Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
MANAJEMEN KURIKULUM SIT
1. T Hartati, S Supriyoko - Media Manajemen Pendidikan, 2020 - jurnal.ustjogja.ac.id
Berdasarkan artikel yang diterbitkan 27 November 2012 pada website BBC, Sistem pendidikan
Indonesia menempati peringkat terendah di dunia menurut tabel liga global yang diterbitkan oleh
firma pendidikan Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes internasional dan data seperti tingkat
kelulusan antara 2006 dan 2010.Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil.
Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara
di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura (Fauqy, 2013: 1).
Berpijak pada kondisi tersebut, maka idealnya kualitas pendidikan di Indonesia terus ditingkatkan,
khususnya pada tingkat pendidikan dasar yang menjadi pondasi pertama anak dalam pendidikan
formal.Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaanya.Setiap orang
mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau sederajat, secara formal
seseorang tidak bisa melanjutkan atau mengikuti pendidikan di SLTP/SMP.Besarnya peranan
pendidikan dasar disadari oleh negara negara di dunia.Dengan semakin meningkatnya investasi
pemerintah pada sektor pendidikan dasar dari tahun ketahun maka sekolah dasar harus dipersiapkan
dengan sebaik baiknya (Bafadal, 2006: 11).
Oleh karena itu, sekolah dasar harus dikelola dengan sebaik baiknya sehingga menjadi sekolah yang
bermutu.Untuk mencapai semua itu dibutuhkan pendidikan yang berkualitas serta pelaksanaan
kurikulum yang baik dan bermutu sehingga dapat menciptakan genersi yang unggul dari sekolah
dasar. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal harus disesuaikan dengan kurikulum yang
diterapkan di sekolah tersebut.Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh
sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Pengalaman anak didik di sekolah dapat di peroleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antra lain:
mengikuti pelajaran di kelas, praktik ketrampilan, latihan latihan olah raga dan kesenian, dan kegiatan
karya wisata atau praktik dalam laboratorium di sekolah (Suryosubroto, 2010: 32).
Saat ini semakin banyak berkembang lembaga lembaga pendidikan yang yang menawarkan suatu
bentuk terobosan terbaru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia sebagai contoh semakin
banyaknya sekolah yang mengimplementasikan kurikulum pendidikan Islam Terpadu. Sampai saat ini
sekolah tersebut bahkan mampu menarik minat orang tua dalam memilih lembaga pendidikan yang
baik untuk masa depan anaknya. Sekolah terpadu adalah sekolah yang diselenggarakanberada dalam
satu komplek dandikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum,pembelajaran, guru, sarana dan
prasarana,manajemen, dan evaluasi, sehingga menjadisekolah yang efektif dan berkualitas (Ahmadi,
2011: 2).
Sekolah Islam Terpadu mencoba meretas jalan membangun pendidikan berkualitas, salah satunya
dengan berupaya menciptakan pengajaran yang seimbang antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai
2. Islam di dalamnya, dengan mengintegrasikan berbagai komponen kegiatan keislaman yang mampu
membentuk pendidikan berkarakter yang kokoh dan efektif.Sekolah Islam Terpadu merupakan model
lembaga pendidikan yang berusaha menggabungkan antara ilmu umum dan agama dalam satu paket
kurikulum yang integratif.Berbeda dengan tiga lembaga pendidikan sebelumnya (pesantren, sekolah
umum, madrasah), Sekolah Islam Terpadu memiliki segmentasi tersendiri (Suyatno, 2016: 122).
Perpaduan kurikulum yang digunakan di Sekolah Islam Terpadu tersebut memberikan pengaruh pada
kegiatan manajemen kurikulum. Salah satu daya tarik sekolah yang mengimplementasikan pendidikan
Islam terpadu adalah adanya kurikulum yang berbeda dengan kurikulum sekolah pada
umumnya.Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik, sehingga dapat merespon tuntutan
perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun
globalisasi (Hamalik, 2010: 3).
Dalam usaha pengembangan kurikulum, diperlukan suatu keahlian manajerial dalam arti kemampuan
merencanakan, mengorganisasi, mengelola dan mengontrol kurikulum.Dua kemampuan pertama
disebut kemampuan dalam hal “Curriculum Planning” dan dua kemampuan lainnya disebut sebagai
kemampuan dalam hal “CurriculumImplementation”.Semua kemampuan ini diartikan sebagai
kemampuan manajemen pengembangan kurikulum (Hamalik, 2010: 9).
Di sini terlihat akan pentingnya pengetahuan tentang manajemen dan pengetahuan tentang kurikulum
dalam menyusun, serta mengelola dan mengembangkan kurikulum di sebuah institusi. Untuk
menghasilkan kurikulum yang baik, tentunya harus memperhatikan tahapan atau langkah-langkah
yang cermat. Namun, tidak semua lembaga pendidikan dapat mengikuti atau memenuhi semua
langkah-langkah yang sudah direkomendasikan pemerintah dalam menyusun dan mengembangkan
kurikulum. Hal ini mungkin akan mengakibatkan kurang maksimalnya hasil dari proses pendidikan
yang dilakukan. Berpijak pada kondisi tersebut, maka dibutuhkan adanya pemahaman yang baik
tentang manajemen kurikulum untuk melaksanakan atau mengembangkan kurikulum, khususnya
kurikulum pendidikan Islam terpadau agar tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai.Namun
pada kenyataannya, tidak semua lembaga pendidikan, khusunya sekolah-sekolah Islam Terpadu dapat
mewujudkan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum yang ideal. Hal ini mungkin dikarenakan
kurangnya tenaga pendidik dan kependidikan dalam suatu institusi yang menguasai dan kompeten
dalam bidang manajemen kurikulum dan kurangnya koordinasi dan kerjasama dengan pihak
pengembang kurikulum di Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama.
3. MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN MULIA
KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan pada seluruh jenjang, jenis dan jalur
pendidikan. Sekolah Dasar merupakan satu jenjang pendidikan dasar yang keberadaannya paling
urgen dalam kerangka pendidikan nasional. Kenyataan yang ada tentang pendidikan dasar di
Indonesia, pada tingkat persaingan dunia dapat dilihat tingkat daya saing global Indonesia berada
pada peringkat 57 dibandingkan negara lain, seperti dalam Laporan World Competitiveness Report
yang dipublikasikan pada tahun 2015. Menurut Suryosubroto (2010: 203), salah satu faktor yang
menyebabkan upaya perbaikan mutu pendidikan di Indonesia kurang berhasil adalah pengelolaan
pendidikan lebih bersifat makro oriented. Kebijakan yang dibuat dari pusat diterapkan di sekolah yang
mempunyai kondisi dan permasalahan yang berbeda-beda dan tidak tepat sasaran. Hal tersebut
menimbulkan pemahaman bahwa pembangunan pendidikan untuk meningkatkan mutu harus lebih
memperhatikan pada proses pendidikan atau manajemen di sekolah. Dengan berbagai keragaman
potensi dan layanan pendidikan yang beragam manajemen sekolah harus dinamis dan kreatif untuk
mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Rohiat (2010: 30) menyatakan bahwa perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan, dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan atau manajemen
pendidikan di sekolah. Maka menjadi penting untuk mengkaji manajemen suatu sekolah yang dapat
meningkatkan mutu sekolah tersebut.
Salah satu bagian penting dari manajemen sekolah adalah manajemen kurikulum, karena
kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Sesuai dengan paradigma pembangunan pendidikan dan
kebudayaan dalam Renstra kemendikbud Tahun 2015, pendidikan harus berorientasi pada
pembudayaan, pemberdayaan, dan pembentukan kepribadian dengan mengembangkan karakter
unggul antara lain, bercirikan kejujuran, berakhlak mulia, mandiri, serta cakap dalam menjalani hidup.
Dalam program pemerintah Nawa Cita butir 8 disebutkan: “Melakukan revolusi karakter bangsa
melalui kebijakan penataan kurikulum pendidikan nasional”, pemerintah berusaha mengembangkan
pendidikan karakter dalam pendidikan di sekolah . Program prioritas pendidikan adalah menata
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
seperti sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai cinta tanah air, semangat bela negara dan budi pekerti.
Ada 70% porsi bahan ajar tentang budi pekerti di tingkat pendidikan dasar (Suryajaya, 2014).
4. Konsep Sekolah Islam Terpadu-Kajian Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, Kurnaengsih M.Ag
Sekolah Islam Terpadu (SIT) merupakan model baru dalam wacana pengembangan lembaga
pendidikan formal di Indonesia. Sebagai indikasinya, diskusi mengenai model pendidikan di
Indonesia dari sejak berdirinya Negara Indonesia hingga akhir abad 20-an, hanya terdiri dari sekolah
umum dan pesantren. Sekolah umum merupakan lembaga pendidikan di Indonesia warisan penjajah
Belanda yang mengajarkan ilmu-ilmu umum yaitu ilmu alam, ilmu sosial, ilmu teknik, dan Bahasa
Inggris. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional dengan ciri khas di dalamnya
terdapat masjid, kyai, santri, dan pengajaran kitab kuning. Pesantren, pada awalnya, hanya
mengajarkan 100% mata pelajaran agama.1 Tujuan pendidikan di pesantren adalah untuk
menghasilkan para ahli ilmu agama.
Inisiatif untuk memodernisasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an
ketika Menteri Agama, Mukti Ali, mengenalkan standardisasi sistem pendidikan madrasah melalui
kerjasama antara 3 kementerian yakni Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Menteri dalam Negeri. Kemudian modernisasi pendidikan di madrasah diperkuat oleh Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989, yang menyatakan bahwa madrasah merupakan
bagian dari Sistem Pendidikan Nasional.3 Bahkan pemerintah telah memperkuat posisi madrasah
dengan mengeluarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa madrasah setara dengan sekolah umum.4 Namun demikian, hingga saat ini
madrasah masih tetap menjadi lembaga pendidikan kelas dua.5 Semakin tingginya partisipasi
kalangan santri dalam pendidikan telah menyebabkan adanya mobilitas vertikal dan horizontal, dan
bahkan telah muncul golongan menengah baru yang sering disebut dengan kelas menengah Muslim.6
Fenomena ini ditandai dengan tersebarnya kaum santri ke berbagai sektor profesi dan bahkan tidak
sedikit yang menjadi pegawai pemerintah. Munculnya kelas menengah Muslim terkadang
memunculkan diskusi menarik mengenai hubungan antara Islam dan Negara. Bahkan mereka
menerima pancasila sebagai ideologi Negara yang menyatukan seluruh bangsa dan bersatu dengan
pemerintah dalam berusaha mempercepat proses pembangunan. Fenomena ini terjadi seiring sejalan
dengan pergeseran kebijakan Negara yang lebih berpihak kepada Islam pada akhir 1980-an ditandai
dengan berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan Soeharto sebagai
pelindungnya. Bagian dari usaha-usaha mereka untuk mengenalkan simbol-simbol dan lembaga-
lembaga islami kepada masyarakat luas, kelas menengah Muslim melakukan berbagai eksperimen
untuk mengislamisasikan pendidikan formal. Mereka tidak hanya mengangkat isu-isu tentang
larangan memakai jilbab bagi siswi di sekolah umum, tetapi mereka juga membuat sejumlah sekolah-
sekolah Islam yang berkualitas yang menggabungkan pendidikan sekuler dengan pendidikan Islam.
5. Beberapa contoh sekolahsekolah model ini adalah al-Azhar, al-Izhar, Muthahhari, Insan Cendekia,
Madania, Bina Insan, Dwi Warna, Lazuardi, Fajar Hidayah, Nurul Fikri, dan Salman al-Farisi.7 Tidak
seperti madrasah yang biasanya memiliki fasilitas yang serba terbatas dan para siswanya berasal dari
kalangan miskin dan menengah ke bawah, kualitas sekolah-sekolah Islam tampak menjadi sekolah-
sekolah elit dengan merekrut para siswa dari kalangan menengah ke atas dan dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas yang excellent dan mahal, seperti ruangan ber-AC, perpustakaan digital dan
laboratorium. Beberapa di antara mereka mengadopsi sistem boarding school yang berorientasi pada
penanaman kedisiplinan dan kesalehan siswa dalam beragama. Pada dasarnya sekolah-sekolah Islam
itu dibuat model seperti sekolah-sekolah umum dan secara administratif berada di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, yang menetapkan kurikulum, sistem ujian, dan seluruh organisasi
sekolah. Akan tetapi, karakter keislamannya tampak pada cara sekolah memberikan perhatian
pendidikan moral keagamaan. Pertumbuhan sekolah-sekolah Islam berkualitas seperti ini tidak
diragukan lagi diinspirasi oleh adanya usaha islamisasi pendidikan formal dan pertumbuhan Sekolah
Islam Terpadu.
6. Pengembangan Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu upaya mencapai keberhasilan suatu
pembelajaran. Pada dasarnya kurikulum ialah sebuah rencana dan aktivitas yang diselenggarkan dan
diorganisasikan oleh sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas hingga tercapainya tujuan yang
direncanakan. Pengembangan kurikulum adalah salah satu bgian usaha pengembangan kurikulum
yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan kurikulum sekolah belum berakhir apabila bahan
kurikulum belum selesai ditetapkan (Mustari, 2015). Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu
(JSIT) berupaya memaksimalkan peran guru, orang tua dan masyarakat dalam proses pengelolaan
sekolah dan pembelajaran sehingga terjalin sinergi yang konstruktif dalam membangun kompetensi
dan kepribadian peserta didik. Orangtua dilibatkan secara aktif dalam komite sekolah untuk memberi
perhatian dan kepedulian yang memadai dalam proses pendidikan putra – putri mereka. Sementara itu,
aktivitas kunjungan ke luar sekolah ialah upaya untuk mendekatkan siswa terhadap lingkungan.
Kurikulum JSIT adalah kurikulum yang memadukan antara kurikulum Nasional dan kurikulum
Sekolah Islam Terpadu (Ismail, 2018). Dalam kurikulum JSIT seluruh mata pelajaran wajib
memasukkan nilai-nilai Islam didalamnya (Muhab, 2014). Lebih lanjut dikatakan bahwa sesuai
dengan misi, tujun, dan strategi sekolah, Jaringan Sekolah Islam Terpadu juga mengembangkan
standar proses yang mengacu pada kekhasan JSIT. Standar proses tersebut didasari pada prinsip
pembelajaran sekolah Islam terpadu yang telah disesuaikan. Tidak hanya itu, pendidikan berbasis
Islam merupakan pembelajaran yang diarahkan kedalam dua bagian yaitu dalam bagian pengelolaan
pendidikan berbasis islam dalam pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama Islam
yang berkarakter baik (Ramadhani, Marini, & Sumantri, 2021).
Hasil kajian penelitian oleh Marannu (2017) dikatakan jika landasan, komponen, dan prinsip
pengembangan kurikulum pendidikan agama dan keagamaan dikembangkan dari inovai dan
kreatifitas pengelola sekolah secara mandiri yang disusun oleh sekolah dapat dilakukan dengan cara
mengadopsi dari kurikulum jaringan sekolah Islam terpadu. Penelitian yang dilakukan oleh
Haryaningrum, Muhdi, dan Retnaningdyastuti (2017) memberikan gambaran bahwa kurikulum
sekolah Islam terpadu disusun dalam kegiatan pembelajaran, pengembangan diri, dan pembiasaan
serta program unggulan sekolah yang dilaksanakan dengan sistem fullday school. Penerapan
kurikulum JSIT dapat berjalan baik apabila kepala sekolah, guru kelas dan wali kelas sebagai
pelaksana bekerja sama dengan orang tua serta masyarakat untuk memperluas sumber belajar bagi
siswa lewat pengorganisasian, kepemimpinan, budaya sekolah, dan penghargaan. Sekolah Islam
terpadu memiliki perbedaan tersendiri yang dimana perpaduan kurikulum yang digunakan di sekolah
Islam terpadu memberikan pengaruh saat kegiatan belajar (Suyatno, 2015). Pengembangan kurikulum
7. memerlukan suatu keahlian manajerial untuk merencanakan, megorganisasi, mengelola, dan
mengontrol kurikulum (Hamalik, 2017).
Pengembangan kurikulum JSIT di SDIT Harum menghadapi satu kendala yaitu kesiapan guru
sebagai kunci keberhasilan implementasi kurikulum, dimana guru harus mampu untuk mengenalkan
dan menjelaskan beberapa kompetensi dasar dalam standar kompetensi kelulusan. Belum lagi dengan
banyaknya administrasi kelas yang harus dikerjakan oleh guru, dan beberapa perangkat hardware
maupun perangkat software yang harus disiapkan pihak sekolah. Dasar temuan pada kekhasan
kurikulum JSIT belum ditetapkan sebagai standar baku pada raport sikap siswa yang merupakan
kekhasan JSIT, sehingga rapot sikap yang menjadi kekhasan di SDIT Harum menjadi hilang dan
harus disatukan dengan rapot akademis. Selain itu, selama peserta didik melakukan pembelajaran
online banyak dari standar kompetensi kelulusan sekolah yang tertunda, baik dari kegiatan
pembelajaran maupun dari pembiasan-pembiasan baik yang berupa pembiasaan ibadah maupun
kegiatan pengembangan diri peserta didik sehingga berpengaruh pula pada kekhasan kurikulum JSIT.
Berpijak pada kondisi di atas, maka dibutuhkan adanya pengembangan kurikulum khususnya
kurikulum sekolah Islam terpadu sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Hal ini mendorong
peneliti untuk melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai pengembangan kurikulum JSIT
tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji bagaimana pengembangan kurikulum
Jaringan Sekolah Islam Terpadu di SDIT Harum Jakarta melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Kebaruan di dalam penelitian ini yakni pengembangan kekhasan kurikulum JSIT
terutama pada standar proses, standar kelulusan, dan semua aspek yang berkaitan dengan kurikulum
jaringan sekolah Islam terpadu. Setiap tahunnya SDIT Harum dalam agenda kegiatan rapat kerja
sekolah selalu mengevaluasi kurikulum kekhasan JSIT baik dari standar prosesnya maupun dari
standar kelulusannya. Sekolah Dasar Islam Terpadu Harum berusaha menyelesaikan berbagai
tantangan mengenai karakter peserta didik melalui kurikulum JSIT ini. Salah satu alternatif untuk
menyelesaikan tantangan tersebut melalui pengembangan kurikulum yang dimana kurikulum tersebut
dikembangkan agar tidak hanya peserta didik memperoleh pengetahuan, melainkan mereka dapat
menanam dan menumbuhkan karakter yang dimilikinya.
8. Peran Sekolah Islam Terpadu Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa - (Study kasus di
SDIT Islam Terpadu Permata Bunda Gedung Meneng Rajabasa Bandar Lmpung) TP 2012-
2013
Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak,
dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan yang religius pada anak. Sekolah dasar adalah
tempat dimana masa kanakkanak yang sangat menentukan untuk masa depannya. Pendidikan akhlak
anak harus dimulai sejak dini agar mereka menjadi penerus bangsa yang memiliki akhlakul karimah.
Oleh karena itu, harus ada pendidikan yang mampu memadukan antara pendidikan sekolah ,keluarga,
dan lingkungan secara seimbang, agar kebiasaan anak di rumah dan di lingkungan kepada pihak
sekolah dapat terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan guru untuk perbaikan pendidikan
khususnya pembentukan karakter pada anak. Pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anakanak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan, oleh karena itu dikirimlah anak
ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam
keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak
kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu
terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak. Hubungan antara pihak sekolah dan
orang tua juga sangat diperlukan, dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antara hubungan
keduanya itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Agama
sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan
manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya
maupun berinteraksi dengan sesamanya. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah
menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi
berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak,
sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah
digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan
mental. Menurut Zakiah Daradjat Dkk yang ditulis dalam bukunya (1992: 76) ³Pendidikan agama
merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan
bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara¥ Sedangkan yang ditulis oleh Marimba (2006:
391) mengenai pendidikan Islam yakni, Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama
tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
9. memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh
karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru
dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan
atau pertumbuhannya. Permasalahan pada anak zaman sekarang ini adalah banyak dari mereka yang
tidak mengamalkan nilai-nilai moral serta nilai-nilai keagamaan dengan baik itu dikarenakan
kurangnya penanaman nilai-nilai keagamaan pada sekolah umum. Untuk itu penting bagi orang tua
untuk mencarikan dan memilihkan sekolah yang tepat untuk pendidikan akhlak bagi anaknya, agar
berhasil menjadi anak yang sholeh dan berprestasi yang diharapkan memiliki akhlak mulya. Dalam
perkembangan zaman yang semakin mengkhawatirkan masa depan akhlak anak bangsa ini, sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) adalah salah satu Lembaga Pendidikan yang menawarkan solusi dan
melayani untuk membimbing, mendidik dan memperbaiki akhlak anak sejak usia SD. Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) merupakan contoh sekolah yang mengimplementasikan pendidikan akhlak
kepada para siswa-siswinya dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumahnya