SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1
PENENTUAN KARAKTERISTIK KAWANAN IKAN PELAGIS
DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR AKUSTIK
(Determination of Pelagic Fish Schools Characteristics Using Acoustic Descriptors)
Fauziyah1
dan Indra Jaya2
ABSTRAK
Tulisan ini memaparkan tentang penentuan karakteristik kawanan ikan pelagis dengan menggunakan
deskriptor akustik energetik, morfometrik dan batimetrik pada kawanan ikan pelagis. Perangkat lunak ADA
versi 2004 (Acoustic Descriptor Analyzer version 2004) yang telah kami kembangkan sebelumnya digunakan
untuk menentukan ciri-ciri (karakteristik) kawanan ikan pelagis dari tiga survei akustik di Perairan Selat Bali.
Hasil matrik korelasi menyatakan bahwa kawanan setiap spesies dapat dibedakan berdasarkan deskriptor a-
kustik. Beberapa peubah dari deskriptor akustik energetik, morfometrik dan batimetrik yakni tinggi, panjang,
area, perimeter, relative altitude, skewness dan simpangan baku menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai
faktor penentu dalam pengelompokan spesies kawanan ikan pelagis.
Kata kunci: karakteristik kawanan, ikan pelagis, ADA versi 2004, deskriptor akustik.
ABSTRACT
This paper describes of the determination of pelagic fish schools characteristics using Acoustic Des-
criptor Analyzer (ADA) version 2004 namely energetic, morphometric and bathymetric. The software was
developed based on three hydroacoustic surveys in Bali Strait. Result of correlation matrix shows that school
of each species can be distinguished on the basis of such acoustic descriptors. Several variables from acous-
tic descriptors namely height, length, area, perimeter, relative altitude, skewness and standard deviation showed
significant differences as determinant factor for species of pelagic fish schools identification (grouping).
Keywords: school characteristic, pelagic fish, ADA version 2004, acoustic descriptors.
PENDAHULUAN
Metode pendugaan stok ikan secara hi-
droakustik dengan cara observasi sederhana, echo
counting, pemetaan sonar, pemetaan echosounder
dan echo integrasi (Maclennan dan Simmonds
1992), telah banyak digunakan dalam penduga-
an kelimpahan stok ikan pelagis. Metode yang
paling umum digunakan adalah metode echo in-
tegrasi. Namun metode ini dibatasi oleh keti-
dakmampuannya dalam menentukan spesies ka-
wanan target.
Selama ini metode identifikasi spesies ka-
wanan yang paling umum digunakan adalah me-
lakukan pengambilan contoh trawl atau purse
seine untuk kemudian dicocokkan atau diban-
dingkan dengan target secara akustik yang ada
pada echogram. Walaupun demikian, identifi-
kasi spesies berdasarkan karakteristik echogram
tersebut bersifat subjektif (Coetzee, 2000). Se-
lain itu, adanya spesies yang tercampur dalam
agregasi (terutama di lingkungan tropis) akan
mengarah pada komposisi spesies yang bias.
Untuk menyiasati kelemahan pada tam-
pilan echogram dapat dilakukan dengan mengu-
kur berbagai karakteristik kawanan ikan untuk
digunakan sebagai input dalam algoritma pola
pengenalan (Azzali (1982); Nion dan Castaldo
(1982) vide Richards et al. (1991)).
Echogram yang merupakan sinyal akus-
tik dapat dianalisis lebih lanjut dengan mendigi-
tasi/mengekstrak data back-scattering strength
volume (Sv)-nya untuk penentuan karakteristik
kawanan ikan. Sinyal Sv adalah rasio antara in-
tensitas yang direfleksikan oleh suatu group single
target, dimana target berada pada volume air ter-
tentu (m3
) yang diinsonifikasi sesaat dan diukur
pada jarak satu meter dari target dengan intensi-
tas suara yang mengenai target.
Pada tulisan ini digunakan perangkat lu-
nak ADA versi 2004 (Fauziyah dan Jaya, 2004)
untuk menentukan karakteristik kawanan ikan
1
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Palem-
bang.
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8
pelagis dan menggunakan analisis PCA (Principal
Component Analysis) untuk menggambarkan
pengelompokan karakteristik kawanan ikan pe-
lagis. Karakteristik ini diharapkan dapat digu-
nakan untuk membedakan kawanan antar spesi-
es ikan pelagis sehingga dapat melengkapi iden-
tifikasi kawanan ikan pelagis tidak hanya secara
sampling melalui alat tangkap (langsung) tetapi
juga secara hidroakustik (tidak langsung).
METODE PENELITIAN
Data Akustik
Penelitian ini memanfaatkan data akustik
yang dikumpulkan selama cruise akustik kapal
Baruna Jaya IV BPPT tahun 1998-2000. Kapal
yang digunakan adalah kapal mid water trawl
dengan kecepatan 10 knot. Peralatan yang di-
gunakan untuk akuisisi data akustik adalah
SIMRAD EK 500 split beam echosounder (120
kHz dan panjang pulsa 0.2 ms) untuk pendetek-
sian target di bawah laut terutama kawanan ikan.
Tranducer dipasang secara tetap (hull mounted)
di bawah Kapal Riset “Baruna Jaya IV”. Lokasi
survei dilaksanakan di perairan Selat Bali yang
terletak diantara pulau Jawa dan pulau Bali meng-
hubungkan perairan laut Bali dan Samudera Hin-
dia (Gambar 1).
Gambar 1. Perairan Selat Bali.
Lintasan survei akustik ini berdasarkan
bentuk dan lokasi perairan selat Bali berupa
rancangan lintasan paralel sepanjang pantai Bali
menuju Samudera Hindia dengan kisaran keda-
laman 4-150 m. Untuk penentuan karakteristik
kawanan ikan digunakan data survei akustik bu-
lan Mei 1999, Agustus 2000 dan September 1998.
Data ini dianggap mewakili kondisi selama mu-
sim angin peralihan I (Maret - Mei) sebagai mu-
sim paceklik, musim timur (Juni - Agustus) dan
musim angin peralihan II (September – Novem-
ber) sebagai musim ikan.
Data akustik yang dikumpulkan selama
cruise akustik tahun 1998-2000 sebanyak 602
echogram. Data tersebut kemudian dipilah ber-
dasarkan tipologi akustik (Reid, 2000) menjadi
58 echogram data terpilih. Pemilihan data terse-
but berguna untuk menghemat waktu pengolah-
an citra dan menghindari tidak adanya target pa-
da echogram.
Pengolahan Data
Data kawanan ikan pelagis yang akan di-
olah, terlebih dahulu dipastikan komposisi spe-
siesnya dan didominasi oleh satu spesies. Spesi-
es yang tercampur akan diabaikan. Kawanan i-
kan pelagis yang digunakan dalam penelitian i-
ni adalah ikan yang dominan tertangkap di sua-
tu perairan. Budihardjo et al. (1990) menyata-
kan bahwa sekitar 80% produksi total ikan yang
didaratkan dari perairan Selat Bali adalah jenis
ikan lemuru (Sardinella lemuru). Sehubungan
dengan itu dipilih ikan lemuru di perairan Selat
Bali sebagai dasar studi. Kawanan ikan pada
kedalaman lebih dari 150 m diabaikan dengan
asumsi bukan lagi merupakan ikan target yang
ingin dideteksi.
Langkah pertama pengolahan data akus-
tik adalah dengan menggunakan software EP500
untuk merubah data pada display berupa echo-
gram ke dalam data akustik (dalam bentuk ASCII
dengan ext *.csv). Langkah selanjutnya adalah
mendeteksi kawanan ikan pelagis menggunakan
perangkat lunak ”Acoustics Descriptor Analyzer
(ADA versi 2004)”, yang telah dikembangkan
sebelumnya (Fauziyah dan Jaya, 2004). Pro-
gram ini dikembangkan dengan teknik pengo-
lahan citra (image processing techniques) dan
GUI (Graphical User Interface) untuk merubah
data echogram dari EP 500 ke dalam bahasa
pengolah citra. Program ini dibangun untuk
mengekstraksi karakteristik kawanan ikan pela-
gis dengan menghitung deskriptor akustik seca-
ra otomatis dari data akustik.
Terdapat 10 peubah deskriptor akustik
pada program ADA versi 2004. Deskriptor ini
di kelompokkan menjadi 3 bagian. Pertama, des-
20 m
20 m
L
I
N
T
A
N
G
S
E
L
A
T
A
N
SAMUDERA INDONESIA
BUJUR TIMUR
LAUT BALI
Keterangan: lintasan survei akustik Tahun 1999
lintasan survei akustik Tahun 1998
200 m
80
80
12’
80
24’
80
36’
80
48’
1140
24’ 1140
36’ 1140
48’ 1150
1140
15’
Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 3
kriptor akustik energetik yang merupakan ener-
gi intensitas suara yang mengenai kawanan i-
kan. Peubah deskriptor tersebut yaitu rata-rata
energi akustik, simpangan baku, skewness dan
kurtosis. Kedua, deskriptor akustik morfometrik
yang menggambarkan bentuk dan ukuran ka-
wanan ikan dalam kolom perairan. Peubah des-
kriptor tersebut yaitu panjang, tinggi, perimeter
dan area. Ketiga, deskriptor akustik batimetrik
yang menggambarkan posisi kawanan ikan pa-
da kolom perairan. Posisi ini menentukan jenis
kawanan ikan yaitu kawanan ikan pelagis atau
kawanan ikan demersal. Peubah deskriptor ter-
sebut adalah rata-rata kedalaman kawanan dan
relative altitude. Skema pengukuran deskriptor
disajikan pada Gambar 2 dan Formulasi perhi-
tungannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Bottom
MinDepth
School
Depth
Batimetri
Surface
Length
Height
Perimeter
Morfometri
Ping
Depth (m)
Min Alt
Gambar 2. Skema Pengukuran Deskriptor Akus-
tik.
Keluaran program ADA versi 2004 beru-
pa ekstraksi karakteristik kawanan ikan pelagis
yaitu deskriptor morfometrik, batimetrik dan e-
nergetik. Teladan kawanan ikan pelagis yang
telah diekstrak dengan program ADA versi 2004
dan parameter terukurnya disajikan pada Gam-
bar 3.
Analisis Statistika
Tujuan penggunaan analisis statistika a-
dalah: pertama, mencari keeratan hubungan an-
tar deskriptor (morfometrik, batimetrik dan ener-
getik); kedua, mengelompokkan kawanan ikan
dengan nilai deskriptor akustik berdasarkan ukur-
an kemiripan (similarities) atau ketakmiripan
(dissimilarities); ketiga, menentukan deskriptor
akustik yang berpengaruh terhadap pemisahan
kelompok tersebut. Untuk tujuan tersebut dila-
kukan Analisis Komponen Utama (Principal
Component Analysis) yang meliputi: analisis fak-
tor (factor analysis), analisis gerombol (cluster
analysis) dan analisis diskriminan (discriminant
analysis). Program statistik yang digunakan
adalah SPSS 11.5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil perhitungan 58 kawanan ikan pela-
gis terpilih disarikan seperti pada Tabel 2.
Korelasi antar deskriptor akustik
Matrik korelasi pada Tabel 3 menghasil-
kan korelasi nyata seluruh peubah pada masing-
masing deskriptor akustik morfometrik, energe-
tik dan batimetrik. Hal ini menunjukkan ada-
nya keeratan hubungan antar peubah pada ma-
sing-masing deskriptor akustik tersebut. Selain
itu, terdapat korelasi yang sangat nyata antara
deskriptor batimetrik dengan energetik yaitu,
berkorelasinya rata-rata kedalaman kawanan de-
ngan energi. Relative altitude berkorelasi dengan
energi, standar deviasi dan skewness.
Korelasi yang nyata juga terjadi pada des-
kriptor batimetrik dengan morfometrik yaitu,
berkorelasinya rata-rata kedalaman kawanan de-
ngan tinggi dan perimeter. Relative altitude ber-
korelasi nyata dengan seluruh peubah pada des-
kriptor morfometrik. Hal ini menunjukkan bah-
wa bentuk dan ukuran kawanan ikan tergantung
pada posisinya di kolom perairan, begitu pula se-
baliknya. Korelasi antara deskriptor energetik
dengan morfometrik terjadi pada peubah sim-
pangan baku dan skewness dengan peubah pan-
jang, area dan perimeter. Hal ini menandakan
bahwa bentuk dan ukuran kawanan dapat mem-
perkirakan energi Sv-nya.
Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama digunakan un-
tuk mendistribusikan pembobotan pada kompo-
nen yang paling baik. Pembobotan tersebut me-
4 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8
nunjukkan korelasi antar komponen. Untuk me-
ngetahui banyaknya komponen yang paling ba-
ik dibuat komponen matrik seperti disajikan pa-
da Tabel 4.
Tabel 1. Deskriptor Akustik dan Formula Perhitungan Berdasarkan Lawson (2001), Coetzee (2000) dan
Bahri (2000).
No Deskriptor Formula perhitungan Definisi
A. Energetik
1 Rata-rata Energi
Akustik, dB 1010log iE
n
⎡ ⎤
⎢ ⎥
⎣ ⎦
∑ alternatif 10
10
Sv
nE =
Rata-rata energi diperoleh dari nilai Sv. Ei ada-
lah bentuk aritmatika Sv. n adalah jumlah total
piksel
2 Simpangan Baku
( )
2
1
i n
SD
i
E E
E
n
−
=
−
∑
3 Skewness
( )
3
2
SD
K
E
dengan
( )
( ) ( )
3
3
.
1 . 2
i n
i
n E E
K
n n
⎡ ⎤
−⎢ ⎥
⎣ ⎦=
⎡ − − ⎤⎣ ⎦
∑
jika n = 3 dan 0 jika n < 3.
4 Kurtosis
( )( )( )
( )
4 2
3 1( 1)
1 2 3 ( 2)( 3)
i n
i SD
nE En n
n n n E n n
−⎛ ⎞−+
−⎜ ⎟
− − − − −⎝ ⎠
∑
B. Morfometri
Tinggi terlihat, m ( )akhir awalVertikal Vertikal− Vertikalawal adalah nilai pixel (m) pada titik awal
kawanan ikan. Vertikalakhir adalah nilai pixel (m)
pada titik akhir kawanan ikan.
5
Tinggi nyata, m
2
terlihat
C
Tinggi
γ⎛ ⎞
− ⎜ ⎟
⎝ ⎠
Cγ/2 adalah persamaan efek panjang pulsa, C
adalah kecepatan sound (m/det) dan γ adalah
panjang pulsa (m.det).
Panjang terlihat,
m
.ping k∑ k adalah faktor koreksi, yaitu jumlah meter per
ping yang dihitung dari kecepatan kapal (knot)
dan laju ping (ping/menit)
6
Panjang nyata, m 4
2 tan
2
terlihat mPanjang D
ϕ
π
⎡ ⎤⎛ ⎞⎛ ⎞
−⎢ ⎥⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ ⎠⎝ ⎠⎣ ⎦
2Dm tan(φ/2) adalah efek lebar sorot (beam), Dm
adalah rata-rata kedalaman kawanan dan φ ada-
lah sudut antar tranduser dan tepi kawanan diu-
kur saat deteksi pertama. φ sebagai fungsi nomi-
nal sudut sorot (beam) (Diner, 1998).
7 Perimeter ∑ sel terluar 4/π Faktor koreksi untuk memperkirakan pan-
jang kawanan yang dikehendaki (Coetzee,
2000)
8 Area, m2
∑ sel * tinggi 1 sel * panjang 1 sel
C. Batimetri
9 Rata-rata
kedalaman
kawan-an, m
( )_ iD
Mean depth
n
= ∑
10 Relative Altitude,
%
( . ) / 2
_ *100
Min Alt MaxH
R Altitude
Depth
+
= Posisi kawanan dalam kolom air (%)
Terdapat 3 (tiga) komponen yang bagus
untuk meringkas ke sepuluh peubah deskriptor
akustik. Pada komponen pertama, peubah pan-
jang, tinggi, area dan perimeter benar-benar
menggambarkan bentuk dan ukuran (morfome-
trik) kawanan lemuru. Pada komponen kedua
merefleksikan peubah yang berhubungan de-
ngan posisi kawanan dalam kolom perairan (ba-
timetrik). Pada komponen pertama, kedua dan
ketiga mengkorelasikan peubah yang meng-
gambarkan intensitas energi yang direfleksikan
oleh suatu group single target dan distribusi ra-
Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 5
ta-rata energi akustik tersebut seperti kurtosis
dan skewness.
Parameter Kawanan Ikan
Spesies : Ikan Pelagis
Tanggal : 17-08-2000
Waktu : 07:56
Lintang : 114o
40’ 346’’
Bujur : 08o
40’ 964’’
Energeti
Mean energi acoustics : -75.91 dB
St Dev : 2.26
Skewness : -0.25
Kurtosis : -0.51
TS rata-rata : - 46.89 dB
Morfometri
Tinggi : 1234 m
Panjang : 32 m
Area : 13555 m2
Perimeter : 1756
Elongasi : 38.6
Dimensi fraktal : 1.28
Batimetri
Minimum kedalaman : 133 m
Kedalaman rata-rata : 150 m
Relative Altitude : 40 %
Gambar 3. Contoh Kawanan Ikan Pelagis yang
Telah Diekstrak Dengan Program
ADA Versi 2004 dan Parameter Ter-
ukurnya.
Pada kajian ini difokuskan pada penentu-
an pemisahan kelompok spesies dari spesies la-
innya. Spesies kawanan ikan pelagis di perair-
an Selat Bali sebagian besar didominasi oleh je-
nis ikan lemuru (Sardinella lemuru) dengan ki-
saran 14-98%, selanjutnya tongkol (Auxis spp)
dengan kisaran 0.5-56%, layang (Decapterus
sp) dengan kisaran 0.1-61% dan ikan lainnya
dengan kisaran 0.1-14% pada Tahun 1996-1998
(Wudianto, 2001).
Analisis Gerombol (Cluster Analysis) di-
gunakan untuk mendeteksi kawanan ikan pela-
gis yang dominan. Untuk memudahkan detek-
si, analisis dilakukan terhadap gerombol kawan-
an ikan pelagis lemuru dan bukan lemuru. Ana-
lisis Gerombol dengan teknik hierarki ini disaji-
kan dalam bentuk dendogram dan dapat dilihat
pada Gambar 4. Dendogram tersebut jika di-
potong pada jarak terpanjang maka terdapat 2
gerombol kelompok kawanan ikan yaitu, kawan-
an lemuru sebanyak 86.2% dan bukan kawanan
lemuru sebanyak 13.8%.
Tabel 2. Rataan Nilai Deskriptor Akustik yang Menggambarkan Kawanan Ikan Pelagis pada Setiap
Survei, CV Merefleksikan Koefisien Keragaman dari Rata-rata.
Musim Timur Peralihan I Peralihan II Gabungan
Variabel
Rata-rata CV Rata-rata CV Rata-rata CV Rata-rata CV
Panjang (m) 249.7 0.010 536.4 0.32 1 813.0 0.09 772.8 1.48
Tinggi (m) 13.5 0.149 15.3 0.13 12.0 0.50 13.1 0.59
Area (m2
) 2 197.7 0.061 1 905.2 0.03 10 779.6 0.15 4 671.6 2.16
Perimeter 414.4 0.178 333.1 0.10 1 195.5 0.04 641.0 1.46
Energi (dB) -55.1 1.395 -61.4 1.09 -58.1 1.13 -57.1 -0.13
Skewness -0.9 1.913 -1.0 1.40 -0.5 2.70 -0.8 -0.55
Mean depth (m) 50.7 0.257 81.8 0.62 82.1 0.35 66.8 0.55
Relative Altitude (%) 32.0 0.197 19.1 0.30 35.5 0.24 30.1 0.61
Jumlah Kawanan 28 12 18 58
Tabel 3. Matrik Korelasi untuk Menyeleksi Peubah Deskriptor Akustik
Peubah Mean depth Rel. Alt. Energi SB Skew Kurt Panjang Tinggi Area
Relative altitude (Rel. Alt.) -0.496
Energi -0.770 0.485
Simpangan Baku (SB) -0.142 -0.314 0.240
Skewness (Skew) 0.209 0.361 -0.249 -0.853
Kurtosis (Kurt) -0.134 -0.187 -0.090 0.260 -0.495
Panjang 0.174 0.425 -0.108 -0.451 0.501 -0.128
Tinggi 0.227 0.217 -0.176 -0.163 0.196 -0.058 0.187
Area 0.082 0.406 -0.107 -0.409 0.453 -0.018 0.914 0.299
Perimeter 0.240 0.258 -0.130 -0.473 0.491 -0.126 0.750 0.474 0.758
Langkah selanjutnya menentukan deskrip-
tor akustik yang berpengaruh terhadap pemisah-
an 2 kelompok kawanan ikan pelagis tersebut.
Analisis yang dilakukan adalah Analisis Diskri-
6 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8
minan (Discriminant Function Analysis). Hasil-
nya dapat dilihat pada uji kesetaraan kelompok
pada Tabel 5. Berdasarkan hasil uji pada Tabel
5 terlihat deskriptor akustik dengan nilai p <
0.05 adalah relative altitude, SD, Skewnees,
panjang, tinggi, area dan perimeter. Hal ini me-
nunjukkan bahwa deskriptor akustik tersebut
merupakan deskriptor yang berpengaruh terha-
dap pemisahan kelompok kawanan ikan pelagis
Tabel 4. Jumlah Komponen Matriks pada Anali-
sis Faktor.
KomponenPeubah
Deskriptor 1 2 3
Mean Depth 0.359 -0.788 -0.080
Rel. Altitude 0.356 0.825 -0.008
Energi -0.346 0.855 0.027
SD -0.739 -0.079 0.404
Skewness 0.799 0.082 -0.509
Kurtosis -0.301 -0.146 0.729
Panjang 0.843 0.168 0.297
Tinggi 0.441 -0.019 0.245
Area 0.815 0.201 0.417
Perimeter 0.834 0.080 0.294
Pembahasan
Kebutuhan terhadap ruang oleh ikan ti-
dak selalu sama. Bentuk, ukuran, posisi dalam
perairan dan energi kawanan ikan sebagai fak-
tor internal sangat bervariasi dari satu spesies
ke spesies lain dan dalam spesies itu sendiri,
serta dari kelas umur juvenil ke kelas umur de-
wasa. Karakteristik kawanan mungkin tergan-
tung pada faktor eksternal seperti suhu, salinitas
(hidrologi) dan keberadaan predator dan mang-
sanya. Komposisi spesies kawanan mungkin
berpengaruh pada distribusi vertikal dan ting-
kah laku kawanan. Faktor internal dan ekternal
mempunyai interaksi yang komplek, sehingga
perlu diurai satu persatu untuk mendapatkan pola
yang benar.
Bentuk kawanan yang tampak pada echo-
gram, hasilnya berbeda dengan perhitungan des-
kriptor akustik. Hal ini dikarenakan, kawanan
pada echogram terdiri dari kumpulan piksel yang
berbentuk bujursangkar antara panjang dan
tinggi. Pada kenyataannya, saat sinyal ditem-
bakan pada target ada faktor koreksi terhadap
kecepatan kapal, laju ping dan sudut sorot (beam)
yang dibentuknya. Kawanan ikan yang terlihat
pada echosounder tidak menghasilkan kawanan
ikan nyata yang memproduksi jejak gema. Ci-
tra kawanan pada echogram dipertimbangkan
sebagai ’true’ mask image yang merupakan ci-
tra distorsi. Faktor koreksi dapat dilihat pada
contoh peubah panjang. Panjang terlihat adalah
177.78 m dan panjang terkoreksi adalah 176.86
m dengan efek lebar sorot (beam) 38.95.
Gambar 5. Dendogram Kawanan Ikan Pelagis di Perairan Selat Bali.
Similarity
Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 7
Tabel 5. Uji Kesetaraan Kelompok pada Anali-
sis Diskriminan.
Peubah
Deskriptor
Wilks'
Lambda
F df1 df2 Sig.
Mean Depth 0.947 3.118 1 56 0.083
Rel. Altitude 0.921 4.823 1 56 0.032
Energi 0.983 0.949 1 56 0.334
Simpangan Baku 0.820 12.252 1 56 0.001
Skewness 0.818 12.474 1 56 0.001
Kurtosis 0.994 0.336 1 56 0.565
Panjang 0.522 51.280 1 56 0.000
Tinggi 0.853 9.614 1 56 0.003
Area 0.512 53.434 1 56 0.000
Perimeter 0.446 69.650 1 56 0.000
Berdasarkan penelitian Lawson (2001) ki-
saran nilai Sv untuk ikan pelagis kecil (anchovy,
sardine, round herring) adalah (-65dB) - (-60dB).
Disamping itu digunakan kisaran (-30dB) - (-60dB)
untuk keakuratan analisis dan menghindari de-
teksi secondary beam. Coetzee (2000) menggu-
nakan threshold nilai 10 SA unit (m2
.nautical
mile-2
) yang ekuivalen dengan nilai Sv = -66 dB
untuk ikan pelagis kecil yaitu sardine. Pada pe-
nelitian pendahuluan, perhitungan deskriptor un-
tuk energi akustik dengan pendekatan nilai SA
hasilnya tidak menunjukkan adanya pengaruh
pemisahan kelompok antara kawanan lemuru
dan bukan kawanan lemuru. Berdasarkan hasil
tersebut, maka digunakan pendekatan nilai Sv.
Adanya korelasi yang kuat antar deskrip-
tor akustik (morfometrik, batimetrik dan ener-
getik) di perairan Selat Bali cukup untuk dijadi-
kan tolok ukur yang lebih baik dalam mende-
teksi kawanan ikan pelagis secara internal. Da-
lam kajian ini, dapat dilihat juga dari hasil ana-
lisis multivariatnya bahwa deskripsi kawanan
didominasi oleh 3 komponen.
Adanya korelasi antara posisi kawanan
dalam kolom air (relative altitude) dengan des-
kriptor morfometri menjelaskan bahwa bentuk
dan ukuran kawanan ikan tidak terlepas dari
tingkah laku kawanan tersebut. Waktu harian
berhubungan dengan posisi ikan pada kolom
perairan, sehingga korelasi yang terjadi adalah
korelasi tingkah laku kawanan ikan baik untuk
alasan mencari makan atau hubungan sosial.
Peubah yang menggambarkan bentuk dan
ukuran (morfometrik) kawanan ikan pelagis pa-
da Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada musim
panen ikan (musim peralihan II) mempunyai
panjang kawanan yang lebih panjang dibanding
musim paceklik (peralihan I) dan musim timur
serta tinggi kawanannya semakin rendah. Hal i-
ni menunjukkan bahwa bentuk kawanan ikan
pelagis pada musim panen cenderung berbentuk
oval pipih dengan area dan perimeter kawanan
yang semakin luas.
Energi kawanan ikan pelagis di perairan
Selat Bali adalah (-77dB) - (-42 dB) dengan ra-
ta-rata (-57 dB). Energi kawanan ikan pada mu-
sim paceklik dan musim panen memiliki inten-
sitas energi akustik yang hampir sama yaitu (-55)
- (-67) dB dan (-55) - (-65) dB namun rata-rata-
nya berbeda yaitu -61.4 dB dan -58.1 dB. Sedang-
kan energi kawanan ikan pada musim timur anta-
ra (-42) - (77) dB dengan rata-rata -55.1 dB.
Musim pemijahan dan ketersediaan ma-
kanan merupakan kunci dalam menjelaskan per-
bedaan intensitas energi kawanan ikan. Pada mu-
sim paceklik diperkirakan kawanan ikan pelagis
melakukan pemijahan. Ukuran tubuh kawanan
ikan pelagis dewasa terefleksikan pada rata-rata
intensitas energinya yaitu -61.4 dB (memiliki in-
tensitas energi paling rendah). Musim timur
merupakan musim pemeliharaan bagi kawanan
lemuru. Pada musim timur ini, ketersediaan ma-
kanan melimpah dibanding musim peralihan I
dan II (Wudianto, 2000). Pada musim ini, ukur-
an ikan bervariasi mulai dari ikan pelagis dewa-
sa, remaja sampai juvenile sehingga kisaran inten-
sitas energinya besar dan rata-rata intensitas e-
nerginya paling tinggi (-55 dB). Pada musim
peralihan II, kawanan ikan pelagis umumnya a-
dalah kelompok remaja sampai dewasa muda
yang ditandai dengan rata-rata intensitasnya bera-
da diantara musim timur dan peralihan I.
Posisi kawanan ikan pelagis dalam kolom
perairan adalah 17.1% dari permukaan laut pa-
da musim peralihan I dengan kedalaman rata-
rata kawanan 81.8 m. Pada musim timur, posisi
kawanan ikan berubah menjadi 32% dengan ke-
dalaman rata-rata kawanan 50.7 m dan pada mu-
sim peralihan II, posisi kawanan ikan pada ko-
lom air menjadi 35.5% dengan kedalaman rata-
rata kawanan 82.1 m.
Pada musim peralihan I terjadi penaikan
massa air (Wudianto, 2000) sehingga kawanan
ikan pelagis mencari kisaran suhu yang sesuai
dengan habitat hidupnya dengan terkonsentrasi
pada perairan lebih dalam (lebih dari 200 m) de-
ngan posisi optimal 17.1% dari permukaan laut
yaitu pada kedalaman rata-rata 81.8 m.
8 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8
Pada musim timur (musim pemeliharaan)
terjadi penaikan massa air yang semakin jelas
dan ketersediaan makanan yang melimpah, se-
hingga kawanan ikan pelagis sebagian besar me-
nuju perairan dangkal. Kedalaman rata-rata ka-
wanan ikan yang optimal adalah 50.7 m dengan
posisi 32% dari permukaan laut (kedalaman da-
sar perairan sekitar 100 m). Pada musim peralih-
an II, penaikan massa air tinggal sisa-sisa sehing-
ga kawanan ikan pelagis mencari kisaran suhu
yang sesuai dengan habitat hidupnya dengan ter-
konsentrasi pada perairan lebih dangkal (kedalam-
an dasar perairan sekitar 150 m).
Berdasarkan analisis gerombol dengan
dendogram, terdapat 50 kawanan ikan merupa-
kan kawanan lemuru (86.2 %) dan sebanyak (8
kawanan) 13.8% bukan kawanan lemuru. Dan
hasil penelitian Wudianto (2001) diketahui bah-
wa kawanan ikan pelagis yang dominan dan se-
ring muncul di perairan Selat Bali adalah kawan-
an lemuru, kawanan tongkol dan kawanan la-
yang, sehingga kawanan bukan lemuru pada pe-
nelitian ini diprediksi sebagian besar adalah ka-
wanan ikan tongkol dan kawanan ikan layang.
Hasil analisis diskriminan memaparkan
bahwa peubah yang berpengaruh terhadap pe-
misahan kawanan lemuru dan bukan lemuru a-
dalah tinggi, panjang, area, perimeter (deskrip-
tor morfometrik), relative altitude (deskriptor ba-
timetrik), Skewness dan simpangan baku (deskrip-
tor energetik). Merujuk dari hasil yang didapat,
maka deskriptor morfometrik dapat dijadikan
sebagai deskriptor yang berpengaruh terhadap
pemisahan kawanan ikan. Pada deskriptor ener-
getik hanya sebaran distribusi dan simpangan
bakunya saja yang dapat dijadikan sebagai fak-
tor pemisah. Peubah energi tidak dapat dijadi-
kan sebagai faktor penentu, hal ini mungkin di-
sebabkan energi back-scattering volume berni-
lai negatif. Pada deskriptor batimetrik hanya
posisi kawanan dalam kolom perairan saja yang
dapat dijadikan sebagai faktor penentu, sedang
peubah rata-rata kedalaman kawanan tidak da-
pat dijadikan sebagai faktor penentu yang ke-
mungkinan disebabkan mean depth hanya ber-
patokan pada kedalaman yang diukur dari per-
mukaan perairan sehingga kedalaman dasar per-
airan tidak diketahui.
KESIMPULAN
Terdapat hubungan yang erat antara des-
kriptor akustik morfometrik, energetik dan bati-
metrik sehingga deskriptor akustik dapat dijadi-
kan parameter dalam menggambarkan karakte-
ristik kawanan ikan pelagis di perairan Selat
Bali. Pendekatan nilai Sv dalam pengukuran
deskriptor akustik dapat dijadikan tolok ukur
yang lebih baik dalam mendeteksi kawanan i-
kan pelagis secara internal.
Berdasarkan hasil Analisis Komponen U-
tama pada penentuan kelompok spesies kawan-
an ikan pelagis, maka kawanan ikan pelagis da-
pat dideteksi dengan keakuratan mencapai 86.2%
merupakan kawanan lemuru dan 13.8% meru-
pakan bukan kawanan lemuru (diprediksi seba-
gai kawanan ikan tongkol dan ikan layang). Pa-
da analisis diskriminan, peubah deskriptor akus-
tik yang merupakan faktor penentu dalam men-
deteksi kawanan ikan termasuk ke dalam ka-
wanan lemuru atau bukan lemuru adalah tinggi,
panjang, area, perimeter, relative altitude, skew-
ness dan simpangan baku.
PUSTAKA
Budiharjo, S. E., M. Amin dan Rusmadji. 1990. Estimasi
Pertumbuhan dan Tingkat Kematian Ikan Lemuru
(Sardinella longiceps) di Selat Bali. J. Pen. Perik.
Laut, 56: 79-90.
Coetzee, J. 2000. Use of a Shoal Analysis and Patch
Estimation System (SHAPES) to Characterise Sar-
dine Schools. Aquatic Living Resources, 13(1): 1-10.
Fauziyah dan I. Jaya. 2004. Pengembangan Perangkat
Lunak Acoustic Descriptor Analyzer (ADA versi
2004) untuk Identifikasi Kawanan Ikan Pelagis. J.
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(2):
87-92.
Lawson, G. L., M. Barange dan P. Freon. 2001. Species
Identification of Pelagis Fish Schools on the South
African Continental Shelf Using Acoustic Descrip-
tors and Ancillary Information. ICES Journal of
Marine Science, 58: 275-287.
Maclennan, D. N. dan J. Simmonds. 1992. Fisheries Acous-
tics. Chapman and Hall. Fish and Fisheries, Series 5.
Reid, D. 2000. Standard Protocols for the Analysis of
School Based Data from Echo Sounder Surveys.
Fisheries Research, 47: 125-136.
Richards, L. J., R. Kieser, J. M. Timothy and J. R. Candy.
1991. Clasification of Fish Assembblages Based on
Echo Integration Surveys. Canadian Journal Fish
Aquatics Science, 48: 1264-1272.
Wudianto. 2001. Analisis Sebaran dan Kelimpahan
Ikan Lemuru (Sarinella lemuru Bleeker, 1853) di
Perairan Selat Bali; Kaitannya dengan Optimasi
Penangkapan. Disertasi (tidak dipublikasikan).
Program Pascasarjana IPB. Bogor.

More Related Content

Similar to PENENTUAN KARAKTERISTIK KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR AKUSTIK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
Repository Ipb
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
Mustain Adinugroho
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Yayasan TERANGI
 
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darahKepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
Anjas Asmara, S.Si
 
Jurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminiferaJurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminifera
Meikel Sihombing
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Mujiyanto -
 

Similar to PENENTUAN KARAKTERISTIK KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR AKUSTIK (20)

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UN...
 
Tugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikanTugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikan
 
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
 
TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptxTUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan Hias
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
 
Rencana tahap 1
Rencana tahap 1 Rencana tahap 1
Rencana tahap 1
 
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darahKepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah
 
Jurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminiferaJurnal meikel, foraminifera
Jurnal meikel, foraminifera
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
tapal kuda hewan konservasi kabupaten buol
tapal kuda hewan konservasi kabupaten buoltapal kuda hewan konservasi kabupaten buol
tapal kuda hewan konservasi kabupaten buol
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
 

More from Repository Ipb

SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
Repository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
Repository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
Repository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
Repository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 

Recently uploaded (20)

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 

PENENTUAN KARAKTERISTIK KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR AKUSTIK

  • 1. 1 PENENTUAN KARAKTERISTIK KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR AKUSTIK (Determination of Pelagic Fish Schools Characteristics Using Acoustic Descriptors) Fauziyah1 dan Indra Jaya2 ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penentuan karakteristik kawanan ikan pelagis dengan menggunakan deskriptor akustik energetik, morfometrik dan batimetrik pada kawanan ikan pelagis. Perangkat lunak ADA versi 2004 (Acoustic Descriptor Analyzer version 2004) yang telah kami kembangkan sebelumnya digunakan untuk menentukan ciri-ciri (karakteristik) kawanan ikan pelagis dari tiga survei akustik di Perairan Selat Bali. Hasil matrik korelasi menyatakan bahwa kawanan setiap spesies dapat dibedakan berdasarkan deskriptor a- kustik. Beberapa peubah dari deskriptor akustik energetik, morfometrik dan batimetrik yakni tinggi, panjang, area, perimeter, relative altitude, skewness dan simpangan baku menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai faktor penentu dalam pengelompokan spesies kawanan ikan pelagis. Kata kunci: karakteristik kawanan, ikan pelagis, ADA versi 2004, deskriptor akustik. ABSTRACT This paper describes of the determination of pelagic fish schools characteristics using Acoustic Des- criptor Analyzer (ADA) version 2004 namely energetic, morphometric and bathymetric. The software was developed based on three hydroacoustic surveys in Bali Strait. Result of correlation matrix shows that school of each species can be distinguished on the basis of such acoustic descriptors. Several variables from acous- tic descriptors namely height, length, area, perimeter, relative altitude, skewness and standard deviation showed significant differences as determinant factor for species of pelagic fish schools identification (grouping). Keywords: school characteristic, pelagic fish, ADA version 2004, acoustic descriptors. PENDAHULUAN Metode pendugaan stok ikan secara hi- droakustik dengan cara observasi sederhana, echo counting, pemetaan sonar, pemetaan echosounder dan echo integrasi (Maclennan dan Simmonds 1992), telah banyak digunakan dalam penduga- an kelimpahan stok ikan pelagis. Metode yang paling umum digunakan adalah metode echo in- tegrasi. Namun metode ini dibatasi oleh keti- dakmampuannya dalam menentukan spesies ka- wanan target. Selama ini metode identifikasi spesies ka- wanan yang paling umum digunakan adalah me- lakukan pengambilan contoh trawl atau purse seine untuk kemudian dicocokkan atau diban- dingkan dengan target secara akustik yang ada pada echogram. Walaupun demikian, identifi- kasi spesies berdasarkan karakteristik echogram tersebut bersifat subjektif (Coetzee, 2000). Se- lain itu, adanya spesies yang tercampur dalam agregasi (terutama di lingkungan tropis) akan mengarah pada komposisi spesies yang bias. Untuk menyiasati kelemahan pada tam- pilan echogram dapat dilakukan dengan mengu- kur berbagai karakteristik kawanan ikan untuk digunakan sebagai input dalam algoritma pola pengenalan (Azzali (1982); Nion dan Castaldo (1982) vide Richards et al. (1991)). Echogram yang merupakan sinyal akus- tik dapat dianalisis lebih lanjut dengan mendigi- tasi/mengekstrak data back-scattering strength volume (Sv)-nya untuk penentuan karakteristik kawanan ikan. Sinyal Sv adalah rasio antara in- tensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target, dimana target berada pada volume air ter- tentu (m3 ) yang diinsonifikasi sesaat dan diukur pada jarak satu meter dari target dengan intensi- tas suara yang mengenai target. Pada tulisan ini digunakan perangkat lu- nak ADA versi 2004 (Fauziyah dan Jaya, 2004) untuk menentukan karakteristik kawanan ikan 1 Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Palem- bang. 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
  • 2. 2 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8 pelagis dan menggunakan analisis PCA (Principal Component Analysis) untuk menggambarkan pengelompokan karakteristik kawanan ikan pe- lagis. Karakteristik ini diharapkan dapat digu- nakan untuk membedakan kawanan antar spesi- es ikan pelagis sehingga dapat melengkapi iden- tifikasi kawanan ikan pelagis tidak hanya secara sampling melalui alat tangkap (langsung) tetapi juga secara hidroakustik (tidak langsung). METODE PENELITIAN Data Akustik Penelitian ini memanfaatkan data akustik yang dikumpulkan selama cruise akustik kapal Baruna Jaya IV BPPT tahun 1998-2000. Kapal yang digunakan adalah kapal mid water trawl dengan kecepatan 10 knot. Peralatan yang di- gunakan untuk akuisisi data akustik adalah SIMRAD EK 500 split beam echosounder (120 kHz dan panjang pulsa 0.2 ms) untuk pendetek- sian target di bawah laut terutama kawanan ikan. Tranducer dipasang secara tetap (hull mounted) di bawah Kapal Riset “Baruna Jaya IV”. Lokasi survei dilaksanakan di perairan Selat Bali yang terletak diantara pulau Jawa dan pulau Bali meng- hubungkan perairan laut Bali dan Samudera Hin- dia (Gambar 1). Gambar 1. Perairan Selat Bali. Lintasan survei akustik ini berdasarkan bentuk dan lokasi perairan selat Bali berupa rancangan lintasan paralel sepanjang pantai Bali menuju Samudera Hindia dengan kisaran keda- laman 4-150 m. Untuk penentuan karakteristik kawanan ikan digunakan data survei akustik bu- lan Mei 1999, Agustus 2000 dan September 1998. Data ini dianggap mewakili kondisi selama mu- sim angin peralihan I (Maret - Mei) sebagai mu- sim paceklik, musim timur (Juni - Agustus) dan musim angin peralihan II (September – Novem- ber) sebagai musim ikan. Data akustik yang dikumpulkan selama cruise akustik tahun 1998-2000 sebanyak 602 echogram. Data tersebut kemudian dipilah ber- dasarkan tipologi akustik (Reid, 2000) menjadi 58 echogram data terpilih. Pemilihan data terse- but berguna untuk menghemat waktu pengolah- an citra dan menghindari tidak adanya target pa- da echogram. Pengolahan Data Data kawanan ikan pelagis yang akan di- olah, terlebih dahulu dipastikan komposisi spe- siesnya dan didominasi oleh satu spesies. Spesi- es yang tercampur akan diabaikan. Kawanan i- kan pelagis yang digunakan dalam penelitian i- ni adalah ikan yang dominan tertangkap di sua- tu perairan. Budihardjo et al. (1990) menyata- kan bahwa sekitar 80% produksi total ikan yang didaratkan dari perairan Selat Bali adalah jenis ikan lemuru (Sardinella lemuru). Sehubungan dengan itu dipilih ikan lemuru di perairan Selat Bali sebagai dasar studi. Kawanan ikan pada kedalaman lebih dari 150 m diabaikan dengan asumsi bukan lagi merupakan ikan target yang ingin dideteksi. Langkah pertama pengolahan data akus- tik adalah dengan menggunakan software EP500 untuk merubah data pada display berupa echo- gram ke dalam data akustik (dalam bentuk ASCII dengan ext *.csv). Langkah selanjutnya adalah mendeteksi kawanan ikan pelagis menggunakan perangkat lunak ”Acoustics Descriptor Analyzer (ADA versi 2004)”, yang telah dikembangkan sebelumnya (Fauziyah dan Jaya, 2004). Pro- gram ini dikembangkan dengan teknik pengo- lahan citra (image processing techniques) dan GUI (Graphical User Interface) untuk merubah data echogram dari EP 500 ke dalam bahasa pengolah citra. Program ini dibangun untuk mengekstraksi karakteristik kawanan ikan pela- gis dengan menghitung deskriptor akustik seca- ra otomatis dari data akustik. Terdapat 10 peubah deskriptor akustik pada program ADA versi 2004. Deskriptor ini di kelompokkan menjadi 3 bagian. Pertama, des- 20 m 20 m L I N T A N G S E L A T A N SAMUDERA INDONESIA BUJUR TIMUR LAUT BALI Keterangan: lintasan survei akustik Tahun 1999 lintasan survei akustik Tahun 1998 200 m 80 80 12’ 80 24’ 80 36’ 80 48’ 1140 24’ 1140 36’ 1140 48’ 1150 1140 15’
  • 3. Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 3 kriptor akustik energetik yang merupakan ener- gi intensitas suara yang mengenai kawanan i- kan. Peubah deskriptor tersebut yaitu rata-rata energi akustik, simpangan baku, skewness dan kurtosis. Kedua, deskriptor akustik morfometrik yang menggambarkan bentuk dan ukuran ka- wanan ikan dalam kolom perairan. Peubah des- kriptor tersebut yaitu panjang, tinggi, perimeter dan area. Ketiga, deskriptor akustik batimetrik yang menggambarkan posisi kawanan ikan pa- da kolom perairan. Posisi ini menentukan jenis kawanan ikan yaitu kawanan ikan pelagis atau kawanan ikan demersal. Peubah deskriptor ter- sebut adalah rata-rata kedalaman kawanan dan relative altitude. Skema pengukuran deskriptor disajikan pada Gambar 2 dan Formulasi perhi- tungannya dapat dilihat pada Tabel 1. Bottom MinDepth School Depth Batimetri Surface Length Height Perimeter Morfometri Ping Depth (m) Min Alt Gambar 2. Skema Pengukuran Deskriptor Akus- tik. Keluaran program ADA versi 2004 beru- pa ekstraksi karakteristik kawanan ikan pelagis yaitu deskriptor morfometrik, batimetrik dan e- nergetik. Teladan kawanan ikan pelagis yang telah diekstrak dengan program ADA versi 2004 dan parameter terukurnya disajikan pada Gam- bar 3. Analisis Statistika Tujuan penggunaan analisis statistika a- dalah: pertama, mencari keeratan hubungan an- tar deskriptor (morfometrik, batimetrik dan ener- getik); kedua, mengelompokkan kawanan ikan dengan nilai deskriptor akustik berdasarkan ukur- an kemiripan (similarities) atau ketakmiripan (dissimilarities); ketiga, menentukan deskriptor akustik yang berpengaruh terhadap pemisahan kelompok tersebut. Untuk tujuan tersebut dila- kukan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) yang meliputi: analisis fak- tor (factor analysis), analisis gerombol (cluster analysis) dan analisis diskriminan (discriminant analysis). Program statistik yang digunakan adalah SPSS 11.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil perhitungan 58 kawanan ikan pela- gis terpilih disarikan seperti pada Tabel 2. Korelasi antar deskriptor akustik Matrik korelasi pada Tabel 3 menghasil- kan korelasi nyata seluruh peubah pada masing- masing deskriptor akustik morfometrik, energe- tik dan batimetrik. Hal ini menunjukkan ada- nya keeratan hubungan antar peubah pada ma- sing-masing deskriptor akustik tersebut. Selain itu, terdapat korelasi yang sangat nyata antara deskriptor batimetrik dengan energetik yaitu, berkorelasinya rata-rata kedalaman kawanan de- ngan energi. Relative altitude berkorelasi dengan energi, standar deviasi dan skewness. Korelasi yang nyata juga terjadi pada des- kriptor batimetrik dengan morfometrik yaitu, berkorelasinya rata-rata kedalaman kawanan de- ngan tinggi dan perimeter. Relative altitude ber- korelasi nyata dengan seluruh peubah pada des- kriptor morfometrik. Hal ini menunjukkan bah- wa bentuk dan ukuran kawanan ikan tergantung pada posisinya di kolom perairan, begitu pula se- baliknya. Korelasi antara deskriptor energetik dengan morfometrik terjadi pada peubah sim- pangan baku dan skewness dengan peubah pan- jang, area dan perimeter. Hal ini menandakan bahwa bentuk dan ukuran kawanan dapat mem- perkirakan energi Sv-nya. Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama digunakan un- tuk mendistribusikan pembobotan pada kompo- nen yang paling baik. Pembobotan tersebut me-
  • 4. 4 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8 nunjukkan korelasi antar komponen. Untuk me- ngetahui banyaknya komponen yang paling ba- ik dibuat komponen matrik seperti disajikan pa- da Tabel 4. Tabel 1. Deskriptor Akustik dan Formula Perhitungan Berdasarkan Lawson (2001), Coetzee (2000) dan Bahri (2000). No Deskriptor Formula perhitungan Definisi A. Energetik 1 Rata-rata Energi Akustik, dB 1010log iE n ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ∑ alternatif 10 10 Sv nE = Rata-rata energi diperoleh dari nilai Sv. Ei ada- lah bentuk aritmatika Sv. n adalah jumlah total piksel 2 Simpangan Baku ( ) 2 1 i n SD i E E E n − = − ∑ 3 Skewness ( ) 3 2 SD K E dengan ( ) ( ) ( ) 3 3 . 1 . 2 i n i n E E K n n ⎡ ⎤ −⎢ ⎥ ⎣ ⎦= ⎡ − − ⎤⎣ ⎦ ∑ jika n = 3 dan 0 jika n < 3. 4 Kurtosis ( )( )( ) ( ) 4 2 3 1( 1) 1 2 3 ( 2)( 3) i n i SD nE En n n n n E n n −⎛ ⎞−+ −⎜ ⎟ − − − − −⎝ ⎠ ∑ B. Morfometri Tinggi terlihat, m ( )akhir awalVertikal Vertikal− Vertikalawal adalah nilai pixel (m) pada titik awal kawanan ikan. Vertikalakhir adalah nilai pixel (m) pada titik akhir kawanan ikan. 5 Tinggi nyata, m 2 terlihat C Tinggi γ⎛ ⎞ − ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ Cγ/2 adalah persamaan efek panjang pulsa, C adalah kecepatan sound (m/det) dan γ adalah panjang pulsa (m.det). Panjang terlihat, m .ping k∑ k adalah faktor koreksi, yaitu jumlah meter per ping yang dihitung dari kecepatan kapal (knot) dan laju ping (ping/menit) 6 Panjang nyata, m 4 2 tan 2 terlihat mPanjang D ϕ π ⎡ ⎤⎛ ⎞⎛ ⎞ −⎢ ⎥⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎝ ⎠⎝ ⎠⎣ ⎦ 2Dm tan(φ/2) adalah efek lebar sorot (beam), Dm adalah rata-rata kedalaman kawanan dan φ ada- lah sudut antar tranduser dan tepi kawanan diu- kur saat deteksi pertama. φ sebagai fungsi nomi- nal sudut sorot (beam) (Diner, 1998). 7 Perimeter ∑ sel terluar 4/π Faktor koreksi untuk memperkirakan pan- jang kawanan yang dikehendaki (Coetzee, 2000) 8 Area, m2 ∑ sel * tinggi 1 sel * panjang 1 sel C. Batimetri 9 Rata-rata kedalaman kawan-an, m ( )_ iD Mean depth n = ∑ 10 Relative Altitude, % ( . ) / 2 _ *100 Min Alt MaxH R Altitude Depth + = Posisi kawanan dalam kolom air (%) Terdapat 3 (tiga) komponen yang bagus untuk meringkas ke sepuluh peubah deskriptor akustik. Pada komponen pertama, peubah pan- jang, tinggi, area dan perimeter benar-benar menggambarkan bentuk dan ukuran (morfome- trik) kawanan lemuru. Pada komponen kedua merefleksikan peubah yang berhubungan de- ngan posisi kawanan dalam kolom perairan (ba- timetrik). Pada komponen pertama, kedua dan ketiga mengkorelasikan peubah yang meng- gambarkan intensitas energi yang direfleksikan oleh suatu group single target dan distribusi ra-
  • 5. Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 5 ta-rata energi akustik tersebut seperti kurtosis dan skewness. Parameter Kawanan Ikan Spesies : Ikan Pelagis Tanggal : 17-08-2000 Waktu : 07:56 Lintang : 114o 40’ 346’’ Bujur : 08o 40’ 964’’ Energeti Mean energi acoustics : -75.91 dB St Dev : 2.26 Skewness : -0.25 Kurtosis : -0.51 TS rata-rata : - 46.89 dB Morfometri Tinggi : 1234 m Panjang : 32 m Area : 13555 m2 Perimeter : 1756 Elongasi : 38.6 Dimensi fraktal : 1.28 Batimetri Minimum kedalaman : 133 m Kedalaman rata-rata : 150 m Relative Altitude : 40 % Gambar 3. Contoh Kawanan Ikan Pelagis yang Telah Diekstrak Dengan Program ADA Versi 2004 dan Parameter Ter- ukurnya. Pada kajian ini difokuskan pada penentu- an pemisahan kelompok spesies dari spesies la- innya. Spesies kawanan ikan pelagis di perair- an Selat Bali sebagian besar didominasi oleh je- nis ikan lemuru (Sardinella lemuru) dengan ki- saran 14-98%, selanjutnya tongkol (Auxis spp) dengan kisaran 0.5-56%, layang (Decapterus sp) dengan kisaran 0.1-61% dan ikan lainnya dengan kisaran 0.1-14% pada Tahun 1996-1998 (Wudianto, 2001). Analisis Gerombol (Cluster Analysis) di- gunakan untuk mendeteksi kawanan ikan pela- gis yang dominan. Untuk memudahkan detek- si, analisis dilakukan terhadap gerombol kawan- an ikan pelagis lemuru dan bukan lemuru. Ana- lisis Gerombol dengan teknik hierarki ini disaji- kan dalam bentuk dendogram dan dapat dilihat pada Gambar 4. Dendogram tersebut jika di- potong pada jarak terpanjang maka terdapat 2 gerombol kelompok kawanan ikan yaitu, kawan- an lemuru sebanyak 86.2% dan bukan kawanan lemuru sebanyak 13.8%. Tabel 2. Rataan Nilai Deskriptor Akustik yang Menggambarkan Kawanan Ikan Pelagis pada Setiap Survei, CV Merefleksikan Koefisien Keragaman dari Rata-rata. Musim Timur Peralihan I Peralihan II Gabungan Variabel Rata-rata CV Rata-rata CV Rata-rata CV Rata-rata CV Panjang (m) 249.7 0.010 536.4 0.32 1 813.0 0.09 772.8 1.48 Tinggi (m) 13.5 0.149 15.3 0.13 12.0 0.50 13.1 0.59 Area (m2 ) 2 197.7 0.061 1 905.2 0.03 10 779.6 0.15 4 671.6 2.16 Perimeter 414.4 0.178 333.1 0.10 1 195.5 0.04 641.0 1.46 Energi (dB) -55.1 1.395 -61.4 1.09 -58.1 1.13 -57.1 -0.13 Skewness -0.9 1.913 -1.0 1.40 -0.5 2.70 -0.8 -0.55 Mean depth (m) 50.7 0.257 81.8 0.62 82.1 0.35 66.8 0.55 Relative Altitude (%) 32.0 0.197 19.1 0.30 35.5 0.24 30.1 0.61 Jumlah Kawanan 28 12 18 58 Tabel 3. Matrik Korelasi untuk Menyeleksi Peubah Deskriptor Akustik Peubah Mean depth Rel. Alt. Energi SB Skew Kurt Panjang Tinggi Area Relative altitude (Rel. Alt.) -0.496 Energi -0.770 0.485 Simpangan Baku (SB) -0.142 -0.314 0.240 Skewness (Skew) 0.209 0.361 -0.249 -0.853 Kurtosis (Kurt) -0.134 -0.187 -0.090 0.260 -0.495 Panjang 0.174 0.425 -0.108 -0.451 0.501 -0.128 Tinggi 0.227 0.217 -0.176 -0.163 0.196 -0.058 0.187 Area 0.082 0.406 -0.107 -0.409 0.453 -0.018 0.914 0.299 Perimeter 0.240 0.258 -0.130 -0.473 0.491 -0.126 0.750 0.474 0.758 Langkah selanjutnya menentukan deskrip- tor akustik yang berpengaruh terhadap pemisah- an 2 kelompok kawanan ikan pelagis tersebut. Analisis yang dilakukan adalah Analisis Diskri-
  • 6. 6 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8 minan (Discriminant Function Analysis). Hasil- nya dapat dilihat pada uji kesetaraan kelompok pada Tabel 5. Berdasarkan hasil uji pada Tabel 5 terlihat deskriptor akustik dengan nilai p < 0.05 adalah relative altitude, SD, Skewnees, panjang, tinggi, area dan perimeter. Hal ini me- nunjukkan bahwa deskriptor akustik tersebut merupakan deskriptor yang berpengaruh terha- dap pemisahan kelompok kawanan ikan pelagis Tabel 4. Jumlah Komponen Matriks pada Anali- sis Faktor. KomponenPeubah Deskriptor 1 2 3 Mean Depth 0.359 -0.788 -0.080 Rel. Altitude 0.356 0.825 -0.008 Energi -0.346 0.855 0.027 SD -0.739 -0.079 0.404 Skewness 0.799 0.082 -0.509 Kurtosis -0.301 -0.146 0.729 Panjang 0.843 0.168 0.297 Tinggi 0.441 -0.019 0.245 Area 0.815 0.201 0.417 Perimeter 0.834 0.080 0.294 Pembahasan Kebutuhan terhadap ruang oleh ikan ti- dak selalu sama. Bentuk, ukuran, posisi dalam perairan dan energi kawanan ikan sebagai fak- tor internal sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain dan dalam spesies itu sendiri, serta dari kelas umur juvenil ke kelas umur de- wasa. Karakteristik kawanan mungkin tergan- tung pada faktor eksternal seperti suhu, salinitas (hidrologi) dan keberadaan predator dan mang- sanya. Komposisi spesies kawanan mungkin berpengaruh pada distribusi vertikal dan ting- kah laku kawanan. Faktor internal dan ekternal mempunyai interaksi yang komplek, sehingga perlu diurai satu persatu untuk mendapatkan pola yang benar. Bentuk kawanan yang tampak pada echo- gram, hasilnya berbeda dengan perhitungan des- kriptor akustik. Hal ini dikarenakan, kawanan pada echogram terdiri dari kumpulan piksel yang berbentuk bujursangkar antara panjang dan tinggi. Pada kenyataannya, saat sinyal ditem- bakan pada target ada faktor koreksi terhadap kecepatan kapal, laju ping dan sudut sorot (beam) yang dibentuknya. Kawanan ikan yang terlihat pada echosounder tidak menghasilkan kawanan ikan nyata yang memproduksi jejak gema. Ci- tra kawanan pada echogram dipertimbangkan sebagai ’true’ mask image yang merupakan ci- tra distorsi. Faktor koreksi dapat dilihat pada contoh peubah panjang. Panjang terlihat adalah 177.78 m dan panjang terkoreksi adalah 176.86 m dengan efek lebar sorot (beam) 38.95. Gambar 5. Dendogram Kawanan Ikan Pelagis di Perairan Selat Bali. Similarity
  • 7. Fauziyah dan I. Jaya, Penentuan Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis dengan Menggunakan … 7 Tabel 5. Uji Kesetaraan Kelompok pada Anali- sis Diskriminan. Peubah Deskriptor Wilks' Lambda F df1 df2 Sig. Mean Depth 0.947 3.118 1 56 0.083 Rel. Altitude 0.921 4.823 1 56 0.032 Energi 0.983 0.949 1 56 0.334 Simpangan Baku 0.820 12.252 1 56 0.001 Skewness 0.818 12.474 1 56 0.001 Kurtosis 0.994 0.336 1 56 0.565 Panjang 0.522 51.280 1 56 0.000 Tinggi 0.853 9.614 1 56 0.003 Area 0.512 53.434 1 56 0.000 Perimeter 0.446 69.650 1 56 0.000 Berdasarkan penelitian Lawson (2001) ki- saran nilai Sv untuk ikan pelagis kecil (anchovy, sardine, round herring) adalah (-65dB) - (-60dB). Disamping itu digunakan kisaran (-30dB) - (-60dB) untuk keakuratan analisis dan menghindari de- teksi secondary beam. Coetzee (2000) menggu- nakan threshold nilai 10 SA unit (m2 .nautical mile-2 ) yang ekuivalen dengan nilai Sv = -66 dB untuk ikan pelagis kecil yaitu sardine. Pada pe- nelitian pendahuluan, perhitungan deskriptor un- tuk energi akustik dengan pendekatan nilai SA hasilnya tidak menunjukkan adanya pengaruh pemisahan kelompok antara kawanan lemuru dan bukan kawanan lemuru. Berdasarkan hasil tersebut, maka digunakan pendekatan nilai Sv. Adanya korelasi yang kuat antar deskrip- tor akustik (morfometrik, batimetrik dan ener- getik) di perairan Selat Bali cukup untuk dijadi- kan tolok ukur yang lebih baik dalam mende- teksi kawanan ikan pelagis secara internal. Da- lam kajian ini, dapat dilihat juga dari hasil ana- lisis multivariatnya bahwa deskripsi kawanan didominasi oleh 3 komponen. Adanya korelasi antara posisi kawanan dalam kolom air (relative altitude) dengan des- kriptor morfometri menjelaskan bahwa bentuk dan ukuran kawanan ikan tidak terlepas dari tingkah laku kawanan tersebut. Waktu harian berhubungan dengan posisi ikan pada kolom perairan, sehingga korelasi yang terjadi adalah korelasi tingkah laku kawanan ikan baik untuk alasan mencari makan atau hubungan sosial. Peubah yang menggambarkan bentuk dan ukuran (morfometrik) kawanan ikan pelagis pa- da Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada musim panen ikan (musim peralihan II) mempunyai panjang kawanan yang lebih panjang dibanding musim paceklik (peralihan I) dan musim timur serta tinggi kawanannya semakin rendah. Hal i- ni menunjukkan bahwa bentuk kawanan ikan pelagis pada musim panen cenderung berbentuk oval pipih dengan area dan perimeter kawanan yang semakin luas. Energi kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali adalah (-77dB) - (-42 dB) dengan ra- ta-rata (-57 dB). Energi kawanan ikan pada mu- sim paceklik dan musim panen memiliki inten- sitas energi akustik yang hampir sama yaitu (-55) - (-67) dB dan (-55) - (-65) dB namun rata-rata- nya berbeda yaitu -61.4 dB dan -58.1 dB. Sedang- kan energi kawanan ikan pada musim timur anta- ra (-42) - (77) dB dengan rata-rata -55.1 dB. Musim pemijahan dan ketersediaan ma- kanan merupakan kunci dalam menjelaskan per- bedaan intensitas energi kawanan ikan. Pada mu- sim paceklik diperkirakan kawanan ikan pelagis melakukan pemijahan. Ukuran tubuh kawanan ikan pelagis dewasa terefleksikan pada rata-rata intensitas energinya yaitu -61.4 dB (memiliki in- tensitas energi paling rendah). Musim timur merupakan musim pemeliharaan bagi kawanan lemuru. Pada musim timur ini, ketersediaan ma- kanan melimpah dibanding musim peralihan I dan II (Wudianto, 2000). Pada musim ini, ukur- an ikan bervariasi mulai dari ikan pelagis dewa- sa, remaja sampai juvenile sehingga kisaran inten- sitas energinya besar dan rata-rata intensitas e- nerginya paling tinggi (-55 dB). Pada musim peralihan II, kawanan ikan pelagis umumnya a- dalah kelompok remaja sampai dewasa muda yang ditandai dengan rata-rata intensitasnya bera- da diantara musim timur dan peralihan I. Posisi kawanan ikan pelagis dalam kolom perairan adalah 17.1% dari permukaan laut pa- da musim peralihan I dengan kedalaman rata- rata kawanan 81.8 m. Pada musim timur, posisi kawanan ikan berubah menjadi 32% dengan ke- dalaman rata-rata kawanan 50.7 m dan pada mu- sim peralihan II, posisi kawanan ikan pada ko- lom air menjadi 35.5% dengan kedalaman rata- rata kawanan 82.1 m. Pada musim peralihan I terjadi penaikan massa air (Wudianto, 2000) sehingga kawanan ikan pelagis mencari kisaran suhu yang sesuai dengan habitat hidupnya dengan terkonsentrasi pada perairan lebih dalam (lebih dari 200 m) de- ngan posisi optimal 17.1% dari permukaan laut yaitu pada kedalaman rata-rata 81.8 m.
  • 8. 8 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2005, Jilid 12, Nomor 1: 1-8 Pada musim timur (musim pemeliharaan) terjadi penaikan massa air yang semakin jelas dan ketersediaan makanan yang melimpah, se- hingga kawanan ikan pelagis sebagian besar me- nuju perairan dangkal. Kedalaman rata-rata ka- wanan ikan yang optimal adalah 50.7 m dengan posisi 32% dari permukaan laut (kedalaman da- sar perairan sekitar 100 m). Pada musim peralih- an II, penaikan massa air tinggal sisa-sisa sehing- ga kawanan ikan pelagis mencari kisaran suhu yang sesuai dengan habitat hidupnya dengan ter- konsentrasi pada perairan lebih dangkal (kedalam- an dasar perairan sekitar 150 m). Berdasarkan analisis gerombol dengan dendogram, terdapat 50 kawanan ikan merupa- kan kawanan lemuru (86.2 %) dan sebanyak (8 kawanan) 13.8% bukan kawanan lemuru. Dan hasil penelitian Wudianto (2001) diketahui bah- wa kawanan ikan pelagis yang dominan dan se- ring muncul di perairan Selat Bali adalah kawan- an lemuru, kawanan tongkol dan kawanan la- yang, sehingga kawanan bukan lemuru pada pe- nelitian ini diprediksi sebagian besar adalah ka- wanan ikan tongkol dan kawanan ikan layang. Hasil analisis diskriminan memaparkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap pe- misahan kawanan lemuru dan bukan lemuru a- dalah tinggi, panjang, area, perimeter (deskrip- tor morfometrik), relative altitude (deskriptor ba- timetrik), Skewness dan simpangan baku (deskrip- tor energetik). Merujuk dari hasil yang didapat, maka deskriptor morfometrik dapat dijadikan sebagai deskriptor yang berpengaruh terhadap pemisahan kawanan ikan. Pada deskriptor ener- getik hanya sebaran distribusi dan simpangan bakunya saja yang dapat dijadikan sebagai fak- tor pemisah. Peubah energi tidak dapat dijadi- kan sebagai faktor penentu, hal ini mungkin di- sebabkan energi back-scattering volume berni- lai negatif. Pada deskriptor batimetrik hanya posisi kawanan dalam kolom perairan saja yang dapat dijadikan sebagai faktor penentu, sedang peubah rata-rata kedalaman kawanan tidak da- pat dijadikan sebagai faktor penentu yang ke- mungkinan disebabkan mean depth hanya ber- patokan pada kedalaman yang diukur dari per- mukaan perairan sehingga kedalaman dasar per- airan tidak diketahui. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang erat antara des- kriptor akustik morfometrik, energetik dan bati- metrik sehingga deskriptor akustik dapat dijadi- kan parameter dalam menggambarkan karakte- ristik kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali. Pendekatan nilai Sv dalam pengukuran deskriptor akustik dapat dijadikan tolok ukur yang lebih baik dalam mendeteksi kawanan i- kan pelagis secara internal. Berdasarkan hasil Analisis Komponen U- tama pada penentuan kelompok spesies kawan- an ikan pelagis, maka kawanan ikan pelagis da- pat dideteksi dengan keakuratan mencapai 86.2% merupakan kawanan lemuru dan 13.8% meru- pakan bukan kawanan lemuru (diprediksi seba- gai kawanan ikan tongkol dan ikan layang). Pa- da analisis diskriminan, peubah deskriptor akus- tik yang merupakan faktor penentu dalam men- deteksi kawanan ikan termasuk ke dalam ka- wanan lemuru atau bukan lemuru adalah tinggi, panjang, area, perimeter, relative altitude, skew- ness dan simpangan baku. PUSTAKA Budiharjo, S. E., M. Amin dan Rusmadji. 1990. Estimasi Pertumbuhan dan Tingkat Kematian Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) di Selat Bali. J. Pen. Perik. Laut, 56: 79-90. Coetzee, J. 2000. Use of a Shoal Analysis and Patch Estimation System (SHAPES) to Characterise Sar- dine Schools. Aquatic Living Resources, 13(1): 1-10. Fauziyah dan I. Jaya. 2004. Pengembangan Perangkat Lunak Acoustic Descriptor Analyzer (ADA versi 2004) untuk Identifikasi Kawanan Ikan Pelagis. J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(2): 87-92. Lawson, G. L., M. Barange dan P. Freon. 2001. Species Identification of Pelagis Fish Schools on the South African Continental Shelf Using Acoustic Descrip- tors and Ancillary Information. ICES Journal of Marine Science, 58: 275-287. Maclennan, D. N. dan J. Simmonds. 1992. Fisheries Acous- tics. Chapman and Hall. Fish and Fisheries, Series 5. Reid, D. 2000. Standard Protocols for the Analysis of School Based Data from Echo Sounder Surveys. Fisheries Research, 47: 125-136. Richards, L. J., R. Kieser, J. M. Timothy and J. R. Candy. 1991. Clasification of Fish Assembblages Based on Echo Integration Surveys. Canadian Journal Fish Aquatics Science, 48: 1264-1272. Wudianto. 2001. Analisis Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sarinella lemuru Bleeker, 1853) di Perairan Selat Bali; Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. Disertasi (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor.