Novel Hikayat Kadiroen menggunakan narator ketiga yang memberikan gambaran mengenai kehidupan masyarakat di bawah sistem kolonial Belanda. Narator mengungkap kebenaran alternatif tentang ketimpangan struktur birokrasi kolonial dan hubungan antara pejabat Belanda dengan rakyat pribumi. Cerita berfokus pada perjuangan Kadiroen melepaskan diri dari ketergantungan kebijakan pemerintah kolonial dengan mene
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
1. Analisis Novel Hikayat Kadiroen (HK)
(Tinjauan Pasca-kolonial)
1. Struktur Naratif
1.1 Posisi Narator
Narator HK memusatkan perhatian dan pengetahuannya kepada tokoh Kadiroen,
pejabat-pejabat pangreh praja (PP), atau orang Indonesia umumnya. Dengan demikian, teknik
narasi yang digunakan Semaoen adalah teknik narasi “orang ketiga mahatahu”. Narrator
bergerak ke wilayah yang lebih luas, memberikan gambaran yang cukup merata mengenai
pejabat PP maupun Binnenlandsch Bestuur (BB). Dengan cara demikian, narator menemukan
dan sekaligus memaparkan kebenaran-kebenaran alternatif mengenai kondisi kehidupan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
HK dibuka dengan sebuah adegan dramatis, yang murni objektif, mengenai
pertemuan antara seorang Belanda yang berkedudukan tinggi, yaitu Administratur
Perkebunan, dengan seorang pejabat PP yang ada dalam strata kepangkatan yang amat
rendah, yaitu seorang opas. Adegan tersebut langsung dilanjutkan dengan adegan lain yaitu
adegan pertemuan si Administratur dengan Asisten Wedono. Asisten Wedono merupakan
jabatan PP yang relatif tinggi, namun, seperti halnya si Opas, si Asisten Wedono pun tampak
takut dan sangat hormat pada si Administratur.
Narator tidak bergerak mengikuti Administratur, tetapi mengikuti apa yang terjadi
pada Asisten Wedono dan opasnya. Setelah si Administatur pergi, datang seorang penduduk
desa yang bernama Soeket yang melaporkan kehilangan kerbaunya. Sikap si Asisten Wedono
terhadap laporan Soeket sangat tidak responsif. Dengan peristiwa tersebut, narrator kembali
menegaskan adanya struktur yang amat timpang tidak hanya dalam sistem birokrasi kolonial
yang menyangkut hubungan PP dan BB, melainkan antara pejabat-pejabat dan orang-orang
penting berkebangsaan Belanda dengan rakyat.
Narator di dalam novel HK berulang kali melakukan intervensi terhadap ceritanya
dengan melakukan analisis dan penjelasannya mengenai keadaan dan peristiwa yang
berlangsung di dalam cerita. Intervensi narator dalam novel Semaoen sudah terliat sejak
adegan pembuka novel. Pada adegan pembuka narator memberikan analisis dan penjelasan
mengenai relasi kolonial dan sistem stratifikasi social yang terimplikasi dari hubungan antara
tokoh Zoetsuiker, Opas Pigi, Asisten Wedono, yang mempunyai gelar tradisional Raden
Panji Koentjoro Notoprojo-Ningrat, Soeket, dan sang lurah.
2.
3. 1.2 Komposisi Penceritaan
Struktur naratif HK termasuk dalam kategori “cerita tidak berbingkai”. Keseluruhan
cerita dalam novel karya Semaoen adalah sekaligus cerita mengenai terbebasnya
Kadiroen dari bingkai birokrasi kolonial Belanda, dari ketergantngannya pada bingkai
4. kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda. Karena usaha-usaha birokratis yang
ditempuhnya untuk membebaskan rakyatnya dari kemiskinan sama sekali tidak
efektif, Kadiroen akhirnya memutuskan menempuh jalur non-birokratis, jalur
independen, yaitu jalur partai politik.
2. Struktur Ruang dan Waktu