1. 1
WASPADAI GAFATAR:
“MUI Kuningan Nyatakan Aliran Gafatar Sesat”
Ahmad Kevin pun menghilang.
Seorang anak remaja, yang pernah sekolah di SBR (Sekolah
Berbasis Rumah) dinyatakan menghilang oleh ibunya sendiri.
Warga Sleman itu, yang kini berstatus sebagai pelajar SMA
menghilang bersama dengan ayahnya, Sanggar Yamin, dan
diduga berkaitan dengan “GAFATAR”. (Head-Line KR, Minggu –
10-1-2016)
Berkaitan dengan ‘GAFATAR’, simak tulisan berikut:
(Kuningan News) - Hasil pembahasan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kabupaten Kuningan menyatakan, aliran Gafatar (gerakan
fajar nusantara) yang sudah tersebar di Kuningan termasuk
sesat. Pembahasan tersebut dilaksanakan di kantor MUI
Kuningan oleh beberapa anggota MUI yang dipimpin Drs KH
Hafidin Achmad selaku Ketua MUI Kuningan, Sabtu (30/3/2013).
Usai pembahasan, Ketua MUI Kuningan kepada Kuningan News
menuturkan, beberapa bentuk kesesatan aliran Gafatar itu,
bahwa ajaran tersebut adalah perpaduan dari beberapa kitab suci
berbagai agama, seperti Alquran, Injil dan Taurot. Kemudian
pengikut ajaran tersebut juga tidak melaksanakan salat, puasa
dan menganggap alquran itu adalah benda biasa. Ajaran Gafatar
juga memiliki kesamaan dengan aliran Millah Ibrahim yang
pernah dinyatakan sesat.
Begini Metode Perekrutan Aliran Gafatar Itu
Metode perekrutan aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
yang telah dinyatakan sesat oleh MUI Kabupaten Kuningan
ternyatan bukan melalui pengajian di suatu tempat yang
melibatkan banyak orang atau melakukan diskusi-diskusi agama.
2. 2
Pengikut aliran ini merekrut anggotanya dengan cara mendatangi
rumah targetnya secara ‘door to door’. Pengikut aliran ini akan
tinggal di rumah target tersebut untuk waktu agak lama untuk
menjelaskan tentang ajaran yang mereka bawa kepada seluruh
penghuni rumah.
“Jadi seperti benalu, mereka ikut tinggal di rumah target dan
mengajak seluruh anggota keluarganya masuk dalam golongan
mereka. Setelah masuk, mereka mencari target lainnya,” kata
Kapolres Kuningan AKBP Wahyu Bintono, Rabu (03/04/2013).
“Setelah berhasil mengajak seluruh anggota keluarganya masuk
ke dalam golongan mereka, dia akan pergi mencari target lain.
Keluarga yang sudah masuk ajaran ini akan dengan sendirinya
mempengaruhi tetangga-tetangga yang lainnya. Namun jika
melihat adanya kejadian penolakan terhadap pengikut aliran ini,
berarti masyarakat Kuningan sudah paham bahwa aliran tersebut
bukan untuk diikuti,” kata Wahyu.
Karenanya, pihaknya meminta masyarakat mewaspadai
keberadaan aliran Gafatar di Kabupaten Kuningan dan turut serta
menghambat penyebarannya tidak semakin meluas.
“Oleh karena itu masyarakat agar mewaspadai orang asing yang
baru dikenal,” kata dia.
http://www.jurnalcirebon.com/inilah-metode-perekrutan-aliran-
gafatar.html
“Dari data-data yang diperoleh itu kami menyatakan bahwa aliran
tersebut dinyatakan sesat,” tuturnya.
Di Kabupaten Kuningan lanjut Hafidin, pengikut aliran tersebut
sudah menyebar di beberapa tempat, seperti di Desa Ancaran,
Cibentang, Karangmangu, dan Sindangagung. Pihaknya juga
telah memperoleh data bahwa seseorang bernama Ruli yang
berada Desa Ancaran jelas sebagai penyebar aliran Gafatar.
3. 3
“Selanjutnya kami akan melaporkan kepada pihak berwajib agar
mengambil tindakan tegas pada para pengikut aliran Gafatar
tesebut. Karena mereka telah melanggar hukum berupa,
penodaan terhadap agama dan menyebarkan faham atau agama
baru ditengah masyarakat yang sudah beragama sehingga
menimbulkan keresahan,” pungkasnya.
(Dikutip dan diselaraskan dari
http://kuningannews.com/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=12954:mui-kuningan-nyatakan-aliran-gafatar-
sesat&catid=325:sosial-dan-lingkungan&Itemid=621)