SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Dari Seorang Pelaut
Karya: Amruddin Ena
Buton, 31 Januari 2015
dari laut.
kutemukan kisah malam.
adalah sebuah sepi di lautan.
nasib digantungkan kepada ombak mendayu
Malam meniupkan angin, darah menjelma beku
dari seorang pelaut
malam saksi sepi menusuki sukma
gemuruh angin serupa sangkakala
siap menarik roh dan jasad
dari melaut
laut adalah nyanyian sepi
daratan seperti kekasih dirindukan
Sajak Perempuan Senyum dan Lelaki Karang
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 18 Juli 2012
Entah dari mana?
Semalam aku mimpi kau jatuh
Jatuh dalam pelukanku.
Pelukan yang begitu hangat
Meruncing ke bilik-bilik jantungku
Mesra pandanganmu
Tenggelam di kelopak mata
Tiba-tiba seekor elang membawamu
Terbang-
Kepada awan
Aku mengejar tanpa kuasa
Aku patah di ranting pohon mati
Hanya bisa pandangmu
Jauh, lenyap di mata senja
Aku tersentak di sepertiga malam
sesaat wajahmu membayangi
Malam yang berbunga mimpi
rindu hanya serupa karang laut
Mengapa aku lalai
Menyerahkan kau bersama elang itu?
Sadarlah, nasibmu dan aku jauh
Kau terlahir dengan senyuman
Aku terlahir dengan karang rindu
Malam Purnama
Karya: Amiruddin Ena
Kendari, 27 Juli 2011
Mawar dalam jiwa
Mengering tanpa air suka
Sebab awan tak lagi menurunkan hujan
Sejak purnama mengecupkan sebait puisi perpisahan
malam itu.
Malam yang sesak
Rindu menjadi beku
Sebab esok rembulandatang bukan untukku
Dialah mimpi menjelma batu
Sudah Terbakar
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 7 Februari 2011
Sudah kuduga
Semua akan begini akhirnya
Setelah kau minta keras
Nyalakan sumbu yang sengaja kusembunyikan
Di dalam lemari nuraniku
Harus apa lagi?
Api itu sudah berkobar sana, sini
Membakar ruang-ruang nurani
Membakar muka ini juga
Sebab kau tak pernah pahami itu
Sudah terlanjur begini
Habislah segala impian
Hanya aib yang meracuni segala muka
juga nama dan hati
Sudah terbakar
Sesal hanyalah bumbu yang merapuh.
Kau tak akan apa-apa
Aku tak punya apa-apa lagi
Semua sia-sia!
Sajak Kesangsian
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 17 Agustus 2011
Sepertinya sudah kusangsikan janji
yang kau ucapkan lewat surat waktu itu
Mungkin ini adalah kemunafikan. Buatmu!
Atau hanyalah rasa bodoh yang kalut, karena
sudah jauh memujamu yang melangit.
Apapun itu kuterima saja!
Sudah tersiksa batin ini, jika saja menunggu kasatmu
Bayanganmu saja masih kusangsikan
Kadang kau ilusi. Bagiku!
Kadang juga kau ada, karena
Harapan kau akan mengecup tangan kananku.
Sulit terbang ke istana langitmu.
Jika tak ada sayap seperti camar itu. Bagiku!
Baiknya aku berjalan pada lorong sendiri
Menikmati masa bodoh atau kemunafikan
Daripada menunggu kasatmu lagi.
Apapun nanti, kuterima saja!
TANGISAN INA DI HARI IBU
KARYA: AMIRUDDIN ENA
BUTON, 17 DESEMBER 2015
INA,
TIDAK SAMPAIKAH SALAM RINDUKU
YANG SELALU KU TITIPKAN
DENGAN SENDUAN KERESAHAN
DARI ANAK YANG LAHIR DARI RAHUMMU?
ATAUKAH MATAMU BERPALING
ANAK-ANAKMU KINI HIDUP DI ANTARA DINDING KARTON
DITERPA TOPAN BADAI YANG MENDURJAKAN NESTAPA
DI TANAH LAHIRMU SENDIRI
INA,
DUNIA INI KERAS, KAUPUN DIAM MENGERAS
MELIHAT ANAK-ANAKMU DITERPA TSUNAMI ACEH DAN MENTAWAI
GEMPA DAHSYAT DI SUMBAR
DAN INI KALI LONGSOR DI TANAH BANJAR NEGARA
MELAHAP ANAK-ANAK SEBELUM MEMELUK SAUDARANYA SENDIRI
DALAM KERESAHAN YANG TERPIAS
KEPADA SUKMA YANG MENDERU
MENJALAR GAIRAH, MERAMBAH NALURI
KUTANYAKAN PELUKAN ITU, INA?
INAKU,
SAKIT INI SUDAH MEMANJANG
MATAHARIMU TELAH MELANGIT
DARAH DAN AIRMATA MASIH SAJA MENETES
SATU PERMOHONAN PADAMU
BAWALAH ANAK-ANAKMU KEMBALI FITRAH
AGAR BENDERA JAYA KEMBALI BERKIBAR
INA, SELAMAT HARIMU.
Permohonan Kado Terbaik Dari-Mu
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 8 Januari 2013
Malam mulai pekatkan mata
Bulan tanpa bintang, langit mendung akan hujan
Semakin sunyi, menghujam dada
Jauh dari riuh bahagia
Sudah dua puluh delapan musim perjalanan
Aku seperti diasingkan waktu
Hanya memeluk sunyi. Senyum saja!
segalanya sibuk, tak perlu tahu
kalau senyum ini hanya tipuan sesat
Oh, mungkinkah jiwaku telah jauh
oleh pandangan bulan
Hingga bunga tidurku turut ngeri
Sejak sunyi ini meruncingkan angan?
Siapa yang tahu?
Petuah selalu terbagi kepada duka
Aku juga sungguh luka
Kadang bergeming dalam gelap
Seperti “gendang tanpa irama”
Satu saja, sebelum lelap pada pekat malam ini
Tuhanku, berilah kado terbaik
jika sepuluh matahari menjemputku.
Di Musim Dua Nol Satu Dua
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 6 Agustus 2012
Musim: gugur bintang
Matahari dan bulan merubah haluan
Kompas manusia retak busurnya
Bergantilah musik
Dua nol satu dua
Angka: mekar musim baru
Ada naga bangun menyulutkan api
Ada nenas bertunas hijau
Untuk tujuh kemakmuran
siang matahari dan malam bulan
Dua nol satu dua
Angka putra mahkota lahirlah martabattujuh
demi kejora Butuuni
Jangan Bersedih Wa Ode Pogo, Kadatua
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 3 Januari 2011
Jangan bersedih Wa Ode
Jika kini kau hanya makam belaka
Anak, cucumu tak lagi menari linda
Jangan bersedih Wa Ode
Jika kini kau hanya dongeng belaka
Anak, cucumu enggan lagi berkisah
Jangan bersedih Wa Ode
Jika kini air matamu kering
Anak, cucumu lupa lagi menyebutmu
Jangan bersedih Wa Ode
Jika benar anak, cucumu tak lagi menari linda,
Enggan berkisah dan lupa akan namamu
Maka cicitmu ini yang akan
Memfitrahkan kembali tanah kadatua ini
Perbincangan Penawaran Kontrak Barter
Karya: Amiruddin Ena
Buton, 20 Juli 2011
Apa yang kau inginkan dariku?
Aku ingin ilmu dan amalmu
Kemudian aku tukar dengan harta benda
Agar kau lupa akan siksa kubur
Aku ingin juga mimpimu
Kemudian aku tukar dengan lautan birahi
Agar kau lupa akan padang Ma’shar
Apalagi yang kau inginkan?
Aku ingin suara merdumu
Kemudian aku tukar dengan kebisuan
Agar kau tak melantunkan lagu permainan menjijikanku
Aku ingin juga imanmu
Kemudian aku tukar dengan kenistaan
Agar kau jauh dari syorga
Apalagi yang kau inginkan?
Aku ingin taqwamu
Kemudian aku tukar dengan jabatan semu
Agar jadi abdiku di neraka nanti
Aku ingin juga KEKASIHmu itu
Kemudian aku tukar dengan bangkaiku
Agar kau kekal bersamaku dalam mahligai kekafiran
Hentikanlah, kontrak barter ini tak akan aku paraf
karena barter itu tidak sah lagi di batinku!

More Related Content

Similar to Puisi Sajak perempuan senyum dan lelaki karang Karya Amiruddin Ena

7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncong7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncongIda Komariana
 
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4Perbarani Intan
 
Omong kosong tak berdusta
Omong kosong tak berdustaOmong kosong tak berdusta
Omong kosong tak berdustaTeguh Budiman
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKampung Baca
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanRicky L
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruMaman Nyamuk
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruAbrar Farisi
 
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi Hasanuddin
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi HasanuddinPuisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi Hasanuddin
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi HasanuddinUIN ALAUDDIN MAKASSAR
 
Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017andika dika
 

Similar to Puisi Sajak perempuan senyum dan lelaki karang Karya Amiruddin Ena (20)

Lirik lagu 2 bimbo
Lirik lagu 2 bimboLirik lagu 2 bimbo
Lirik lagu 2 bimbo
 
7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncong7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncong
 
Chairil anwar
Chairil anwarChairil anwar
Chairil anwar
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Omong kosong tak berdusta
Omong kosong tak berdustaOmong kosong tak berdusta
Omong kosong tak berdusta
 
karya akueko
karya akuekokarya akueko
karya akueko
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadi
 
Puisi jupri_rokan.docx
Puisi jupri_rokan.docxPuisi jupri_rokan.docx
Puisi jupri_rokan.docx
 
Lukisan hasan
Lukisan hasanLukisan hasan
Lukisan hasan
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
 
Koleksi puisi
Koleksi puisiKoleksi puisi
Koleksi puisi
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
 
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi Hasanuddin
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi HasanuddinPuisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi Hasanuddin
Puisi karya Nurul Hidayatullah Binti Andi Hasanuddin
 
Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017
 
Petikan lelakon
Petikan lelakonPetikan lelakon
Petikan lelakon
 
Kata kata gombal
Kata kata gombalKata kata gombal
Kata kata gombal
 

More from RAHMATADIANTO

Revolusi Mental dan Feminisme
Revolusi Mental dan FeminismeRevolusi Mental dan Feminisme
Revolusi Mental dan FeminismeRAHMATADIANTO
 
Kemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi AnoaKemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi AnoaRAHMATADIANTO
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISCITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISRAHMATADIANTO
 
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"RAHMATADIANTO
 
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"RAHMATADIANTO
 
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat AdiantoAnalisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat AdiantoRAHMATADIANTO
 

More from RAHMATADIANTO (6)

Revolusi Mental dan Feminisme
Revolusi Mental dan FeminismeRevolusi Mental dan Feminisme
Revolusi Mental dan Feminisme
 
Kemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi AnoaKemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi Anoa
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISCITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
 
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"
Naskah Drama "Teater Husen dan Petuahnya"
 
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
Sebuah Esai "Lawela warisan dan tanah air kata kata"
 
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat AdiantoAnalisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
Analisis novel hikayat kadiroen Oleh Rahmat Adianto
 

Puisi Sajak perempuan senyum dan lelaki karang Karya Amiruddin Ena

  • 1. Dari Seorang Pelaut Karya: Amruddin Ena Buton, 31 Januari 2015 dari laut. kutemukan kisah malam. adalah sebuah sepi di lautan. nasib digantungkan kepada ombak mendayu Malam meniupkan angin, darah menjelma beku dari seorang pelaut malam saksi sepi menusuki sukma gemuruh angin serupa sangkakala siap menarik roh dan jasad dari melaut laut adalah nyanyian sepi daratan seperti kekasih dirindukan
  • 2. Sajak Perempuan Senyum dan Lelaki Karang Karya: Amiruddin Ena Buton, 18 Juli 2012 Entah dari mana? Semalam aku mimpi kau jatuh Jatuh dalam pelukanku. Pelukan yang begitu hangat Meruncing ke bilik-bilik jantungku Mesra pandanganmu Tenggelam di kelopak mata Tiba-tiba seekor elang membawamu Terbang- Kepada awan Aku mengejar tanpa kuasa Aku patah di ranting pohon mati Hanya bisa pandangmu Jauh, lenyap di mata senja Aku tersentak di sepertiga malam sesaat wajahmu membayangi Malam yang berbunga mimpi rindu hanya serupa karang laut Mengapa aku lalai Menyerahkan kau bersama elang itu? Sadarlah, nasibmu dan aku jauh Kau terlahir dengan senyuman Aku terlahir dengan karang rindu
  • 3. Malam Purnama Karya: Amiruddin Ena Kendari, 27 Juli 2011 Mawar dalam jiwa Mengering tanpa air suka Sebab awan tak lagi menurunkan hujan Sejak purnama mengecupkan sebait puisi perpisahan malam itu. Malam yang sesak Rindu menjadi beku Sebab esok rembulandatang bukan untukku Dialah mimpi menjelma batu
  • 4. Sudah Terbakar Karya: Amiruddin Ena Buton, 7 Februari 2011 Sudah kuduga Semua akan begini akhirnya Setelah kau minta keras Nyalakan sumbu yang sengaja kusembunyikan Di dalam lemari nuraniku Harus apa lagi? Api itu sudah berkobar sana, sini Membakar ruang-ruang nurani Membakar muka ini juga Sebab kau tak pernah pahami itu Sudah terlanjur begini Habislah segala impian Hanya aib yang meracuni segala muka juga nama dan hati Sudah terbakar Sesal hanyalah bumbu yang merapuh. Kau tak akan apa-apa Aku tak punya apa-apa lagi Semua sia-sia!
  • 5. Sajak Kesangsian Karya: Amiruddin Ena Buton, 17 Agustus 2011 Sepertinya sudah kusangsikan janji yang kau ucapkan lewat surat waktu itu Mungkin ini adalah kemunafikan. Buatmu! Atau hanyalah rasa bodoh yang kalut, karena sudah jauh memujamu yang melangit. Apapun itu kuterima saja! Sudah tersiksa batin ini, jika saja menunggu kasatmu Bayanganmu saja masih kusangsikan Kadang kau ilusi. Bagiku! Kadang juga kau ada, karena Harapan kau akan mengecup tangan kananku. Sulit terbang ke istana langitmu. Jika tak ada sayap seperti camar itu. Bagiku! Baiknya aku berjalan pada lorong sendiri Menikmati masa bodoh atau kemunafikan Daripada menunggu kasatmu lagi. Apapun nanti, kuterima saja!
  • 6. TANGISAN INA DI HARI IBU KARYA: AMIRUDDIN ENA BUTON, 17 DESEMBER 2015 INA, TIDAK SAMPAIKAH SALAM RINDUKU YANG SELALU KU TITIPKAN DENGAN SENDUAN KERESAHAN DARI ANAK YANG LAHIR DARI RAHUMMU? ATAUKAH MATAMU BERPALING ANAK-ANAKMU KINI HIDUP DI ANTARA DINDING KARTON DITERPA TOPAN BADAI YANG MENDURJAKAN NESTAPA DI TANAH LAHIRMU SENDIRI INA, DUNIA INI KERAS, KAUPUN DIAM MENGERAS MELIHAT ANAK-ANAKMU DITERPA TSUNAMI ACEH DAN MENTAWAI GEMPA DAHSYAT DI SUMBAR DAN INI KALI LONGSOR DI TANAH BANJAR NEGARA MELAHAP ANAK-ANAK SEBELUM MEMELUK SAUDARANYA SENDIRI DALAM KERESAHAN YANG TERPIAS KEPADA SUKMA YANG MENDERU MENJALAR GAIRAH, MERAMBAH NALURI KUTANYAKAN PELUKAN ITU, INA? INAKU, SAKIT INI SUDAH MEMANJANG MATAHARIMU TELAH MELANGIT DARAH DAN AIRMATA MASIH SAJA MENETES SATU PERMOHONAN PADAMU BAWALAH ANAK-ANAKMU KEMBALI FITRAH AGAR BENDERA JAYA KEMBALI BERKIBAR INA, SELAMAT HARIMU.
  • 7. Permohonan Kado Terbaik Dari-Mu Karya: Amiruddin Ena Buton, 8 Januari 2013 Malam mulai pekatkan mata Bulan tanpa bintang, langit mendung akan hujan Semakin sunyi, menghujam dada Jauh dari riuh bahagia Sudah dua puluh delapan musim perjalanan Aku seperti diasingkan waktu Hanya memeluk sunyi. Senyum saja! segalanya sibuk, tak perlu tahu kalau senyum ini hanya tipuan sesat Oh, mungkinkah jiwaku telah jauh oleh pandangan bulan Hingga bunga tidurku turut ngeri Sejak sunyi ini meruncingkan angan? Siapa yang tahu? Petuah selalu terbagi kepada duka Aku juga sungguh luka Kadang bergeming dalam gelap Seperti “gendang tanpa irama” Satu saja, sebelum lelap pada pekat malam ini Tuhanku, berilah kado terbaik jika sepuluh matahari menjemputku.
  • 8. Di Musim Dua Nol Satu Dua Karya: Amiruddin Ena Buton, 6 Agustus 2012 Musim: gugur bintang Matahari dan bulan merubah haluan Kompas manusia retak busurnya Bergantilah musik Dua nol satu dua Angka: mekar musim baru Ada naga bangun menyulutkan api Ada nenas bertunas hijau Untuk tujuh kemakmuran siang matahari dan malam bulan Dua nol satu dua Angka putra mahkota lahirlah martabattujuh demi kejora Butuuni
  • 9. Jangan Bersedih Wa Ode Pogo, Kadatua Karya: Amiruddin Ena Buton, 3 Januari 2011 Jangan bersedih Wa Ode Jika kini kau hanya makam belaka Anak, cucumu tak lagi menari linda Jangan bersedih Wa Ode Jika kini kau hanya dongeng belaka Anak, cucumu enggan lagi berkisah Jangan bersedih Wa Ode Jika kini air matamu kering Anak, cucumu lupa lagi menyebutmu Jangan bersedih Wa Ode Jika benar anak, cucumu tak lagi menari linda, Enggan berkisah dan lupa akan namamu Maka cicitmu ini yang akan Memfitrahkan kembali tanah kadatua ini
  • 10. Perbincangan Penawaran Kontrak Barter Karya: Amiruddin Ena Buton, 20 Juli 2011 Apa yang kau inginkan dariku? Aku ingin ilmu dan amalmu Kemudian aku tukar dengan harta benda Agar kau lupa akan siksa kubur Aku ingin juga mimpimu Kemudian aku tukar dengan lautan birahi Agar kau lupa akan padang Ma’shar Apalagi yang kau inginkan? Aku ingin suara merdumu Kemudian aku tukar dengan kebisuan Agar kau tak melantunkan lagu permainan menjijikanku Aku ingin juga imanmu Kemudian aku tukar dengan kenistaan Agar kau jauh dari syorga Apalagi yang kau inginkan? Aku ingin taqwamu Kemudian aku tukar dengan jabatan semu Agar jadi abdiku di neraka nanti Aku ingin juga KEKASIHmu itu Kemudian aku tukar dengan bangkaiku Agar kau kekal bersamaku dalam mahligai kekafiran Hentikanlah, kontrak barter ini tak akan aku paraf karena barter itu tidak sah lagi di batinku!