SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
SEJARAH
PPT-2.1-1
Esensi Pendekatan Ilmiah
 Pembelajaran merupakan proses Ilmiah
 Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik
 Penalaran dalam Pendekatan ilmiah
o Penalaran Induktif
o Penalaran deduktif
2
Penalaran Induktif dan Deduktif
 Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan
 Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke
dalam relasi idea yang lebih luas
 Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk
kemudian menarik simpulan yang spesifik
 Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum
3
(Lanj)
4
Metode Ilmiah
 Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya
 Kriteria Ilmiah
o Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-
bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
 Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,
kemudian memformulasi dan menguji hipotesis
5
Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
 Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional
o Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10
persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen.
o Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan
pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.
6
Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
 Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
ilmiah
 Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah
 Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih mengutamakan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran
 Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai
nonilmiah
o Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,
prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis
7
Kriteria
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
8
(Lanj)
Kriteria
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir
secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,
dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi
pembelajaran
9
(Lanj)
Kriteria
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya
10
Langkah-Langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
 Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan
11
(Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Ilmiah
 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa.”
 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa.”
 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
12
(Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Ilmiah
 Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah
 Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran
13
(Lanj)
14
(Lanj)
1. Mengamati
 Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning)
 Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya
 Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran
 Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik.
 Peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru
15
(Lanj)
1. Mengamati
Langkah-Langkah Mengamati
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi ,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya
16
(Lanj)
1. Mengamati
Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam Observasi
1. Observasi biasa (common observation)
o Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi
(complete observer)
o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi
yang diamati
2. Observasi terkendali (controlled observation)
o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dan memiliki hubungan dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati
o Pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang
dikhususkan
3. Observasi partisipatif (participant observation).
o peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang
diamati
17
(Lanj)
1. Mengamati
Cara Pelibatan Peserta Didik dalam Observasi
1. Observasi berstruktur
o Fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi
oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di
bawah bimbingan guru.
2. Observasi tidak berstruktur
o Apa yang harus diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan
secara baku atau rijid.
o Peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam
memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang
diobservasi.
18
(Lanj)
Prinsip-Prinsip Observasi
 Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran
 Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi
o Guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan
menyepakati cara dan prosedur pengamatan
 Paham terhadap apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan
observasi.
19
(Lanj)
 Dalam pembelajaran sejarah, pengamatan dilakukan
pada objek sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh
karena sejarah itu adalah sesuatu yang sudah terjadi,
dalam pembelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk
media; media video, gambar dan seterusnya. Dalam
tema akulturasi Hindu Budha, misalnya dapat
ditampilkan gambar candi Borobudur, candi
Prambanan
20
2. Menanya
Fungsi bertanya
 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan
 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
21
(Lanj)
2. Menanya
Fungsi bertanya
 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
22
(Lanj)
 Singkat dan jelas
 Menginspirasi jawaban
 Memiliki fokus
 Bersifat probing atau divergen
 Bersifat validatif atau penguatan
 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
 Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif
 Merangsang proses interaksi
23
24
(Lanj)
25
(Lanj)
26
3. Menalar
Esensi Menalar
 Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif
 Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
 Menalar (Kurikulum 2013) merupakan padanan dari associating
bukan terjemahan reasoning
27
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
 Menurut teori asosiasi (Thorndike)
o Proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi
interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, melalui stimulus
dan respons (S-R)
o proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi
secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba
o Hukum Proses pembelajaran
• Hukum efek (The Law of Effect)
• Hukum latihan (The Law of Exercise)
• Hukum kesiapan (The Law of Readiness)
28
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
 Menurut teori belajar sosial (social learning) Bandura
o Belajar terjadi karena proses peniruan (imitation)
o Konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari
Bandura
• Pemodelan (modelling)
• Fase belajar
• Belajar vicarious
• Pengaturan-diri (self-regulation)
29
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
 Aplikasi
o Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
o Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
o Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis
o Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
o Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
o Perlu dilakukan pengulangan dan latihan
o Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik
o Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk perbaikan
30
(Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
 Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum
o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik
 Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena
yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
31
(Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
 Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
o Berbeda dengan pendekatan sejarah yang memiliki keunikan sendiri, yang
belum tentu dimiliki oleh disiplin ilmu lain
o Penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum
o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau pengalaman empirik
 Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
32
(Lanj)
3. Menalar
Analogi dalam Pembelajaran
 Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran,
karena dapat mempertajam daya nalar peserta didik
 Jenis-jenis analogi
o Analogi induktif
• Kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena atau gejala
o Analogi deduktif
• “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal
33
(Lanj)
 Deduktif: bangsa Indonesia tidak mau dijajah bangsa
asing, buktinya ada perlawanan/perang Diponegoro,
Hasannudin, Pattimura
 Induktif: diberbagai daerah ada perlawanan/perang
Diponegoro, Hasannudin, Pattimura, pertanda bahwa
bangsa Indonesia tidak mau dijajah.
34
(Lanj)
 Unik: perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin,
Pattimura itu tidak sama satu sama lain, karena pada
peristiwa itu memiliki latar belakang dan setting yang
berbeda. Jadi ketiga perlawanan/perang itu tidak sama
satu dengan yang lain.
 Kontekstual: peristiwa Tanjung Priok yang
menggambarkan akan dibongkarnya makam ulama,
menemui protes besar dari masyarakat, mestinya tidak
perlu terjadi. Karena meletusnya perlawanan/perang
Diponegoro karena Belanda membuat jalan, dimana
jalan yang dibuat itu melewati makam leluhur
Diponegoro.
35
(Lanj)
3. Menalar
Hubungan Antarfenonena
 Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat
 Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu
atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta
yang lain
 Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif,
yaitu penalaran induktif sebab-akibat
o Hubungan sebab–akibat
o Hubungan akibat–sebab
o Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2
36
(Lanj)
 Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik
adalah jiwa nasionalisme dan ketekunan dalam
belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang
harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus giat
belajar.
37
(Lanj)
 Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat
dilaksanakan karena adanya sinergitas, saling
menghargai, sikap pantang menyerah antara
golongan muda dan golongan tua. Begitu pula
tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas
dari sinergitas, saling menghargai, sikap pantang
menyerah dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh
stake holder sekolah.
38
(Lanj)
 Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda
yang melewati makam leluhur Diponegoro, maka
pecahlah perang Diponegoro melawan Belanda 1825 –
1830.
39
(Lanj)
 Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda,
sampai-sampai Belanda mengalami kerugian besar,
dan nyaris dikalahkan, disebabkan Belanda membuat
jalan yang melewati makam leluhur Diponegoro.
40
(Lanj)
 Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan
Nasional, mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan.
Akibat proklamasi kemerdekaan datanglah Sekutu
yaitu Inggris dan Belanda datang ke Indonesia .
Kedatangan Sekutu yang berkeinginan menjaga status
quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda Indonesia,
terjadilah perang.
41
4. Mencoba
 Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik
 Untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
 Peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah
42
 Pada mata pelajaran sejarah, misalnya, peserta didik
harus memahami kaitan fakta-fakta sejarah yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
43
 historia vitae magistra , belajar sejarah agar bijaksana.
Hal ini dimaksudkan bahwa belajar sejarah, seseorang
yang mempelajari sejarah, termasuk peserta didik,
diharapkan dapat mengambil pelajaran, dapat
mengambil hikmah untuk dipakai dalam kehidupan
sehari-hari dari peristiwa sejarah. Semua peristiwa
sejarah tentu memiliki nilai yang dapat memberi
inspirasi untuk mengembangkan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
44
 Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar yang akhir-
akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak
baik, karena tidak hanya melanggar aturan, tetapi bahkan
melanggar norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar
norma kehidupan adalah sesuatu yang harus dihindari, harus
dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus
negative tersebut. Jadilah peserta didik yang taat aturan,
memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan,
dapat merefleksikan kehidupan yang positif dalam
kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya piker yang cerdas
45
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
 Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup
manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama
 Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar
 Peserta didiklah yang harus lebih aktif
 Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif
o internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan
ketersediaan informasi yang luas dan mudah
o referensi yang murah dan mudah
46
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Sifat Pembelajaran Kolaboratif
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi
2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan
3. Guru sebagai mediator
4. Kelompok peserta didik yang heterogen
5. Kekurangan kemampuan guru ada pada kelebihan
kemampuan peserta didik, karena akses internet kapan
saja dan dimana saja
47
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Metode Pembelajaran Kolaboratif
 JP = Jigsaw Proscedure
 STAD = Student Team Achievement Divisions
 CI = Complex Instruction
 TAI = Team Accelerated Instruction
 CLS = Cooperative Learning Stuctures
 LT = Learning Together
 TGT = Teams-Games-Tournament
 GI = Group Investigation
 AC = Academic-Constructive Controversy
 CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition
48
TERIMA KASIH
49

More Related Content

Similar to 2.1.2 contoh pendekatan scientific sejarah.ppt

2.1 konsep pendekatan scientific rev final 2
2.1 konsep pendekatan scientific rev final 22.1 konsep pendekatan scientific rev final 2
2.1 konsep pendekatan scientific rev final 2Randy Ikas
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalsadiman dimas
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finaltono009
 
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.pptGanjarPranoto
 
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)Ried'one Prakoso
 
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev finalISTAFIANI AMBARWATI
 
2.1 konsep pendekatan scientific
2.1 konsep pendekatan scientific2.1 konsep pendekatan scientific
2.1 konsep pendekatan scientific16051983
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalDecie Anita
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalSarah Sitakar
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalsitakar
 
Konsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruKonsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruPuryanto SS
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalZo Ri
 
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Oki Feri Juniawan
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev finalEldja Vadoor
 
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalKonsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalYashintaSuarnadi
 
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalKonsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalYashintaSuarnadi
 

Similar to 2.1.2 contoh pendekatan scientific sejarah.ppt (20)

2.1 konsep pendekatan scientific rev final 2
2.1 konsep pendekatan scientific rev final 22.1 konsep pendekatan scientific rev final 2
2.1 konsep pendekatan scientific rev final 2
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt
2.1 Konsep Pendekatan Scientific Rev final.ppt
 
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final(1)
 
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 konsep pendekatan scientific
2.1 konsep pendekatan scientific2.1 konsep pendekatan scientific
2.1 konsep pendekatan scientific
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
Konsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruKonsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baru
 
konsep pendekatan scientific rev final
konsep pendekatan scientific rev finalkonsep pendekatan scientific rev final
konsep pendekatan scientific rev final
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
3.1 konsep pendekatan scientific rev final
3.1 konsep pendekatan scientific rev final3.1 konsep pendekatan scientific rev final
3.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik
 
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final2.1 konsep pendekatan scientific rev final
2.1 konsep pendekatan scientific rev final
 
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalKonsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
 
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev FinalKonsep Pendekatan Scientific Rev Final
Konsep Pendekatan Scientific Rev Final
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

2.1.2 contoh pendekatan scientific sejarah.ppt

  • 1. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC SEJARAH PPT-2.1-1
  • 2. Esensi Pendekatan Ilmiah  Pembelajaran merupakan proses Ilmiah  Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik  Penalaran dalam Pendekatan ilmiah o Penalaran Induktif o Penalaran deduktif 2
  • 3. Penalaran Induktif dan Deduktif  Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan  Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas  Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik  Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum 3
  • 5. Metode Ilmiah  Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya  Kriteria Ilmiah o Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti- bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik  Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis 5
  • 6. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran  Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional o Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. o Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. 6
  • 7. Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah  Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah  Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah  Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran  Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah o Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis 7
  • 8. Kriteria 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 8
  • 9. (Lanj) Kriteria 3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran 4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran 9
  • 10. (Lanj) Kriteria 5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya 10
  • 11. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah  Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan 11
  • 12. (Lanj) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah  Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”  Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.  Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”  Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan 12
  • 13. (Lanj) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah  Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah  Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran 13
  • 15. (Lanj) 1. Mengamati  Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning)  Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya  Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran  Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.  Peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru 15
  • 16. (Lanj) 1. Mengamati Langkah-Langkah Mengamati 1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi 2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi 3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder 4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi 5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar 6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya 16
  • 17. (Lanj) 1. Mengamati Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam Observasi 1. Observasi biasa (common observation) o Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer) o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati 2. Observasi terkendali (controlled observation) o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dan memiliki hubungan dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati o Pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan 3. Observasi partisipatif (participant observation). o peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati 17
  • 18. (Lanj) 1. Mengamati Cara Pelibatan Peserta Didik dalam Observasi 1. Observasi berstruktur o Fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru. 2. Observasi tidak berstruktur o Apa yang harus diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan secara baku atau rijid. o Peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi. 18
  • 19. (Lanj) Prinsip-Prinsip Observasi  Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran  Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi o Guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan  Paham terhadap apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi. 19
  • 20. (Lanj)  Dalam pembelajaran sejarah, pengamatan dilakukan pada objek sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh karena sejarah itu adalah sesuatu yang sudah terjadi, dalam pembelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk media; media video, gambar dan seterusnya. Dalam tema akulturasi Hindu Budha, misalnya dapat ditampilkan gambar candi Borobudur, candi Prambanan 20
  • 21. 2. Menanya Fungsi bertanya  Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.  Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.  Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.  Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan  Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 21
  • 22. (Lanj) 2. Menanya Fungsi bertanya  Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar  Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.  Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.  Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. 22
  • 23. (Lanj)  Singkat dan jelas  Menginspirasi jawaban  Memiliki fokus  Bersifat probing atau divergen  Bersifat validatif atau penguatan  Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang  Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif  Merangsang proses interaksi 23
  • 24. 24
  • 27. 3. Menalar Esensi Menalar  Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif  Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan  Menalar (Kurikulum 2013) merupakan padanan dari associating bukan terjemahan reasoning 27
  • 28. (Lanj) 3. Menalar Esensi Menalar  Menurut teori asosiasi (Thorndike) o Proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, melalui stimulus dan respons (S-R) o proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba o Hukum Proses pembelajaran • Hukum efek (The Law of Effect) • Hukum latihan (The Law of Exercise) • Hukum kesiapan (The Law of Readiness) 28
  • 29. (Lanj) 3. Menalar Esensi Menalar  Menurut teori belajar sosial (social learning) Bandura o Belajar terjadi karena proses peniruan (imitation) o Konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura • Pemodelan (modelling) • Fase belajar • Belajar vicarious • Pengaturan-diri (self-regulation) 29
  • 30. (Lanj) 3. Menalar Esensi Menalar  Aplikasi o Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. o Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. o Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis o Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati o Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki o Perlu dilakukan pengulangan dan latihan o Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik o Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk perbaikan 30
  • 31. (Lanj) 3. Menalar Cara Menalar  Penalaran induktif o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik  Penalaran deduktif o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme 31
  • 32. (Lanj) 3. Menalar Cara Menalar  Penalaran induktif o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum o Berbeda dengan pendekatan sejarah yang memiliki keunikan sendiri, yang belum tentu dimiliki oleh disiplin ilmu lain o Penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik  Penalaran deduktif o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme 32
  • 33. (Lanj) 3. Menalar Analogi dalam Pembelajaran  Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena dapat mempertajam daya nalar peserta didik  Jenis-jenis analogi o Analogi induktif • Kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala o Analogi deduktif • “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal 33
  • 34. (Lanj)  Deduktif: bangsa Indonesia tidak mau dijajah bangsa asing, buktinya ada perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin, Pattimura  Induktif: diberbagai daerah ada perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin, Pattimura, pertanda bahwa bangsa Indonesia tidak mau dijajah. 34
  • 35. (Lanj)  Unik: perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin, Pattimura itu tidak sama satu sama lain, karena pada peristiwa itu memiliki latar belakang dan setting yang berbeda. Jadi ketiga perlawanan/perang itu tidak sama satu dengan yang lain.  Kontekstual: peristiwa Tanjung Priok yang menggambarkan akan dibongkarnya makam ulama, menemui protes besar dari masyarakat, mestinya tidak perlu terjadi. Karena meletusnya perlawanan/perang Diponegoro karena Belanda membuat jalan, dimana jalan yang dibuat itu melewati makam leluhur Diponegoro. 35
  • 36. (Lanj) 3. Menalar Hubungan Antarfenonena  Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat  Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain  Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yaitu penalaran induktif sebab-akibat o Hubungan sebab–akibat o Hubungan akibat–sebab o Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2 36
  • 37. (Lanj)  Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa nasionalisme dan ketekunan dalam belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus giat belajar. 37
  • 38. (Lanj)  Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan karena adanya sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah antara golongan muda dan golongan tua. Begitu pula tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas dari sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh stake holder sekolah. 38
  • 39. (Lanj)  Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang melewati makam leluhur Diponegoro, maka pecahlah perang Diponegoro melawan Belanda 1825 – 1830. 39
  • 40. (Lanj)  Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda, sampai-sampai Belanda mengalami kerugian besar, dan nyaris dikalahkan, disebabkan Belanda membuat jalan yang melewati makam leluhur Diponegoro. 40
  • 41. (Lanj)  Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan Nasional, mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan. Akibat proklamasi kemerdekaan datanglah Sekutu yaitu Inggris dan Belanda datang ke Indonesia . Kedatangan Sekutu yang berkeinginan menjaga status quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda Indonesia, terjadilah perang. 41
  • 42. 4. Mencoba  Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik  Untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan  Peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah 42
  • 43.  Pada mata pelajaran sejarah, misalnya, peserta didik harus memahami kaitan fakta-fakta sejarah yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari 43
  • 44.  historia vitae magistra , belajar sejarah agar bijaksana. Hal ini dimaksudkan bahwa belajar sejarah, seseorang yang mempelajari sejarah, termasuk peserta didik, diharapkan dapat mengambil pelajaran, dapat mengambil hikmah untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari dari peristiwa sejarah. Semua peristiwa sejarah tentu memiliki nilai yang dapat memberi inspirasi untuk mengembangkan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. 44
  • 45.  Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar yang akhir- akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak baik, karena tidak hanya melanggar aturan, tetapi bahkan melanggar norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar norma kehidupan adalah sesuatu yang harus dihindari, harus dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus negative tersebut. Jadilah peserta didik yang taat aturan, memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan, dapat merefleksikan kehidupan yang positif dalam kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya piker yang cerdas 45
  • 46. (Lanj) 5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif  Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama  Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar  Peserta didiklah yang harus lebih aktif  Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif o internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah o referensi yang murah dan mudah 46
  • 47. (Lanj) 5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif Sifat Pembelajaran Kolaboratif 1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi 2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan 3. Guru sebagai mediator 4. Kelompok peserta didik yang heterogen 5. Kekurangan kemampuan guru ada pada kelebihan kemampuan peserta didik, karena akses internet kapan saja dan dimana saja 47
  • 48. (Lanj) 5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif Metode Pembelajaran Kolaboratif  JP = Jigsaw Proscedure  STAD = Student Team Achievement Divisions  CI = Complex Instruction  TAI = Team Accelerated Instruction  CLS = Cooperative Learning Stuctures  LT = Learning Together  TGT = Teams-Games-Tournament  GI = Group Investigation  AC = Academic-Constructive Controversy  CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition 48