2. Menjadi dai sebelum menjadi apapun
Keutamaan dakwah
1.
Komitmen hidup bersama dakwah
2.
Tugas aktivis dakwah
3.
Karakter penentang dakwah dan balasannya
4.
Karakter penyambut dakwah dan balasannya
5.
SURAT YASIN AYAT 1-12
01
3. )٢( ِكيِمَحْلا ِنآْرُقْلاَو )١( يس
1. Yaa siin.
2. [1]Demi Al Quran yang penuh hikmah,
[1] Ini adalah sumpah Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan Al Qur’anul Karim,
di mana sifatnya adalah hikmah (bijaksana) dan menempatkan sesuatu pada
tempatnya, perintahnya tepat dan larangannya tepat, memberikan balasan
pada tempatnya, hukum-hukum syar’i dan jaza’i(balasan)nya juga penuh
dengan hikmah. Di antara kebijaksanaan Al Qur’an adalah menggabung antara
menyebutkan hukum dengan hikmahnya, mengingatkan akal terhadap hal-hal
yang sesuai dan sifat-sifat yang menghendaki untuk dihukumi.
1 - 2
02
4. )٤( يٍمِقَت ْسُم اٍطَر ِص ىَلَع )٣( َنِلي ْرَسُمْلا َنِمَل َكَّنِإ
3. [2]Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
4. [3](yang berada) di atas jalan yang lurus,
[2] Ayat ini sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir yang mengatakan kepada Beliau, “Engkau bukan
seorang rasul.” Firman-Nya, “Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,”
merupakan isi dari sumpah sebelumnya, yakni Allah bersumpah dengan Al Qur’an, bahwa Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk para rasul. Oleh karena itu, yang Beliau bawa sama dengan yang
dibawa para rasul sebelumnya seperti dalam masalah-masalah ushul/pokok. Di samping itu, barang siapa
yang memperhatikan keadaan para rasul dan sifat mereka, maka dia akan mengetahui bahwa Beliau
termasuk rasul pilihan karena sifat-sifat sempurna yang Beliau miliki dan akhlak utama. Hal ini tidaklah
samar, karena adanya hubungan yang kuat antara yang dipakai untuk bersumpah, yaitu Al Qur’an dan hal
yang disumpahkan, yaitu kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga jika seandainya
tidak ada dalil dan saksi terhadap kerasulan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selain Al Quranul Karim ini,
tentu ia sudah cukup sebagai dalil dan saksi terhadap kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bahkan Al Qur’anul Karim merupakan dalil terkuat yang menunjukkan kerasulan Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
3 - 4
02
5. [3] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan sifat yang paling besar bagi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kerasulan Beliau, yaitu bahwa Beliau berada di atas
jalan yang lurus, yang dapat menyampaikan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Jalan yang lurus
tersebut mencakup ilmu (pengetahuan terhadap yang hak) dan amal, di mana amal tersebut adalah
amal yang saleh; yang memperbaiki hati dan badan, dunia dan akhirat. Termasuk ke dalam amal saleh
adalah akhlak yang utama yang membersihkan jiwa dan menyucikan hati serta mengembangkan
pahala. Jalan yang lurus merupakan sifat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sifat bagi
agama yang Beliau bawa. Maka perhatikanlah keagungan Al Qur’an ini, di mana Allah Subhaanahu wa
Ta’aala menggabung antara bersumpah dengan sesuatu yang paling mulia dipakai bersumpah dan hal
agung yang disumpahkan (yaitu kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Memang berita
Allah saja yang menunjukkan kerasulan Beliau sudah cukup, akan tetapi Dia menegakkan dalil-dalil
yang jelas dan bukti-bukti yang nyata di sini untuk menunjukkan kebenaran yang disumpahkan itu
serta mengisyaratkan kepada kita untuk mengikuti jalannya.
01
6. )٦( َنوُلاِفَغ ْمُهَف ْمُهُؤاَبآ َرِذْنُأ اَم اًمْوَق َرِذُتْنِل )٥( يِمِحَّرال ِزيِزَعْلا يَلِزْنَت
5. [4] (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang,
6. [5]Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi
peringatan[6], karena itu mereka lalai[7].
[4] Jalan yang lurus itu diturunkan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang ke dalam kitab-Nya dan
diturunkan-Nya sebagai jalan bagi hamba-hamba-Nya. Jalan yang lurus itu dapat menyampaikan mereka
kepada-Nya dan kepada surga-Nya. Maka dengan keperkasaan-Nya, Dia menjaga jalan itu dari perubahan dan
dengan jalan itu, Dia merahmati hamba-hamba-Nya dengan rahmat yang mengena kepada mereka sehingga
dapat menyampaikan mereka ke tempat rahmat-Nya (surga). Oleh karena itulah, Dia tutup ayat ini dengan dua
nama-Nya yang mulia; Al ‘Aziz dan Ar Rahiim.
[5] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala bersumpah terhadap kerasulan Beliau dan menegakkan dalil
terhadapnya, maka Allah menyebutkan tingginya tingkat kebutuhan manusia kepadanya dan sudah sangat
mendesak sekali.
5 - 6
01
7. 05
[6] Yakni berada di zaman fatrah (terputus pengiriman rasul).
[7] Dari iman dan petunjuk atau dari tauhid. Mereka ini adalah orang-orang Arab yang ummiy
(buta huruf), mereka sebelumnya selalu kosong dari kitab dan rasul, kebodohan dan kesesatan
telah merata menimpa mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepada mereka
seorang rasul dari kalangan mereka yang menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
Al Qur’an dan hikmah (As Sunnah), padahal mereka sebelumnya berada dalam kesesatan yang
nyata, maka Beliau memberi peringatan kepada orang-orang Arab yang ummi dan orang-orang
yang bertemu mereka, serta mengingatkan Ahli Kitab terhadap kitab yang ada pada mereka,
maka dengan diutusnya Beliau merupakan nikmat dari Allah kepada bangsa Arab secara khusus
dan kepada semua manusia secara umum. Akan tetapi, mereka yang didatangi rasul itu terbagi
menjadi dua golongan: (1) Golongan yang menolak apa yang Beliau bawa dan tidak menerima
peringatan itu, di mana tentang mereka Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Sungguh, pasti
berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.” (2)
Golongan yang menerima peringatan sebagaimana yang disebutkan pada ayat 11 dalam surah
Yaasiin ini.
8. )٨( َنوُحَمْقُم ْمُهَف ِناَقْذاأل ىَل
ِإ َي ِهَف الالْغَأ ْم ِهاِقَنْعَأ ِفي اَنْلَعَج اَّنِإ )٧( َنوُنِمْؤُي ال ْمُهَف ْم ِهِرْكَثَأ ىَلَع ُلْوَقْلا َّقَح ْدَقَل
7. [8]Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak
beriman.
8. [9]Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu,
karena itu mereka tertengadah[10].
[8] Yakni berlaku pada mereka qadha’ dan kehendak-Nya, bahwa mereka senantiasa dalam kekafiran dan
kemusyrikan, dan dijatuhkan kepada mereka perkataan (hukuman) karena sebelumnya mereka telah
disodorkan kebenaran, lalu mereka menolaknya, maka sebagai hukumannya hati mereka dicap.
[9] Menurut Syaikh As Sa’diy, selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan penghalang yang
menghalangi masuknya iman ke dalam hati mereka.
7 - 8
02
9. َنوُنِمْؤُي ال ْمُهْرِذْنُت ْمَل ْمَأ ْمُهَتْرَذْنَأَأ ْم ِهْيَلَع اٌءَو َوَس )٩( َنوُر ِصْبُي ال ْمُهَف ْماُهَنْي َشْغَأَف ا ًّد َس ْم ِهِفْلَخ ْنِمَو ا ًّد َس ْم ِهِديْيَأ
ِنْيَب ْنِم اَنْلَعَوَج
)١٠(
9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat[11].
10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak
memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga[12].
[11] Ayat ini juga menurut sebagian ahli tafsir merupakan tamtsil yang menunjukkan tertutupnya jalan
bagi mereka untuk beriman.
[12] Yakni bagaimana akan beriman orang yang telah dicap hatinya, di mana ia sudah melihat yang hak
sebagai kebatilan dan yang batil sebagai hak.
9 - 10
01
10. Mengapa Allah sudah bilang karakter orangnya susah didakwahi tapi Allah tetap
menyuruh Rasul berdakwah, Kenapa pula Rasulullah mau melakukannya?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa para Nabi dan Rasul tetap setia dengan misi
dakwahnya, merubah yang impossible menjadi possible yaitu:
1. Yakin
Keyakinan yang kuat karena dakwah ini perintah Allah, pasti Allah tidak akan
meninggalkannya sendirian. Tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu yang tidak
mungkin dilakukan. Yakin pasti bisa dilakukan. Berapa persen tingkat
keberhasilannya? Itu bukan urusan Nabi, karena Nabi hanya melakukan apa yang
diperintahkan Allah. Soal hasil terserah Allah.
01
11. 2. Allah Maha Teliti mencatat amal manusia
Allah sangat menghargai proses, yang penting beramal dengan cara yang benar. Allah tidak pernah menuntut hasil.
Ketika seluruh energy telah dikerahkan, segala daya upaya telah dipersembahkan, maka Allah akan tunjukkan jalan
setapak demi setapak.
3. Contoh yang menginspirasi nabi berdakwah
Contoh ini Allah gambarkan dalam surat Yasin ayat 13 -27.
Allah gambarkan perumpamaan suatu negeri yang selalu menolak utusan Rasul dari Allah sampai Rasul yang ke tiga juga
ditolak. Datanglah seorang laki-laki dari kaumnya berkata: “hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.” Namun kaumnya
malah membunuh laki-laki itu. Dan Laki-laki itu masuk surga.
12. )١٢( ٍنيِبُم اٍمَمِإ ِفي اُهَنْي ْحَصأ ٍءْي َش َّلُكَو ْمُهَراَثآَو واُمَّدَق اَم ُبُتَنْكَو ىَتْوَمْلا يِيْحُن ُنْحَن اَّنِإ )١١( يٍمِرَك ٍرْج
َأ
َو ٍةَرِفْغَمِب ُهْر ِّشَبَف ِبْيَغْلاِب َنَّرْحَمال َي ِشَخَو َرْكِّذال َعَبَّتا ِنَم ُرِذْنُت اَمَّنِإ
11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan[13] kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan[14] dan yang takut
kepada Tuhan Yang Maha Pengasih walaupun mereka tidak melihat-Nya. [15]Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan
dan pahala yang mulia (surga).
12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati[16], [17]dan Kamilah yang mencatat[18] apa yang telah mereka
kerjakan[19] dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan[20]. Dan segala sesuatu[21] Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (Lauh
Mahfuzh).
[13] Yakni peringatan dan nasihatmu hanyalah bermanfaat bagi orang yang mengikuti peringatan, yaitu mereka yang niatnya adalah
mengikuti kebenaran.
[14] Maksudnya peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah berguna bagi orang yang mau
mengikutinya.
[15] Yakni barang siapa yang memiliki kedua sifat ini, yaitu niat yang baik dalam mencari yang hak (benar) dan rasa takut kepada Allah.
Orang yang seperti inilah yang dapat mengambil manfaat dari risalah Beliau dan dapat membersihkan dirinya dengan pengajaran
Beliau. Oleh karena itu, berikan kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia terhadap amal mereka yang saleh
dan niatnya yang baik.
11 - 12
01
13. 10
[16] Yakni Kami bangkitkan mereka setelah matinya untuk diberikan balasan terjadap amal mereka.
[17] Abu Bakar Al Bazzar berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Ziyad As Saajiy. (Ia berkata):
Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Umar. (Ia berkata): Telah menceritakan kepada kami Syu’bah
dari Al Jaririy dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Sesungguhnya Bani Salamah
mengeluhkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jauhnya tempat tinggal mereka dari masjid,
maka turunlah ayat, “dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan.” Maka akhirnya mereka tetap tinggal di tempat tersebut. Ia (Al Bazzar) juga berkata: Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna. (Ia berkata): Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul
A’la. (Ia berkata): Telah menceritakan kepada kami Al Jaririy Sa’id bin Ayas dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id
radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sama seperti itu. Menurut Ibnu Katsir, bahwa
di sana terdapat keghariban (keasingan) karena disebutkan turunnya ayat ini, sedangkan surat tersebut
semuanya adalah Makkiyyah. Hadits ini para perawinya adalah para perawi hadits shahih kecuali ‘Abbad bin
Ziyad, tentang dia terdapat pembicaraan sebagaimana dalam Tahdzibut Tahdzib, akan tetapi hadits ini telah
dimutaba’ahkan sebagaimana yang kita lihat. Tirmidzi juga meriwayatkannya di juz 4 hal. 171 dan ia
menghasankannya. Hakim di juz 2 hal. 428 juga meriwayatkan dan ia menshahihkannya namun didiamkan
oleh Adz Dzahabi dari hadits Abu Sa’id Al Khudriy, akan tetapi di hadits itu dalam riwayat keduanya ada
Tharif bin Syihab, sedankan dia adalah dha’if sekali sebagaimana dalam Al Mizan, namun orang tersebut
dalam riwayat Hakim adalah Sa’id bin Tharif, mungkin saja sebagian rawi keliru dalam hal ini. Akan tetapi,
hadits ini memiliki syahid dalam riwayat Ibnu Jarir rahimahullah dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Rumah orang-orang Anshar berjauhan dari masjid, lalu mereka ingin pindah ke dekat masjid, maka
turunlah ayat, “Dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan.” Hadits ini melalui jalan Simak dari Ikrimah, sedangkan riwayat Simak dari Ikrimah adalah
mudhtharib, akan tetapi ia termasuk ke dalam syahid. Syaikh Muqbil berkata, “Adapun ucapan Ibnu Katsir
rahimahullah, bahwa di sana terdapat keghariban karena surat terseut semua (ayat)nya adalah Makkiyyah,
maka belum jelas arahnya bagiku. Kalau memang ayat ini turun di Mekah, maka tidaklah menghalangi
turunnya dua kali, namun jika tidak pasti turunnya di Mekah, maka bisa saja surat ini Makkiyyah selain ayat
itu sebagaimana yang sudah biasa, wallahu a’lam.” (Lihat Ash Shahihul Musnad Min Asbaabin Nuzul hal. 193-
194 oleh Syaikh Muqbil).
14. 07
[18] Dalam Lauh Mahfuzh.
[19] Dalam hidup mereka; perbuatan baik atau buruk untuk diberikan balasan.
[20] Baik atau buruk bekas yang mereka tinggalkan, di mana mereka menjadi sebab ada tidaknya
perbuatan itu baik di masa hidup mereka maupun setelah mati mereka, demikian pula amalan yang
dilakukan karena ucapan, perbuatan dan keadaan mereka. Oleh karena itu, setiap kebaikan yang
dikerjakan oleh seseorang disebabkan pengetahuannya, pengajarannya, dan nasihatnya, atau amar
ma’ruf dan nahi mungkarnya atau ilmu yang dia tanamkan ke dalam diri siswa atau ia tulis dalam
beberapa kitab yang kemudian dimanfaatkan baik pada masa hidupnya maupun setelah matinya, atau
mengerjakan kebaikan, seperti shalat, zakat, sedekah dan berbuat ihsan, lalu diikuti oleh orang lain.
Atau ia membangun masjid atau membuat suatu tempat yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia,
dsb. Maka hal itu termasuk bekas peninggalan yang dicatat pula, sebagaimana peninggalan buruk juga
dicatat.
15. ِمَال ْساِإل ِفى َّن َس ْنَمَو ٌءْى َش ْم ِهِروُج
ُأ ْنِم َصُقْنَي ْنَأ
ِرْيَغ ْنِم َدُهَبْع اَهِب َلِمَع ْنَم ْجُر
َأ
َو َهاْجُر
َأ ُهَفَل ًةَن َحَس ًةَّن ُس ِمَال ْساِإل ِفى َّن َس ْنَم
ٌءْى َش ْم ِهِراَزْو
َأ ْنِم َصُقْنَي ْنَأ
ِرْيَغ ْنِم ِدِهَبْع ْنِم اَهِب َلِمَع ْنَم ُرْزِوَو َهاُرْزِو ِهْيَلَع َناَك ًةَئِّي َس ًةَّن ُس
“Barang siapa mencontohkan dalam Islam contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya
dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya. Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang
buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)
Hal ini menunjukkan pula betapa tingginya kedudukan dakwah kepada Alah; membimbing manusia
ke jalan-Nya dengan berbagai sarana dan jalan yang dapat mencapai kepadanya, dan menunjukkan
rendahnya kediudukan orang yang mengajak kepada keburukan atau menjadi imam dalam hal ini,
dan bahwa ia adalah makhluk paling hina, paling besar kejahatan dan dosanya.
[21] Baik amal, niat dan selainnya.
04 RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM BERSABDA
16. Ya itulah mission impossible yang dilakukan Rasulullah. Manusia tidak ada yang
sempurna, justru ketidaksempurnaan inilah menyebabkan manusia butuh untuk saling
menasihati dan saling memberi peringatan.
Jangan berpikir harus banyak ilmu dulu baru berdakwah, banyak amal shalih dulu baru
berdakwah. Selalu merasa diri tak layak jadi dai, tak layak jadi murabbi karena masih
banyak dosa, masih kurang ilmu. Mari kembali buka sirah bandingkan kondisi kita hari
ini dengan kondisi Rasulullah.
Nabi terlahir sebagai yatim, masih kecil ibunya wafat, dirawat kakeknya, kakeknya
pun wafat, dirawat pamannya yang miskin dan punya anak banyak. Bandingkan
dengan diri kita apakah kita yatim piatu ? miskin? Gak punya pekerjaan? Mana lebih
buruk kondisi kita dengan kondisi Rasulullah?
1.
Nabi hidup di tengah kaum yang angkuh, keras, sulit didakwahi. Kita hidup di tengah
masyarakat yang santun, ramah, murah senyum, suka menolong.
2.
Rasul hidup di negeri tandus dan gersang, negeri yang hampir tidak bisa ditanami.
Bagaimana dengan negeri kita? Ooo… sepenggal firdaus, orang bilang tanah kita tanah
surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman (kata Kues Plus).
09
KESIMPULAN