Teks tersebut membahas tentang bahasa dan linguistik. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi, bahasa memiliki asal usul yang berbeda menurut para ahli, dan bahasa memiliki berbagai fungsi. Teks tersebut juga menjelaskan tentang karakteristik bahasa dan bidang studi linguistik serta beberapa teori bahasa.
Sejarah, fungsi, perkembangan, dan kedudukan bahasa indonesia
Fiqhuulughah
1. fiqhuulughah
BAGIAN I
BAHASA & LINGUISTIK
DEVENISI BAHASA ( )
-
-
-
- Adalah Bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa atau masyarakat untuk mengemukakan ide.
- Adalah siste lambang bunyi yang arbitrer digunakan untuk saling bertukar pikiran dan
perasaan antar anggota kelompok masyarakat dan bangsa.
- Bahasa adalah sistem mental/dalam pikiran yang membentuk suatu ikatan atau aturan pada
unsur-unsur bahasa, baik pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
HAKIKAT BAHASA
- Satu sistem lambing bunyi yang bersifat arbitrer ( Antara Labang yang berupa Bunyi tidak
memiliki hubungan wajib dengan konsep yang dilambangkannya )
- Bersifaf dinamis dan interaksi atau alat berkomunikasi di dalam masyarakat.
ASAL-USUL BAHASA
“ Kalau bahasa itu Ada, berarti ada asal-ususlnya “
- F.B. Condilac. ( Filosuf Prancis ) Bahasa berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik
badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian
teriakan itu berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna.
Menurutnya pula bahwa : Bahasa Berasal dari Tuhan . Tuhan telah melengkapi kehadiran
pasangan adam dan hawa dengan kepandaian berbahasa.
- Von Herder ; ( Filosuf German ) : Bahasa itu tidak mungkin datang dari Tuhan karena
bahasa itu sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan Dzat Tuhan yang sempurnah.
2. Menurutnya : Bahasa terjadi dari proses onomatope. Yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi
alam yang ditiru ini merupakan benih yang tumbuh menjadi sebagai akibat dari dorongan hati
yang sangat kuat untuk berkomunikasi.
- Von Schlegel : ( Filosif German ) : Bahasa yang ada di bumi ini tidak mungkin berasal
dari satu bahasa, ada yang berasal dari onomatope, lahir dari kesadaran manusia, atau dari mana
pun bahasa itu manusialah yang membuatnya sempurnah..
- Brooks ; Bahasa Itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Artinya
manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa.
- Phlip Liberman : Bahasa lahir secara evolusi sebagaimana teori ovolusinya Darwin .
FUNGSI-FUNGSI BAHASA :
- Alat Berinteraksi
- Alat untuk Menyampaikan Pikiran, Gagasan, Ide dan persaaan
- Alat berkomunikasi baik lisan / tulisan
- Ekspresi : Mengambarkan Rasa
- Informasi : Menyampaikan sesuatu
- Eksplorasi : Menjelaskan Suatu hal/perkara
- Persuasi : Mengaruhi
- Entertaimen : Menghibur
KARAKTERISTIK BAHASA :
A. Oral : ( )
)
B. Sistematis ( )
Contoh : Dalam Bidang Fonologi ( )
Penyebutan bunyi Huruf : , Berbeda dengan penyebutan Bunyi huruf
C. Arbitrer & Simbolis) (
3. Arbitrer : Tidak terdapat hubungan yang rasional antara lambang verbal dengan acuannya.
Contoh : Benda cair bening yang biasa diminum
- Dalam bahasa arab desebut :
- Dalam bahasa Indonesia disebut ; Air
- Dalam bahasa Inggris disebut : Water
- Dalam bahasa Gorontalo disebut : Taluhu
D. Konvensional ( )
Maksudnya : Bahasa merupakan kesepakatan masyarakat penggunaan bahasa. Kesepakatan
tersebut bukanlah formal, melainkan kesepakatan yang sifatnya “ kebiasaan “ yang berlangsung
turun temurun.
E. Unik dan Universal ( )
Maksudnya : Bahasa memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lainnya.
F. Beragam ( )
Maksudnya : Bahasa memiliki keragaman dilihat dari sisi :
1. Dialek ( )
2. Sosiolek ( )
3. Idiolek ( )
G. Berkembang ( )
Bahasa selalu berkembang bahkan sering menyerap bahasa lain , Contoh : Kata Televisi (
) Enter : ( ) Compac Disck : ( ) File : ( ).
H. Produktif / Kreatif ( )
Bahwa produksi suatu bahasa itu sangat berlimpah, Hanya berasal dari sebuah akar kata dapat
menghasilkan kata lain, contoh :
Begitu pula dengan kreatif : Bahasa yang dihasilkan oleh manusia senantiasa memproduksi
sesuatu yang baru, contoh : Kata Hand Phone : bisa disebut dengan : .
I. Fenomena Sosial ( )
4. Bahwa bahasa itu merupakan konveksi suatu masyarakat pemilik atau pengguna bahasa.
Seseorang menggunakan suatu bahasa sesuai dengan norma-norma yang disepakati atau
ditetapkan untuk bahasa itu.
LINGUISTIK : ( )
Ilmu Bahasa / Ilmu Yang mengambil Bahasa sebagai Objek Kajiannya
Pakar Linguistik disebut “ Linguis “
- Linguis : Orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa
- Linguis : Orang yang mempelajari bahasa bukan hanya bertujuan untuk mahir
menggunakan bahasa, melainkan untuk mengetahui secara mendalam aspek dan segi yang
menyangkut bahasa itu.
- Poliglot : Orang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa namun
tidak mendalami teori tentang bahasa.
- Monoglot ; Orang yang mahir dan lancar menggunakan hanya satu bahasa dan tidak
mendalami teori tentang bahasa.
BIDANG LINGUISTIK :
- Linguistik Makro : Bahasa hubungannya dengan faktor Luar
- Sosiologis
- Psikologis
- Antropologis
- Neorologis
- Linguistik Mikro : Bahasa yang hubungnnya dengan Faktor Dalam
- Fhonology ( )
- Morfologi ( )
- Sintaksis ( )
- Semantik ( )
5. OBJEK KAJIAN LINGUISTIK
- Linguistik Teoritis : Bertujuan untuk mencari atau menemukan teori – teori / kaidah-
kaidah Linguistik
- Linguistik Terapan : Bertujuan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam
kegiatan praktis ( Pengajaran / Penerjemahan / Penyusunan Kamus )
- Linguistik Sejarah : Bertujuan Untuk mengkaji perkembangan dan perubahan suatu
bahasa / sejulah bahasa baik dengan memperbandingkannya ataupun tidak.
- Sejarah Linguistik : Bertujuan untuk mengkaji perkembangan ilmu linguistik baik
mengenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran teorinya maupun hasil-hasil kerjanya.
PEMBAGIAN LINGUISTIK
1. Comparative Linguistics ( )
2. Descriptive Linguistics ( )
3. Historical Linguistics ( )
4. Contrastive Linguistics ( )
TEORI-TEORI LINGUISTIK
Berikut ini beberapa teori bahasa yang diutarakan oleh para linguistic terhadap hakikat bahasa,
hubungan bahasa dengan kognisi, maupun hubungan bahasa dengan kebudayaan. Seperti sudah
disebutkan sebelumnya bahwa bahasa memang merupakan objek kajian dari berbagai disiplin.
Namun, dari disiplin linguistik itu sendiri dapat dicermati adanya berbagai teori atau aliran yang
terkadang berbeda, tumpang tindih, maupun bertentangan. Dalam bab ini akan dibicarakan lagi
secara singkat empat teori atau aliran linguistik yang sedikit banyak punya kaitan dengan
masalah psikologi, baik kognitif maupun behavioristik, dengan para tokohnya agar kita
mempunyai gambaran yang lebih menyeluruh dan komprehensif, dan bisa memahami masalah
linguistik dengan lebih baik.
Keempat aliran atau teori itu adalah :
1. Teori Ferdinand de Saussure, yang menganut paham psikologi kognitif, behavioristik, dan
pragmatik
1. Teori Leonard Bloomfield, yang tampak menganut psikologi behavioristik
2. Teori John Rupert Firth, yang tampak menganut aliran pragmatistik;
3. Teori Noam Chomsky, yang tampak menganut paham kognitif. Keempat aliran itu
mempunyai nama sendiri-sendiri sesuai dengan teori linguistiknya bukan psikologinya.
1. Teori Ferdinand De Saussure
6. Ferdinand De Saussure (1858-1913) adalah seorang linguis Swiss yang sering disebut-sebut
sebagai Bapak atau Pelopor Linguistik Modern. Bukunya yang terkenal Course de Linguistique
Generale (1916) diterbitkan oleh murid-muridnya, Bally dan Schehaye, berdasarkan catatan
kuliah, setelah beliau meninggal.
De Saussure disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” karena pandangan pandangannya
yang baru mengenai studi bahasa yang dimuat dalam bukunya itu. Pandangan pandangannya itu
antara lain mengenai :
(1) Telaah sinkronik dan diakronik dalam studi bahasa
(2) Perbedaan langue dan parole,
(3) Perbedaan signifianx dan signifie’, sebagai pembentuk signe’ lingustique,
(4) Hubungan sintagmatik dan hubungan asosiatif atau paradigmatik
De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (speech act) sebagai satu
rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur ini
terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian-luar dibatasi oleh
mulut dan telinga sedangkan bagian-dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak
pembicara dan pendengar. Jika A berbicara maka B menjadi pendengar, dan jika B berbicara
maka A menjadi pendengar.
Di dalam otak penutur A terdapat konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan
dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau
mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu
tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di otak. Jika penutur A ingin mengemukakan
sebuah konsep kepada pendengar B, maka konsep itu “membukakan” pintu kepada pewujudnya
yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan fenomena psikologis.
Kemudian dengan terbukanya pintu imaji bunyi ini, otak pun mengirim satu impuls yang sama
dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi; dan ini merupakan
proses fisiologis. Kemudian gelombang bunyi itu bergerak dari mulut A melewati udara ke
telinga B; dan ini merupakan proses fisik. Dari telinga B gelombang bunyi bergerak terus masuk
ke otak B dalam bentuk impuls. Lalu terjadilah pula proses psikologis yang menghubungkan
imaji bunyi ini dengan konsep yang sama, seperti yang ada dalam otak A. Apabila B berbicara
clan A mendengarkan, maka proses yang sama akan terjadi pula. Perhatikan bagan berikut.
PROSES BERTUTUR DAN MEMAHAMI
Dalam perilaku berbahasa ini dibedakan antara pelaksana yaitu pusat penghubung penutur clan
telinga pendengar yang keduanya sebagai bagian yang aktif; clan penerima yaitu pusat
penghubung pendengar dan telinga penutur yang kedua sebagai bagian yang pasif.
De Saussure membedakan antara parole, langue, clan langage. Ke tiganya bisa dipadankan
dengan kata “bahasa” dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan pengertian yang sangat berbeda.
7. Parole adalah bahasa yang konkret yang keluar dari mulut seorang pembicara. Jadi, karena
sifatnya yang konkret itu maka parole itu bisa didengar.
Langue adalah bahasa tertentu sebagai satu sistem tertentu seperti bahasa Inggris atau bahasa
Jawa menggunakan istilah bahasa. Jadi, sifatnya abstrak; hanya ada dalam otak penutur bahasa
yang bersangkutan.
Langage adalah bahasa pada umumnya sebagai alat interaksi manusia seperti tampak dalam
kalimat “Manusia punya bahasa, binatang tidak”. Jadi, langage ini juga bersifat abstrak.
Menurut De Saussure linguistik murni mengkaji langue, bukan parole maupun langage. Teori
linguistik De Saussure tidak mengikutsertakan parole. Alasan De Saussure mengkaji langue
adalah sebagai berikut.
1. Langue bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual. Kedua sifat ini saling
bertentangan. Langue berada di dalam otak. Belajar langue bersifat sosial dalam pengertian
sinkronik, sedangkan parole bersifat idiosinkronik karena ditentukan secara perseorangan.
2. Langue itu bersifat abstrak dan tersembunyi di dalam otak sedangkan parole selalu bergantung
pada kemauan penutur dan bersifat intelektual.
3. Langue adalah pasif sedangkan parole adalah aktif.
Jadi, menurut De Saussure linguistik haruslah mengkaji langue karena langue adalah fakta sosial
sedangkan parole merupakan perlakuan individual, dan hanya merupakan embrio dari langage.
Dengan kata lain, apa yang keluar dari mulut penutur dalam bentuk kalimat-kalimat selalu
berubah-ubah dan bersifat idiosinkretis. Oleh karena itu, tidak layak dijadikan bahan kajian
linguistik. Sebaliknya, di kalangan anggota masyarakat yang dipertalikan satu sama lain oleh
langue akan tercipta suatu average yang merupakan tanda atau lambang yang sama dan berpola;
dan digabungkan dengan konsep-konsep yang sama dan berpola, serta tidak berubah-ubah dari
satu individu ke individu lain. Maka inilah yang layak dijadikan objek kajian linguistik. Oleh
karena itu, langue menurut definisi De Saussure adalah satu sistem tanda atau lambang yang
arbitrer, dan digunakan untuk menyatakan ide-ide, dan mempunyai aturan-aturan. Dengan kata
lain, langue merupakan satu sistem nilai murni yang terdiri dari pikiran yang tersusun yang
digabungkan dengan bunyi.
Tanda linguistik seperti yang disebutkan dalam definisi di atas mempersatukan sebuah konsep
dengan sebuah imaji bunyi. Jadi, bukan mempersatukan nama dengan benda seperti nama pohon
dengan sebuah pohon sebagai bendanya.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan imaji bunyi bukanlah bunyi dalam bentuk benda atau fisik,
tetapi “cetakan” psikologis dari bunyi itu atau pengaruhnya pada pancaindra kita. Jadi, baik imaji
bunyi maupun konsep adalah sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu pula, De Saussure tidak
berpendapat bahwa kata terdiri dari fonem atau fonem-fonem, melainkan terdiri dari imaji-imaji
bunyi. Fonem itu sendiri terjadi sebagai kegiatan vokal yang merupakan realisasi imaji-dalam
8. ketika bertutur. Yang paling penting pada teori linguistik De Saussure adalah mengenai signe’
linguistique atau tanda Linguistik karena bahasa merupakan.
4. Sebuah sistem tanda. Menurut De Saussure tanda linguistik adalah sebuah maujud psikologis
yang berunsur dua yaitu signifie’ atau konsep atau petanda; dan signifiant atau imaji bunyi atau
penanda. Kedua unsur ini, signifie’ dan signifiant terikat erat sehingga yang satu selalu
mengingatkan yang lain, atau sebaliknya.
Ada beberapa ciri dari signe’ linguistique ini yaitu sebagai berikut.
Pertama, tanda linguistik bersifat arbitrer, maksudnya, hubungan antara satu petanda/konsep
dengan satu penanda/imaji bunyi bersifat kebetulan. Namun, tanda linguistik itu tidak dapat
diubah (immutable); tetapi sistem bahasa dapat berubah.
Kedua, penanda (signifiant) dari suatu signe’ linguistique itu merupakan satu bentangan (span)
yang dapat diukur dalam satu dimensi atau merupakan satu garis, satu perpanjangan. Ini berarti
bahwa bahasa dapat dianggap sebagai satu deretan atau urutan (sequence).
Ketiga, signe’ linguistique mempunyai pergandaan yang tidak dapat dihitung. Dengan kata lain
tanda linguistik jumlahnya tidak terbatas.
Menurut De Saussure metode yang sesuai dalam analisis linguistik adalah segmentasi dan
klasifikasi. Dengan kedua metode ini seorang linguis akan menentukan pola-pola untuk
mengklasifikasikan unit-unit yang dianalisis. Pola-pola itu bisa sintagmatik, yaitu pola yang
tersusun berturut-turut dalam satu arus ujaran, atau juga paradigmatik, yaitu hubungan-hubungan
antara unit-unit yang menduduki tempat yang sama dalam arus ujaran.
Pembentukan kalimat menurut De Saussure bukanlah semata-mata urusan langue, tetapi lebih
banyak menyangkut urusan parole. Pembentukan
kalimat merupakan satu proses penciptaan bebas, tidak dibatasi oleh rumus-rumus linguistik,
kecuali dalam hal yang menyangkut bentuk kata dan pola bunyi.
2. Teori Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang
tokoh linguistik Amerika, sebelum mengikuti aliran
behaviorisme dari Watson dan Weiss, adalah seorang
penganut paham mentalisme yang sejalan dengan
teori psikologi Wundt. Kemudian beliau menentang
mentalisme dan mengikuti aliran perilaku atau
behaviorisme. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan linguistik Amerika, terutama
di sekolah linguistik Yale yang didirikan menurut ajarannya. Bloomfield menerangkan makna
(semantik) dengan rumus-rumus behaviorisme. Akibatnya, makna menjadi
tidak dikaji oleh linguis-linguis lain yang menjadi pengikutnya. Unsur
unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan
9. (environment) di mana unsur-unsur itu berada. Distribusi dapat diamati secara langsung
sedangkan makna tidak dapat.
Teori linguistik Bloomfield ini akan bisa diterangkan dengan lebih jelas kalau kita mengikuti
anekdot “Jack and Jill” (Bloomfield, 1933:26). Dalam anekdot itu diceritakan Jack dan Jill
sedang berjalan-jalan. Jill melihat buah apel yang sudah masak di sebatang pohon. Jill berkata
kepada Jack hahwa dia lapar dan ingin sekali makan buah apel itu. Jack memanjat pohon apel
itu; memetik buah apel itu; dan memberikannya kepada Jill. Secara skematis peristiwa itu dapat
digambarkan sebagai berikut.
Penjelasan
S r. ………………………s R
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(1) Jill melihat apel (S= stimulus)
(2) Otak Jill bekerja mulai dari melihat apel hingga berkata kepada Jack.
(3) Perilaku atau kegiatan Jill sewaktu berkata kepada Jack (r = respons)
(4) Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Jill waktu berbicara kepada Jack (…)
(5) Perilaku atau kegiatan Jack sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan
Jill (s=stin1ulus)
(6) Otak Jack bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Jill sampai bertindak.
(7) Jack bertindak memanjat pohon, memetik apel, dan memberikan kepada Jill (R = respons).
Nomor (3), (4), dan (5) yaitu (r s) adalah lambang atau perilaku berbahasa (speech act) yang
dapat diobservasi secara fisiologis; sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik
fianyalah nomor (4).
Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi data linguistik bagi teori Bloomfield adalah
perilaku berbahasa atau lambang bahasa (r…………………….. s) dan hubungannya dengan
makna (S R). Apa yang terjadi di dalam otak Jill mulai dari (1) hingga (2) sampai dia
mengeluarkan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu juga dengan
proses yang terjadi di dalam otak Jack setelah dia mendengar bunyi-bunyi itu yang membuatnya
bertindak (5 dan 6) adalah juga tidak penting bagi teori Bloomfield ini.
Menurut Bloomfield bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul dalam suatu
masyarakat tutur (speech community). Ujaran inilah yang harus dikaji untuk mengetahui bagian-
bagiannya. Lalu, bagi Bloomfield bahasa adalah sekumpulan data yang mungkin muncul dalam
10. suatu masyarakat. Data ini merupakan ujaran-ujaran yang terdiri clan potonganpotongan perilaku
(tabiat) yang disusun secara linear.
Teori linguistik Bloomfield didasarkan pada andaian-andaian dan definisi-definisi karena kita
tidak mungkin mendengar semua ujaran di dalam suatu masyarakat tutur. Jadi, tidak mungkin
kita dapat menujukkan bahwa pola-pola yang kita temui dalam beberapa bahasa berlaku juga
pada bahasa-bahasa lain. Ini harus diterima sebagai satu andaian. Kita tidak mungkin
menunjukkan bahwa lambang-lambang ujaran dihubungkan dengan makna karena tidak
mungkin mengenal satu per satu makna itu dalam data.
Menurut Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsur-unsur vokal
(bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik. Setiap bentuk adalah sebuah kesatuan isyarat
yang dibentuk oleh fonem-fonem (Bloomfield, 1933;158). Umpamanya:
Pukul adalah bentuk ujaran.
Pemukul adalah bentuk ujaran
Pe- adalah bentuk bukan ujaran
Pukul terdiri dari empat fonem, yaitu : /p/, /u/, /k/, dan /l/. Di sini fonem /u/ digunakan dua kali.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa setiap ujaran adalah bentuk, tetapi tidak semua bentuk
adalah ujaran. Menurut Bloomfield ada dua macam bentuk, yaitu:
(1) Bentuk bebas (Free Form), yakni bentuk yang dapat diujarkan sendirian seperti bentuk amat,
jalan, dan kaki dalam kalimat “Amat jalan kaki”,
(2) Bentuk terikat (Bound Farm) yakni bentuk linguistik yang tidak dapat diujarkan sendirian
seperti bentuk pe- pada kata pemukul; dan bentuk -an seperti pada kata pukulan.
Dalam teori linguistik Bloomfield ada beberapa istilah/term yang perlu dikenal, yaitu berikut ini.
Fonem adalah : Satuan bunyi terkecil dan distingtif dalam leksikon suatu bahasa, Seperti bunyi
[u] pada kata bahasa Indonesia /bakul/ karena bunyi itu merupakan bunyi distingtif dengan kata
/bakal/. Di sini kita lihat kedua kata itu, /bakul/ dan /bakal/, memiliki makna yang berbeda
karena berbedanya bunyi [u] dari bunyi [a].
Morfem adalah : Satuan atau unit terkecil yang mempunyai makna dari bentuk leksikon.
Umpamanya dalam kalimat Amat menerima hadiah terdapat morfem : Amat, me-, terima, dan
hadiah.
Frarse adalah : Unit yang tidak minimum yang terdiri dari dua bentuk bebas atau lebih.
Umpamanya dalam kalimat Adik saya sudah mandi terdapat dua buah frase, yaitu frase adik saya
dan frase sudah mandi.
11. Kata adalah : Bentuk bebas yang minimum yang terdiri dari satu bentuk bebas dan ditambah
bentuk-bentuk yang tidak bebas. Misalnya, pukul, pemukul, dan pukulan adalah kata, sedangkan
pe-, dan -an bukan kata; tetapi semuanya pe-, -an, dan pukul adalah morfem.
Kalimat adalah ujaran yang tidak merupakan bagian dart ujaran lain dan merupakan satu ujaran
yang maksimum. Misalnya Amat duduk di kursi, Amat melihat gambar, clan Ibu dosen itu
cantik.
Bloomfield dalam analisisnya berusaha memenggal-menggal bagianbagian bahasa itu, serta
menjelaskan hakikat hubungan di antara bagianbagian itu. Jadi, kita lihat bagian-bagian itu mulai
dart fonem, morfem, kata, frase, dan kalimat. Kemudian beliau juga menerangkan lebih jauh
tentang tata bahasa serta memperkenalkan banyak definisi, istilah, atau konsep yang terlalu
teknis untuk dibicarakan di sini seperti konsep taksem, semem, tagmem, episemem, dan lain-lain.
Oleh karena itu, teori Bloomfield mi disebut juga linguistik taksonomik karena memotong-
motong bahasa secara hierarkial untuk mengkaji bagian-bagiannya atau strukturnya.
3. Teori John Rupert Firth
John Rupert Firth (1890-1960) adalah seorang linguis Inggris yang pada tahun
1944 mendirikan sekolah linguistik deskriptif di London. Menurut Firth dalam
kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada
konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks ini. Tiap-tiap konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan
untuk unsur-unsur atau unit-unit tiap tingkat bahasa itu. Susunan dari konteks-
konteks ini membentuk satu keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Maksudnya,
tiap-tiap unsur pada tiap tingkatan mempunyai arti yang dapat dibedakan dan dianalisis.
Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkatan fonetik, leksikon,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Yang menjadi unsur dalam tingkatan fonetik adalah fonem,
yang menjadi unsur dalam tingkatan morfologi adalah morfem, yang menjadi unsur dalam
tingkatan sintaksis adalah kategori-kategori sintaksis; dan yang menjadi unsur dalam tingkatan
semantik adalah kategori-kategori semantik. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan
fonetik dan tingkatan semantik. Sedangkan tingkatan lain kurang diperhatikan.
Fonem dapat dikaji dalam hubungannya dengan kata. Konteks fonologi terbatas pada bunyi-
bunyi “dalam” yang terdapat pada kata. Bentuk yang meragukan pada satu tingkat, tidak selalu
meragukan pada tingkatan lain.
Misalnya, bentuk /kèpala] dalam bahasa Indonesia. Pada tingkatan fonetik bentuk ini meragukan
sebab ada beberapa makna kata kepala dalam bahasa Indonesia. Untuk menjelaskan, kita dapat
beranjak ketingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan morfologi atau sintaksis atau semantik.
Dalam konteks morfologi bentuk kepala kantor ataupun keras kepala tidak meragukan lagi.
Arti atau makna menurut teori Firth adalah hubungan antara satu unsur pada satu tingkatan
dengan konteks unsur itu pada tingkatan yang sama. Jadi, arti tiap kalimat terdiri dari lima
dimensi, yaitu berikut ini.
12. l. Hubungan tiap fonem dengan konteks fonetiknya (hubungan fonem satu sama lain dalam kata).
2. Hubungan kata-kata satu sama lain dalam kalimat.
3. Hubungan morfem pada satu kata dengan morfem yang sama pada kata lain, clan
hubungannya dengan kata itu.
4. Jenis kalimat clan bagaimana kalimat itu digolongkan.
5. Hubungan kalimat dengan konteks situasi.
Ada dua jenis perkembangan dalam ilmu linguistik yang selalu dikaitkan dengan Firth, Yaitu (a)
teori konteks situasi untuk menentukan arti, (b) analisis prosodi dalam fonologi. Teori konteks
situasi ini menjadi dasar teori linguistik Firth; beliau menolak setiap usaha untuk memisahkan
bahasa dari konteksnya dalam kehidupan manusia dan budaya. Firth menekankan bahwa makna
merupakan jantung dari pengkajian bahasa. Semua analisis linguistik dan pernyataan-pernyataan
tentang linguistik haruslah merupakan analisis dan pernyataan mengenai makna. Dalam hal ini
beliau memperkenalkan dua kolokasi untuk menerangkan arti, yaitu arti gramatikal clan arti
fonologis.
Arti Gramatikal adalah peranan dari unsur-unsur tata bahasa di dalam konteks gramatikal dari
yang mendahului dan mengikuti unsur-unsur itu di dalam kata atau konstruksi (gagasan) dan dari
unsur-unsur tata bahasa yang bersamaan di dalam paradigma-paradigma. Jadi, arti menurut
kolokasi adalah abstraksi sintagmatik. Umpama dalam kalimat bahasa Inggris “She liked me”.
Arti gramatikal liked adalah peranan atau hubungannya dengan she dan me; dan juga
hubungannya dengan like dan likes pada tingkatan paradigmatik.
Arti fonologi adalah peranan atau hubungan dari unsur-unsur fonologi di dalam konteks fonologi
dari struktur suku-kata dan unsur-unsur lain yang bersamaan secara paradigmatik yang dapat
berperanan dalam konteks yang serupa.
Salah satu dimensi arti dari lima dimensi seperti yang disebutkan di atas adalah dimensi
hubungan kata-kata; hal ini tidak boleh dipisahkan dari konteks situasi dan budaya. Arti satu
tergantung dari kolokasi yang mungkin dari kata itu. Umpamanya, salah satu arti kata malam
adalah kolokasinya dengan gelap, dan sebaliknya gelap berkolokasi dengan malam. Jadi, jelas
arti sebuah kata ditentukan oleh konteks linguistiknya.
Sebagai linguis Firth dikenal juga sebagal tokoh analisis prosodi atau fonologi prosodi. Menurut
Firth analisis prosodi dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dan membuat pernyataan-
pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang didasarkan pada penelitian yang mendalam
terhadap data bahasa serta menggunakan istilah-istilah dan kategorikategori yang sesuai. Analisis
prosodi ini menganggap ada dua jenis fonologi, yaitu berikut ini.
1. Unit-unit fonematik yang terdiri dari konsonan-konsonan segmental dan unsur-unsur vokal
yang merupakan maujud-maujud yang dapat saling menggantikan dalam bermacam-macam
posisi pada suku kata Yang berlainan.
13. 2. Prosodi-prosodi yang terdiri dari fitur-fitur atau milik-milik struktur Yang lebih panjang dari
satu segmen, baik berupa perpanjangan fonetik, maupun sebagai pembatasan struktur secara
fonologi, seperti suku kata atau kata_ Prosodi-prosodi ini merupakan maujud yang menjadi ciri
khas suku-suku kata secara keseluruhan, dan tidak dapat saling menggantikan_
Ke dalam perpanjangan fonetik ini termasuk semua fonem suprasegmental dari fitur-fitur seperti
nasalisasi, glotalisasi, dan retrofleksi yang biasanya tidak diikutsertakan dalam analisis fonetik
terutama analisis fonetik menurut linguistik struktural Amerika
Secara singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi menurut teori Firth
adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat abstraksi tersendiri
dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang termasuk ke dalam fitur-fitur prosodi satu kata
adalah:
(1) Jumlah suku kata;
(2) Hakikat suku katanya: terbuka atau tertutup; (3) Kualitas suku-suku kata
(4) Urutan suku-suku kata
(5) Urutan bunyi-bunyi vokal;
(6) Tempat, hakikat, dan kuantitas bunyi-bunyi penting,
(7) Kualitas “gelap” atau “terang” dari suku-suku kata;
(8) Ciri-ciri hakiki lagu suku kata dan juga potongan kalimat tempat kata itu terdapat.
(9) Semua sifat yang menyangkut struktur suku kata, urutan suku kata, dan keharmonisan suku
kata dalam kata, potongan kalimat, dan keseluruhan kalimat.
4. Teori Noam Chomsky
Noam Chomsky adalah linguis Amerika yang dengan teori tata bahasa generatif transformasinya
dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik.
Dalam sejarah pertumbuhannya teori Chomsky ini dapat dibagi atas empat fase. Yaitu :
(1) Fase generatif transformasi klasik yang bertumpu pada buku Syntactic Structure antara tahun
1957 – 1964. (2) Teori standar yang bertumpu pada buku Aspect of the Theory of Syntac antara
tahun 1965-1966. (3) Fase teori standar yang diperluas antara tahun 1967-1972. (4) Fase sesudah
teori standar yang diperluas antara 1973 sampai kini. seperti teori penguasaan dan ikatan
(government and binding theory) yang berkembang sejak tahun delapan puluhan. Adanya fase-
fase itu adalah karena adanya kritik, reaksi, dan saran dari berbagai pihak; dan lebih untuk
menyempurnakan teori itu.
14. Menurut Chomsky untuk dapat menyusun tata bahasa dari suatu bahasa yang masih hidup (masih
digunakan dan ada penuturnya) haruslah ada suatu teori umum mengenai apa yang membentuk
tata bahasa itu. Teori umum itu adalah satu teori ilmiah yang disusun berdasarkan satu korpus
ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan asli bahasa itu. Dengan korpus ujaran itu dapat
ditarik kesimpulan-kesimpulan umum atau kaidah-kaidah umum tata bahasa yang dapat
digunakan untuk memprediksikan semua ujaran (kalimat) yang dapat dihasilkan oleh seorang
penutur asli bahasa itu. Begitu pun teori ini harus bisa digunakan untuk menerangkan kalimat-
kalimat baru yang bisa dihasilkan oleh seorang penutur pada satu kesempatan yang sesuai.
Sedangkan penutur lain dapat memahaminya dengan segera, meskipun kalimat itu juga baru bagi
mereka (Chomsky, 1969: 7).
Dalam hal ini bisa juga dikatakan kalau kita menguasai suatu bahasa dengan baik, karena kita
menjadi penutur bahasa itu, maka kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat baru seperti
disebutkan di atas yang jumlahnya tidak terbatas. Kalimat-kalimat baru yang jumlahnya tidak
terbatas itu tidak mungkin dapat diperoleh dengan teori S – R (stimulus – respons)-nya kaum
behaviorisme seperti yang dikemukakan oleh Bloomfield karena kita tidak mupgkin pernah
mendengar kalimat-kalimat baru yang jumlahnya tidak terbatas.
Tampaknya teori linguistik Chomsky menyangkut adanya pasangan penutur-pendengar yang
ideal di dalam sebuah masyarakat tutur yang betul-betul merata dan sama. Keduanya, penutur
dan pendengar itu, harus mengetahui dan menguasai bahasanya dengan baik. Terjadinya suatu
tindak tutur memerlukan adanya interaksi dari berbagai faktor. Dalam hal ini kompetensi atau
kecakapan linguistik dari penutur-penutur yang menyokong terjadinya tuturan tadi, hanyalah
merupakan satu faktor saja.
Sehubungan dengan hal di atas, Chomsky membedakan adanya kompetensi (kecakapan
linguistik) dan performansi (pelaksanaan atau perlakuan linguistik). Kompetensi adalah
Pengetahuan penutur-pendengar mengenai bahasanya sedangkan Performansi adalah
pelaksanaan berbahasa dalam bentuk menerbitkan kalimat-kalimat dalam keadaan yang nyata.
Pada kenyataan yang sebenarnya perlu diingat bahwa pertuturan tidaklah betul-betul merupakan
respons dari suatu kecakapan, misalnya jika terjadi kesalahan pada awal percakapan,
penyimpangan, kaidah tata bahasa atau perubahan yang terjadi di tengah-tengah percakapan.
Menurut Chomsky yang penting bagi seorang linguis adalah menelaah data-data penuturan (yang
berupa kalimat-kalimat), kemudian menentukan sistem kaidah yang telah diterima atau dikuasai
oleh penutur-pendengar dan yang dipakai dalam penuturan yang sebenarnya. Maka itu, menurut
Chomsky teori linguistik itu bersifat mental karena teori ini mencoba menemukan satu realitas
mental yang menyokong perilaku bahasa yang sebenarnya terjadi.
Kompetensi atau kecakapan adalah suatu proses generatif, dan bukan “gudang” yang berisi kata-
kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori linguistik De Saussure.
Kompetensi merupakan satu sistem kaidah atau rumus yang dapat kita sebut tata bahasa dari
bahasa penutur itu. Maka kalau dibagankan proses perilaku berbahasa itu adalah sebagai berikut.
untuk rr penafsir dengar). kembah
15. Bagan Perilaku Berbahasa
Tata bahasa suatu bahasa adalah uraian (deskripsi) kompetensi penutur-pendengar yang ideal;
clan uraian ini harus mampu memberi uraian struktur tiap-tiap kalimat yang tidak terbatas
jumlahnya, serta dapat menjelaskan bagaimana kalimat-kalimat ini dipahami oleh penutur-
pendengar yang ideal itu. Dilihat dari segi semantik tata bahasa suatu bahasa adalah satu sistem
rumus atau kaidah yang menyatakan persamaan atau keterkaitan antara bunyi (bahasa) dan
makna (bahasa) dalam bahasa itu. Dilihat dari segi daya kreativitas, tata bahasa adalah sebuah
alat perancangan yang khusus menerangkan dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat
gramatikal (yang jumlahnya tidak terbatas) dan menjelaskan struktur setiap kalimat itu. Alat
perancangan inilah yang diberi nama “tata bahasa generatif‟ oleh Chomsky, untuk membedakan
dari pernyataan deskriptif yang hanya menggunakan sekumpulan unsur yang muncul dalam
uraian-uraian struktur yang konteksnya sangat beragam. Tata bahasa generatif sebagai alai
perancangan ini merupakan satu sistem rumus yang tepat dan jelas yang dapat digunakan dalam
gabungan baru yang belum pernah dicoba untuk membentuk kalimat-kalimat baru. Rumus-
rumus ini dapat juga digunakan untuk menentukan struktur clan bentuk fonetik kalimat ini, dan
menunjuk penafsiran-penafsiran semantik kalimat-kalimat baru (yang baru kita dengar), serta
menolak urutan struktur yang bukan milik “bahasa itu” .
Dari uraian itu kita dapat juga menarik konsep Chomsky mengenai bahasa yakni bahasa adalah
sejumlah kalimat, panjang setiap kalimat adalah terbatas dan dibina oleh sejumlah unsur yang
terbatas. Bahasa itu sendiri merupakan perilaku yang diatur oleh rumus-rumus.
Menurut Chomsky perkembangan teori linguistik dan psikologi yang sangat penting dan perlu
diingat dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut.
1. Aspek kreatif penggunaan bahasa.
2. Keabstrakan lambang-lambang linguistik.
3. Keuniversalan struktur dasar linguistik.
4. Peranan organisasi intelek nurani (struktur-dalam) di dalam proses kognitif/mental.
Yang dimaksud dengan aspek kreatif adalah perilaku linguistik yang biasa, bebas dari
rangsangan, bersifat mencipta dan inovatif. Tiap kalimat merupakan karya baru dari kompetensi,
dan bukan hasil cungkilan oleh rangsangan. Ulangan dari frase-frase pendek jarang terjadi.
Hanya dalam hal-hal yang istimewa saja konteks keadaan menentukan kalimat yang akan
dikeluarkan. Misalnya, dalarn konteks perjumpaan di pagi hari melahirkan kalimat, “selamat
pagi”. Andaikata ada kalimat yang serupa dengan kalimat yang sudah ada dalam korpus data,
maka hat itu adalah karena kebetulan saja. Kalimat-kalimat yang baru itu masing-masing adalah
kalimat baru yang kebetulan sama dengan kalimat lain. Kalimat-kalimat yang sama itu bukanlah
hasil cungkilan rangsangan yang keluar sebagai tabiat atau kebiasaan dengan cara mekanis
karena kalimat itu sudah pernah didengar dan dilatihkan dulu pada waktu mempelajari bahasa
itu.
16. Seorang penutur bahasa-ibu suatu bahasa sudah menuranikan satu tata bahasa generatif secara
tidak sadar; dan tanpa disadari dia telah menguasai segala “milik” tata bahasa itu. Jadi, tugas
linguis adalah menemukan dan menerangkan “milik-milik” tata bahasa yang tidak disadarinya.
Yang dimaksud dengan keabstrakan lambang-lambang linguistik adalah bahwa rumus-rumus
atau kaidah-kaidah yang menentukan bentukbentuk kalimat dan penafsiran artinya yang rumit
bukan merupakan sesuatu yang konkret melainkan merupakan sesuatu yang abstrak. Struktur-
struktur
yang telah dimanipulasi dihubungkan dengan fakta-fakta fisik dengan cara yang jauh sekali, baik
dalam tataran fonologi, sintaksis, maupun semantik. Karena prinsip-prinsip yang bekerja dalam
tata bahasa generatif transformasi ini, dan struktur-struktur yang dimanipulasinya tidak ada
hubungan dengan fenomena-fenomena indra tertentu menurut hukum-hukum teori psikologi
empiris maupun behavioris.
Yang dimaksud dengan keuniversalan linguistik dasar adalah prinsipprinsip abstrak yang
mendasari tata bahasa generatif transformasi ini; dan yang tidak dapat diperoleh melalui
pengalaman dan latihan. Oleh karena prinspi-prinsip ini bersifat abstrak dan tidak bisa diperoleh
melalui pengalaman dan latihan, maka berarti prinsip-prinsip ini bersifat universal. Jadi, prinsip-
prinsip yang mendasari setiap tata bahasa generatif transformasi bersifat universal. Maka itu,
menurut Chomsky masalah utarna linguistik adalah hal-hal yang universal dari linguistik itu.
Menurut Chomsky keuniversalan linguistik ini dimiliki manusia sejak lahir karena merupakan
unsur atau struktur-struktur yang tidak terpisahkan dari manusia. Sernuanya bisa diterangkan
berdasarkan peranan organisasi intelek nurani.
Masalah organisasi intelek nurani di dalam proses kognitif umumnya, dan di dalam pemerolehan
bahasa khususnya, merupakan perkembangan baru yang sangat penting terutama dalam
psikolinguistik. Prinsip-prinsip dasar organisasi linguistik adalah keuniversalan linguistik yang
oleh Chomsky kemudian disebut tata bahasa universal. Tata bahasa merupakan satu sistem yang
merupakan bagian dari organisasi intelek nurani yang bersifat universal. Tata bahasa mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa; dan peranan ini sama dengan peranan
yang dimainkan tata bahasa generatif transformasi, misalnya, di dalarn pengenalan bentuk-
bentuk fonetik sebuah kalimat karena rumus-rumus tata bahasa itu digunakan dalam analisis
sintaksis kalimat itu untuk mengenal isyaratisyarat fonetik itu. Di dalam teori linguistiknya,
Chomsky membedakan adanya strukturdalam (deep structure) dan struktur-luar (surface
structure).
BAGIAN KE-2
( )
FONOLOGI, FONETIK DAN FONEMIK
PENGERTIAN FONOLOGI
17. Fonologi adalah ; Cabang ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa.
UNSUR FONOLOGI
1. Fon : Bunyi-bunyi yang tidak membedakan makna
2. Fonem : Bunyi-bunyi yang membedakan makna
Contoh : Bunyi pada dan kata :
Pada kata Teralisasi Bunyi Nasal Palatal dan pada kata Teralisasi bunyi Nasal
Sentrodomal
Fon : Merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat Konkrit. Fon dapat didengar dan
diucapkan, karena itu lazim pula disebut dengan Istilah Bunyi.
Contoh :
Kata : ( Rumah ) = Kata yang mengandung empat Fon / Bunyi yakni :
- Ba – Fathah – Ya – Ta
Fonem: Merupakan sutuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan berfungsi membedakan
makna.
Fonetik : Kajian bunyi bahasa yang tidak memperhatikan fungsinya untuk
membedakan arti
Fonemik : Kajian bunyi bahasa yang membedakan arti
PEMBAGIAN FONOLOGI
Di dalam bahasa arab Fonologi ( ), dibagi kepada dua bagian :
1. Voiceless Sound ( )
2. Voiced Sound ( )
:
: .
:
.
Penulisan Hamzah / Alif
-
18. -
Konsonan & Fokal ( )
: .
)
)
)
BAGIAN 3
MORFOLOGI :
DEVENISI MORFOLGI
Morfologi : Cabang ilmu bahasa yang mengkaji aspek kebahasaan yang berupa kata dan
bagian-bagiannya. Dengan kata lain Morfologi membahas pembentukan makna.
Morf Satuan kebahasaan dalam tataran morfologi berupa bentuk-bentuk kebahasaan
terkecil.
Morfem Satuan kebahasaan dalam tataran morfologi berupa bentuk-bentuk kebahasaan
terkecil yang abstrak.
: .
Contoh : Mencangkul, Memukul, Menggarap, Menyuruh
Men-/ , Mem-/ , Meng-/ , Meny-/
Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk kongkrit dan mempunyai satu makna : Yaitu : “
MELAKUKAN SESUATU “. Bentuk-bentuk yang demikian disebut Morf. Dengan kata lain, ke
Empat Morf terbut diabstraksikan dalam Morfem ( MeN- )
Dalam bahasa Arab Morf disebut dengan istilah : ( ) dan Morfem disebut ( ).
Contoh kata merupakan Morf, dengan Morfem . Yang bermakna Al-Musyarakah.
Begitupula dengan kata : yang bermofem bermakna ( )
19. Pembagian Morfem :
- Morfem Bebas / Free ( )
- Morfem Terikat / Bound ( )
.
FRASA ( )
Frasa : Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
: Satuan linguistic yang merupakan gabungan dua kata atau lebih
yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
: Gabungan dua kata atau lebih yang tidak predikatif
Dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Tarkib dan ‘Ibarah.
.
Tarkib : Gabungan unsur yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau
suatu bentuk yang secara sintaksis sama dengan sata kata tunggal, dalam arti gabungan kata
tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.
„Ibarah : Konstruksi kebahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih, hubungan antar kata dalam
konstruksi itu tidak predikatif, dan dapat diganti dengan satu kata saja.
Contoh :
: Baju Ali / baru dan bagus
Sebagai Subjek
Sebagai Predikat
BAGIAN 4