Dokumen ini membahas tentang hak ibu berdasarkan kisah Asma' binti Abu Bakar yang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang kebolehan berhubungan dengan ibunya meskipun ibunya masih musyrik. Nabi menjawab boleh dan hal ini mendasari turunnya ayat Al-Mumtahanah 8 tentang kebolehan berbuat baik kepada orang-orang yang tidak memerangi umat Islam.
5. Hubungan dengan orang tua yang musyrik
عن
ُلوُقَت ، ٍ
رْكَب يِبَأ َبنت َءاَمْسَأ
:
َتَأ
ةَبِغاَر َيِه َو يِمُأ يِنْت
ِدْهَع يِف
ُتْلُقَف ، ٍ
ْشيَرُق
:
ِ
صَأ ِ ه
اَّلل َلوُسَر اَي
َلاَق ا؟َهُل
:
ْمَعَن
.
ُع ُْنبا َلاَق
َهنْيَي
:
َلَزْنَأَف
اَهْيِف ُهللا
:
َل َينِذهال ِنَع ُ ه
اَّلل ُمُكاَهْنَي َ
َل
يِالد يِف ْمُكوُلِتاَقُي ْم
ْمَل َو ِن
رَبَت ْنَأ ْمُك ِ
ارَيِد ْنِم ْمُكوُج ِ
رْخُي
هنِإ ْمِهْيَلِإ واُطِسْقُت َو ْمُهو
ب ِحُي َ ه
اَّلل
َينِطِسْقُمْال
.
Dari Asma’ bintu Abu Bakar ra berkata: Ibuku datang kepadaku yang belum
suka Islam pada masa Rasulullah saw. Lalu aku bertanya kepada Nabi
Muhammad saw apakah aku boleh berhubungan dengannya? Jawabnya: Ya
boleh. Ibnu Uyainah berkata: maka turunlah ayat Allah dalam hal ini: ” Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil”. (Al Mumtahanah: 8) (Al Bukhari, Muslim dan Abu Daud)
6. Dari Asma’ bint Abu Bakr Ash Shiddiq ra, dialah yang dijuluki ِّْنيَقاَطِّالن ُاتَذ pemilik dua ikat pinggang.
Mendapatkan gelar ini karena perannya dalam hijrah Rasulullah saw yang merobek ikat
pinggangnya untuk menjadi pengikat bekal Rasulullah saw dan Abu Bakar dalam perjalanan hijrah
itu. Inilah peran besar yang dilakukan Asma’; membantu perjalanan hijrah pada situasi yang
sangat sulit itu. Dalam kamus ـ ِّاحَحَّصال َُارتْخُم
: kata ُاقَطِّالنbermakna ًةَقِّش: sobekan dari pakaian
wanita.
Asma berkata: ”Ibuku” bernama Quatailah bint Abdul Uzza bin Asad. Menurut Az Zubair bin
Bakkar, namanya adalah Qiylah ( dengan ya’ bertitik dua di bawah setelah qaf). Ibu Asma yang
disebutkan itu adalah juga ibunya Abdullah bin Abu Bakar –saudara sekandung Asma’. Abu Bakar
telah menceraikannya di masa jahiliyah. Kedatangannya menemui anaknya –Asma’- dengan
membawa hadiah (zabib, keju, kulit yang telah disamak) lalu Asma’ tidak mau menerima hadiah
ini, atau tidak mau memasukkannya ke dalam rumahnya, dan mengutus orang ke rumah Aisyah:
Tanyakan kepada Rasulullah saw ? lalu Rasulullah menyuruhnya untuk menerima dan
memasukkan hadiah itu ke dalam rumah Asma’. Peristiwa ini terjadi pada masa damai antara
Rasulullah dan Kafir Quraisy, setelah peristiwa Hudaibiyah sampai peristiwa fathu Makkah.
"
ٌةَبِّغا َر َِّيه َو
" Dia senang dengan kebaikanku dan hubunganku dengannya –padahal ia masih
musyrik- atau maknanya: ia tidak suka Islam. Menurut riwayat Abu Daud berbunyi: ٌةَمِّغا َر َِّيه َو
dengan mim yang berarti: Tidak suka Islam. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah saw : "
اَهُل ِّ
آص
"hamzah dibaca panjang, berbentuk kalimat Tanya: Bolehkah aku berhubungan. Dalam riwayat
lain: "
ْيِّمُأ ُل ِّ
صَأَفَأ
" bolehkah aku bersilaturrahim dengan ibuku?
Rasulullah saw menjawab: "
ْمَعَن
" dalam riwayat lain: "
َكَّمُأ ىِّل ِّ
ص ْمَعَن
" ya, bersilaturrahimlah dengan
ibumu. Rasulullah saw memperbolehkan Asma’ untuk berhubungan dengan ibunya dan tidak
mensyaratkan untuk bermusyawarah dulu dengan suaminya; padahal saat itu Asma’ menjadi isteri
Az Zubair bin Al Awwam.
Penjelasan:
7. • Asma berkata: ”Ibuku” bernama Quatailah bint Abdul Uzza bin Asad. Menurut Az
Zubair bin Bakkar, namanya adalah Qiylah ( dengan ya’ bertitik dua di bawah
setelah qaf). Ibu Asma yang disebutkan itu adalah juga ibunya Abdullah bin Abu
Bakar –saudara sekandung Asma’. Abu Bakar telah menceraikannya di masa
jahiliyah. Kedatangannya menemui anaknya –Asma’- dengan membawa hadiah
(zabib, keju, kulit yang telah disamak) lalu Asma’ tidak mau menerima hadiah ini,
atau tidak mau memasukkannya ke dalam rumahnya, dan mengutus orang ke
rumah Aisyah: Tanyakan kepada Rasulullah saw ? lalu Rasulullah menyuruhnya
untuk menerima dan memasukkan hadiah itu ke dalam rumah Asma’. Peristiwa
ini terjadi pada masa damai antara Rasulullah dan Kafir Quraisy, setelah
peristiwa Hudaibiyah sampai peristiwa fathu Makkah.
• "
ٌةَبِّغا َر َيِّه َو
" Dia senang dengan kebaikanku dan hubunganku dengannya –
padahal ia masih musyrik- atau maknanya: ia tidak suka Islam. Menurut riwayat
Abu Daud berbunyi: ٌةَمِّغا َر َيِّه َو dengan mim yang berarti: Tidak suka Islam. Lalu
aku bertanya kepada Rasulullah saw : "
اَهُل ِّ
آص
" hamzah dibaca panjang, berbentuk
kalimat Tanya: Bolehkah aku berhubungan. Dalam riwayat lain: "
ْيِّمُأ ُل ِّ
صَأَفَأ
"
bolehkah aku bersilaturrahim dengan ibuku?
• Rasulullah saw menjawab: "
ْمَعَن
" dalam riwayat lain: "
َكَّمُأ ىِّل ِّ
ص ْمَعَن
" ya,
bersilaturrahimlah dengan ibumu. Rasulullah saw memperbolehkan Asma’ untuk
berhubungan dengan ibunya dan tidak mensyaratkan untuk bermusyawarah dulu
dengan suaminya; padahal saat itu Asma’ menjadi isteri Az Zubair bin Al Awwam.
8. Sufyan bin Uyainah mengatakan: Maka Allah turunkan ayat dalam kaitan
ini:
ُي ْمال اينِذهال ِانع ُ ه
اَّلل ُمُكااهْناي ا
َل
او ِينِالد يِف ْمُكوُلِتااق
ْمُكُوج ِ
رُْخي ْمال
ُطِسْقُتاو ْمُهوُّرابات ْناأ ْمُك ِ
ارايِد ْنِم
ُِِي ا ه
اَّلل هنِِ ْمِهْْالِِ وا
اْنِطِسْقُمْال ُّب
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al
Mumtahanah:8)
Inilah kemudahan dari Allah swt dalam berhubungan dengan orang-orang yang
tidak memusuhi kaum mukminin dan tidak memeranginya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan sekelompok
kaum musyrikin yang sikapnya lunak dan akhlaqnya baik.
Al Hafiz Ibnu Hajar berkata: Tidak ada yang bertentangan antara kedua penjelasan
di atas. Karena sababunnuzul bisa khusus, dan kalimat Al Qur’annya umum; sehingga
dapat mencakup semua orang yang memiliki kesamaan sikap dengan ibunya Asma’;
yaitu semua orang musyrik laki-laki atau wanita yang tidak memerangi kaum muslimin.
9. 1. Bahwa ibu yang masih kafir, tetap dijalin hubungan
silaturahim sebagaimana dengan ibu yang sudah
muslimah, baik dengan harta dan sejenisnya.
Demikian juga ayah yang masih kafir dan orang-
orang yang sejenisnya seperti saudara yang masih
musyrik.
2. Seorang muslim berhati-hati dalam masalah
agamanya, sebagaimana kehati-hatian Asma’
dalam masalah agamanya. Ia tidak menjalin
hubungan dengan ibunya yang masih musyrik
kecuali setelah mendapatkan izin dari Rasulullah
saw.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
10. ُ ه
اَّلل َي ِ
ضَر َرَمُع ِنْبا َْنع ٍ
ارَنِيد ُنْب ِ ه
اَّلل ِدْبَع عن
هلُح ُرَمُع ىَأَر َلاَق اَمُهْنَع
ىَلَع ًة
ْيَلَع ُ ه
اَّلل ىهلَص ِيِبهنلِل َلاَقَف ُعاَبُت ٍلُجَر
َت َةهلُحْلا ِهِذَه ْعَتْبا َمهلَسَو ِه
ِةَعُمُجْلا َم ْوَي اَهْسَبْل
ْنَم اَذَه ُسَبْلَي اَمهنِإ َلاَقَف ُدْفَوْلا َكَءاَج اَذِإَو
َيِتُأَف ِةَر ِخ ْ
اْل يِف ُهَل َق َ
َلَخ َ
َل
ِ ه
اَّلل ُلوُسَر
ْرَأَف ٍلَلُحِب اَهْنِم َمهلَسَو ِهْيَلَع ُ ه
اَّلل ىهلَص
َلاَقَف ٍةهلُحِب اَهْنِم َرَمُع ىَلِإ َلَس
َفْيَك ُرَمُع
َل يِنِإ َلاَق َتْلُق اَم اَهيِف َتْلُق ْدَقَو اَهُسَبْلَأ
َهُعيِبَت اَهَسَبْلَتِل اَهَكُسْكَأ ْم
َلَسْرَأَف اَهوُسْكَت ْوَأ ا
ُي ْنَأ َلْبَق َهةكَم ِلْهَأ ْنِم ُهَل ٍخَأ ىَلِإ ُرَمُع اَهِب
َمِلْس
.
Dari Abdullah bin Dinar ra berkata: Aku mendengar Ibnu Umar ra berkata: Umar melihat hullah
saira’ (jaket bergaris-garis terbuat dari sutera) yang dijual. Lalu berkata: Ya Rasulullah, belilah jaket
ini dan pakailah di hari jum’at, dan jika ada tamu”. Rasulullah saw menjawab: Sesungguhnya yang
memakainya adalah orang yang tidak mendapatkan bagian di akhirat. Lalu dibawakanlah untuk
Rasulullah saw beberapa jaket, termasuk jaket hullah saira’ tadi. Maka Rasulullah berikan kepada
Umar. Umar bertanya: Bagaimana saya memakainya? Sedangkan Engkau telah mengatakan
seperti yang pernah Engkau katakan? Jawab Rasulullah: Sesungguhnya aku memberikannya tidak
untuk kamu kenakan, akan tetapi untuk kamu jual, atau kamu berikan kepada orang lain. Maka
Umar kirimkan jaket itu kepada saudaranya yang ada di Makkah yang masih belum masuk Islam.
(Al-Bukhari).
Hubungan dengan Saudara yang masih musyrik
11. Penjelasan hadits
"
ٍ
َارنْيِّد ِّْنب ِّهللا ِّدْبَع ْنَع
" Abdullan bin Dinar, Al Madani adalah mantan budak Abdullah bin Umar.
Umar bin Al Khaththab melihat kata hullah digabungkan dengan kata saira, ada yang
meriwayatkannya dengan membaca tanwin kata hullah. Saira’ adalah sejenis mantel dingin
bergaris-garis terbuat dari sutera.
"
ُهَل َقَالَخ َال ْنَم
" Orang yang tidak memiliki agama, atau tidak memiliki bagian di akhirat. Hal
ini jika ia menganggapnya halal. Atau kalimat ini untuk memberatkan hukumnya.
يِبهنال َىَتأَف Hamzah dibaca dhammah, tak bertitik dua di atas di baca kasrah.
Lalu Rasulullah saw mengirimkan jaket itu kepada Umar. Umar bertanya: Bagaimana
memakainya, sedangkan Rasulullah telah mengatakan bahwa pemakainya tidak memiliki bagian
agama, atau bagian di akhirat.
"
َلاَق
"
ُمََلهسالَو ُةََلهصال ِهْيَلَع
"
ْنِكَلَو ، اَهَسِبْلَتِل اَهُكِْطعُأ ْمَل ْيِنِإ
اَهَعْيِبَتِل
"
اَهِنَمَثِب ُعِفَتْنَتَف
"
اَه ْوُسْكَت ْوَأ
"
، َكَْريَغ اَهْيِطْعُت ْيَأ
َكِلَذ ُهَل ل ِحَي ََانك اَذِإ ، اَهُسِبْلَيَف
.
، ِاءَسِلنِل ٌلََلَح ُْري ِ
رَحْلاَو
Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya aku memberikannya tidak untuk kami pakai, akan
tetapi agar kamu jual sehingga mendapatkan uangnya, atau kamu berikan kepada orang lain,
yang boleh mengenakannya. Karena sutera itu halal bagi wanita.
Kemudian Umar mengirimkannya kepada saudaranya –seibu yang bernama Utsman bin
Hakim,- ibunya adalah Asma’ bin Wahb, agar ia jual atau dikenakan bagi isterinya, atau Utsman
yang disebutkan itu masih berada di Mekkah dan belum masuk Islam.
Hadits ini dapat diambil pelajaran tentang diperbolehkannya
berhubungan dengan suadara yang masih musyrik.
12. الااق ُهْناع ُ ه
اَّلل اي ِ
ضار اةارْيارُه يِباأ ْانع
ِ ه
اَّلل ِلُوسار ىالِِ ٌلُجار اءااج
ُ ه
اَّلل ىهلاص
ام ِ ه
اَّلل الُوسار ااي الااقاف امهلاساو ِهْْالاع
اِاص ِْنسُِِب ِ
اسهنال ُّقاحاأ ْن
الااق يِتابا
ُث الااق اكُّمُأ همُث الااق ْنام همُث الااق اكُّمُأ
ُث الااق اكُّمُأ همُث الااق ْنام هم
همُث الااق ْنام هم
اُوكباأ
Dari Abu Hurairah ra berkata: Ada seseorang yang
datang menghadap Rasulullah dan bertanya: Ya
Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak dengan
kebaikanku? Jawab Rasulullah: Ibumu. Ia bertanya lagi:
Lalu siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu
siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa?
Jawabnya: Ayahmu. (Al Bukhari, Muslim, dan Ibnu
Majah).
Orang yang lebih berhak mendapatkan kebaikan
13. Ada seseorang yang datang, disebutkan namanya Muawiyah bin
Haydah ra, bertanya:
ِنْسُحِب ِ
اسهنال قَحَأ ْنَم ، ِهللا َل ْوُس َر اَي
ْيِتَباَحَص
:
Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak dengan
kebaikanku? Kata ُةَبْحالص َو ، ُةَباَحهصال adalah dua kata masdar
yang memiliki satu makna yaitu: ُةَبَحاَصُمْال persahabatan.
Jawab Rasulullah saw: كاُّمُأ ibumu.
Dengan diulang tiga kali pertanyaan dan jawaban ini
menunjukkan bahwa ibu lebih berhak atas anaknya
dengan bagian yang lebih lengkap, seperti al bir
/kebajikan, ihsan/pelayanan.
Penjelasan:
14. Ibnu Al Baththal mengatakan:
ِباألِل اام ٍلااثْماأ اةاثاالاث ااهال ان ْوُكاي ْناأ
:
انِم
يِف ابااأل ااركاذ ْداقاف ِ
رِبْال
ًةهرام ِثْيِداِْال
، ِلْامِْال ِةاب ُْوعُصِل كاِلاذ هنااأكاو ، ًةاد ِاحاو
، ُعااضهالر همُث ، ُعْضاوْال همُث
ِهِذاهاف
ْشاتاو ، ُّمُاأل ااهِب ُد ِ
رافْنات ُةاثاالهالث ُر ْوُمُاأل
ِف ُبااأل كاااارشات همُث ، ااهِب ىاق
ِةاِْبْرهتال ي
.
Bahwa ibu memiliki tiga kali hak lebih banyak daripada ayahnya.
Karena kata ”ayah” dalam hadits disebutkan sekali sedangkan
kata ”ibu” diulang sampai tiga kali. Hal ini bisa difahami dari
kerepotan ketika hamil, melahirkan, menyusui. Tiga hal ini hanya
bisa dikerjakan oleh ibu, dengan berbagai penderitaannya,
kemudian ayah menyertainya dalam tarbiyah, pembinaan dan
pengasuhan. Hal ini diisyaratkan pula dalam firman Allah:
ِهْيادِلااوِب ااناسْنِْ
اْل اانْْهصاواو
اع اًنْهاو ُهُّمُأ ُهْتالاماح
ٍنْهاو ىال
ْرُكْشا ِناأ ِنْْامااع يِف ُهُلااصِفاو
هيالِِ ْكايادِلااوِلاو يِل
ُْر ِ
صامْال
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Luqman:14)
Allah swt menyamakan keduanya dalam berwasiat, namun
mengkhususkan ibu dengan tiga hal yang telah disebutkan
diatas.
15. Imam Ahmad dan Al Bukhari meriwayatkan dalam Al Adabul Mufrad,
demikian juga Ibnu Majah, Al Hakim, dan menshahihkannya dari Al Miqdam
bin Ma’di Kariba, bahwa Rasulullah saw bersabda:
ْمُكِتااههمُأِب ْمُكْ ِ
ُوصي ا ه
اَّلل هنِِ
همُأِب ْمُكْ ِ
ُوصي ا ه
اَّلل هنِِ ،
هنِِ ،ْمُكِتااه
ا ه
اَّلل هنِِ ،ْمُكِئاابآِب ْمُكْ ِ
ُوصي ا ه
اَّلل
ااألاف ِبارْقااألِب ْمُكْ ِ
ُوصي
ِبارْق
.
Sesungguhnya Allah swt telah berwasiat kepada kalian tentang ibu
kalian, kemudian berwasiat tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang
ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ayah kalian, kemudian berwasiat
tentang kerabat dari yang terdekat.
Hal ini memberikan kesan untuk memprioritaskan kerabat yang
didekatkan dari sisi kedua orang tua daripada yang didekatkan
dengan satu sisi saja. Memprioritaskan kerabat yang ada hubungan
mahram daripada yang tidak ada hubungan mahram, kemudian
hubungan pernikahan. Ibnu Baththal menunjukkan bahwa urutan itu
tidak memungkinkan memberikan kebaikan sekaligus kepada
keseluruhan kerabat.
16. Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang ibu yang lebih diprioritaskan dalam
berbuat kebaikan dari pada ayah. Hal ini dikuatkan oleh hadits Imam Ahmad, An
Nasa’iy, Al Hakim yang menshahihkannya, dari Aisyah ra berkata:
ـ َمهلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىهلَص ـ هيِبهنال ُتْلَأَس
ْرَمْال ىَلَع ًاقَح ُمَظْعَأ ِ
اسهنال يَأ
َلاَق ؟ ِةَأ
:
اَهُج ْوَز
.
ُتْلُق
:
َلاَق ؟ ِلُجهالر ىَلَعَف
:
ُهمُأ
"
Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw. Siapakah manusia yang paling berhak
atas seorang wanita? Jawabnya: Suaminya. Kalau atas laki-laki? Jawabnya: Ibunya.
Demikian juga yang diriwayatkan Al Hakim dan Abu Daud dari Amr bin Syuaib dari
ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang wanita yang bertanya:
ِهللا ال ُْوسار ااي
:
اثاو ، ٌءااعِو ُهال يِنْطاب ااانك ، ااذاه يِنْبا هنِِ
ٌءااواح ُهال ي ِ
راجاحاو ، ٌءااقاس ُهال ِيد
هنِِاو ،
ُهاع ِ
زْناي ٍناأ ادااراأاو ، يِناقهلاط ُهااباأ
يانِم
:
الااقاف
:
احاأ تاْناأ
ْي ِِاكْنات ْمال اام ِهِب ٌّ ق
"
Ya Rasulullah, sesungguhnya anak laki-lakiku ini, perutku pernah menjadi
tempatnya, air susuku pernah menjadi minumannya, pangkuanku pernah menjadi
pelipurnya. Dan sesungguhnya ayahnya menceraikanku, dan hendak mencabutnya
dariku. Rasulullah saw bersabda: Kamu lebih berhak daripada ayahnya, selama kamu
belum menikah.
Maksudnya menikah dengan lelaki lain, bukan ayahnya, maka wanita itu yang
meneruskan pengasuhannya, karena ialah yang lebih spesifik dengan anaknya, lebih
berhak baginya karena kekhususannya ketika hamil, melahirkan dan menyusui.