SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Peran Naqib Dalam Kancah Politik
1/17/2011 06:19:00 PM | Posted by islamedia

Share on facebookShare on twitterShare on googleShare on favoritesMore Sharing Services8




Islamedia - Seperti yang kita pahami bahwa perubahan menuju perbaikan diri dan
masyarakat melalui lembaga-lembaga strategis menjadi bagian dari kerja dakwah
pada mihwar mu’assasi ini. Melalui pemberdayaan lembaga tersebut berikut
instrumentnya dapat mengokohkan dakwah dan perluasannya.

Imam Hasan Al Banna dalam Muktamar Keenam menjelaskan tentang berbagai
media dan sarana untuk menjadi wasilah bagi tegaknya dakwah: “Bahwa sarana
dan cara yang kita pakai secara umum adalah memberikan kemantapan dan
menyebarkan dakwah dengan berbagai sarana. Sehingga bisa mudah dipahami
oleh masyarakat umum lalu menjadi opini publik. Kemudian menyeleksi pribadi-
pribadi yang baik untuk menjadi pendukung dakwah yang kokoh. Juga perjuangan
secara konstitusional agar dakwah ini memiliki suara di lembaga pemerintahan dan
didukung oleh kekuatan eksekutif. Dengan dasar ini calon-calon ikhwah akan
menjadi khatibul jamahiri dan apabila datang waktu yang tepat akan tampil
mewakili umat di Parlemen. Percayalah akan pertolongan Allah SWT. selama tujuan
kita adalah meraih keridhaan-Nya”.

Ini akan sangat membutuhkan peran dan potensi dari seluruh kader yang dapat
digunakan sebagai mediator untuk mewujudkan amaliyah tersebut. Sehingga
seluruh potensinya tidak ada yang nganggur. Bahkan bila demikian, tidak boleh ada
kader yang tidak menjadi bagian dari kerja besar ini. Kader yang beragam
perannya harus menjadi batu bata dari tugas ini. Salah satu peran yang sangat
signifikan dalam mengusung tugas perubahan ini adalah peran naqib. Posisi dan
perannya teramat penting. Karena naqib merupakan tulang punggung yang amat
strategis dalam perjalanan tarbiyah ini. Ia menjadi simpul perubahan yang asasi.
Minimal dalam komunitas terkecil di masyarakat ini melalui tarbiyah atau
pembinaan kader.

Posisi dan peran inilah yang digerakkan generasi terdahulu untuk memperluas
manuver dakwah demi perubahan masyarakat. Mereka menjadi titik tolaknya.
Sebab pribadinya merupakan parameter perubahan. Komunitas suatu masyarakat
akan mudah diarahkan bila parameternya jelas dan benar. Dapat menjadi cerminan
dalam merealisasikan perubahan diri untuk selanjutnya menjadi perubah
masyarakat. Karena itu Allah SWT. telah mengingatkan akan peran               ini.
Sebagaimana umat terdahulu yang menjadikan naqib sebagai munthalaqnya.

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah
Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka
dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di
antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. ( Al-
Maidah: 12)

Demikian pula saat perjalanan dakwah Rasulullah SAW. di masa-masa
pertumbuhan. Beliau mengangkat sahabat yang memiliki kapasitas untuk
mengemban amanah dakwah ini menjadi naqib. Dari para naqib yang ditunjuk,
umat dapat belajar dan berkoordinasi merefleksikan amal Islam sehari-hari. Mereka
menjadi ukuran sejauh mana tingkat dan kualitas suatu masyarakat yang akan
diajak kepada perubahan. Begitu pula saat orang-orang Madinah menjumpai
Rasulullah SAW. kemudian beliau mengelompokannya lalu menetapkan
pemimpinnya sebagai naqib yang menjadi pengarah bagi kabilahnya.

Ternyata peran naqib yang dijalankan oleh para sahabat Anshor itu dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Itu dapat terlihat pada antusiasme masyarakat Madinah
yang menyambut seruan Islam dan mereka menjadi pengikut setia Nabi Sang
Junjungan. Perkembangan ajaran Islam dan entitas muslim sangat pesat di sana.
Sehingga mereka siap untuk menerima kedatangan Rasulullah SAW. sebagai
pemimpin mereka di dunia dan di akhirat. Kemudian beliau membinanya hingga
terjadilah perubahan budaya dan perabadan umat manusia di antara kegelapan
perilaku insaniyah waktu itu.

Menjalankan peran naqib seperti kaum muslimin di masa lalu memang tidaklah
semudah membicarakannya. Karena banyak unsur yang terkait. Namun kita tidak
dibenarkan bersikap pesimis lantaran tidak mudahnya merealisasikan peran
tersebut. Akan tetapi upaya untuk bisa mencontoh sedikit demi sedikit hingga
akhirnya sempurna harus tetap terkobar. Dalam kaedah ushul fiqhpun disebutkan
bahwa

Maala yudraku kulluhu la yutroku kulluhu
“bila tidak dapat menjangkau seluruhnya maka janganlah meninggalkan
keseluruhannya”.
Oleh karena itu para naqib kiranya dapat memahami peran yang mampu
dilaksanakan agar cita-cita yang didambakan dapat terwujud. Seperti kondisi yang
pernah dibangun generasi masa lalu.
Adapun peran yang perlu dijalankan oleh para naqib untuk mencapai perubahan diri
dan masyarakat pada mihwar mu’assasi ini diantaranya sebagai berikut:

A. Raf’u Mustawal Afrad (Meningkatkan level personal)
Sesungguhnya Allah SWT. telah menyerahkan urusan umat ini kepada naqib.
Kemashlahatan mereka di hari ini dan masa mendatang merupakan amanah Allah
yang harus ditunaikan. Naqib bertanggung jawab di hadapan Allah SWT. pada
akhirat kelak.
Jika generasi hari ini adalah kekuatan bagi naqib maka generasi esok merupakan
tanaman. Alangkah mulianya seseorang jika bersikap amanah, bertanggung jawab
dan mau memikirkan binaannya. Sebagaimana yang diingatkan Rasulullah SAW.
“Bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya”. (Bukhari dan Muslim).
Karena naqib sebagai murabbi dalam lingkaran pembinaannya maka meningkatkan
level personal dalam pembinaannya ini menjadi peran yang mesti dijalankan
dengan baik.

Pertama, Tahqiq Ma’any Tawazun yakni untuk merealisasikan aspek-aspek
tawazun dalam diri kader yang dibinanya. Baik secara Ma’nawi, Nafsi dan Amaly.
Sehingga kader yang dibinanya dapat mempresentasikan ajaran Islam yang syamil
secara ruhani, pemikiran, jiwa dan amal dalam kesehariannya.
Kedua, Izharul Azmi, yaitu memunculkan azam yang kuat dan tawakkal pada
Allah SWT. membuat mereka selalu memiliki tekad yang tak pernah kendur dalam
memperjuangkan Islam.
Ketiga, Tarqiyatu as Syaja’ah wal Buthulah, adalah meningkatkan sifat
syaja’ah dan kepahlawanan dalam diri mereka. Berani untuk menyatakan
kebenaran dan patriotis dalam membelanya.
Keempat, Mas’uliyatud Da’wah yaitu memunculkan rasa mas’uliyyah
(tanggungjawab) pada binaanya terhadap kerja da’wah agar medreka dapat
menjadi pelopor dakwah sehingga dakwah berkesinambungan dan melahirkan
generasinya yang lebih baik.

Sasaran utama untuk meningkatkan personal yang dibina oleh para naqib adalah
untuk mempuyai sikap puas dan tenang pada manhaj dakwah dan structural.
Sasaran inilah yang perlu diperhatikan oleh para naqib dalam menjalankan tugas
mulianya ini. Dalam diri naqib hanya rasa cinta pada kader yang dibinanya agar
selalu bisa lebih baik sehingga selalu gembira dan senang dalam menjalani
tugasnya.

Imam Muhammad ibnu Ahmad yang dikenal dengan julukan Ibnu Razquwaih
menyatakan pada murid-muridnya yang ia cintai. Karena ia ingin murid-murid lebih
baik kualitas dan kepribadiannya dari yang kemarin. ‘Demi Allah, aku menyukai
kehidupan di dunia bukan karena usaha dan bukan pula karena perniagaan, akan
tetapi karena dzikir pada Allah bersama kalian dan membacakan hadits kepada
kalian sehingga kalian lebih baik’.

Kiranya para naqib perlu merenungi ungkapan Sang Syeikh ini agar amanah ini
dapat tertunaikan di pundak kita sehingga ia menjadi amal perberat timbangan
kebaikan kita di akhirat nanti. Sekaligus mampu mengimplementasikan firman
Allah SWT. bahwa pemimpin dan pengarah yang baik laksana pohon yang
mengakar dan berdiri tegak memberikan buah yang tak pernah henti.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,
kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al Fath: 29)

B. Tathwir Qudrah Al Ahliyyah (Pengembangan kemampuan keahlian atau
ekspert)
Begitu beratnya tugas naqib maka ia perlu meningkatkan kemampuan dirinya.
Sehingga tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan secara bertanggung jawab.
Kemampuan itu adalah:

Pertama, Wudhuhut-tashawwur,
yakni memperoleh kejelasan wawasan dan pandangan tentang dakwah dan arah
gerak dakwah pada mihwar mu’assasy ini sehingga naqib tidak bingung atau ragu
dalam menjalankan tugas dakwahnya. Kejelasan wawasan juga dapat mengusir
keragu-raguan sikap baik dirinya maupun orang lain.
Jiwa yang yakin akan dapat mempengaruhi orang lain pada fikrahnya terutama
kader yang ia bina sehingga mereka berada dalam barisan dakwah di belakang
naqibnya. Agar tidak ada lagi tasykik (keraguan) tentang langkah dakwah dan
program yang sedang dicanangkan lalu dapat ikut terlibat di dalamnya.

Kedua, Tarqiyyatudz Dzaka’,
yaitu meningkatkan kecerdasan yang paripurna agar naqib dapat menjadi referensi
dan rujukan masalah sekaligus mampu memberikan solusinya. Kecerdasan naqib
selayaknya selalu meningkat dari hari perhari karena naqib sebagai orang yang
akan mengarahkan binaannya. Naqib yang cerdas dapat memberikan nilai lebih
pada binaannya sehingga muncul kepuasan tarbawi yang mereka ikuti.

Ketiga, Al Qudrah ‘alal Ibda’ wal ibtikar,
Yakni kemampuan kreasi dan inovasi. Dalam mengelola tarbiyah untuk ikut terlibat
dalam kerja dakwah di mihwar mu’assasi ini naqib tidak boleh kehabisan kreasi
apalgi mati kreasinya. Karena musuh-musuh dakwah pun penuh kreasinya. Untuk
menandingi mereka tentu bukan dengan kemampuan material yang kita punya.
Melainkan dengan mengembang kemampuan kreatifitas yang kita miliki. Kreatifitas
yang hidup membuat peluang-peluang besar bagi dakwah dan pelakunya. Seorang
punjangga memaparkan
“siapapun tidak akan mampu mematikan lawannya selama kreatifitas mereka tetap
hidup”.

Keempat, Quwwatul Mubadarah Cepat tanggap terhadap sesuatu.
Naqib yang cepat tanggap mengindikasikan kepeduliannya amat besar. Baik
tanggap terhadap siatuasi, para binaannya mapun tugas yang diamanahkan
kepadanya.
Upaya ini untuk menjaga asset dakwah yang amat mahal. Ia menginginkan
kebaikan dan keselamatan bagi kadernya.. kekuatan rasanya begitu besar sehingga
ia ingin dapat memberikan hal lebih pada binaannya. Sebagaimana firman Allah
SWT.:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. (At
Taubah: 125)

Bila demikian -naqib meningkatkan kemampuan dan keahliannya- maka keahlian
dan kafa’ahnya semakin kuat dan berarti. Hal ini akan sangat berguna untuk
kelanggengan dakwah dan kekokohannya. Keahlian yang seperti itu amat
diperlukan untuk menjadi pintu-pintu masuknya dakwah di seluruh elemen
masyarakat saat ini. Sehingga instrument dalam masyarakat dapat menerima dan
berhimpun didalamnya.

Keahlian apapun dalam ajaran Islam amat dihargai. Ia tidak boleh diabaikan atau
melupakan kemampuan yang dimiliki seorang muslim. Apalagi hingga
mencampakkan begitu saja        keahliannya.  Sang     Nabi Junjungan     telah
mengingatkatkan,

“Barang siapa yang telah memiliki keahlian melempar kemudian melupakannya
maka ia bukanlah golonganku”. (Muslim)

Naqib untuk merealisasikan perannya mesti menjaga cita-citanya agar selalu hidup.
Sekalipun cita-cita itu belum terwujud pada saat menjalankannya. Sebab cita-cita
tersebut kadang lebih cepat atau lambat. Seperti guratan seorang pujangga,
‘Peliharalah cita-citamu, karena sesungguhnya cita-citamu mendahului segala
sesuatu. Barang siapa yang baik cita-citanya dan dia jujur padanya niscaya
pekerjaan yang dilakukannya akan melahirkan hasil yang baik pula’.

Iqbalpun dalam untaian bait syairnya memaparkan,
‘Cita-cita orang yang merdeka dapat menghidupkan yang telah hancur, dan tiupan
orang-orang yang bertaqwa dapat menghidupkan umat. Dan semua penyakit itu
bersumber dari pudarnya cita-cita’.
Untaian syair tersebut mengumpamakan bahwa naqib sebagai nadinya kader
dakwah ini. Oleh karena itu seyogyanya para naqib tetap menjaga kesehatan
nadinya agar tidak pernah berhenti dan diam.

C. Tathwirul Qudrah At-Tanzhimiyyah (Pengembangan kemampuan
struktural)
Naqib adalah amanah struktural karenanya ia menjadi orang yang terdepan dalam
pengembangan struktural. Agar tidak mengalami ashirul marhalah dalam
perjalanan dakwah ini maka naqib mesti memahami prasyarat untuk dapat
menjalakan peran tersebut. Yaitu:

Pertama, Isti’abuts-Tsawabit wal mutaghayyirat.
Menguasai hal-hal yang permanent dan berubah-ubah pada jalan dakwah ini. Dari
situ ia tahu mana-mana yang memang sudah baku dalam dakwah ini dan mana-
mana yang berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisinya sehingga dapat
menggunakan kebijakan yang tepat untuk kepentingan dakwah.
Kedua, Al Qudrah ‘alat-takhthith at Tanzhimy, menguasai perencanaan
struktural.
Perencanaan yang dipahami oleh naqib dapat mempermudah merealisasikannya
serta mempercepat ke arah yang digariskannya. Karena naqib dapat melibatkan
langsung kader-kadernya sebagai ujung tombak dakwah ini.
Ketiga, Al Qudrah ‘alat-ta’biah, kemampuan mengkoordinasikan elemen
dakwah.
Keempat, Muhafazhah matanah at tanzhim, Membangun soliditas struktural.
Karena naqib, peran dan kedudukannya amat strategis dalam struktur dakwah ini
diharapkan merekalah garda terdepan dalam menjaga soliditas struktural. Ia dapat
mengarahkan kadernya akan kekeliruannya. Ia pun dapat meluruskan gossip
internal yang berkembang. Ia pun dapat memberikan jawaban atas tuduhan dan
fitnah yang dilontarkan pada struktur dari siapapun. Sehingga naqib amat
berwenang untuk membina soliditas struktural terutama pada kader yang
dikelolanya. Bahkan para naqib menjadi kekuatan komitmen pada dakwah ini.

Abul ‘Ala Al Maududi mengingatkan bahwa naqib merupakan amanah struktural
yang harus mampu menjadi penggerak dakwah ini kepada seluruh lapisan
masyarakatnya dengan mengerahkan seluruh potensinya. ‘Sangat ironis sekali bila
orang-orang yang dianugerahi intelgensia yang unggul dari kalangan individu umat
kita ini, tergila-gila meraih kedudukan duniawi dengan mencurahkan segenap
kemampuannya tanpa kenal lelah sepanjang siang dan malam. Di bursa kerja
mereka tidak mau menerima kecuali pihak yang mau menawar mereka dengan
bayaran yang tinggi. Sedangkan keterlibatan mereka dengan dakwah ini tidak
sampai pada tingkat mengorbankan kepentingan mereka untuk kepentingan
dakwah, bahkan tidak pula sekedar mengorbankan jasa yang mereka miliki. Jika
kalian berharap dengan mengandalkan pengorbanan yang mandul ini untuk dapat
meraih kemenangan melawan orang-orang yang menimbulkan kerusakan di muka
bumi ini yang rela mengorbankan jutaan uangnya setiap hari demi mencapai tujuan
mereka yang batil maka harapan ini tiada lain hanyalah suatu tindakan yang
bodoh’.

D.   Tathwirul     Qudrah    Asy-Sya’biyah   (Pengembangan        kemampuan
bermasyarakat)
Naqib juga bagian dari masyarakat. Karenanya ia harus dapat melakukan
pengembangan kemampuan bermasyrakat. Karena masyarakat akan menjadi
bagian dari kerja dan obyek dakwah pada mihwar ini. Masyarakat yang mendukung
dakwah akan sangat mengokohkan eksistensi dakwah dan akhirnya dapat berdiri
tegak. Maka naqib perlu menyadari akan perannya di tengah-tengah
masyarakatnya. Yakni:

pertama, Bina al Ittishal as Sya’by, yaitu membangun hubungan dengan
masyarakat.
Kedua, Mir’atul Ishlah lil mujtama’, yakni mampu tampil dan menjadi
representasi dari masyarakat.
Ketiga, Tashawwurul ‘Am, Membangun public opinion.
Keempat, As Syakhshiyah Barizah, Mampu tampil sebagai pemimpin public.

Pada akhirnya naqib dapat membangun perubahan yang mendasar pada
masyarakat. Dan dialah yang memulainya sehingga masyarakat dapat
mencontohkan langsung.
Imam Hasan Al Banna mengingatkan seluruh kadernya untuk menjadi penggerak
perubahan dan menjadi kekuatan yang hidup mengusung perbaikan dan
kemashlahatan. Katanya, ‘Kita adalah ruh baru yang mengalir ke seluruh jasad
umat umat ini’.[Oleh: Al-Ikhwan.net]

Wallahu ‘alam bishshawwab.

More Related Content

What's hot

06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...
06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...
06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...LAZNas Chevron
 
Daurah nuqaba2
Daurah nuqaba2Daurah nuqaba2
Daurah nuqaba2ishak_ibi
 
Usrah remaja
Usrah remaja Usrah remaja
Usrah remaja HJWANZ
 
Usrah Itu Tarbiyyah
Usrah Itu TarbiyyahUsrah Itu Tarbiyyah
Usrah Itu TarbiyyahTinta Pena
 
Tarbiyah dinamika halaqoh
Tarbiyah   dinamika halaqohTarbiyah   dinamika halaqoh
Tarbiyah dinamika halaqohHendra Full
 
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup Kita
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup KitaKepentingan Tabiyah Dalam Hidup Kita
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup KitaMohammad Mydin
 
114 tips murobbi sukses
114 tips murobbi sukses114 tips murobbi sukses
114 tips murobbi suksesSlight Hope
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 1
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 1Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 1
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 1Amiruddin Ahmad
 
Tarbiyyah dan keberkesannya
Tarbiyyah dan keberkesannya Tarbiyyah dan keberkesannya
Tarbiyyah dan keberkesannya Suria Affendi
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurKammi Daerah Serang
 
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi Lubis
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi LubisBedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi Lubis
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi LubisM Firdaus Harun
 
Al qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyahAl qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyahAbdul Hakim
 
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kamiBeginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kamiDian Permana
 
Jalan dakwah mustafa masyur..
Jalan dakwah   mustafa masyur..Jalan dakwah   mustafa masyur..
Jalan dakwah mustafa masyur..Dayang Hasyimah
 
Memulai jadi murabbi
Memulai jadi murabbiMemulai jadi murabbi
Memulai jadi murabbiKhoiruz Zahra
 
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012Laporan konvensyen fiqh ummah 2012
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012mfrbmn
 

What's hot (20)

06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...
06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...
06 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi vi 2013 ramadhan dan etos ...
 
Daurah nuqaba2
Daurah nuqaba2Daurah nuqaba2
Daurah nuqaba2
 
Membentuk kader muntijah
Membentuk kader muntijahMembentuk kader muntijah
Membentuk kader muntijah
 
Usrah remaja
Usrah remaja Usrah remaja
Usrah remaja
 
Usrah Itu Tarbiyyah
Usrah Itu TarbiyyahUsrah Itu Tarbiyyah
Usrah Itu Tarbiyyah
 
Akademi Guru Al Fatih
Akademi Guru Al FatihAkademi Guru Al Fatih
Akademi Guru Al Fatih
 
Tarbiyah dinamika halaqoh
Tarbiyah   dinamika halaqohTarbiyah   dinamika halaqoh
Tarbiyah dinamika halaqoh
 
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup Kita
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup KitaKepentingan Tabiyah Dalam Hidup Kita
Kepentingan Tabiyah Dalam Hidup Kita
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwah
 
114 tips murobbi sukses
114 tips murobbi sukses114 tips murobbi sukses
114 tips murobbi sukses
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 1
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 1Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 1
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 1
 
Tarbiyyah dan keberkesannya
Tarbiyyah dan keberkesannya Tarbiyyah dan keberkesannya
Tarbiyyah dan keberkesannya
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
 
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi Lubis
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi LubisBedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi Lubis
Bedah Buku "Menggairahkan Perjalanan Halaqah" oleh Satria Hadi Lubis
 
Al qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyahAl qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyah
 
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kamiBeginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
 
Jalan dakwah mustafa masyur..
Jalan dakwah   mustafa masyur..Jalan dakwah   mustafa masyur..
Jalan dakwah mustafa masyur..
 
Memulai jadi murabbi
Memulai jadi murabbiMemulai jadi murabbi
Memulai jadi murabbi
 
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012Laporan konvensyen fiqh ummah 2012
Laporan konvensyen fiqh ummah 2012
 
Tariq addakwah
Tariq addakwahTariq addakwah
Tariq addakwah
 

Similar to Peran naqib dalam kancah politik

pengajian islam
pengajian islampengajian islam
pengajian islamSoFfAeHa
 
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptxDai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptxEMARMUAMAR1
 
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docx
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docxMakalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docx
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docxEndang Mahpudin
 
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMemahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMuhsin Hariyanto
 
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2Abdul Ghani
 
Himpunan risalah-buat-pemuda-al banna
Himpunan risalah-buat-pemuda-al bannaHimpunan risalah-buat-pemuda-al banna
Himpunan risalah-buat-pemuda-al bannaAsma' Abdul Rahman
 
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode Mekkah
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode MekkahAgama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode Mekkah
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode MekkahSiswan Afandi
 
tugas dakwah muslim
 tugas dakwah muslim tugas dakwah muslim
tugas dakwah muslimFarichah Riha
 
Tujuan dan dasar hukum dakwah
Tujuan dan dasar hukum dakwahTujuan dan dasar hukum dakwah
Tujuan dan dasar hukum dakwahRomi Alfariz
 
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiTarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiKammi Daerah Serang
 

Similar to Peran naqib dalam kancah politik (20)

pengajian islam
pengajian islampengajian islam
pengajian islam
 
materi 1 agust.pptx
materi 1 agust.pptxmateri 1 agust.pptx
materi 1 agust.pptx
 
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptxDai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
 
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docx
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docxMakalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docx
Makalah STAI Miftahul Ulum -Objek Dakwah.docx
 
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMemahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
 
Da'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenyaDa'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenya
 
Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3
 
144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam
 
144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam
 
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2
Ucap utama shura diskusi kesarjanaan 2
 
Himpunan risalah-buat-pemuda-al banna
Himpunan risalah-buat-pemuda-al bannaHimpunan risalah-buat-pemuda-al banna
Himpunan risalah-buat-pemuda-al banna
 
Dakwah murobbi sukses 114
Dakwah murobbi sukses 114Dakwah murobbi sukses 114
Dakwah murobbi sukses 114
 
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode Mekkah
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode MekkahAgama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode Mekkah
Agama islam bab strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW. periode Mekkah
 
Pai(dakwah islam)
Pai(dakwah islam)Pai(dakwah islam)
Pai(dakwah islam)
 
tugas dakwah muslim
 tugas dakwah muslim tugas dakwah muslim
tugas dakwah muslim
 
UTS SAHBUDDIN AMIN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
UTS SAHBUDDIN AMIN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019UTS SAHBUDDIN AMIN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
UTS SAHBUDDIN AMIN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
 
UTS FAUZIAN ALZIKRI. HADIS TEMATIK. SM III MD-D FDK UINSU 2019
UTS FAUZIAN ALZIKRI. HADIS TEMATIK. SM III MD-D FDK UINSU 2019UTS FAUZIAN ALZIKRI. HADIS TEMATIK. SM III MD-D FDK UINSU 2019
UTS FAUZIAN ALZIKRI. HADIS TEMATIK. SM III MD-D FDK UINSU 2019
 
Tujuan dan dasar hukum dakwah
Tujuan dan dasar hukum dakwahTujuan dan dasar hukum dakwah
Tujuan dan dasar hukum dakwah
 
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiTarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
 
Syahadatul haq
Syahadatul haqSyahadatul haq
Syahadatul haq
 

Peran naqib dalam kancah politik

  • 1. Peran Naqib Dalam Kancah Politik 1/17/2011 06:19:00 PM | Posted by islamedia Share on facebookShare on twitterShare on googleShare on favoritesMore Sharing Services8 Islamedia - Seperti yang kita pahami bahwa perubahan menuju perbaikan diri dan masyarakat melalui lembaga-lembaga strategis menjadi bagian dari kerja dakwah pada mihwar mu’assasi ini. Melalui pemberdayaan lembaga tersebut berikut instrumentnya dapat mengokohkan dakwah dan perluasannya. Imam Hasan Al Banna dalam Muktamar Keenam menjelaskan tentang berbagai media dan sarana untuk menjadi wasilah bagi tegaknya dakwah: “Bahwa sarana dan cara yang kita pakai secara umum adalah memberikan kemantapan dan menyebarkan dakwah dengan berbagai sarana. Sehingga bisa mudah dipahami oleh masyarakat umum lalu menjadi opini publik. Kemudian menyeleksi pribadi- pribadi yang baik untuk menjadi pendukung dakwah yang kokoh. Juga perjuangan secara konstitusional agar dakwah ini memiliki suara di lembaga pemerintahan dan didukung oleh kekuatan eksekutif. Dengan dasar ini calon-calon ikhwah akan menjadi khatibul jamahiri dan apabila datang waktu yang tepat akan tampil mewakili umat di Parlemen. Percayalah akan pertolongan Allah SWT. selama tujuan kita adalah meraih keridhaan-Nya”. Ini akan sangat membutuhkan peran dan potensi dari seluruh kader yang dapat digunakan sebagai mediator untuk mewujudkan amaliyah tersebut. Sehingga seluruh potensinya tidak ada yang nganggur. Bahkan bila demikian, tidak boleh ada kader yang tidak menjadi bagian dari kerja besar ini. Kader yang beragam perannya harus menjadi batu bata dari tugas ini. Salah satu peran yang sangat signifikan dalam mengusung tugas perubahan ini adalah peran naqib. Posisi dan perannya teramat penting. Karena naqib merupakan tulang punggung yang amat strategis dalam perjalanan tarbiyah ini. Ia menjadi simpul perubahan yang asasi. Minimal dalam komunitas terkecil di masyarakat ini melalui tarbiyah atau pembinaan kader. Posisi dan peran inilah yang digerakkan generasi terdahulu untuk memperluas manuver dakwah demi perubahan masyarakat. Mereka menjadi titik tolaknya. Sebab pribadinya merupakan parameter perubahan. Komunitas suatu masyarakat akan mudah diarahkan bila parameternya jelas dan benar. Dapat menjadi cerminan dalam merealisasikan perubahan diri untuk selanjutnya menjadi perubah
  • 2. masyarakat. Karena itu Allah SWT. telah mengingatkan akan peran ini. Sebagaimana umat terdahulu yang menjadikan naqib sebagai munthalaqnya. “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. ( Al- Maidah: 12) Demikian pula saat perjalanan dakwah Rasulullah SAW. di masa-masa pertumbuhan. Beliau mengangkat sahabat yang memiliki kapasitas untuk mengemban amanah dakwah ini menjadi naqib. Dari para naqib yang ditunjuk, umat dapat belajar dan berkoordinasi merefleksikan amal Islam sehari-hari. Mereka menjadi ukuran sejauh mana tingkat dan kualitas suatu masyarakat yang akan diajak kepada perubahan. Begitu pula saat orang-orang Madinah menjumpai Rasulullah SAW. kemudian beliau mengelompokannya lalu menetapkan pemimpinnya sebagai naqib yang menjadi pengarah bagi kabilahnya. Ternyata peran naqib yang dijalankan oleh para sahabat Anshor itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Itu dapat terlihat pada antusiasme masyarakat Madinah yang menyambut seruan Islam dan mereka menjadi pengikut setia Nabi Sang Junjungan. Perkembangan ajaran Islam dan entitas muslim sangat pesat di sana. Sehingga mereka siap untuk menerima kedatangan Rasulullah SAW. sebagai pemimpin mereka di dunia dan di akhirat. Kemudian beliau membinanya hingga terjadilah perubahan budaya dan perabadan umat manusia di antara kegelapan perilaku insaniyah waktu itu. Menjalankan peran naqib seperti kaum muslimin di masa lalu memang tidaklah semudah membicarakannya. Karena banyak unsur yang terkait. Namun kita tidak dibenarkan bersikap pesimis lantaran tidak mudahnya merealisasikan peran tersebut. Akan tetapi upaya untuk bisa mencontoh sedikit demi sedikit hingga akhirnya sempurna harus tetap terkobar. Dalam kaedah ushul fiqhpun disebutkan bahwa Maala yudraku kulluhu la yutroku kulluhu “bila tidak dapat menjangkau seluruhnya maka janganlah meninggalkan keseluruhannya”. Oleh karena itu para naqib kiranya dapat memahami peran yang mampu dilaksanakan agar cita-cita yang didambakan dapat terwujud. Seperti kondisi yang pernah dibangun generasi masa lalu. Adapun peran yang perlu dijalankan oleh para naqib untuk mencapai perubahan diri dan masyarakat pada mihwar mu’assasi ini diantaranya sebagai berikut: A. Raf’u Mustawal Afrad (Meningkatkan level personal) Sesungguhnya Allah SWT. telah menyerahkan urusan umat ini kepada naqib. Kemashlahatan mereka di hari ini dan masa mendatang merupakan amanah Allah
  • 3. yang harus ditunaikan. Naqib bertanggung jawab di hadapan Allah SWT. pada akhirat kelak. Jika generasi hari ini adalah kekuatan bagi naqib maka generasi esok merupakan tanaman. Alangkah mulianya seseorang jika bersikap amanah, bertanggung jawab dan mau memikirkan binaannya. Sebagaimana yang diingatkan Rasulullah SAW. “Bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya”. (Bukhari dan Muslim). Karena naqib sebagai murabbi dalam lingkaran pembinaannya maka meningkatkan level personal dalam pembinaannya ini menjadi peran yang mesti dijalankan dengan baik. Pertama, Tahqiq Ma’any Tawazun yakni untuk merealisasikan aspek-aspek tawazun dalam diri kader yang dibinanya. Baik secara Ma’nawi, Nafsi dan Amaly. Sehingga kader yang dibinanya dapat mempresentasikan ajaran Islam yang syamil secara ruhani, pemikiran, jiwa dan amal dalam kesehariannya. Kedua, Izharul Azmi, yaitu memunculkan azam yang kuat dan tawakkal pada Allah SWT. membuat mereka selalu memiliki tekad yang tak pernah kendur dalam memperjuangkan Islam. Ketiga, Tarqiyatu as Syaja’ah wal Buthulah, adalah meningkatkan sifat syaja’ah dan kepahlawanan dalam diri mereka. Berani untuk menyatakan kebenaran dan patriotis dalam membelanya. Keempat, Mas’uliyatud Da’wah yaitu memunculkan rasa mas’uliyyah (tanggungjawab) pada binaanya terhadap kerja da’wah agar medreka dapat menjadi pelopor dakwah sehingga dakwah berkesinambungan dan melahirkan generasinya yang lebih baik. Sasaran utama untuk meningkatkan personal yang dibina oleh para naqib adalah untuk mempuyai sikap puas dan tenang pada manhaj dakwah dan structural. Sasaran inilah yang perlu diperhatikan oleh para naqib dalam menjalankan tugas mulianya ini. Dalam diri naqib hanya rasa cinta pada kader yang dibinanya agar selalu bisa lebih baik sehingga selalu gembira dan senang dalam menjalani tugasnya. Imam Muhammad ibnu Ahmad yang dikenal dengan julukan Ibnu Razquwaih menyatakan pada murid-muridnya yang ia cintai. Karena ia ingin murid-murid lebih baik kualitas dan kepribadiannya dari yang kemarin. ‘Demi Allah, aku menyukai kehidupan di dunia bukan karena usaha dan bukan pula karena perniagaan, akan tetapi karena dzikir pada Allah bersama kalian dan membacakan hadits kepada kalian sehingga kalian lebih baik’. Kiranya para naqib perlu merenungi ungkapan Sang Syeikh ini agar amanah ini dapat tertunaikan di pundak kita sehingga ia menjadi amal perberat timbangan kebaikan kita di akhirat nanti. Sekaligus mampu mengimplementasikan firman Allah SWT. bahwa pemimpin dan pengarah yang baik laksana pohon yang mengakar dan berdiri tegak memberikan buah yang tak pernah henti. “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
  • 4. sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al Fath: 29) B. Tathwir Qudrah Al Ahliyyah (Pengembangan kemampuan keahlian atau ekspert) Begitu beratnya tugas naqib maka ia perlu meningkatkan kemampuan dirinya. Sehingga tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan secara bertanggung jawab. Kemampuan itu adalah: Pertama, Wudhuhut-tashawwur, yakni memperoleh kejelasan wawasan dan pandangan tentang dakwah dan arah gerak dakwah pada mihwar mu’assasy ini sehingga naqib tidak bingung atau ragu dalam menjalankan tugas dakwahnya. Kejelasan wawasan juga dapat mengusir keragu-raguan sikap baik dirinya maupun orang lain. Jiwa yang yakin akan dapat mempengaruhi orang lain pada fikrahnya terutama kader yang ia bina sehingga mereka berada dalam barisan dakwah di belakang naqibnya. Agar tidak ada lagi tasykik (keraguan) tentang langkah dakwah dan program yang sedang dicanangkan lalu dapat ikut terlibat di dalamnya. Kedua, Tarqiyyatudz Dzaka’, yaitu meningkatkan kecerdasan yang paripurna agar naqib dapat menjadi referensi dan rujukan masalah sekaligus mampu memberikan solusinya. Kecerdasan naqib selayaknya selalu meningkat dari hari perhari karena naqib sebagai orang yang akan mengarahkan binaannya. Naqib yang cerdas dapat memberikan nilai lebih pada binaannya sehingga muncul kepuasan tarbawi yang mereka ikuti. Ketiga, Al Qudrah ‘alal Ibda’ wal ibtikar, Yakni kemampuan kreasi dan inovasi. Dalam mengelola tarbiyah untuk ikut terlibat dalam kerja dakwah di mihwar mu’assasi ini naqib tidak boleh kehabisan kreasi apalgi mati kreasinya. Karena musuh-musuh dakwah pun penuh kreasinya. Untuk menandingi mereka tentu bukan dengan kemampuan material yang kita punya. Melainkan dengan mengembang kemampuan kreatifitas yang kita miliki. Kreatifitas yang hidup membuat peluang-peluang besar bagi dakwah dan pelakunya. Seorang punjangga memaparkan “siapapun tidak akan mampu mematikan lawannya selama kreatifitas mereka tetap hidup”. Keempat, Quwwatul Mubadarah Cepat tanggap terhadap sesuatu. Naqib yang cepat tanggap mengindikasikan kepeduliannya amat besar. Baik tanggap terhadap siatuasi, para binaannya mapun tugas yang diamanahkan kepadanya. Upaya ini untuk menjaga asset dakwah yang amat mahal. Ia menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi kadernya.. kekuatan rasanya begitu besar sehingga ia ingin dapat memberikan hal lebih pada binaannya. Sebagaimana firman Allah SWT.:
  • 5. “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. (At Taubah: 125) Bila demikian -naqib meningkatkan kemampuan dan keahliannya- maka keahlian dan kafa’ahnya semakin kuat dan berarti. Hal ini akan sangat berguna untuk kelanggengan dakwah dan kekokohannya. Keahlian yang seperti itu amat diperlukan untuk menjadi pintu-pintu masuknya dakwah di seluruh elemen masyarakat saat ini. Sehingga instrument dalam masyarakat dapat menerima dan berhimpun didalamnya. Keahlian apapun dalam ajaran Islam amat dihargai. Ia tidak boleh diabaikan atau melupakan kemampuan yang dimiliki seorang muslim. Apalagi hingga mencampakkan begitu saja keahliannya. Sang Nabi Junjungan telah mengingatkatkan, “Barang siapa yang telah memiliki keahlian melempar kemudian melupakannya maka ia bukanlah golonganku”. (Muslim) Naqib untuk merealisasikan perannya mesti menjaga cita-citanya agar selalu hidup. Sekalipun cita-cita itu belum terwujud pada saat menjalankannya. Sebab cita-cita tersebut kadang lebih cepat atau lambat. Seperti guratan seorang pujangga, ‘Peliharalah cita-citamu, karena sesungguhnya cita-citamu mendahului segala sesuatu. Barang siapa yang baik cita-citanya dan dia jujur padanya niscaya pekerjaan yang dilakukannya akan melahirkan hasil yang baik pula’. Iqbalpun dalam untaian bait syairnya memaparkan, ‘Cita-cita orang yang merdeka dapat menghidupkan yang telah hancur, dan tiupan orang-orang yang bertaqwa dapat menghidupkan umat. Dan semua penyakit itu bersumber dari pudarnya cita-cita’. Untaian syair tersebut mengumpamakan bahwa naqib sebagai nadinya kader dakwah ini. Oleh karena itu seyogyanya para naqib tetap menjaga kesehatan nadinya agar tidak pernah berhenti dan diam. C. Tathwirul Qudrah At-Tanzhimiyyah (Pengembangan kemampuan struktural) Naqib adalah amanah struktural karenanya ia menjadi orang yang terdepan dalam pengembangan struktural. Agar tidak mengalami ashirul marhalah dalam perjalanan dakwah ini maka naqib mesti memahami prasyarat untuk dapat menjalakan peran tersebut. Yaitu: Pertama, Isti’abuts-Tsawabit wal mutaghayyirat. Menguasai hal-hal yang permanent dan berubah-ubah pada jalan dakwah ini. Dari situ ia tahu mana-mana yang memang sudah baku dalam dakwah ini dan mana- mana yang berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisinya sehingga dapat menggunakan kebijakan yang tepat untuk kepentingan dakwah. Kedua, Al Qudrah ‘alat-takhthith at Tanzhimy, menguasai perencanaan struktural.
  • 6. Perencanaan yang dipahami oleh naqib dapat mempermudah merealisasikannya serta mempercepat ke arah yang digariskannya. Karena naqib dapat melibatkan langsung kader-kadernya sebagai ujung tombak dakwah ini. Ketiga, Al Qudrah ‘alat-ta’biah, kemampuan mengkoordinasikan elemen dakwah. Keempat, Muhafazhah matanah at tanzhim, Membangun soliditas struktural. Karena naqib, peran dan kedudukannya amat strategis dalam struktur dakwah ini diharapkan merekalah garda terdepan dalam menjaga soliditas struktural. Ia dapat mengarahkan kadernya akan kekeliruannya. Ia pun dapat meluruskan gossip internal yang berkembang. Ia pun dapat memberikan jawaban atas tuduhan dan fitnah yang dilontarkan pada struktur dari siapapun. Sehingga naqib amat berwenang untuk membina soliditas struktural terutama pada kader yang dikelolanya. Bahkan para naqib menjadi kekuatan komitmen pada dakwah ini. Abul ‘Ala Al Maududi mengingatkan bahwa naqib merupakan amanah struktural yang harus mampu menjadi penggerak dakwah ini kepada seluruh lapisan masyarakatnya dengan mengerahkan seluruh potensinya. ‘Sangat ironis sekali bila orang-orang yang dianugerahi intelgensia yang unggul dari kalangan individu umat kita ini, tergila-gila meraih kedudukan duniawi dengan mencurahkan segenap kemampuannya tanpa kenal lelah sepanjang siang dan malam. Di bursa kerja mereka tidak mau menerima kecuali pihak yang mau menawar mereka dengan bayaran yang tinggi. Sedangkan keterlibatan mereka dengan dakwah ini tidak sampai pada tingkat mengorbankan kepentingan mereka untuk kepentingan dakwah, bahkan tidak pula sekedar mengorbankan jasa yang mereka miliki. Jika kalian berharap dengan mengandalkan pengorbanan yang mandul ini untuk dapat meraih kemenangan melawan orang-orang yang menimbulkan kerusakan di muka bumi ini yang rela mengorbankan jutaan uangnya setiap hari demi mencapai tujuan mereka yang batil maka harapan ini tiada lain hanyalah suatu tindakan yang bodoh’. D. Tathwirul Qudrah Asy-Sya’biyah (Pengembangan kemampuan bermasyarakat) Naqib juga bagian dari masyarakat. Karenanya ia harus dapat melakukan pengembangan kemampuan bermasyrakat. Karena masyarakat akan menjadi bagian dari kerja dan obyek dakwah pada mihwar ini. Masyarakat yang mendukung dakwah akan sangat mengokohkan eksistensi dakwah dan akhirnya dapat berdiri tegak. Maka naqib perlu menyadari akan perannya di tengah-tengah masyarakatnya. Yakni: pertama, Bina al Ittishal as Sya’by, yaitu membangun hubungan dengan masyarakat. Kedua, Mir’atul Ishlah lil mujtama’, yakni mampu tampil dan menjadi representasi dari masyarakat. Ketiga, Tashawwurul ‘Am, Membangun public opinion. Keempat, As Syakhshiyah Barizah, Mampu tampil sebagai pemimpin public. Pada akhirnya naqib dapat membangun perubahan yang mendasar pada masyarakat. Dan dialah yang memulainya sehingga masyarakat dapat mencontohkan langsung.
  • 7. Imam Hasan Al Banna mengingatkan seluruh kadernya untuk menjadi penggerak perubahan dan menjadi kekuatan yang hidup mengusung perbaikan dan kemashlahatan. Katanya, ‘Kita adalah ruh baru yang mengalir ke seluruh jasad umat umat ini’.[Oleh: Al-Ikhwan.net] Wallahu ‘alam bishshawwab.