SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
DI BIDANG KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN
DANA BAGI HASIL
CUKAI HASIL TEMBAKA
(DBHCHT)
PANDUAN PENGGUNAAN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . 03
Sambutan Direktur Dana Perimbangan
Ditjen Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan . 04
Pendahuluan . 06
BAGIAN PERTAMA: Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
dan Pengadaan Tempat Kkhusus untuk Merokok di
Tempat Umum .09
BAGIAN KEDUA: Tersedianya Fasilitas Perawatan
Kesehatan Bagi Penderita Akibat Dampak Asap Rokok
.23
Lampiran Alat Deteksi Dini & Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Terkait
Penyakit akibat Rokok .35
2
3
KATA PENGANTAR	
  Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas ijin dan karuniaNya
	
  sehingga Pedoman Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT)
	
  dalam Bidang Kesehatan dapat tersusun dan diterbitkan.
	
  Dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Undang-Undang
	
  Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 54/
	
  PUU-VI/2008, telah ditentukan bahwa penerima cukai hasil tembakau adalah provinsi
	
  penghasil cukai hasil tembakau dan provinsi penghasil tembakau.
	
  Penggunaan DBHCHT telah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/
	
  PMK.7/2009. Penggunaan dana tersebut salah satunya adalah untuk kegiatan
	
  pembinaan terhadap lingkungan sosial. Kegiatan pembinaan lingkungan
	
  sosial pada dasarnya mengatur dua hal, yaitu pertama ; pembinaan terhadap petani
	
  tembakau dan kedua perlindungan terhadap dampak buruk dari rokok dalam bidang
	
  kesehatan.
	
  Pada pedoman ini dijelaskan tentang penggunaan DBHCHT terhadap dampak buruk
	
  dari rokok terhadap kesehatan. Dalam hal ini penggunaan dana dapat diperuntukan;
	
  pertama, kegiatan dalam rangka penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
	
  pengadaan tempat khusus untuk merokok di tempat umum, kedua ; penyediaan
	
  fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok. Dalam
	
  penggunaan dana ini untuk masing-masing kegiatan dijelaskan tujuan, indikator
	
  keberhasilan, strategi dan langkah-langkahnya.
	
  Pedoman ini diharapkan bisa menjadi panduan bagi pemerintah daerah dan pihak
	
  terkait dalam penggunaan DBHCHT untuk bidang kesehatan. Dengan adanya
	
  pedoman ini diharapkan penggunaan DBHCHT dalam bidang kesehatan bisa
	
  terlaksana secara optimal.
	
  Pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Pedoman ini kami ucapkan
	
  terima kasih. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua.
	
  Jakarta, November 2012
	
  Kepala Pusat Promosi Kesehatan
	
  Kementerian Kesehatan RI
	
  dr. Lily S. Sulistyowati, MM
4
SAMBUTAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN
DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Syukur Alhamdulillah, sejak digulirkannya kebijakan terkait Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBHCHT) tahun 2007 melalui UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai dan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 54/PUU-VI/2008 tahun 2008, setiap tahunnya
Pemerintah telah mengalokasikan dan menyalurkan DBHCHT sebesar 2% (dua persen)
dari penerimaan negara cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia kepada provinsi
Penghasil Cukai Hasil Tembakau dan Provinsi Penghasil Tembakau, yang selanjutnya oleh
Provinsi Penerima DBHCHT bersangkutan dibagikan kepada provinsi/kabupaten/ kota di
wilayahnya dengan komposisi 30% (tiga puluh persen) untuk provinsi penghasil, 40%
(empat puluh persen) untuk kabupaten/kota daerah penghasil, dan 30% (tiga puluh persen)
untuk kabupaten/kota lainnya.
DBHCHT yang dibagikan tersebut bersifat specific grand, dimana penggunaannya sudah
diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 66A UU
Nomor 39 tahun 2007 ayat (1) yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai,
dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal. Selanjutnya kelima kegiatan tersebut
dirinci lebih detil menjadi 21 (dua puluh satu) sub jenis kegiatan sebagaimana diatur dalam
PMK 84/PMK.07/2008 jo. PMK Nomor 20/PMK.07/2009 tentang Penggunaan DBHCHT dan
Sanksi atas Penyalahgunaan DBHCHT.
Pengaturan penggunaan DBHCHT tersebut pada dasarnya merupakan bentuk sharing
kewajiban Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah penerima DBHCHT guna
mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan pengenaan cukai hasil tembakau yaitu dalam
rangka pengendalian dan pengawasan serta mitigasi terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan produk tembakau disamping juga dalam rangka optimalisasi penerimaan
negara CHT sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 UU Nomor 39 tahun 2007.
Dengan pengaturan kebijakan DBHCHT sebagaimana tersebut di atas, maka sudah
seharusnya DBHCHT yang diberikan kepada daerah penerima digunakan sesuai
peruntukannya. Namun dalam prakteknya kondisi yang terjadi malah sebaliknya, masih
ditemukannya berbagai kegiatan penggunaan DBHCHT yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap rencana kerja
anggaran maupun realisasi penggunaan anggaran DBHCHT dari beberapa daerah
penerima masih menunjukkan ketidaktepatan daerah dalam mengalokasikan kegiatan
yang sesuai dengan ketentuan, seperti penggunaan DBHCHT dalam bidang kesehatan.
Masih ditemukan adanya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang
tidak ada kaitannya langsung dengan penanganan penyakit akibat dampak asap rokok
atau penempatan kegiatan DBHCHT untuk meangani penyakit menular, HIV/AIDS,
5
Keluarga Berencana, dan sebagainya. Kondisi ini tentu berakibat tidak hanya terhadap
ketidak tercapaian tujuan cukai hasil tembakau tersebut, namun juga berpotensi menyalahi
ketentuan yang berlaku.
Dari hasil evaluasi maupun kunjungan yang dilakukan di beberapa daerah, ternyata kondisi
ketidaktepatan dalam pengalokasian penggunaan DBHCHT tersebut hampir merata terjadi
disemua daerah, dan salah satu penyebabnya adalah faktor kurangnya pemahaman unit/
aparatur pelaksana di daerah dalam menterjemahkan aturan pelaksanaan penggunaan
DBHCHT sebagaimana tertuang dalam PMK 84/PMK.07/2008 jo. PMK Nomor 20/PMK.07/
2009, meskipun sosialisasi maupun konsultasi atas pemahaman aturan penggunaan ini
sudah sering dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Penerima.
Pada tahun 2012 DBHCHT telah memasuki tahun kelima pelaksanaannya, berbagai macam
tanggapan para pengelola dana DBHCHT di daerah terhadap muatan PMK telah didengar,
disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pengaturan dalam PMK sangat membatasi
penggunaan, namun di pihak lain ada yang menginginkan pengaturan yang lebih rinci
lagi. Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan tersebut terutama untuk menjawab
berbagai persoalan penggunaan DBHCHT di bidang kesehatan, kami menyambut baik
kehadiran buku “Pedoman Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT)
dalam Bidang Kesehatan” yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama
dengan Kementerian Keuangan. Dengan kehadiran buku pedoman ini diharapkan dapat
membantu daerah dalam menyusun dan merencanakan kegiatan DBHCHT di bidang
kesehatan yang tepat sasaran dan sesuai dengan ketentuan sehingga diharapkan pada
gilirannya DBH CHT yang diberikan dapat digunakan secara optimal sesuai dengan
tujuannya.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Kesehatan serta
pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini atas kontribusi yang diberikan
dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalaan yang terjadi selama ini dalam
penggunaan DBH CHT di bidang kesehatan. Semoga upaya yang telah dilakukan dapat
memberikan manfaat yang baik bagi kita semua dalam pelaksanaannya.
Jakarta, 21 Oktober 2012
Direktur Dana Perimbangan
Ditjen Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan,
Drs. Pramudjo, M.Soc.Sc
6
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai yang
diamandemen menjadi UU Nomor 39 tahun 2007 mengatur
kebijakan di bidang Cukai terutama pengaturan pembagian
dan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(DBHCHT) kepada daerah penghasil. Pemikiran yang
berkembang pada tahun 2007 menghasilkan ketetapan pasal
66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat 1 yang menyebutkan
bahwa penerimaan negara dari cukai hasil tembakau
sebesar 2% dibagikan kepada Provinsi penghasil cukai hasil
tembakau. Selanjutnya melalui Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 54/PUU-VI/2008 ditetapkan bahwa Provinsi penghasil
tembakau juga menerima DBHCHT.
DBHCHT yang dibagikan ke daerah penghasil bersifat
earmarking, dimana penggunaan DBHCHT sudah
diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu dalam rangka
pengendalian, pengawasan dan mitigasi dampak negatif yang
ditimbulkan dari produk hasil tembakau serta optimalisasi
penerimaan CHT. Pasal 66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat 1
mengatur penggunaan DBHCHT tersebut, yaitu untuk :
PENDAHULUAN
7
	
   Mendanai peningkatan kualitas bahan baku
	
   Pembinaan industri
	
   PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL
	
   Sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau
	
   Pemberantasan barang kena cukai ilegal
Diantara 5 peruntukan ini, peruntukan ketiga atau pembinaan
lingkungan sosial mengamanatkan adanya perlindungan bagi
warganya terhadap dampak negatif produk hasil tembakau
(rokok) di bidang kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan
amanat Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 113 sampai pasal 116.
Selanjutnya dalam PMK Nomor 20/PMK.07/2009 yang
mengatur lebih detil tentang penggunaan DBHCHT, di
jelaskan bahwa kegiatan “pembinaan lingkungan sosial”
meliputi:
	
   Pembinaan kemampuan dan keterampilan kerja
	
   masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau dan /
	
   atau daerah penghasil bahan baku industri hasil tembakau
	
   Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau
	
   yang mengacu kepada analisis dampak lingkungan
	
   (AMDAL)
	
   Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan pengadaan
	
   tempat khusus untuk merokok di tempat umum
	
   Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
	
   penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi
	
   penderita akibat dampak asap rokok
8
	
   Penguatan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan
	
   bagi tenaga kerja industri hasil tembakau, dan/atau
	
   Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan industri
	
   hasil tembakau dalamrangka pengentasan kemiskinan,
	
   mengurangi pengangguran, dan mendorong pertumbuhan
	
   ekonomi daerah, dilaksanakan antara lain melalui bantuan
	
   permodalan dan sarana produksi
“Dari keenam peruntukan tersebut,
peruntukkan ketiga dan keempat merupakan
bentuk perlindungan terhadap dampak buruk
rokok dalam bidang kesehatan”
sedangkan peruntukkan pertama, kelima dan keenam
adalah untuk memberikan keterampilan lain kepada
petani atau buruh tembakau guna meningkatkan derajat
kesejahteraannya.
Blue print ini membahas mengenai peruntukan ketiga dan
keempat yang berkaitan dengan bidang kesehatan agar
penggunaan DBHCHT tepat sasaran sesuai dengan amanat
UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 20/PMK.07/2009 tentang Penggunaan DBHCHT.
9
BAGIAN PERTAMA:
PENETAPAN KAWASAN
TANPA ROKOK DAN
PENGADAAN TEMPAT
KHUSUS UNTUK
MEROKOK DI TEMPAT
UMUM
10
Sebagian besar perokok merokok di depan orang lain,
sementara asap rokok tidak hanya berdampak pada perokok
namun juga pada orang disekitarnya. Hal ini disebabkan
karena rokok mengeluarkan asap utama, yaitu asap yang
dihembuskan setelah menghisap rokok, dan juga asap
sampingan yaitu asap sebagai hasil pembakaran kecil diujung
rokok yang terbakar saat rokok tidak dihisap. Pemerintah
berkewajiban melindungi masyarakat dalam peningkatan
derajat kesehatan dengan peraturan kawasan tanpa rokok.
TUJUAN:
	
   Menciptakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai
	
   tatanan sebagai bentuk perlindungan pemerintah pada
	
   masyarakat terkait dampak asap rokok
	
   Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
	
   perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan terhadap
	
   pelaksanaan KTR
	
   Terbentuknya sistim pemantauan, pembinaan dan sanksi
	
   terhadap pelanggaran KTR
INDIKATOR KEBERHASILAN:
	
   Terbitnya peraturan daerah tentang KTR sebagai bentuk
	
   perlindungan pemerintah terhadap dampak asap rokok
	
   Adanya peraturan daerah tentang KTR di berbagai tatanan
	
   Adanya sistim pemantauan, pembinaan dan sanksi
	
   terhadap pelanggaran KTR yang melibatkan masyarakat
	
   Meningkatnya perilaku kepatuhan terhadap KTR di
	
   berbagai tatanan
STRATEGI:
A. Upaya untuk membuat peraturan
daerah tentang KTR
B. Penyebarluasan informasi
	
   tentang KTR pada masyarakat
C. Pemberdayaan masyarakat untuk
terlibat aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan
KTR
D. Monitoring dan evaluasi
penerapan KTR
12
Pertemuan lintas sektor
dalam membahas konsep,
menentukan peran
yang diperlukan dalam
pengembangan KTR.
13
STRATEGI A:
Upaya untuk Membuat
Peraturan Daerah
tentang KTR
Upaya ini mencakup berbagai tahapan kegiatan yang intinya
adalah Provinsi dan Kabupaten/Kota dan masyarakat
melakukan advokasi kepada DPRD untuk menyusun peraturan
daerah tentang KTR berdasarkan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/
PB/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan KTR, yang ditindaklanjuti dengan surat Menteri
Dalam Negeri Nomor 440/885/SJ tanggal 22 Maret 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan KTR sebagai upaya untuk
melindungi dampak asap rokok bagi masyarakat.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  MENYUSUN NASKAH AKADEMIK TENTANG KTR GUNA
	
   MEMBERIKAN DASAR ILMIAH DAN BERBASIS DATA
	
   TENTANG PENTINGNYA PEMBENTUKAN KTR.
	
   Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   	
  	
   Mengumpulkan data dasar tentang prevalensi merokok
	
   	
  	
   secara umum maupun untuk remaja, data besaran
	
   	
  	
   masalah merokok, data orang miskin merokok, data
	
   	
  	
   PHBS khususnya perilaku merokok di dalam rumah
	
   	
  	
   (bersumber dari: Susenas, Susedaprop, Surkesda,
14
	
   Riskesdas, dll) dalam rangka penetapan kawasan tanpa
	
   asap rokok
	
   Melakukan survey kecil atau bersifat lokal dan
	
   spesifik terkait perilaku merokok di tempat umum atau
	
   pendapat masyarakat tentang pentingnya KTR dsb
	
   dengan metode survey cepat jajak pendapat (pooling
	
   survey).
	
   Studi banding ke daerah lain yang telah berhasil
	
   menerapkan KTR untuk memperkuat kapasitas tim
	
   penyusun Naskah Akademik.
	
   Seminar/Diskusi Kelompok Terarah (FGD) untuk
	
   mengumpulkan berbagai bukti tentang dampak asap
	
   rokok terhadap orang disekitarnya.
MENYUSUN DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH
SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-
PERATURAN TERKAIT.
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   Melakukan pertemuan dengan lintas sektor untuk
	
   menyamakan persepsi dan membahas konsep
	
   dan merumuskan kegiatan yang diperlukan dalam
	
   pengembangan KTR serta menentukan peran yang
	
   dapat dilakukan oleh masing-masing sektor dalam
	
   penetapan KTR
	
   Seminar/FGD untuk membahas undang-undang dan
	
   peraturan terkait KTR sebagai pedoman penyusunan
	
   draft KTR
	
   Lokakarya menyempurnakan draft yang telah disusun
15
	
  PEMBAHASAN DENGAN DPRD TENTANG RAPERDA
YANG TELAH DISUSUN.
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:
	
  	
  	
   Studi banding ke daerah lain yang telah berhasil
	
  	
  	
   melaksanakan KTR untuk memberikan pemahaman
	
  	
  	
   yang tepat tentang konsep KTR
	
  	
  	
   Diseminasi draft yang telah disusun pada pemangku
	
  	
  	
   kebijakan untuk menyamakan persepsi tentang konsep
	
  	
  	
   KTR
	
  	
  	
   Seminar/FGD untuk memaparkan draft KTR dan dasar
	
  	
  	
   hukumnya dan atau bukti-bukti ilmiah yang mendukung
	
  	
  	
   tentang pentingnya KTR sebagai bentuk upaya
	
  	
  	
   perlindungan pemerintah terhadap masyarakat
	
  	
  	
   Konsinyering atau rapat-rapat untuk mendapatkan
	
  	
  	
   tanggapkan dan masukan tentang draft yang telah
	
  	
  	
   disusun
	
  PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN
DAERAH(RAPERDA) MENJADI PERATURAN DAERAH
(PERDA).
	
  	
  	
   Rapat kecil pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
	
  	
  	
   Rapat pleno penetapan Peraturan Daerah
	
  	
  MENYUSUN PEDOMAN PELAKSANAAN KTR.
	
  	
  	
   Rapat kecil pembahasan Pedoman Pelaksanaan KTR
	
  	
  	
   Lokakarya penyusunan Pedoman Pelaksanaan KTR
	
  	
  	
   dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
	
  	
  	
   dan masyarakat
16
CATATAN:
Penyusunan Perda KTR dilakukan dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan terkait antara lain berbagai
SKPD, kelompok masyarakat berbasis agama, LSM, profesi,
akademisi, asosiasi perdagangan/bisnis, PKK dan organisasi
lain relevan di daerah masing-masing.
STRATEGI B:
Penyebarluasan informasi
tentang KTR
Informasi tentang KTR dan mengapa KTR perlu ditetapkan
oleh pemerintah daerah harus disebarluaskan pada
masyarakat setempat. Pada umumnya sebelum KTR
dilaksanakan perlu dilakukan kampanye tentang KTR yang
dilaksanakan secara serentak agar masyarakat dapat
memahami dan mematuhi KTR. Setelah itu KTR diterapkan
pada setiap SKPD dan setiap tatanan KTR.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  Melakukan kampanye tentang kawasan tanpa asap rokok
	
   pada masyarakat luas. Kegiatan ini dapat dilakukan antara
	
   lain dengan Lokakarya penerapan KTR.
	
   	
  Membuat pesan tentang kawasan tanpa rokok baik dalam
	
   bentuk papan, spanduk atau poster, leaflet, buku balik
17
	
  Membuat buku saku dan atau selebaran tentang
dampak negatif asap rokok dan membagi-bagikannya
pada kawasan tanpa rokok
	
  Membuat penandaan KTR pada masing-masing tatanan;
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang di
tetapkan
	
  Melakukan penyebar luasan informasi tentang
peraturan Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok pada
masing-masing SKPD dan masing-masing tatanan yaitu
pada fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain
yang di tetapkan. Hal ini dapat dilakukan antara lain
dengan lomba-lomba penerapan KTR di masing-masing
SKPD dan Tatanan
18
19
STRATEGI C:
Pemberdayaan masyarakat
untuk terlibat aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan KTR
Masyarakat perlu diberdayakan dan digerakan untuk turut
melaksanakan, mendukung dan mengawasi pelaksanaan
KTR. Dalam hal ini kelompok yang dilibatkan adalah kelompok
masyarakat berbasis keagamaan, kader kesehatan, kelompok
perempuan, profesi kesehatan maupun non kesehatan,
akademisi, pelajar/mahasiswa, asosiasi bisnis/perdagangan/
pertokoan atau yang relevan.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  Pelatihan bagi pelatih (TOT) tentang KTR pada masyarakat
	
   setempat
	
   	
  Pelatihan tentang KTR yang dilakukan oleh masyarakat
	
   pada kelompoknya
	
   	
  Memfasilitasi masyarakat untuk melakukan diskusi
	
   kelompok tentang KTR
	
   	
  Memfasilitasi masyarakat melaksanakan ketentuan KTR
	
   pada ruang lingkup yang telah disepakati
	
   	
  Memfasilitasi masyarakat membentuk kelompok kerja
	
   yang memonitor pelaksanaan KTR dalam ruang lingkupnya
20
STRATEGI D:
Monitoring dan evaluasi
penerapan KTR
Monitoring dan Evaluasi terhadap penegakan hukum terkait
penegakan peraturan KTR oleh instansi terkait perlu dilakukan
agar kepatuhan masyarakat meningkat dengan melibatkan
peran serta masyarakat untuk memantau kepatuhan
pelaksanaan KTR .
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  BERSAMA INSTANSI TERKAIT, MENYUSUN SISTEM
	
   PEMANTAUAN PELAKSANAAN KTR YANG MELIBATKAN
	
   BERBAGAI KOMPONEN DI MASYARAKAT.
	
   Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   	
  	
   Lokakarya penyusunan sistem pemantauan oleh
	
   	
  	
   masyarakat
	
   	
  	
   Lokakarya penyusunan sistem pengaduan masyarakat
	
   	
  	
   terhadap pelanggaran KTR
	
   BERSAMA INSTANSI TERKAIT, MENINGKATKAN
	
   KAPASITAS SDM TERKAIT PEMANTAUAN PELAKSANAAN
	
   KTR
	
   Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   	
  	
   Meningkatkan kapasitas SDM dalam memahami
	
   	
  	
   peraturan KTR
	
   	
  	
   Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan
	
   	
  	
   pemantauan pelaksanaan KTR
21
MENYEBARLUASKAN INFORMASI TENTANG SISTEM
PENEGAKAN HUKUM, PEMANTAUAN KTR
Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   Membuat buku saku dan atau selebaran tentang
	
   peraturan dan sanksi terhadap pelanggaran KTR
	
   Melakukan kampanye serentak tentang sistim
	
   pemantauan KTR
BEKERJASAMA DENGAN INSTANSI TERKAIT,
MELAKUKAN EDUKASI PADA PELANGGAR KTR TENTAN
DAMPAK DARI PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
SECARA BERKALA
Langkah-langkah:
1. Pembentukan sistim pembinaan bagi pelanggar KTR
	
   	
   Lokakarya pembentukan sistem pembinaan bagi
	
   	
   pelanggar KTR dengan melibatkan berbagai sektor
	
   	
   dan masyarakat madani
	
   	
   Lokakarya pembentukan kelompok pembina KTR
	
   	
   yang berasal dari berbagai SKPD, guru, akademisi,
	
   	
   LSM, kader dsb
2. Peningkatan kapasitas bagi kelompok pembina KTR
	
   	
   Pelatihan bagi petugas pembina yang terdiri dari
	
   	
   berbagai SKPD, guru, akademisi, LSM, kader dsb
	
   	
   Pembuatan modul bahan ajar bagi kelompok
	
   	
   pembina
	
   	
   Pembuatan KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
	
   	
   untuk pembinaan
22
3. Pembinaan bagi pelanggar KTR
	
   	
   Ceramah Pembinaan dan diskusi
	
   Catatan:
	
   Pembinaan dapat dilakukan sesuai dengan peraturan
	
   yang ada.
4. Evaluasi pelaksanaan KTR
	
   	
   Survei kepatuhan diberbagai tatanan
	
   	
   FGD dengan berbagai kelompok
	
   	
   Evaluasi sistim pemantauan dan pengaduan
	
   	
   masyarakat
	
   	
   Evaluasi sistim pembinaan pelanggar KTR
	
   	
   Apresiasi terhadap area yang berhasil menerapkan
	
   	
   KTR dengan kepatuhan tinggi
	
   	
   Survei jajak pendapat untuk mengetahui dukungan
	
   	
   masyarakat terhadap peraturan KTR
23
BAGIAN KEDUA:
TERSEDIANYA FASILITAS
PERAWATAN KESEHATAN
BAGI PENDERITAAKIBAT
DAMPAK ASAP ROKOK
24
TUJUAN:
	
   Meningkatkan akses deteksi dini akibat dampak asap
	
   rokok baik bagi perokok aktif maupun pasif
	
   Meningkatkan rehabilitasi perilaku baik bagi perokok aktif
	
   maupun pasif terhadap perilaku yang dapat menimbulkan
	
   dampak lebih buruk akibat asap rokok
	
   Tersedianya sistem rujukan perawatan baik bagi perokok
	
   aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok
	
   Meningkatnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
	
   baik bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap
	
   rokok
INDIKATOR KEBERHASILAN:
	
   Meningkatnya deteksi dini akibat dampak asap rokok pada
	
   perokok dan korban di sekitarnya
	
   Terjadinya rehabilitasi perilaku yang dapat mengurangi
	
   dampak asap rokok pada perokok dan korban di sekitarnya
	
   Adanya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik
	
   bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok
STRATEGI:
A. Meningkatkan akses terhadap
	
   deteksi dini dampak asap rokok
	
   baik pada perokok pasif maupun
	
   aktif
B. Meningkatkan akses terhadap
	
   konseling rehabilitatif baik pada
	
   perokok aktif maupun pasif
C. Tersedianya sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan
baik bagi perokok aktif maupun
pasif akibat dampak asap rokok
26
STRATEGI A:
Meningkatkan akses
terhadap deteksi dini melalui
pemeriksaan terhadap dampak
asap rokok baik pada perokok
aktif dan pasif
Dampak rokok terhadap kesehatan bersifat jangka
panjang antara lain dengan meningkatnya tekanan darah,
berkurangnya oksigen dalam darah, menyempitnya pembuluh
darah dsb. Hal ini merupakan faktor risiko terhadap penyakit
degeneratif lainnya. Oleh karena itu pemantauan terhadap
indikator kesehatan yang penting merupakan strategi penting
untuk mencegah penyakit terkait rokok.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   Penyediaan fasilitas deteksi dini dampak asap rokok
	
   terhadap kesehatan. Penyediaan fasilitas yang dapat
	
   dilakukan:
	
   - Melakukan deteksi dini dampak asap rokok terhadap
	
   	
   ruangan yang terpapar asap rokok dalam bentuk
	
   	
   partikulat dan nikotin, dengan alat Partikulat Meter 2,5.
	
   - Melakukan deteksi dini kepada perokok aktif dan
	
   	
   perokok pasif, baik pada organ-organ target maupun
	
   	
   komplikasi tubuh perokok aktif dan pasif, berakibat
	
   	
   kepada penyakit yang faktor risikonya oleh asap rokok
	
   	
   (alat deteksi dini terlampir).
27
Posbindu PTM di masyarakat untuk membantu
deteksi dini penyakit terkait rokok.
28
Membentuk tim deteksi dini pada berbagai jenis
pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dapat dilakukan:
- Pertemuan-pertemuan pembentukan tim deteksi dini
	
   pada berbagai jenis pelayanan kesehatan.
- Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tim deteksi
	
   dini dalam pelayanan kegiatan deteksi dini.
Meningkatkan kapasitas petugas puskesmas dalam
penggunaan berbagai peralatan deteksi dini dan
pemeriksaannya. Kegiatan yang dapat dilakukan:
- Pelatihan bagi petugas dalam menggunakan berbagai
	
   peralatan deteksi dini dan pemeriksaannya.
- Pelatihan bagi petugas dalam melakukan kegiatan
	
   deteksi dini dan sistim pencatatan pelaporan
Membangun sistim rujukan untuk kasus yang tidak dapat
ditangani di tingkat pelayanan primer ke tingkat yang lebih
tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan:
- Lokakarya pembentukan sistim rujukan untuk kasus
	
   yang tidak dapat ditangani di Puskesmas.
- Pelatihan petugas dalam melakukan penanganan kasus
	
   di berbagai level pelayanan kesehatan mulai tingkat
	
   primer ke tingkat yang lebih tinggi.
- Pengadaan media sarana prasarana pendukung sistim
	
   rujukan
29
	
  Melakukan ekspansi deteksi dini pada unit usaha baik
pihak swasta, profesi maupun masyarakat madani.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
- Seminar tentang deteksi dini akibat dampak rokok
	
  	
   dengan melibatkan berbagai sektor dan masyarakat
	
  	
   madani
- Seminar tentang penyakit terkait dampak rokok
	
  Monitoring dan evaluasi kegiatan deteksi dini.Kegiatan
yang dapat dilakukan:
- Pembentukan tim pemantau deteksi dini dengan
	
  	
   melibatkan aparat kecamatan dan kelurahan.
- Supervisi tim pemantau terhadap kegiatan deteksi dini
	
  	
   dan peralatannya.
- Lokakarya penyusunan format pelaporan deteksi dini.
- Lokakarya pembahasan hasil pencatatan dan pelaporan
	
  	
   jumlah dan hasil pemeriksaan deteksi dini beserta
	
  	
   rujukannya.
- Penelitian evaluasi hasil deteksi dini.
- Seminar hasil evaluasi deteksi dini dampak rokok bagi
	
  	
   kesehatan.
30
STRATEGI B:
Meningkatkan akses
terhadap konseling
rehabilitasi perilaku baik
pada pada perokok aktif
maupun pasif
Konseling untuk rehabilitasi perilaku baik sangat dibutuhkan,
baik perokok aktif maupun perokok pasif agar kondisi
kesehatan mereka tidak semakin memburuk. Penyediaan
fasilitas konseling, bisa berbentuk klinik atau tergabung
dengan klinik paru atau penyakit terkait rokok.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  MENYEDIAKAN FASILITAS KONSELING
	
   Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
   	
  	
   Renovasi ruang konseling
	
   	
  	
   Pengadaan fasilitas ruang konseling
	
   	
  	
   	
  Pengadaan media dan alat peraga KIE
	
   	
  MENINGKATKAN KAPASITAS KONSELOR REHABILITASI
	
   PERILAKU BAGI PENDERITAAKIBAT DAMPAK ASAP
	
   ROKOK BAIK AKTIF MAUPUN PASIF
	
   Kegiatan yang dapat dilakukan: Pelatihan konseling
	
   rehabilitasi berhenti merokok pada petugas kesehatan
31
	
  MENYUSUN JADWAL DAN SISTIM PENERIMAAN KLIEN
Kegiatan yang dapat dilakukan: Lokakarya penyusunan
prosedur penerimaan klien
	
  MELIBATKAN MASYARAKAT UNTUK MEMBANGUN
KEBUTUHAN (CREATE DEMAND) KONSELING
REHABILITASI PERILAKU
Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
  	
   Pelatihan konseling mengurangi dampak rokok bagi
	
  	
   kesehatan pada kader kesehatan, dan kelompok
	
  	
   masyarakat lain
	
  	
   Penyebaran informasi tentang sistim rujukan ke
	
  	
   puskesmas untuk konseling rehabilitasi perilaku
	
  	
   merokok
	
  MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN KONSELING
Kegiatan yang dapat dilakukan:
	
  	
   Pembentukan tim pemantau konseling dengan
	
  	
   melibatkan aparat kecamatan dan kelurahan.
	
  	
   Supervisi suportif tim pemantau konseling rehabilitasi
	
  	
   perilaku yang dilakukan tenaga kesehatan.
	
  	
   Supervisi suportif tim pemantau konseling mengurangi
	
  	
   dampak buruk rokok yang dilakukan kader, atau
	
  	
   kelompok masyarakat lainnya.
	
  	
   Lokakarya penyusunan format pelaporan konseling.
	
  	
   Lokakarya pembahasan hasil pelaporan konseling
	
  	
   rehabilitasi perilaku
	
  	
   Lokakarya pembahasan hasil pelaporan konseling
	
  	
   mengurangi dampak rokok terhadap kesehatan.
32
Penelitian evaluasi hasil konseling rehabilitasi perilaku
pada petugas kesehatan.
Penelitian evaluasi hasil konseling mengurangi dampak
rokok yang dilakukan kader, atau kelompok masyarakat
lainnya.
Seminar hasil evaluasi konseling rehabilitasi perilaku
yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Seminar hasil evaluasi konseling dampak rokok bagi
kesehatan yang dilakukan oleh kader atau kelompok
masyarakat lainnya.
Konseling Berhenti Merokok bagi
tukang ojek di lingkungan sekitar
masyarakat.
33
STRATEGI C:
Tersedianya sarana dan
prasarana pelayanan
kesehatan baik bagi perokok
aktif maupun pasif akibat
dampak asap rokok.
Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sangat
dibutuhkan bagi masyarakat yang terkena dampak asap rokok,
baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Adanya sarana
dan prasarana ini diharapkan dapat meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan mereka yang pada akhirnya dapat
meningkatkan derajat kesehatannya.
LANGKAH-LANGKAH:
	
   	
  Menyediakan fasilitas perawatan dampak asap rokok
	
   terhadap kesehatan perokok aktif maupun pasif di tingkat
	
   pelayanan kesehatan primer/Puskesmas baik pada
	
   perokok aktif maupun pasif.
	
   Penyediaan fasilitas perawatan dampak asap rokok
	
   dilakukan sesuai dengan sistim pengadaan yang berlaku
	
   	
  Pertemuan dengan sektor terkait untuk membahas
	
   kebutuhan di daerah terkait perawatan bagi perokok aktif
	
   maupun pasif akibat dampak asap rokok. Kegiatan yang
	
   dapat dilakukan dalam hal ini yaitu:
34
	
   Melakukan pertemuan dengan melibatkan sektor
	
   terkait misalnya rumah sakit, balai pelayanan
	
   kesehatan paru, dinas kesehatan, profesi kesehatan,
	
   dll untuk membahas kebutuhan pelayanan kesehatan
	
   yang dapat dilakukan bagi masyarakat yang terkena
	
   akibat dampak asap rokok.
	
   Keputusan tentang jenis pelayanan kesehatan tersebut,
	
   dikuatkan dengan kebijakan resmi dari pemerintah
	
   daerah sesuai dengan sistim yang berlaku.
Pengadaan ruang perawatan khusus, peralatan medis dan
obat-obatan bagi masyarakat yang terkena akibat dampak
asap rokok. Kegiatannya:
	
   Pengadaan sarana dan prasarana yang dimaksud di
	
   atas dilakukan setelah ada keputusan dari pemerintah
	
   setempat yang ditandai dengan surat keputusan/surat
	
   edaran/himbauan/instruksi..
	
   Pengadaan sarana dan prasarana tersebut dilakukan
	
   oleh instansi terkait misalnya rumah sakit atau balai
	
   pelayanan kesehatan paru atau dinas kesehatan
	
   tergantung dari tugas pokok dan fungsi dari instansi
	
   masing-masing.
35
NAMAALAT
Spirometer
Peak flow meter
Micro CO analizer
Kolesterol check
Glukosa check
Kotinin urine
Nebulizer
Electro Kardio Grafi
KETERANGAN
Alat pengukur kemampuan kapasitas paru
Alat pengkur arus puncak pernafasan
Alat pengukur kadar Karbon monoksida
Alat pengukur kadar kolesterol darah
Alat pengukur kadar gula darah
Alat pengukur kadar nikotin dalam urine
Alat perawatan bagi penderita penyakit perna-
fasan akibat rokok (PPOK)
Alat perekam fungsi jantung
LAMPIRAN ALAT DETEKSI DINI & FALITITAS
PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT
PENYAKIT AKIBAT ROKOK
36
PENGARAH
Dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PENYUSUN
DR. Drs. Nana Mulyana, SKM, M.Kes
DR. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes
Andi Sari Bunga Untung, SKM, MSc(PH)
DR. Dra. Rita Damayanti, MSPH
Ardimansyah SE, MM
KONTRIBUTOR
Widyastuti Wibisana, MSc(PH)
Ismoyowati, SKM, M.Kes
Zuraida Thoha, SKM, MPH
Abdillah Ahsan, SE, MSE
Ir. Nur Hadi Wiyono, MSi
Ari Gemini Parbinoto, SE,Ak, MM
Krisnandar, SE
Margaretha Yuliani, SKM, MM
Dr. Dian Meutia Sari
Bayu Aji, SE, MSc(PH)
drg. Ivo Syayadi, M.Kes
drg. Ramadanura, MPHM
Setio Nugroho, S.Sn
Suharti, S.IP
Pang Rengga Sudira
Iis Bilqis Robitoh
37
38
Kementerian Kesehatan RI
Pusat Promosi Kesehatan
Gedung Prof. Dr. Sujudi Lantai 10
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan, 12950
Telp. (021) 5221224 Fax (021) 5203873
www.promkes.depkes.go.id

More Related Content

What's hot

#01. surat pengantar & penjelasan
#01. surat pengantar & penjelasan#01. surat pengantar & penjelasan
#01. surat pengantar & penjelasan
pnpmmpjateng
 
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
Rendra GUnawan
 

What's hot (16)

Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rsKepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
 
Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014
 
Laporan akhir tahun ppid 2018
Laporan akhir tahun ppid 2018Laporan akhir tahun ppid 2018
Laporan akhir tahun ppid 2018
 
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
 
#01. surat pengantar & penjelasan
#01. surat pengantar & penjelasan#01. surat pengantar & penjelasan
#01. surat pengantar & penjelasan
 
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
 
Permenkes No. 28/2014 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JKN
Permenkes No. 28/2014 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JKNPermenkes No. 28/2014 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JKN
Permenkes No. 28/2014 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JKN
 
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_202...
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
 
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
 
Permenkes 21 2015 kapsul vitamin a bayi, balita dan ibu nifas
Permenkes 21 2015 kapsul vitamin a bayi, balita dan ibu nifasPermenkes 21 2015 kapsul vitamin a bayi, balita dan ibu nifas
Permenkes 21 2015 kapsul vitamin a bayi, balita dan ibu nifas
 
Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011
 
Ekbis vol 2 2019 (autosaved) haris
Ekbis vol 2 2019 (autosaved) harisEkbis vol 2 2019 (autosaved) haris
Ekbis vol 2 2019 (autosaved) haris
 
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
 
Permenkes no 10 tahun 2017 juknis dak fisik kesehatan 2017
Permenkes no 10 tahun 2017  juknis dak fisik kesehatan 2017Permenkes no 10 tahun 2017  juknis dak fisik kesehatan 2017
Permenkes no 10 tahun 2017 juknis dak fisik kesehatan 2017
 

Similar to Buku panduan-dbhcht

Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Lies Dina Liastuti
 
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmasPmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
Kemala Widhiari
 
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008   spm rsKepmenkes 129 tahun 2008   spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
simorly
 
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerahKep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
Sabrina Sadija
 
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdfPERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
TutiOctarini1
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional
Muh Saleh
 
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp ppsdm bu gema
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp  ppsdm  bu gemaPengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp  ppsdm  bu gema
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp ppsdm bu gema
dini putri
 
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetakJuklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
DR Irene
 
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahgunaPeranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Herrupribadi77
 
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Herry Abi
 

Similar to Buku panduan-dbhcht (20)

Permenkes No.46 Thn.2012 ttg Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis b...
Permenkes No.46 Thn.2012 ttg Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis b...Permenkes No.46 Thn.2012 ttg Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis b...
Permenkes No.46 Thn.2012 ttg Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis b...
 
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
 
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmasPmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
Pmk no. 40 ttg pedoman pelaksanaan jamkesmas
 
Juknis bok-2013
Juknis bok-2013Juknis bok-2013
Juknis bok-2013
 
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008   spm rsKepmenkes 129 tahun 2008   spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
 
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerahKep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
Kep menkes no_228__sk_iii_2002_spm_rs_daerah
 
4. Standar Pelayanan Minimum.pdf
4. Standar Pelayanan Minimum.pdf4. Standar Pelayanan Minimum.pdf
4. Standar Pelayanan Minimum.pdf
 
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdfPERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
PERBUP-49-2021-SPMBLUD-PUSKESMAS blora.pdf
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional
 
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp ppsdm bu gema
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp  ppsdm  bu gemaPengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp  ppsdm  bu gema
Pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jkn pada fktp ppsdm bu gema
 
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetikaPedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
 
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetakJuklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
 
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahgunaPeranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
 
Kebijakan Penyelenggaraan Klinik kemenkes
Kebijakan Penyelenggaraan Klinik kemenkesKebijakan Penyelenggaraan Klinik kemenkes
Kebijakan Penyelenggaraan Klinik kemenkes
 
Sambutan bupati sosialisasi peraturan cukai
Sambutan bupati sosialisasi peraturan cukaiSambutan bupati sosialisasi peraturan cukai
Sambutan bupati sosialisasi peraturan cukai
 
Uud 43 2016
Uud 43 2016Uud 43 2016
Uud 43 2016
 
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
 
Uuri no 43
Uuri no 43Uuri no 43
Uuri no 43
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Permenkes 43
Permenkes 43Permenkes 43
Permenkes 43
 

Recently uploaded

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 

Buku panduan-dbhcht

  • 1. DI BIDANG KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PUSAT PROMOSI KESEHATAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKA (DBHCHT) PANDUAN PENGGUNAAN
  • 2.
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar . 03 Sambutan Direktur Dana Perimbangan Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan . 04 Pendahuluan . 06 BAGIAN PERTAMA: Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan Pengadaan Tempat Kkhusus untuk Merokok di Tempat Umum .09 BAGIAN KEDUA: Tersedianya Fasilitas Perawatan Kesehatan Bagi Penderita Akibat Dampak Asap Rokok .23 Lampiran Alat Deteksi Dini & Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terkait Penyakit akibat Rokok .35
  • 4. 2
  • 5. 3 KATA PENGANTAR  Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas ijin dan karuniaNya  sehingga Pedoman Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT)  dalam Bidang Kesehatan dapat tersusun dan diterbitkan.  Dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Undang-Undang  Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 54/  PUU-VI/2008, telah ditentukan bahwa penerima cukai hasil tembakau adalah provinsi  penghasil cukai hasil tembakau dan provinsi penghasil tembakau.  Penggunaan DBHCHT telah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/  PMK.7/2009. Penggunaan dana tersebut salah satunya adalah untuk kegiatan  pembinaan terhadap lingkungan sosial. Kegiatan pembinaan lingkungan  sosial pada dasarnya mengatur dua hal, yaitu pertama ; pembinaan terhadap petani  tembakau dan kedua perlindungan terhadap dampak buruk dari rokok dalam bidang  kesehatan.  Pada pedoman ini dijelaskan tentang penggunaan DBHCHT terhadap dampak buruk  dari rokok terhadap kesehatan. Dalam hal ini penggunaan dana dapat diperuntukan;  pertama, kegiatan dalam rangka penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan  pengadaan tempat khusus untuk merokok di tempat umum, kedua ; penyediaan  fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok. Dalam  penggunaan dana ini untuk masing-masing kegiatan dijelaskan tujuan, indikator  keberhasilan, strategi dan langkah-langkahnya.  Pedoman ini diharapkan bisa menjadi panduan bagi pemerintah daerah dan pihak  terkait dalam penggunaan DBHCHT untuk bidang kesehatan. Dengan adanya  pedoman ini diharapkan penggunaan DBHCHT dalam bidang kesehatan bisa  terlaksana secara optimal.  Pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Pedoman ini kami ucapkan  terima kasih. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua.  Jakarta, November 2012  Kepala Pusat Promosi Kesehatan  Kementerian Kesehatan RI  dr. Lily S. Sulistyowati, MM
  • 6. 4 SAMBUTAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Syukur Alhamdulillah, sejak digulirkannya kebijakan terkait Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2007 melalui UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 54/PUU-VI/2008 tahun 2008, setiap tahunnya Pemerintah telah mengalokasikan dan menyalurkan DBHCHT sebesar 2% (dua persen) dari penerimaan negara cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia kepada provinsi Penghasil Cukai Hasil Tembakau dan Provinsi Penghasil Tembakau, yang selanjutnya oleh Provinsi Penerima DBHCHT bersangkutan dibagikan kepada provinsi/kabupaten/ kota di wilayahnya dengan komposisi 30% (tiga puluh persen) untuk provinsi penghasil, 40% (empat puluh persen) untuk kabupaten/kota daerah penghasil, dan 30% (tiga puluh persen) untuk kabupaten/kota lainnya. DBHCHT yang dibagikan tersebut bersifat specific grand, dimana penggunaannya sudah diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat (1) yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal. Selanjutnya kelima kegiatan tersebut dirinci lebih detil menjadi 21 (dua puluh satu) sub jenis kegiatan sebagaimana diatur dalam PMK 84/PMK.07/2008 jo. PMK Nomor 20/PMK.07/2009 tentang Penggunaan DBHCHT dan Sanksi atas Penyalahgunaan DBHCHT. Pengaturan penggunaan DBHCHT tersebut pada dasarnya merupakan bentuk sharing kewajiban Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah penerima DBHCHT guna mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan pengenaan cukai hasil tembakau yaitu dalam rangka pengendalian dan pengawasan serta mitigasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkan produk tembakau disamping juga dalam rangka optimalisasi penerimaan negara CHT sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 UU Nomor 39 tahun 2007. Dengan pengaturan kebijakan DBHCHT sebagaimana tersebut di atas, maka sudah seharusnya DBHCHT yang diberikan kepada daerah penerima digunakan sesuai peruntukannya. Namun dalam prakteknya kondisi yang terjadi malah sebaliknya, masih ditemukannya berbagai kegiatan penggunaan DBHCHT yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap rencana kerja anggaran maupun realisasi penggunaan anggaran DBHCHT dari beberapa daerah penerima masih menunjukkan ketidaktepatan daerah dalam mengalokasikan kegiatan yang sesuai dengan ketentuan, seperti penggunaan DBHCHT dalam bidang kesehatan. Masih ditemukan adanya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang tidak ada kaitannya langsung dengan penanganan penyakit akibat dampak asap rokok atau penempatan kegiatan DBHCHT untuk meangani penyakit menular, HIV/AIDS,
  • 7. 5 Keluarga Berencana, dan sebagainya. Kondisi ini tentu berakibat tidak hanya terhadap ketidak tercapaian tujuan cukai hasil tembakau tersebut, namun juga berpotensi menyalahi ketentuan yang berlaku. Dari hasil evaluasi maupun kunjungan yang dilakukan di beberapa daerah, ternyata kondisi ketidaktepatan dalam pengalokasian penggunaan DBHCHT tersebut hampir merata terjadi disemua daerah, dan salah satu penyebabnya adalah faktor kurangnya pemahaman unit/ aparatur pelaksana di daerah dalam menterjemahkan aturan pelaksanaan penggunaan DBHCHT sebagaimana tertuang dalam PMK 84/PMK.07/2008 jo. PMK Nomor 20/PMK.07/ 2009, meskipun sosialisasi maupun konsultasi atas pemahaman aturan penggunaan ini sudah sering dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Penerima. Pada tahun 2012 DBHCHT telah memasuki tahun kelima pelaksanaannya, berbagai macam tanggapan para pengelola dana DBHCHT di daerah terhadap muatan PMK telah didengar, disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pengaturan dalam PMK sangat membatasi penggunaan, namun di pihak lain ada yang menginginkan pengaturan yang lebih rinci lagi. Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan tersebut terutama untuk menjawab berbagai persoalan penggunaan DBHCHT di bidang kesehatan, kami menyambut baik kehadiran buku “Pedoman Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dalam Bidang Kesehatan” yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Keuangan. Dengan kehadiran buku pedoman ini diharapkan dapat membantu daerah dalam menyusun dan merencanakan kegiatan DBHCHT di bidang kesehatan yang tepat sasaran dan sesuai dengan ketentuan sehingga diharapkan pada gilirannya DBH CHT yang diberikan dapat digunakan secara optimal sesuai dengan tujuannya. Akhir kata kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Kesehatan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini atas kontribusi yang diberikan dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalaan yang terjadi selama ini dalam penggunaan DBH CHT di bidang kesehatan. Semoga upaya yang telah dilakukan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kita semua dalam pelaksanaannya. Jakarta, 21 Oktober 2012 Direktur Dana Perimbangan Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Drs. Pramudjo, M.Soc.Sc
  • 8. 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai yang diamandemen menjadi UU Nomor 39 tahun 2007 mengatur kebijakan di bidang Cukai terutama pengaturan pembagian dan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) kepada daerah penghasil. Pemikiran yang berkembang pada tahun 2007 menghasilkan ketetapan pasal 66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat 1 yang menyebutkan bahwa penerimaan negara dari cukai hasil tembakau sebesar 2% dibagikan kepada Provinsi penghasil cukai hasil tembakau. Selanjutnya melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 54/PUU-VI/2008 ditetapkan bahwa Provinsi penghasil tembakau juga menerima DBHCHT. DBHCHT yang dibagikan ke daerah penghasil bersifat earmarking, dimana penggunaan DBHCHT sudah diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu dalam rangka pengendalian, pengawasan dan mitigasi dampak negatif yang ditimbulkan dari produk hasil tembakau serta optimalisasi penerimaan CHT. Pasal 66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat 1 mengatur penggunaan DBHCHT tersebut, yaitu untuk : PENDAHULUAN
  • 9. 7   Mendanai peningkatan kualitas bahan baku   Pembinaan industri   PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL   Sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau   Pemberantasan barang kena cukai ilegal Diantara 5 peruntukan ini, peruntukan ketiga atau pembinaan lingkungan sosial mengamanatkan adanya perlindungan bagi warganya terhadap dampak negatif produk hasil tembakau (rokok) di bidang kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 113 sampai pasal 116. Selanjutnya dalam PMK Nomor 20/PMK.07/2009 yang mengatur lebih detil tentang penggunaan DBHCHT, di jelaskan bahwa kegiatan “pembinaan lingkungan sosial” meliputi:   Pembinaan kemampuan dan keterampilan kerja   masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau dan /   atau daerah penghasil bahan baku industri hasil tembakau   Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau   yang mengacu kepada analisis dampak lingkungan   (AMDAL)   Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan pengadaan   tempat khusus untuk merokok di tempat umum   Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan   penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi   penderita akibat dampak asap rokok
  • 10. 8   Penguatan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan   bagi tenaga kerja industri hasil tembakau, dan/atau   Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan industri   hasil tembakau dalamrangka pengentasan kemiskinan,   mengurangi pengangguran, dan mendorong pertumbuhan   ekonomi daerah, dilaksanakan antara lain melalui bantuan   permodalan dan sarana produksi “Dari keenam peruntukan tersebut, peruntukkan ketiga dan keempat merupakan bentuk perlindungan terhadap dampak buruk rokok dalam bidang kesehatan” sedangkan peruntukkan pertama, kelima dan keenam adalah untuk memberikan keterampilan lain kepada petani atau buruh tembakau guna meningkatkan derajat kesejahteraannya. Blue print ini membahas mengenai peruntukan ketiga dan keempat yang berkaitan dengan bidang kesehatan agar penggunaan DBHCHT tepat sasaran sesuai dengan amanat UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2009 tentang Penggunaan DBHCHT.
  • 11. 9 BAGIAN PERTAMA: PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN PENGADAAN TEMPAT KHUSUS UNTUK MEROKOK DI TEMPAT UMUM
  • 12. 10 Sebagian besar perokok merokok di depan orang lain, sementara asap rokok tidak hanya berdampak pada perokok namun juga pada orang disekitarnya. Hal ini disebabkan karena rokok mengeluarkan asap utama, yaitu asap yang dihembuskan setelah menghisap rokok, dan juga asap sampingan yaitu asap sebagai hasil pembakaran kecil diujung rokok yang terbakar saat rokok tidak dihisap. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dengan peraturan kawasan tanpa rokok. TUJUAN:   Menciptakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai   tatanan sebagai bentuk perlindungan pemerintah pada   masyarakat terkait dampak asap rokok   Meningkatkan peran serta masyarakat dalam   perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan terhadap   pelaksanaan KTR   Terbentuknya sistim pemantauan, pembinaan dan sanksi   terhadap pelanggaran KTR INDIKATOR KEBERHASILAN:   Terbitnya peraturan daerah tentang KTR sebagai bentuk   perlindungan pemerintah terhadap dampak asap rokok   Adanya peraturan daerah tentang KTR di berbagai tatanan   Adanya sistim pemantauan, pembinaan dan sanksi   terhadap pelanggaran KTR yang melibatkan masyarakat   Meningkatnya perilaku kepatuhan terhadap KTR di   berbagai tatanan
  • 13. STRATEGI: A. Upaya untuk membuat peraturan daerah tentang KTR B. Penyebarluasan informasi   tentang KTR pada masyarakat C. Pemberdayaan masyarakat untuk terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan KTR D. Monitoring dan evaluasi penerapan KTR
  • 14. 12 Pertemuan lintas sektor dalam membahas konsep, menentukan peran yang diperlukan dalam pengembangan KTR.
  • 15. 13 STRATEGI A: Upaya untuk Membuat Peraturan Daerah tentang KTR Upaya ini mencakup berbagai tahapan kegiatan yang intinya adalah Provinsi dan Kabupaten/Kota dan masyarakat melakukan advokasi kepada DPRD untuk menyusun peraturan daerah tentang KTR berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/ PB/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR, yang ditindaklanjuti dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 440/885/SJ tanggal 22 Maret 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR sebagai upaya untuk melindungi dampak asap rokok bagi masyarakat. LANGKAH-LANGKAH:    MENYUSUN NASKAH AKADEMIK TENTANG KTR GUNA   MEMBERIKAN DASAR ILMIAH DAN BERBASIS DATA   TENTANG PENTINGNYA PEMBENTUKAN KTR.   Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:       Mengumpulkan data dasar tentang prevalensi merokok       secara umum maupun untuk remaja, data besaran       masalah merokok, data orang miskin merokok, data       PHBS khususnya perilaku merokok di dalam rumah       (bersumber dari: Susenas, Susedaprop, Surkesda,
  • 16. 14   Riskesdas, dll) dalam rangka penetapan kawasan tanpa   asap rokok   Melakukan survey kecil atau bersifat lokal dan   spesifik terkait perilaku merokok di tempat umum atau   pendapat masyarakat tentang pentingnya KTR dsb   dengan metode survey cepat jajak pendapat (pooling   survey).   Studi banding ke daerah lain yang telah berhasil   menerapkan KTR untuk memperkuat kapasitas tim   penyusun Naskah Akademik.   Seminar/Diskusi Kelompok Terarah (FGD) untuk   mengumpulkan berbagai bukti tentang dampak asap   rokok terhadap orang disekitarnya. MENYUSUN DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN- PERATURAN TERKAIT. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:   Melakukan pertemuan dengan lintas sektor untuk   menyamakan persepsi dan membahas konsep   dan merumuskan kegiatan yang diperlukan dalam   pengembangan KTR serta menentukan peran yang   dapat dilakukan oleh masing-masing sektor dalam   penetapan KTR   Seminar/FGD untuk membahas undang-undang dan   peraturan terkait KTR sebagai pedoman penyusunan   draft KTR   Lokakarya menyempurnakan draft yang telah disusun
  • 17. 15  PEMBAHASAN DENGAN DPRD TENTANG RAPERDA YANG TELAH DISUSUN. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan:       Studi banding ke daerah lain yang telah berhasil       melaksanakan KTR untuk memberikan pemahaman       yang tepat tentang konsep KTR       Diseminasi draft yang telah disusun pada pemangku       kebijakan untuk menyamakan persepsi tentang konsep       KTR       Seminar/FGD untuk memaparkan draft KTR dan dasar       hukumnya dan atau bukti-bukti ilmiah yang mendukung       tentang pentingnya KTR sebagai bentuk upaya       perlindungan pemerintah terhadap masyarakat       Konsinyering atau rapat-rapat untuk mendapatkan       tanggapkan dan masukan tentang draft yang telah       disusun  PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH(RAPERDA) MENJADI PERATURAN DAERAH (PERDA).       Rapat kecil pembahasan Rancangan Peraturan Daerah       Rapat pleno penetapan Peraturan Daerah    MENYUSUN PEDOMAN PELAKSANAAN KTR.       Rapat kecil pembahasan Pedoman Pelaksanaan KTR       Lokakarya penyusunan Pedoman Pelaksanaan KTR       dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan       dan masyarakat
  • 18. 16 CATATAN: Penyusunan Perda KTR dilakukan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait antara lain berbagai SKPD, kelompok masyarakat berbasis agama, LSM, profesi, akademisi, asosiasi perdagangan/bisnis, PKK dan organisasi lain relevan di daerah masing-masing. STRATEGI B: Penyebarluasan informasi tentang KTR Informasi tentang KTR dan mengapa KTR perlu ditetapkan oleh pemerintah daerah harus disebarluaskan pada masyarakat setempat. Pada umumnya sebelum KTR dilaksanakan perlu dilakukan kampanye tentang KTR yang dilaksanakan secara serentak agar masyarakat dapat memahami dan mematuhi KTR. Setelah itu KTR diterapkan pada setiap SKPD dan setiap tatanan KTR. LANGKAH-LANGKAH:    Melakukan kampanye tentang kawasan tanpa asap rokok   pada masyarakat luas. Kegiatan ini dapat dilakukan antara   lain dengan Lokakarya penerapan KTR.    Membuat pesan tentang kawasan tanpa rokok baik dalam   bentuk papan, spanduk atau poster, leaflet, buku balik
  • 19. 17  Membuat buku saku dan atau selebaran tentang dampak negatif asap rokok dan membagi-bagikannya pada kawasan tanpa rokok  Membuat penandaan KTR pada masing-masing tatanan; fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang di tetapkan  Melakukan penyebar luasan informasi tentang peraturan Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok pada masing-masing SKPD dan masing-masing tatanan yaitu pada fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang di tetapkan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan lomba-lomba penerapan KTR di masing-masing SKPD dan Tatanan
  • 20. 18
  • 21. 19 STRATEGI C: Pemberdayaan masyarakat untuk terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan KTR Masyarakat perlu diberdayakan dan digerakan untuk turut melaksanakan, mendukung dan mengawasi pelaksanaan KTR. Dalam hal ini kelompok yang dilibatkan adalah kelompok masyarakat berbasis keagamaan, kader kesehatan, kelompok perempuan, profesi kesehatan maupun non kesehatan, akademisi, pelajar/mahasiswa, asosiasi bisnis/perdagangan/ pertokoan atau yang relevan. LANGKAH-LANGKAH:    Pelatihan bagi pelatih (TOT) tentang KTR pada masyarakat   setempat    Pelatihan tentang KTR yang dilakukan oleh masyarakat   pada kelompoknya    Memfasilitasi masyarakat untuk melakukan diskusi   kelompok tentang KTR    Memfasilitasi masyarakat melaksanakan ketentuan KTR   pada ruang lingkup yang telah disepakati    Memfasilitasi masyarakat membentuk kelompok kerja   yang memonitor pelaksanaan KTR dalam ruang lingkupnya
  • 22. 20 STRATEGI D: Monitoring dan evaluasi penerapan KTR Monitoring dan Evaluasi terhadap penegakan hukum terkait penegakan peraturan KTR oleh instansi terkait perlu dilakukan agar kepatuhan masyarakat meningkat dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk memantau kepatuhan pelaksanaan KTR . LANGKAH-LANGKAH:    BERSAMA INSTANSI TERKAIT, MENYUSUN SISTEM   PEMANTAUAN PELAKSANAAN KTR YANG MELIBATKAN   BERBAGAI KOMPONEN DI MASYARAKAT.   Kegiatan yang dapat dilakukan:       Lokakarya penyusunan sistem pemantauan oleh       masyarakat       Lokakarya penyusunan sistem pengaduan masyarakat       terhadap pelanggaran KTR   BERSAMA INSTANSI TERKAIT, MENINGKATKAN   KAPASITAS SDM TERKAIT PEMANTAUAN PELAKSANAAN   KTR   Kegiatan yang dapat dilakukan:       Meningkatkan kapasitas SDM dalam memahami       peraturan KTR       Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan       pemantauan pelaksanaan KTR
  • 23. 21 MENYEBARLUASKAN INFORMASI TENTANG SISTEM PENEGAKAN HUKUM, PEMANTAUAN KTR Kegiatan yang dapat dilakukan:   Membuat buku saku dan atau selebaran tentang   peraturan dan sanksi terhadap pelanggaran KTR   Melakukan kampanye serentak tentang sistim   pemantauan KTR BEKERJASAMA DENGAN INSTANSI TERKAIT, MELAKUKAN EDUKASI PADA PELANGGAR KTR TENTAN DAMPAK DARI PELANGGARAN YANG DILAKUKAN SECARA BERKALA Langkah-langkah: 1. Pembentukan sistim pembinaan bagi pelanggar KTR     Lokakarya pembentukan sistem pembinaan bagi     pelanggar KTR dengan melibatkan berbagai sektor     dan masyarakat madani     Lokakarya pembentukan kelompok pembina KTR     yang berasal dari berbagai SKPD, guru, akademisi,     LSM, kader dsb 2. Peningkatan kapasitas bagi kelompok pembina KTR     Pelatihan bagi petugas pembina yang terdiri dari     berbagai SKPD, guru, akademisi, LSM, kader dsb     Pembuatan modul bahan ajar bagi kelompok     pembina     Pembuatan KIE (komunikasi, informasi, edukasi)     untuk pembinaan
  • 24. 22 3. Pembinaan bagi pelanggar KTR     Ceramah Pembinaan dan diskusi   Catatan:   Pembinaan dapat dilakukan sesuai dengan peraturan   yang ada. 4. Evaluasi pelaksanaan KTR     Survei kepatuhan diberbagai tatanan     FGD dengan berbagai kelompok     Evaluasi sistim pemantauan dan pengaduan     masyarakat     Evaluasi sistim pembinaan pelanggar KTR     Apresiasi terhadap area yang berhasil menerapkan     KTR dengan kepatuhan tinggi     Survei jajak pendapat untuk mengetahui dukungan     masyarakat terhadap peraturan KTR
  • 25. 23 BAGIAN KEDUA: TERSEDIANYA FASILITAS PERAWATAN KESEHATAN BAGI PENDERITAAKIBAT DAMPAK ASAP ROKOK
  • 26. 24 TUJUAN:   Meningkatkan akses deteksi dini akibat dampak asap   rokok baik bagi perokok aktif maupun pasif   Meningkatkan rehabilitasi perilaku baik bagi perokok aktif   maupun pasif terhadap perilaku yang dapat menimbulkan   dampak lebih buruk akibat asap rokok   Tersedianya sistem rujukan perawatan baik bagi perokok   aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok   Meningkatnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan   baik bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap   rokok INDIKATOR KEBERHASILAN:   Meningkatnya deteksi dini akibat dampak asap rokok pada   perokok dan korban di sekitarnya   Terjadinya rehabilitasi perilaku yang dapat mengurangi   dampak asap rokok pada perokok dan korban di sekitarnya   Adanya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik   bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok
  • 27. STRATEGI: A. Meningkatkan akses terhadap   deteksi dini dampak asap rokok   baik pada perokok pasif maupun   aktif B. Meningkatkan akses terhadap   konseling rehabilitatif baik pada   perokok aktif maupun pasif C. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok
  • 28. 26 STRATEGI A: Meningkatkan akses terhadap deteksi dini melalui pemeriksaan terhadap dampak asap rokok baik pada perokok aktif dan pasif Dampak rokok terhadap kesehatan bersifat jangka panjang antara lain dengan meningkatnya tekanan darah, berkurangnya oksigen dalam darah, menyempitnya pembuluh darah dsb. Hal ini merupakan faktor risiko terhadap penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu pemantauan terhadap indikator kesehatan yang penting merupakan strategi penting untuk mencegah penyakit terkait rokok. LANGKAH-LANGKAH:   Penyediaan fasilitas deteksi dini dampak asap rokok   terhadap kesehatan. Penyediaan fasilitas yang dapat   dilakukan:   - Melakukan deteksi dini dampak asap rokok terhadap     ruangan yang terpapar asap rokok dalam bentuk     partikulat dan nikotin, dengan alat Partikulat Meter 2,5.   - Melakukan deteksi dini kepada perokok aktif dan     perokok pasif, baik pada organ-organ target maupun     komplikasi tubuh perokok aktif dan pasif, berakibat     kepada penyakit yang faktor risikonya oleh asap rokok     (alat deteksi dini terlampir).
  • 29. 27 Posbindu PTM di masyarakat untuk membantu deteksi dini penyakit terkait rokok.
  • 30. 28 Membentuk tim deteksi dini pada berbagai jenis pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dapat dilakukan: - Pertemuan-pertemuan pembentukan tim deteksi dini   pada berbagai jenis pelayanan kesehatan. - Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tim deteksi   dini dalam pelayanan kegiatan deteksi dini. Meningkatkan kapasitas petugas puskesmas dalam penggunaan berbagai peralatan deteksi dini dan pemeriksaannya. Kegiatan yang dapat dilakukan: - Pelatihan bagi petugas dalam menggunakan berbagai   peralatan deteksi dini dan pemeriksaannya. - Pelatihan bagi petugas dalam melakukan kegiatan   deteksi dini dan sistim pencatatan pelaporan Membangun sistim rujukan untuk kasus yang tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan primer ke tingkat yang lebih tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan: - Lokakarya pembentukan sistim rujukan untuk kasus   yang tidak dapat ditangani di Puskesmas. - Pelatihan petugas dalam melakukan penanganan kasus   di berbagai level pelayanan kesehatan mulai tingkat   primer ke tingkat yang lebih tinggi. - Pengadaan media sarana prasarana pendukung sistim   rujukan
  • 31. 29  Melakukan ekspansi deteksi dini pada unit usaha baik pihak swasta, profesi maupun masyarakat madani. Kegiatan yang dapat dilakukan: - Seminar tentang deteksi dini akibat dampak rokok     dengan melibatkan berbagai sektor dan masyarakat     madani - Seminar tentang penyakit terkait dampak rokok  Monitoring dan evaluasi kegiatan deteksi dini.Kegiatan yang dapat dilakukan: - Pembentukan tim pemantau deteksi dini dengan     melibatkan aparat kecamatan dan kelurahan. - Supervisi tim pemantau terhadap kegiatan deteksi dini     dan peralatannya. - Lokakarya penyusunan format pelaporan deteksi dini. - Lokakarya pembahasan hasil pencatatan dan pelaporan     jumlah dan hasil pemeriksaan deteksi dini beserta     rujukannya. - Penelitian evaluasi hasil deteksi dini. - Seminar hasil evaluasi deteksi dini dampak rokok bagi     kesehatan.
  • 32. 30 STRATEGI B: Meningkatkan akses terhadap konseling rehabilitasi perilaku baik pada pada perokok aktif maupun pasif Konseling untuk rehabilitasi perilaku baik sangat dibutuhkan, baik perokok aktif maupun perokok pasif agar kondisi kesehatan mereka tidak semakin memburuk. Penyediaan fasilitas konseling, bisa berbentuk klinik atau tergabung dengan klinik paru atau penyakit terkait rokok. LANGKAH-LANGKAH:    MENYEDIAKAN FASILITAS KONSELING   Kegiatan yang dapat dilakukan:       Renovasi ruang konseling       Pengadaan fasilitas ruang konseling        Pengadaan media dan alat peraga KIE    MENINGKATKAN KAPASITAS KONSELOR REHABILITASI   PERILAKU BAGI PENDERITAAKIBAT DAMPAK ASAP   ROKOK BAIK AKTIF MAUPUN PASIF   Kegiatan yang dapat dilakukan: Pelatihan konseling   rehabilitasi berhenti merokok pada petugas kesehatan
  • 33. 31  MENYUSUN JADWAL DAN SISTIM PENERIMAAN KLIEN Kegiatan yang dapat dilakukan: Lokakarya penyusunan prosedur penerimaan klien  MELIBATKAN MASYARAKAT UNTUK MEMBANGUN KEBUTUHAN (CREATE DEMAND) KONSELING REHABILITASI PERILAKU Kegiatan yang dapat dilakukan:     Pelatihan konseling mengurangi dampak rokok bagi     kesehatan pada kader kesehatan, dan kelompok     masyarakat lain     Penyebaran informasi tentang sistim rujukan ke     puskesmas untuk konseling rehabilitasi perilaku     merokok  MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN KONSELING Kegiatan yang dapat dilakukan:     Pembentukan tim pemantau konseling dengan     melibatkan aparat kecamatan dan kelurahan.     Supervisi suportif tim pemantau konseling rehabilitasi     perilaku yang dilakukan tenaga kesehatan.     Supervisi suportif tim pemantau konseling mengurangi     dampak buruk rokok yang dilakukan kader, atau     kelompok masyarakat lainnya.     Lokakarya penyusunan format pelaporan konseling.     Lokakarya pembahasan hasil pelaporan konseling     rehabilitasi perilaku     Lokakarya pembahasan hasil pelaporan konseling     mengurangi dampak rokok terhadap kesehatan.
  • 34. 32 Penelitian evaluasi hasil konseling rehabilitasi perilaku pada petugas kesehatan. Penelitian evaluasi hasil konseling mengurangi dampak rokok yang dilakukan kader, atau kelompok masyarakat lainnya. Seminar hasil evaluasi konseling rehabilitasi perilaku yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Seminar hasil evaluasi konseling dampak rokok bagi kesehatan yang dilakukan oleh kader atau kelompok masyarakat lainnya. Konseling Berhenti Merokok bagi tukang ojek di lingkungan sekitar masyarakat.
  • 35. 33 STRATEGI C: Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasif akibat dampak asap rokok. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang terkena dampak asap rokok, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Adanya sarana dan prasarana ini diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kesehatan mereka yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatannya. LANGKAH-LANGKAH:    Menyediakan fasilitas perawatan dampak asap rokok   terhadap kesehatan perokok aktif maupun pasif di tingkat   pelayanan kesehatan primer/Puskesmas baik pada   perokok aktif maupun pasif.   Penyediaan fasilitas perawatan dampak asap rokok   dilakukan sesuai dengan sistim pengadaan yang berlaku    Pertemuan dengan sektor terkait untuk membahas   kebutuhan di daerah terkait perawatan bagi perokok aktif   maupun pasif akibat dampak asap rokok. Kegiatan yang   dapat dilakukan dalam hal ini yaitu:
  • 36. 34   Melakukan pertemuan dengan melibatkan sektor   terkait misalnya rumah sakit, balai pelayanan   kesehatan paru, dinas kesehatan, profesi kesehatan,   dll untuk membahas kebutuhan pelayanan kesehatan   yang dapat dilakukan bagi masyarakat yang terkena   akibat dampak asap rokok.   Keputusan tentang jenis pelayanan kesehatan tersebut,   dikuatkan dengan kebijakan resmi dari pemerintah   daerah sesuai dengan sistim yang berlaku. Pengadaan ruang perawatan khusus, peralatan medis dan obat-obatan bagi masyarakat yang terkena akibat dampak asap rokok. Kegiatannya:   Pengadaan sarana dan prasarana yang dimaksud di   atas dilakukan setelah ada keputusan dari pemerintah   setempat yang ditandai dengan surat keputusan/surat   edaran/himbauan/instruksi..   Pengadaan sarana dan prasarana tersebut dilakukan   oleh instansi terkait misalnya rumah sakit atau balai   pelayanan kesehatan paru atau dinas kesehatan   tergantung dari tugas pokok dan fungsi dari instansi   masing-masing.
  • 37. 35 NAMAALAT Spirometer Peak flow meter Micro CO analizer Kolesterol check Glukosa check Kotinin urine Nebulizer Electro Kardio Grafi KETERANGAN Alat pengukur kemampuan kapasitas paru Alat pengkur arus puncak pernafasan Alat pengukur kadar Karbon monoksida Alat pengukur kadar kolesterol darah Alat pengukur kadar gula darah Alat pengukur kadar nikotin dalam urine Alat perawatan bagi penderita penyakit perna- fasan akibat rokok (PPOK) Alat perekam fungsi jantung LAMPIRAN ALAT DETEKSI DINI & FALITITAS PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT PENYAKIT AKIBAT ROKOK
  • 38. 36 PENGARAH Dr. Lily S. Sulistyowati, MM PENYUSUN DR. Drs. Nana Mulyana, SKM, M.Kes DR. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes Andi Sari Bunga Untung, SKM, MSc(PH) DR. Dra. Rita Damayanti, MSPH Ardimansyah SE, MM KONTRIBUTOR Widyastuti Wibisana, MSc(PH) Ismoyowati, SKM, M.Kes Zuraida Thoha, SKM, MPH Abdillah Ahsan, SE, MSE Ir. Nur Hadi Wiyono, MSi Ari Gemini Parbinoto, SE,Ak, MM Krisnandar, SE Margaretha Yuliani, SKM, MM Dr. Dian Meutia Sari Bayu Aji, SE, MSc(PH) drg. Ivo Syayadi, M.Kes drg. Ramadanura, MPHM Setio Nugroho, S.Sn Suharti, S.IP Pang Rengga Sudira Iis Bilqis Robitoh
  • 39. 37
  • 40. 38 Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Gedung Prof. Dr. Sujudi Lantai 10 Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan, 12950 Telp. (021) 5221224 Fax (021) 5203873 www.promkes.depkes.go.id