini, sementara mahasiswaku Andi Rusni menelan kekalahan. Pantaskah aku seorang dosen bersaing dengan mahasiswaku bersaing memperebutkan sebongkah hati yang notabene juga mahasiswaku. **** Senja menjelang Angin lembut mengusap kulit Mentari jingga sangat indah Kehangatan mentari senja mengusik hatiku Melambungkan hasratku Akankan kutemui bahagia diujung senja ini Senja ditepi pantai, saat indah untuk melepas penatku, kulangkahkan kaki menyusuri indahnya sore ini. Aku semakin kagum dengan ciptaan sang Maha Karya, senja di pantai menjadi obat orang yang sedang resah. Shinta yang sore ini berjalan disampingku, mengenakan setelean jean dipadu kaos purple bertuliskan “Malang Tempoe Doeloe” sangat pas dikulitnya. Indah dan mempesona. Tanganya yang manja bergelayut mesra di lenganku, hilang sudah semua galau, pupus sudah semua resah. Cinta memang dahsyat, cinta memang menakjubkan. Tak ada satupun makhluk tegar mampu menghadangnya, semua luruh dalam cinta, senja dipantai menjadi bukti bahwa aku dan Shinta telah satu. Aku yang tadinya berkehendak menolak dan menghindar dari pesona Shinta, sungguh menjadi tidak berdaya dihadapannya. Semakin menatap keindahan mata Shinta, semakin luruh aku dibuatnya. Dan sore itupun aku dan Shinta telah berikrar untuk segera melangsungkan pernikahan kami, menetapkan hari dan waktu serta semua tetek bengek pernak-pernik rencana pernikahan kami. “Ya Alloh, jadikan cinta kami utuh dan selamanya, lekatkan kepada kami kasih sayang tak berujung, tak bertepi yang hanya habis oleh maut. Limpahkan kepada cinta kami, ridhoMu yang senantiasa menaungi perjalanan kami, cukupkanlah kami dengan setitik rahmatMu, jangan biarkan kami luluh-larut dalam kubangan dosaMu, cegahlah kami jika kami bertanda akan berpaling meninggalkan diri MU, aku bersimpuh mengharap berkahMu, dihadapanMu kami bermunajat tulus, rebah dalam sujud keagunganMu. Penghujung Februari, 2015
  • 8. Mawar Merahku Oleh: Did AS Panas terik mentari membakar kulit tak terkira, “melepuh sudah tubuhku” desisku. Langkahku semakin kupercepat, janjian dengan dosenku, pak Mantja jam 1.30, dan 15 menit lagi aku harus menemui belio, jika tidak maka alamak, hancur proposal tesisku. Tumpukan proposal di tangan kananku, tas ransel dipunggung ditambah potongan tahu isi yang sedang ku kunyah, sebagai pengganjal perutku yang sejak tadi pagi belum sarapan, tiba-tiba terlempar keras ketanah. “Waduh!...duh…duh..God…” teriak ku spontan, begitu merasakan semua bawaan terlempar dan terjatuh setelah tersandung sesuatu. Aku baru sadar bahwa kakiku telah menyentuh ujung roda ,mobil yang mau parkir di depan gedung rektorat. Sontak aku langsung meraih semua proposal yang berserakan. “Mimpi apa aku semalam…kok bisa berantakan begini…apa karena mimpi digigit ular kali ya semalam…” gumamku sambil memunguti kertas ku yang terjatuh. Aku tetap fokus kepada barang ku yang jatuh. “Sori bang... aku gak tahu kalau ada abang dibelakang mobilku… sori banget ya...please” suara seorang gadis meminta lirih dengan nada penyesalan. Akupun mendongak, dan sontak menatap wajah gadis itu. “cantik juga, cewek ini,” batinku. Aku mencoba menebak, pasti cewek ini juga mahasiswa pasca sarjana, buktinya mobilnya parkir di depan rektorat, kalau mahasiswa S1 pasti ditempat parkir biasa. Aku diam tanpa ekspresi, kasian kalau aku marahin cewek ini, kesalahan ini juga bukan semata kesalahan dia. Aku bangkit sambil merapikan bajuku. Dengan gaya yang aku wibawa- wibawain, akupun berujar, “ hanya satu kata untuk mu: kamu cantik,”. Dan akupun langsung kabur, mengejar waktuku dengan Prof Mantja. Tak kuhiraukan bagaimana wajah gadis itu, pastinya merah jambu. Ah… persetan dengan si merah jambu itu, yang penting aku harus temui prof Mantja, karena ini masalah “hidup-matiku”. **** Manakala resah datang Jika galau hinggap Saat duka menyapa Dan waktu sedih menyentuhku Kemana semua kuhempaskan Masih adakah obat penawar semua itu Coretan kecil itu kutuangkan dalam buku diariku, setelah satu tahun kulalui kuliah di Malang, telah kuhabiskan sepuluh buku diari untuk mengadukan semua yang aku rasakan. Pertemuanku dengan Prof Mantja, semakin membuatku tidak bisa tidur. Catatan kekurangan atas proposalku sangat banyak, hampir merah semua. Kuhilangkan penat dan beban dengan berjalan ditaman kota. Kulihat pasangan muda-mudi sedang asyik bercengkrama, saling cubit dan saling mengusap rambut. Benar-benar dunia milik mereka berdua, yang lain kos. Kemesraan pasangan
  • 9. tersebut, semakin menguatkan galau di hatiku. Saking galaunya, aku tendang batu kerikil di depan mataku kuat-kuat. “Kenapa dunia kok masih belum memihak kepada ku”, gumamku. Tiba-tiba ada suara mengaduh, “ Waduh…duh…duh…!”, teriak suara tersebut. Aku tersentak kaget, “astaga!...batu kerikil tadi mengenai punggung seorang gadis, celaka aku…bisa kacau urusan. Refleks aku langsung menepuk-nepuk pungung gadis itu, tapi entah apa yang terjadi, justru gadis itu berbalik dan langsung menghajar pipiku dengan tamparan tangannya. “Please… sori banget aku gak sengaja, mba… aku bener-bener gak bermaksud kurang ajar,” ucapku memelas. Kulihat gadis tersebut mengangkat tangannya kembali, dan akupun sudah pasrah akan meneriman tamparan sekali lagi. Mataku kupejamkan pasrah, sudah kubayangkan pasti kedua pipiku merah lebam. “Duh ..duh.. Gusti…dimana rasa ibamu terhadap hambamu ini, tunjukan setitik saja ya Alloh”, bisiku di hati lirih banget. Lama aku pasrah, bukan tamparan yang aku terima, justru teriakan: “Abang!...Abang kan yang kemarin didepan rektorat waktu aku mau parkir mobilku..?, Pelan aku buka mataku, dan alangkah terkejutnya waktu kulihat, cewek si merah jambu, berdiri dekat banget didepan wajahku, hanya berjarak lima jari. Sangat jelas, kurasakan tebaran harum tubuh mengusik hidungku, dan khayalkupun melambung. Seandainya, dia yang menjadi tempat dimana aku menghempaskan resah dan obat penawar galau hati, pasti aku mau banget, begitu hatiku teriak lantang. Dalam diam penuh takjub akupun menganggukan kepalaku. Sekarang gentian, si merah muda itu meminta maaf. “Please, sori ya...aku telah menampar Abang… soalnya aku kira ada orang iseng yang main lempar punggung orang,”. **** Bulan bersinar Bintang berkeliling Celoteh burung hantu mengusik bulan dan bintang Kunang-kunang memancarkan kuningnya Hari ini, terangnya bulan, indahnya bintang dan kuningnya kunang-kunang Sedikit menutup lara hati,menghibur gundah gulana Coretan di halaman ke dua puluh lembaran diariku, menutup keindahan peristiwa sore tadi. Wajah ayu Sri Rahayu,telah mengurai penatnya pikiranku. “Aku bukan mahasiswa pasca sarjana, Bang, aku Dosen magang, jadi masih asisten dosen”. “Hebat banget…masih muda kok sudah jadi asisten dosen’” sontak ku. “ceritanya begini Bang, aku harus mendapatkan rekomendasi dari dua orang guru besar untuk dapat melanjutkan pendidikan ke magister, soalnya aku kan mahasiswa murni, aku baru saja lulus S1 bulan Juli kemarin. Jadi agar lanjut magister maka aku harus menjadi asisten dosen dulu,” begitu cerita Ayu panjang lebar, kesana kemari ke kanan dan kekiri. Begitu terpesonanya dengan paras ayu Sri Rahayu, aku sudah gak fokus lagi dengan isi cerita dia. Justru anganku semakin tinggi, melayang samapai kelangit tujuh. Kembali aku buka coretan-coretan yang diberikan oleh Prof Mantja, kucermati setiap halaman. Sampai detik ini aku masih mencoba menyelami apa yang dimaui sama prof Mantja. Kulacak semua rujukan teori yang diminta oleh belio. 10 buku literatur induk Supervisi telah kubaca, tidak terasa adzan shubuh menggema. Kurebahkan tubuhku sebentar, sekedar mengistirahatkan mata dan pikiran. Pagi nanti jam 9.00 aku ada jadwal konsultasi kembali
  • 10. dengan Prof. Mantja. “tuth…tuth..tuth,” suara nyaring HP yang kutaruh diatas mejaku. Akupun tersentak, mencoba meraih HP dan mengangkatnya, “ Bang… nih kami sudah menunggu di ruang Prof Mantja, cepetan donk..,” Astaga… akupun lari kedalam kamar mandi, secepat kilat mengambil handuk untuk mandi. Benar-benar kelolosan aku tadi malam, padahal ini adalah pertemuan penting. Aku tidak pernah berpikir, kok Sri Rahayu tahu bahwa aku ada jadwal konsultasi dengan prof Mantja. Segera kusambar tasku dan berlari menelusuri jalan pintas ke kampusku. Hanya membutuhkan waktu 15 menit jika lewat jalan pintas ini. Dan akhirnya, akupun tiba di depan pintu ruangan prof Mantja. Kulongokan kepalaku ke dalam ruangan prof Mantja, terperanjat aku menyaksikan Sri Rahayu sedang berbicara dekat dan akrab dengan prof Mantja. Akupun tetap berbaik sangka, maklum banyak kasus dosen dan rekan dosen atau dosen dan mahasiswa saling membangun hubungan intim, dan itu memang bukan rahasia umum. Kubuang pikiran buruk tersebut. Aku pun mengetuk pintu, “tok..tok..tok, permisi Prof,” ucapku. “Oh ya.. silahkan masuk, “ sambut Prof Mantja. “Abang!...”, pangiil Sri Rahayu dengan nada riang. “ lho ..kok kenal, sama Galang,” heran Prof Mantja, sambil melirik Sri Rahayu. “Papa.. aku kenal sama Bang Galang sudah lamaaa banget,” sambung Sri Rahayu kepada Prof Mantja. Pikiran ku semakin kacau, kok Ayu bisa berbohong ya, kan kita kenalan baru dua hari yang lalu, kok Ayu panggil Papa sama Prof Mantja ya, kok Ayu bisa dekat sama prof Mantja ya. Seribu keheranan menggelayuti pikiran ku. Tetapi semua kusimpan dengan rapat, aku akan muntahkan nanti setelah konsultasi dengan prof Mantja selesai. **** Bunga mawar merah merekah Menebar pesonannya Harumnya menyambar semua hati Membujuk ku untuk bersimpuh mengaguminya Ku mencoba tidak takluk, Tapi apa daya diriku… Coretan itu tertulis indah pada lembaran diariku halaman 21. Tajam kuingat ucapan dari Ayu. “ Bang.. Prof Mantja adalah ayahku, meskipun belio ayahku, tapi belio tidak mau nepotisme untuk masalah pendidikan. Aku harus menempuh prosedur yang berlaku di kampus, jika ingin melanjutkan ke magister dan menjadi dosen, maka aku harus menjalani asisten dosen selama satu tahun baru belio akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke pasca sarjana,”.” Oh ya Bang, aku tadi juga sudah cerita tentang Abang, aku tadi secara khusus meminta sama papa untuk tidak mempersulit Abang dalam penyelesaian tesisnya”, lanjutnya. “Oh ya…thanks ya, dik …” teriakku kegirangan. “suatu anugerah bisa mengenalmu, dik… aku benar-benar terbantukan,” lanjutku. Sambil menikmati jus mango di café Puja Sera samping kampus. Duduk kami sangat dekat, dan entah siapa yang memulai duluan, tangan kami telah saling berpegangan erat sejak keluar dari ruangannya prof Mantja. Tak ada kata suka, cinta atau sayang terungkap dari mulut kita berdua. Tidak ada momen khusus juga yang mendeklarasikan bahwa kita sudah jadian, semuanya berjalan begitu natural, spontan dan mengalir laksana air. Tidak semua cinta harus diucap dan diikrarkan, mata dan hati telah menunjukan semuanya. “Dik..kok hidungmu berdarah...,” ucapku khawatir melihat setitik darah menetes dari hidung Ayu. “ Mas sich,” Ayu menyeka hidungnya, dan akupun membantu membersihkan hidungnya dengan lembut. Ada rasa saying yang teramat sangat, saat aku menyentuh wajahnya, dan
  • 11. sungguh rasa itu semakin menguat. Sesat kami melupakan darah yang keluar dari hidung Ayu. Seksama aku perhatikan, ada cemas dan panic di raut wajah Ayu. Tapi indahnya senja di taman kota Malang, telah menyapu cemas ku dan akupun kembali menikmati kemesraan berdua. Sore itu kami menyusuri taman kota, menikmati lembayung jingga menenggelamkan dirinya di tepi langit. Temaram lampu taman sore menjelang petang, semakin menenggelamkan kemesraan aku dan Ayu di taman kota. Tak ada kata yang terucap selama kami berdua ditaman. Semua ungkapan telah tersampaikan dalam bahasa tubuh. Sentuhan lembut di tangan, usapan hangat di rambut, tatapan lembut menyapu hati telah mengikrarkan apa yang terjadi diantara kami adalah keniscayaan. Sapaan lembut setiap pagi diujung telpon, celoteh ceria di saat curhatan bahwkan tawa tertahan di setiap ujung senja semakin menguatkan perasaan kami. Cinta dan sayang tidak selamanya diucapkan, tetapi dibuktikan. Benar mungkin slogan para poltikus kita yang sedang ramai nyaleg “ini bukan janji, tapi bukti”. **** Senja di tepi pantai Orang berjejal menyambut pulangnya mentari ke peraduan Asaku tinggal sejengkal Citaku tinggal di penghujung Semua berharap manis segera datang, pahitpun hilang lenyap tak berbekas Dan akupun menjadi orang Coretan dipenghujung bulan September, tepat besoknya aku menjalani sidang tesisku. Dipintu ruang sidang I telah berjejer temen-temen satu angkatanku, memberikan dorongan semangat. Kucari kesana kemari, mataku nanar, orang yang aku cari belum juga nampak. Telponku entah sudah keberapa kali tersambung, tetapi tidak terangkat. Resahku semakin memuncak, setelah 10 menit dari jadwal sidang Ayu belum muncul. “Ayolah Ayu..kemana kamu, kamu kok tega banget sih gak muncul-muncul,” jeritku ku dalam hati. Keringat dingin membanjir tubuhku, 4 orang guru besar sudah masuk ke ruangan sidang, dan segera memanggilku untuk melewati tahap akhir studiku yaitu ujian tesis. Kuhela nafas panjang, dan kehentakan kuat-kuat, dengan harapan segala beban berkurang. Sesaat sebelum aku presentasi, Prof Mantja menyodorkan secarik kertas untuk ku, “ Ada titipan dari Sri Rahayu, mungkin penting untuk kamu, coba baca sebentar,” ucap Prof Mantja. Akupun segera membuka tulisan pendek tersebut: “Abang Galang…aku tidak bisa menemani Abang ujian, aku harus segera ke Monash University Australia melanjutkan studi magister , yakinlah aku akan tetap menjadi mawar merahmu, Bang… kuharapkan dengan sangat. Ayumu”. Kuresapi tulisan Ayu, aliran tenaga segar langsung merayapi tubuhku, keringat dingin yang semula membanjiri tubuhku sontak berganti dengan hawa sejuk. Begitu dahsyatnya setiap ungkapan kata-kata tersebut, mampu mengembalikan tenaga ku menjadi ribuan horse power . pertanyaan-pertanyaan para guru besar yang bertubi-tubi dengan ringan aku jawab, tentunya didasarkan pada temuan dan kajian teori yang ada dalam tesisku. Prinsipku adalah tesis ini aku yang buat, aku yang memikirkan siang malam, aku yang nglakuin dan njalananin maka hanya aku yang tahu dan aku harus mampu mempertahankannya. Terlebih diseberang sana, ada
  • 12. sepotong mawar merah yang berharap dengan sangat. Akupun tidak akan mengecewkannya. Pertanyaan terakhir dari prof Hendyat terkait dengan keterlaksanaan supervisi di sekolah alam, dengan tangkas aku respon. Dari keempat guru besar tersebut, hanya satu yang masih merasa belum puas dengan karya akademik ku yaitu prof. Saladien. Tetapi bagiku itu hal yang iasa, ibarat pepeatah “tak ada gading yang tak retak”. Tiga jam sepuluh menit aku didalam ruang sidang, dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji hasil penelitianku. Syukurlah semua telah kulewati dengan sempurna. Jabat tangan terakhir dari para penguji ku Prof Mantja menjadi momen yang sangat berkesan. “selamat..aku minta jaga Rahayu, she has been thinking of you,” begitu bisiknya lembut di telinga kananku. Tak ada kata yang terucap dalam diri, anganku menuju Rahayu. “seandainya kamu disini, Dik…bisa merasakan kebahagiaan kita bersama,” batinku perih. Akupun segera bergegas keluar ruangan, menuju tempat kosan. Tak kuhiraukan teman sekelas ku mengejar dan menahanku hanya sekedar menarik tanganku untuk berjabat tangan. Entahlah, bukan senang yang hinggap, tapi kesedihan yang ada. Kali partama aku merasakan hampa. **** Temaram lampu dalam ruang lab dimana tempat aku kerja, sangat menganggu penglihatanku, padahal sudah berulang kali aku minta kepada bagian TU LIPI tempat yang sudah satu tahun ini mengabdikan kemampuanku selulus dari pasca sarjana Malang, tetapi belum digubris. Retno, rekan kerja ku, satu tim peneliti, duduk termenung menyaksikan wajahku yang berkerut-kerut. “Aku suka, lihat wajah pak Galang kalau sedang berkerut begitu, makin ganteng, “ ucap Retno sambil terus menikmati wajahku. Akupun berpaling, sungguh tidak percaya, Retno yang sudah hampir setahun ini menjadi rekanku dalam berbagai penelitian, bisa tanpa tedeng aling-aling mengagumi aku. “nekad…nekad..ini bener-bener kebablasan!” teriaku dalam hati. Semakin kutatap, Retnopun menantang tatapanku, dan tanpa sadar wajah kami sudah begitu dekat. Sampai suatu saat suara ketukan pintu memecahkan semuanya. “Tok..tok..tok..”, suara ketukan pintu dari luar. “Maaf Pak Galang, saya mau menggantikan bola lampu yang sudah redup diatas, maaf baru ada waktu sekarang, pak,” ucap pak Kasmiran staf TU. Dan tanpa kami mempersilakan, pak Kasmiran sudah langsung naik dan mengganti bola lampu tersebut. Kejadian di ruang Lab sore tadi, terus membayangi diriku. Rahayu yang jauh di seberang sana, kembali menguatkan janji kami. Aku harus kuat, aku harus setia dan aku harus yakin kalau janji Rahayu adalah janji suci, dan aku yakin “Merpati tak pernah ingkar janji”. Kubuang jauh-jauh bayangan Retno, kugantikan wajah Rahayu. Kubaringkan badanku di kamar, kuambil secarik kertas kuning yang setahun silam dititipkan oleh prof Mantja. Kubaca berulang-ulang “Abang Galang…aku tidak bisa menemani Abang ujian, aku harus segera ke Monash University Australia melanjutkan studi magister , yakinlah aku akan tetap menjadi mawar merahmu, Bang… kuharapkan dengan sangat. Ayumu”. “Tuth…tuth…tuth” tiga kali suara dering HPku, panggilan dari Retno tidak mau kuangkat. Aku harus menjaga jarak dengan dia. Aku harus menutup hatiku untuk cintanya. Meskipun aku tahu, Retno cewek yang cantik dan pintar, tetapi memang cinta harus memilih, dan aku telah memilihnya yaitu Rahayu. Biarlah besok pagi aku jelaskan tentang perasaanku kepadanya, dan aku yakin Retno pasti mau menerimanya. Kucoba pejamkan mataku dan kuhadirkan Rahayu dalam mimpiku.
  • 13. **** “ Nak Galang…bisa segera datang ke rumah ku, tidak , ada yang ingin aku sampaikan kepadamu, tentang anaku Rahayu…kondisinya gawat, sekarang anaku masih di Australia di rumah sakit Australian Hospital,” begitu suara prof Mantja Bergetar memintaku untuk seger menemuinya melalui terlponku. Akupun segera meluncur kerumah belio. Suasana sedih dan ramai sangat nampak. “Penyakit Rahayu Leukemia, sudah masuk ke stadium III, kemungkinan harapan hidup hanya 20%, begitu hasil analisa medis dokter Australia, dan kita semua ekarang akan segera ke Australia menggunakan penerbangan yang jam 10.30, dan jika kamu tidak keberatan, ikut dengan kami,” suara sedih istri prof Mantja menjelaskan apa yang terjadi dengan Rahayu. Lunglai dna lemas semua badanku. Dunia serasa gelap, keringat dingin membanjir tubuhku, panik dan kosong jiwaku, serasa lepas dari semua ragaku. Tidak ada kesadaran yang utuh sekarang, tak ada kata yang terucap, mulut terkunci dan tatapan mata kosong. Dilorong rumah sakit, suara hentak kaki sepatu dokter dan perawat berpacu dengan langkah kami ingin segera menuju kamar tempat Rahayu di rawat. Kecemasan dan kepanikan sangat nyata, mendekati kamar Rahayu kakiku semakin berat terangkat, tatapan mata nanarku sulit sekali berfokus. Badanku mulai limbung, mendekati Rahayuku yang sedang berjuang melawan maut. Rahayuku kini terbaring, mata tertutup, kuraih jemari tanganya, kuremas dengan lembut, sembari berharap ada mukjizat yang mampu menyembuhkan Rahayuku. Ku cium lembut kening, dan kubisikan suara lembut di telinganya. “Dik..ini abang, datang untuk menjemput mawar merahku,” suara mesra dan beratku cukup mampu membukakan kelopak mata Rahayu. “Abang, mau dan hanya mau kamu yang menjadi mawar merahku, menebarkan keharuman dalam hidup ku…abang datang menagih janji kamu, Mawar merahku yang setahun lalu menuliskan untaian kalimat harapan untuk abang…” semua kalimat aku bisikan dengan lembut ditelinganya. Bibir cantik Rahayu terangkat, tetapi sungguh tidak satu katapun mampu terucap, mata dan senyumlah yang berbicara, dan hanya aku yang tahu makna tersebut. **** Merpati tak pernah ingkar janji Janji terucap untuk ditepati Ada kehendak dan kekuatanNya Menangguhkan segala asa dan cinta Tak ada yang mampu menahanNya Dan akupun bersimpuh pasrah keharibaanNya Daun kemboja jatuh disusul bunga luruh ditanah, aku tak kuasa menahan air mataku, setangkai bungan mawar yang kubawa kusematkan diatas pembaringan abadinya. Mawar merah yang akan selalu menemani ketenanganmu disana bersama Dia yang Maha Tahu. Dibelakang ku berdiri Retno yang tertunduk dalam kesedihan, tak kuasa menahan keharuan. Cinta memang tak selamanya harus memiliki, cinta adalah fana, cinta sejati adalah milikNya. ***Selesai*** Ahir November 2012