1. Kitab Penyusuan
1. Saudara sepenyusuan haram seperti saudara seperanakan
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. suatu hari sedang berada di sisinya lalu Aisyah
mendengar seseorang datang meminta izin memasuki rumah Hafshah. Aisyah
ra. berkata: Lalu aku berkata: Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki meminta
izin memasuki rumahmu. Rasulullah saw. menjawab: Orang itu adalah si
fulan, saudara paman Hafshah sepenyusuan. Maka Aisyah bertanya: Wahai
Rasulullah, seandainya si fulan (pamannya sepenyusuan) masih hidup,
tentunya ia boleh menemuiku? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Karena
sesungguhnya penyusuan itu dapat menjadikan mahram seperti seperanakan.
(Shahih Muslim No.2615)
2. Pengharaman sepenyusuan dari pihak lelaki
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Aflah, saudara Abul Qu`ais, yakni paman sepersusuannya, datang
minta izin menemui Aisyah setelah turun ayat hijab. Aisyah ra. berkata:
Tetapi aku tidak memberinya izin. Dan ketika Rasulullah saw. datang, aku
ceritakan apa yang telah aku lakukan itu. Ternyata beliau menyuruhku untuk
memberinya izin menemuiku. (Shahih Muslim No.2617)
3. Haram mengawini anak perempuan saudara lelaki sepersusuan
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Nabi saw. hendak dijodohkan dengan putri Hamzah. Akan tetapi beliau
bersabda: Sesungguhnya ia tidak halal bagiku karena sesungguhnya ia adalah
putri saudara lelaki sepersusuanku sendiri. Yang haram disebabkan persusuan
itu sama seperti yang haram dari jalur nasab keturunan keluarga. (Shahih
Muslim No.2624)
2. 4. Haram menikahi anak tiri dan saudara kandung istri
Hadis riwayat Ummu Habibah binti Abu Sufyan ra., ia berkata:
Saat Rasulullah saw. menemuiku, aku berkata kepada beliau: Wahai
Rasulullah, apakah engkau berminat terhadap saudara perempuanku, yaitu
putri Abu Sufyan? Rasulullah saw. balik bertanya: Maksudmu, apa yang harus
aku lakukan? Aku menjawab: Engkau menikahinya. Rasulullah saw. bertanya:
Apakah kamu menyukai hal itu? Aku menjawab: Aku bukanlah istrimu satu-
satunya dan orang yang paling aku senangi untuk sama-sama berbagi
kebajikan ini adalah saudaraku. Rasulullah bersabda: Saudara perempuanmu
itu tidak halal bagiku. Lalu aku katakan lagi kepada beliau: Aku dengar
engkau melamar Durrat binti Abu Salamah? Beliau berkata: Putri Ummu
Salamah? Aku menjawab: Ya. Beliau bersabda: Kalau ia bukan anak tiri yang
berada dalam asuhanku, maka ia tidak halal bagiku karena ia adalah anak
perempuan saudaraku sepersusuan, sebab aku dan bapaknya telah disusui
oleh Tsuwaibah. Maka janganlah kamu menawarkan kepadaku putri-putrimu
ataupun saudara-saudara perempuanmu. (Shahih Muslim No.2626)
5. Tentang menyusui orang dewasa
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Sahlah binti Suhail datang kepada Nabi saw. dan berkata: Wahai Rasulullah,
aku melihat perubahan air muka Abu Hudzaifah setiap kali Salim menemuiku,
padahal ia adalah anak asuhnya. Nabi saw. lalu bersabda: Kalau begitu,
susuilah ia! Sahlah bertanya: Bagaimana aku menyusuinya, sedang ia adalah
orang dewasa? Rasulullah saw. tersenyum lalu bersabda: Aku juga tahu
bahwa ia sudah besar. Amru menambahkan dalam hadisnya bahwa ia telah
ikut dalam perang Badar. Dan dalam riwayat Ibnu Abu Umar: Lalu Rasulullah
saw. tertawa. (Shahih Muslim No.2636)
6. Penyusuan hanya disebabkan karena kelaparan
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Aisyah berkata: Rasulullah saw. datang menemuiku pada saat seorang lelaki
3. lain sedang duduk. Hal itu terasa berat sekali di hati beliau dan aku juga
melihat kemarahan di wajahnya. Aisyah berkata: Lalu aku katakan: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ia adalah saudaraku sepenyusuan. Aisyah
melanjutkan: Lalu beliau bersabda: Lihatlah lagi saudara-saudara lelakimu
yang sepenyusuan, karena sesungguhnya saudara sepenyusuan itu hanya
karena sebab rasa lapar. (Shahih Muslim No.2642)
7. Anak adalah dari perkawinan yang sah (tempat tidur) dan menghindari
perkara-perkara yang meragukan
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Sa`ad bin Abu Waqqash dan Abdu bin Zam`ah terlibat perselisihan mengenai
seorang anak. Kata Sa`ad: Ini adalah anak saudaraku `Utbah bin Abu
Waqqash, yang dia amanatkan kepadaku, dia adalah putranya, perhatikanlah
kemiripannya! Abdu bin Zam`ah menyangkal dan mengatakan: Dia ini
saudaraku, wahai Rasulullah! Dia lahir di atas tempat tidur ayahku dari budak
perempuannya. Sejenak Rasulullah saw. memperhatikan kemiripan anak itu,
memang ada kemiripan yang jelas dengan Utbah. Kemudian beliau bersabda:
Dia adalah untukmu, wahai Abdu. Nasab seorang anak itu dari perkawinan
yang sah, dan bagi pezina itu adalah batu rajam. Hindarilah wahai Saudah
binti Zam`ah dari perkara tersebut!. (Shahih Muslim No.2645)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Nasab anak itu dari perkawinan yang sah
sedangkan bagi pezina itu adalah batu rajam. (Shahih Muslim No.2646)
8. Upaya menghubungkan nasab anak pada orang tuanya lewat ahlinya
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. suatu hari datang menemuiku dengan gembira dan
wajah berseri-seri lalu beliau bersabda: Apakah kamu tidak melihat tadi
Mujazziz memandang Zaid bin Haritsah dan Usamah bin Zaid, lalu berkata:
Sesungguhnya sebagian dari kaki-kaki ini berasal dari sebagian yang lain
(mirip). (Shahih Muslim No.2647)
4. 9. Tentang masa waktu seorang suami menetap bersama istrinya yang
perawan atau janda setelah perkawinan
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Termasuk sunah adalah bila seorang yang beristrikan janda menikahi gadis
perawan, maka ia tinggal bersama gadis itu selama tujuh hari. Dan bila ia
menikahi seorang janda setelah beristri gadis perawan, maka ia harus tinggal
bersama janda itu selama tiga hari. (Shahih Muslim No.2654)
10. Seorang istri boleh memberikan gilirannya kepada madunya yang lain
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Tidak ada seorang wanita pun yang paling aku senangi menjadi orang
sepertinya selain Saudah binti Zam`ah karena ia adalah seorang wanita yang
keras dan cepat marah. Aisyah berkata: Ketika sudah lanjut usia, Saudah
memberikan harinya dengan Rasulullah saw. kepada Aisyah ra. Kata Saudah:
Wahai Rasulullah, aku berikan hariku kepada Aisyah ra. Jadi Rasulullah saw.
membagi waktu kepada Aisyah ra. dua hari, sehari miliknya sendiri dan sehari
lagi pemberian Saudah. (Shahih Muslim No.2657)
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Aku merasa sangat cemburu kepada wanita-wanita yang menyerahkan diri
mereka untuk dinikahi Rasulullah saw. Aku berkata: Wanita-wanita telah
menyerahkan diri mereka kepada Rasulullah saw. Namun ketika turun firman
Allah Taala: Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka (istri-istrimu) dan boleh pula menggauli siapa
yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang ingin kamu gauli kembali dari
perempuan yang telah kamu cerai. Aku (Aisyah) berkata: Demi Allah, aku
melihat Tuhanmu selalu bersegera menuruti keinginanmu. (Shahih Muslim
No.2658)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Dari Atha, ia berkata:
Kami bersama Ibnu Abbas menghadiri pemakaman jenazah di daerah Saraf.
Ibnu Abbas berkata: Ini adalah jenazah istri Nabi saw. Apabila kamu
mengangkat kerandanya, maka janganlah kamu goyangkan atau goncangkan,
5. dan berhati-hatilah. Sesungguhnya Rasulullah saw. itu memiliki sembilan
orang istri, beliau biasa menggilir yang delapan dan tidak menggilir yang satu.
(Shahih Muslim No.2660)
11. Anjuran menikahi wanita yang beragama
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat perkara;
karena harta bendanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan
karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, maka kamu akan
beruntung. (Shahih Muslim No.2661)
12. Tentang wasiat terhadap kaum wanita
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya wanita itu seperti tulang rusuk. Jika
kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya. Tetapi
kalau kamu biarkan saja, maka kamu akan menikmatinya dengan tetap dalam
keadaan bengkok. (Shahih Muslim No.2669)
13. Seandainya tidak ada hawa, maka selamanya wanita tidak akan
berkhianat kepada suaminya
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Seandainya tidak ada Hawa, niscaya
wanita selamanya tidak akan berkhianat kepada suaminya. (Shahih Muslim
No.2673)