1. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah menempatkan observasi sebagai langkah awal untuk menemukan fakta-fakta lapangan yang kemudian disimpulkan secara umum;
2. Metode bertanya digunakan untuk membangkitkan minat belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa;
3. Menalar merupakan proses berpikir sistematis untuk memperoleh simpulan berdasarkan bukti-bukti yang diamati.
1. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
SEJARAH
PPT-2.1-1
2. Esensi Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran merupakan proses Ilmiah
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik
Penalaran dalam Pendekatan ilmiah
o Penalaran Induktif
o Penalaran deduktif
2
3. Penalaran Induktif dan Deduktif
Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan
Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke
dalam relasi idea yang lebih luas
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk
kemudian menarik simpulan yang spesifik
Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum
3
5. Metode Ilmiah
Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya
Kriteria Ilmiah
o Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-
bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,
kemudian memformulasi dan menguji hipotesis
5
6. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional
o Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10
persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen.
o Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan
pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.
6
7. Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
ilmiah
Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah
Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih mengutamakan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai
nonilmiah
o Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,
prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis
7
8. Kriteria
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
8
9. (Lanj)
Kriteria
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir
secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,
dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi
pembelajaran
9
10. (Lanj)
Kriteria
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya
10
12. (Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Ilmiah
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
12
13. (Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Ilmiah
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran
13
15. (Lanj)
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning)
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya
Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik.
Peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru
15
16. (Lanj)
1. Mengamati
Langkah-Langkah Mengamati
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi ,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya
16
17. (Lanj)
1. Mengamati
Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam Observasi
1. Observasi biasa (common observation)
o Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi
(complete observer)
o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi
yang diamati
2. Observasi terkendali (controlled observation)
o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dan memiliki hubungan dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati
o Pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang
dikhususkan
3. Observasi partisipatif (participant observation).
o peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang
diamati
17
18. (Lanj)
1. Mengamati
Cara Pelibatan Peserta Didik dalam Observasi
1. Observasi berstruktur
o Fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi
oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di
bawah bimbingan guru.
2. Observasi tidak berstruktur
o Apa yang harus diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan
secara baku atau rijid.
o Peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam
memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang
diobservasi.
18
19. (Lanj)
Prinsip-Prinsip Observasi
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi
o Guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan
menyepakati cara dan prosedur pengamatan
Paham terhadap apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan
observasi.
19
20. (Lanj)
Dalam pembelajaran sejarah, pengamatan dilakukan
pada objek sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh
karena sejarah itu adalah sesuatu yang sudah terjadi,
dalam pembelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk
media; media video, gambar dan seterusnya. Dalam
tema akulturasi Hindu Budha, misalnya dapat
ditampilkan gambar candi Borobudur, candi
Prambanan
20
21. 2. Menanya
Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
21
22. (Lanj)
2. Menanya
Fungsi bertanya
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
22
23. (Lanj)
Singkat dan jelas
Menginspirasi jawaban
Memiliki fokus
Bersifat probing atau divergen
Bersifat validatif atau penguatan
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif
Merangsang proses interaksi
23
27. 3. Menalar
Esensi Menalar
Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif
Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Menalar (Kurikulum 2013) merupakan padanan dari associating
bukan terjemahan reasoning
27
28. (Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Menurut teori asosiasi (Thorndike)
o Proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi
interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, melalui stimulus
dan respons (S-R)
o proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi
secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba
o Hukum Proses pembelajaran
• Hukum efek (The Law of Effect)
• Hukum latihan (The Law of Exercise)
• Hukum kesiapan (The Law of Readiness)
28
29. (Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Menurut teori belajar sosial (social learning) Bandura
o Belajar terjadi karena proses peniruan (imitation)
o Konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari
Bandura
• Pemodelan (modelling)
• Fase belajar
• Belajar vicarious
• Pengaturan-diri (self-regulation)
29
30. (Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Aplikasi
o Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
o Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
o Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis
o Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
o Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
o Perlu dilakukan pengulangan dan latihan
o Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik
o Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk perbaikan
30
31. (Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum
o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik
Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena
yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
31
32. (Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
o Berbeda dengan pendekatan sejarah yang memiliki keunikan sendiri, yang
belum tentu dimiliki oleh disiplin ilmu lain
o Penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum
o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau pengalaman empirik
Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
32
33. (Lanj)
3. Menalar
Analogi dalam Pembelajaran
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran,
karena dapat mempertajam daya nalar peserta didik
Jenis-jenis analogi
o Analogi induktif
• Kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena atau gejala
o Analogi deduktif
• “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal
33
34. (Lanj)
Deduktif: bangsa Indonesia tidak mau dijajah bangsa
asing, buktinya ada perlawanan/perang Diponegoro,
Hasannudin, Pattimura
Induktif: diberbagai daerah ada perlawanan/perang
Diponegoro, Hasannudin, Pattimura, pertanda bahwa
bangsa Indonesia tidak mau dijajah.
34
35. (Lanj)
Unik: perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin,
Pattimura itu tidak sama satu sama lain, karena pada
peristiwa itu memiliki latar belakang dan setting yang
berbeda. Jadi ketiga perlawanan/perang itu tidak sama
satu dengan yang lain.
Kontekstual: peristiwa Tanjung Priok yang
menggambarkan akan dibongkarnya makam ulama,
menemui protes besar dari masyarakat, mestinya tidak
perlu terjadi. Karena meletusnya perlawanan/perang
Diponegoro karena Belanda membuat jalan, dimana
jalan yang dibuat itu melewati makam leluhur
Diponegoro.
35
36. (Lanj)
3. Menalar
Hubungan Antarfenonena
Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu
atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta
yang lain
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif,
yaitu penalaran induktif sebab-akibat
o Hubungan sebab–akibat
o Hubungan akibat–sebab
o Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2
36
37. (Lanj)
Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik
adalah jiwa nasionalisme dan ketekunan dalam
belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang
harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus giat
belajar.
37
38. (Lanj)
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat
dilaksanakan karena adanya sinergitas, saling
menghargai, sikap pantang menyerah antara
golongan muda dan golongan tua. Begitu pula
tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas
dari sinergitas, saling menghargai, sikap pantang
menyerah dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh
stake holder sekolah.
38
39. (Lanj)
Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda
yang melewati makam leluhur Diponegoro, maka
pecahlah perang Diponegoro melawan Belanda 1825 –
1830.
39
40. (Lanj)
Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda,
sampai-sampai Belanda mengalami kerugian besar,
dan nyaris dikalahkan, disebabkan Belanda membuat
jalan yang melewati makam leluhur Diponegoro.
40
41. (Lanj)
Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan
Nasional, mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan.
Akibat proklamasi kemerdekaan datanglah Sekutu
yaitu Inggris dan Belanda datang ke Indonesia .
Kedatangan Sekutu yang berkeinginan menjaga status
quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda Indonesia,
terjadilah perang.
41
42. 4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik
Untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah
42
43. Pada mata pelajaran sejarah, misalnya, peserta didik
harus memahami kaitan fakta-fakta sejarah yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
43
44. historia vitae magistra , belajar sejarah agar bijaksana.
Hal ini dimaksudkan bahwa belajar sejarah, seseorang
yang mempelajari sejarah, termasuk peserta didik,
diharapkan dapat mengambil pelajaran, dapat
mengambil hikmah untuk dipakai dalam kehidupan
sehari-hari dari peristiwa sejarah. Semua peristiwa
sejarah tentu memiliki nilai yang dapat memberi
inspirasi untuk mengembangkan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
44
45. Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar yang akhir-
akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak
baik, karena tidak hanya melanggar aturan, tetapi bahkan
melanggar norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar
norma kehidupan adalah sesuatu yang harus dihindari, harus
dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus
negative tersebut. Jadilah peserta didik yang taat aturan,
memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan,
dapat merefleksikan kehidupan yang positif dalam
kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya piker yang cerdas
45
46. (Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup
manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama
Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar
Peserta didiklah yang harus lebih aktif
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif
o internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan
ketersediaan informasi yang luas dan mudah
o referensi yang murah dan mudah
46
47. (Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Sifat Pembelajaran Kolaboratif
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi
2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan
3. Guru sebagai mediator
4. Kelompok peserta didik yang heterogen
5. Kekurangan kemampuan guru ada pada kelebihan
kemampuan peserta didik, karena akses internet kapan
saja dan dimana saja
47
48. (Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Metode Pembelajaran Kolaboratif
JP = Jigsaw Proscedure
STAD = Student Team Achievement Divisions
CI = Complex Instruction
TAI = Team Accelerated Instruction
CLS = Cooperative Learning Stuctures
LT = Learning Together
TGT = Teams-Games-Tournament
GI = Group Investigation
AC = Academic-Constructive Controversy
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition
48