Triage adalah proses pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk menentukan prioritas penanganan. Proses ini melibatkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability) untuk mengkategorikan pasien menjadi kelompok merah, kuning, hijau, atau hitam. Petugas triage meliputi dokter dan perawat yang terlatih khusus untuk menentukan tindapan medis tercepat bagi pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang keperawatan gawat darurat dan manajemen bencana. Isi utamanya adalah proses keperawatan lengkap untuk pasien gawat darurat mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, evaluasi, dokumentasi, serta prinsip-prinsip dasar manajemen gawat darurat seperti triase dan stabilisasi kondisi pasien.
OHCA adalah hilangnya fungsi jantung di luar rumah sakit yang dapat mengancam jiwa. Penanganannya meliputi pengenalan dini, aktivasi respon darurat, resusitasi jantung paru berkualitas, dan defibrilasi untuk memulihkan sirkulasi darah normal.
Konsep dan prinsip pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Komponen pelaksana bantuan hidup dasar
Pelayanan kegawat daruratan kardiovaskuler
a. Bantuan Hidup Dasar
b. Rantai kelangsungan hidup
Triage adalah proses pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk menentukan prioritas penanganan. Proses ini melibatkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability) untuk mengkategorikan pasien menjadi kelompok merah, kuning, hijau, atau hitam. Petugas triage meliputi dokter dan perawat yang terlatih khusus untuk menentukan tindapan medis tercepat bagi pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang keperawatan gawat darurat dan manajemen bencana. Isi utamanya adalah proses keperawatan lengkap untuk pasien gawat darurat mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, evaluasi, dokumentasi, serta prinsip-prinsip dasar manajemen gawat darurat seperti triase dan stabilisasi kondisi pasien.
OHCA adalah hilangnya fungsi jantung di luar rumah sakit yang dapat mengancam jiwa. Penanganannya meliputi pengenalan dini, aktivasi respon darurat, resusitasi jantung paru berkualitas, dan defibrilasi untuk memulihkan sirkulasi darah normal.
Konsep dan prinsip pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Komponen pelaksana bantuan hidup dasar
Pelayanan kegawat daruratan kardiovaskuler
a. Bantuan Hidup Dasar
b. Rantai kelangsungan hidup
1. BHD bertujuan mencegah berhentinya pernafasan dan sirkulasi dengan melakukan CPR.
2. Penilaian ABC sangat penting sebelum melakukan tindakan, yaitu memastikan tidak sadar, tidak bernafas, dan tidak berdenyut.
3. Tindakan CPR meliputi membuka jalan nafas, memberikan nafas buatan, dan kompresi dada.
Dokumen tersebut membahas tentang Incident Command System (ICS) dan sistem tanggap darurat medis untuk penanganan korban banyak. ICS memiliki komponen komando, operasi, logistik, perencanaan, dan keuangan, sementara sistem tanggap darurat medis memiliki sektor pos pengendali, ekstrikasi, perawatan, transportasi, staging, pendukung, dan triage."
Dokumen tersebut membahas konsep dasar triage dan penanganan keperawatan gawat darurat. Terdapat penjelasan mengenai klasifikasi pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan daruratnya serta urutan prioritas penanganan berdasarkan sistem organ yang terancam. Dokumen ini juga menjelaskan konsep triase dalam keperawatan gawat darurat beserta kategori pasien berdasarkan warna label.
Dokumen tersebut merupakan pedoman Bantuan Hidup Dasar (BLS) tahun 2020 dan panduan mengenai Covid-19 yang mencakup definisi BLS, kondisi keadaan darurat, rantai keselamatan BLS, prosedur RJP kualitas tinggi, penggunaan AED, BLS pada anak dan neonatus, serta tindakan pertolongan pertama pada tersedak.
Triage adalah proses memilah dan mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan sesuai prioritas, menggunakan penilaian cepat berdasarkan kondisi nafas, pernafasan, sirkulasi, dan kesadaran untuk menentukan tindakan terbaik.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau cardio pulmonier resusitation (CPR) merupakan kombinasi antara pijat jantung dan pernafasan buatan yang diberikan kepada korban yang mengalami henti jantung dan napas. Langkah pertama RJP adalah menentukan titik kompresi jantung, kemudian melakukan pijat jantung dan pernafasan buatan sesuai usia korban, dengan frekuensi antara 14-40 siklus per menit tergantung
Basic Life Support (BLS) memberikan panduan singkat untuk menangani darurat medis seperti henti jantung dengan melakukan pengecekan respons, nadi, pernapasan, pemberian kompresi jantung, dan memanggil bantuan medis secepat mukkin.
Dokumen tersebut membahas tentang pengayaan praktikum pelayanan pasien di unit gawat darurat rumah sakit dengan sistem triage dan bantuan hidup dasar (BHD). Sistem triage digunakan untuk menentukan prioritas pasien berdasarkan tingkat keparahannya, sedangkan BHD memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa pasien yang mengalami henti napas atau henti jantung.
Bantua hidup dasar adalah upaya atau tindakan resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang awam yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertolongan cepat dan tepat pada pasien yang sedang terancam kematian akibat henti jantung atau henti nafas sambil menunggu bantuan.
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Pertolongan Pertama pada Korban Henti Jantung dan Henti Nafas. Termasuk penjelasan tentang survei primer ABC (Airway, Breathing, Circulation), teknik membuka saluran nafas, memberikan nafas buatan, melakukan kompresi dada, serta penilaian tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan untuk menentukan tindak lanjut penanganan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pertolongan pertama yang meliputi:
1. Resusitasi jantung paru untuk korban henti nafas dan jantung
2. Penanganan sumbatan saluran napas, luka, pingsan, dan luka bakar
3. Prinsip-prinsip dasar seperti menjaga terbukanya saluran napas, menghentikan pendarahan, dan mendinginkan luka bakar.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Wilayah Bengkulu. Berisi statistik penting mengenai kejadian henti jantung di luar rumah sakit, peluang hidup jika mendapatkan resusitasi jantung paru segera, dan pentingnya keterampilan resusitasi jantung paru bagi masyarakat umum.
1. BHD bertujuan mencegah berhentinya pernafasan dan sirkulasi dengan melakukan CPR.
2. Penilaian ABC sangat penting sebelum melakukan tindakan, yaitu memastikan tidak sadar, tidak bernafas, dan tidak berdenyut.
3. Tindakan CPR meliputi membuka jalan nafas, memberikan nafas buatan, dan kompresi dada.
Dokumen tersebut membahas tentang Incident Command System (ICS) dan sistem tanggap darurat medis untuk penanganan korban banyak. ICS memiliki komponen komando, operasi, logistik, perencanaan, dan keuangan, sementara sistem tanggap darurat medis memiliki sektor pos pengendali, ekstrikasi, perawatan, transportasi, staging, pendukung, dan triage."
Dokumen tersebut membahas konsep dasar triage dan penanganan keperawatan gawat darurat. Terdapat penjelasan mengenai klasifikasi pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan daruratnya serta urutan prioritas penanganan berdasarkan sistem organ yang terancam. Dokumen ini juga menjelaskan konsep triase dalam keperawatan gawat darurat beserta kategori pasien berdasarkan warna label.
Dokumen tersebut merupakan pedoman Bantuan Hidup Dasar (BLS) tahun 2020 dan panduan mengenai Covid-19 yang mencakup definisi BLS, kondisi keadaan darurat, rantai keselamatan BLS, prosedur RJP kualitas tinggi, penggunaan AED, BLS pada anak dan neonatus, serta tindakan pertolongan pertama pada tersedak.
Triage adalah proses memilah dan mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan sesuai prioritas, menggunakan penilaian cepat berdasarkan kondisi nafas, pernafasan, sirkulasi, dan kesadaran untuk menentukan tindakan terbaik.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau cardio pulmonier resusitation (CPR) merupakan kombinasi antara pijat jantung dan pernafasan buatan yang diberikan kepada korban yang mengalami henti jantung dan napas. Langkah pertama RJP adalah menentukan titik kompresi jantung, kemudian melakukan pijat jantung dan pernafasan buatan sesuai usia korban, dengan frekuensi antara 14-40 siklus per menit tergantung
Basic Life Support (BLS) memberikan panduan singkat untuk menangani darurat medis seperti henti jantung dengan melakukan pengecekan respons, nadi, pernapasan, pemberian kompresi jantung, dan memanggil bantuan medis secepat mukkin.
Dokumen tersebut membahas tentang pengayaan praktikum pelayanan pasien di unit gawat darurat rumah sakit dengan sistem triage dan bantuan hidup dasar (BHD). Sistem triage digunakan untuk menentukan prioritas pasien berdasarkan tingkat keparahannya, sedangkan BHD memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa pasien yang mengalami henti napas atau henti jantung.
Bantua hidup dasar adalah upaya atau tindakan resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang awam yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertolongan cepat dan tepat pada pasien yang sedang terancam kematian akibat henti jantung atau henti nafas sambil menunggu bantuan.
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Pertolongan Pertama pada Korban Henti Jantung dan Henti Nafas. Termasuk penjelasan tentang survei primer ABC (Airway, Breathing, Circulation), teknik membuka saluran nafas, memberikan nafas buatan, melakukan kompresi dada, serta penilaian tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan untuk menentukan tindak lanjut penanganan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pertolongan pertama yang meliputi:
1. Resusitasi jantung paru untuk korban henti nafas dan jantung
2. Penanganan sumbatan saluran napas, luka, pingsan, dan luka bakar
3. Prinsip-prinsip dasar seperti menjaga terbukanya saluran napas, menghentikan pendarahan, dan mendinginkan luka bakar.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Wilayah Bengkulu. Berisi statistik penting mengenai kejadian henti jantung di luar rumah sakit, peluang hidup jika mendapatkan resusitasi jantung paru segera, dan pentingnya keterampilan resusitasi jantung paru bagi masyarakat umum.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
2. Kesadaran menurun
Luka robek di pipi dan mulut
Frekuensi nafas 20 x/menit
Frekuensi nadi 112 x/menit
Luka robek di kepala
Perdarahan telinga
Luka Didahi, Nyeri Tungkai Bawah Kanan
Bila Digerakkan
Vulnus Laseratum 2cm Di Cruris Anterior
Telah Terpasang Bidai
Respirasi 20 X/Menit, Nadi 100 X /Menit
Berteriak kesakitan
Vulnus laceratum pada Lengan kiri
Nadi: 116x/menit
1
2 3
3. Penderita Gawat Darurat adalah penderita
yang memerlukan pertolongan segera secara
cepat, tepat dan cermat untuk mencegah
kematian maupun kecatatan.
Definisi
4. Gawat Darurat
Terbagi 2 :
Critical Ill Patient ancaman kematian segera karena
gangguan respirasi/sirkulasi, terbagi
1. Immediately Life Threatning
2. Potentially Life Threatning
Emergency Patient pasien perlu pertolongan segera
karena dapat menyebabkan kematian / kecacatan
yang disebabkan karena gangguan kesadaran,
metabolisme, neurologis
5. Kasus – Kasus
Immediately Life Threatening:
1. Obstruksi Total jalan Napas
2. Asphixia
3. Keracunan CO
4. Tension Pneumothorax
5. Henti jantung (Cardiac Arrest)
6. Tamponade Jantung
Kasus - Kasus
Potentially Life Threatening
1. Ruptura Tracheobronkial
2. Kontusio Jantung / Paru
3. Perdarahan Masif
4. Koma
Kelompok kasus yang perlu
penanganan segera karena
adanya ancaman kecatatan
1. Fraktur tulang disertai cedera pada
persyarafan
2. Crush Injury
3. Sindroma Kompartemen
6. Prinsip
Penanganan cepat, tepat dan cermat
Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan
pasien tersebut ( awam, perawat, dokter )
Meliputi tindakan :
A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi,
menyiapkan alat-alat.
B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun
ketrampilan : BLS (Basic Life Support atau bantuan Hidup
Dasar) dan ALS (Advanced Life Support atau Bantuan Hidup
Lanjut)
7. Penilaian Pasien Gawat Darurat
Melakukan Primary Survey : lakukan pemeriksaan terhadap
adanya ancaman kematian segera (gangguan jalan nafas,
gangguan ventilasi dan gangguan sirkulasi) tanpa dukungan alat
bantu diagnostik ( hanya Look, Listen, Feel) maupun dengan alat
bantu apabila tersedia
Dilanjutkan dengan Secondary Survey : pemeriksaan ulang
terhadap adanya ancaman kematian segera (gangguan jalan nafas,
gangguan ventilasi dan gangguan sirkulasi) dengan alat bantu
apabila tersedia
8. A = Penilaian Airway (Jalan nafas)
B = Penilaian Breathing (pernafasan)
C = Penilaian Circulation (sirkulasi)
Primary Survey
Secondary Survey
• D. Disability/Drug
• E. EKG/Exposure
Ulangan dari :
A = Penilaian Airway
B = Penilaian Breathing
C = Penilaian Circulation
Ditambah:
9. TRIAGE
Tindakan melakukan seleksi atau memilah-milah
korban sesuai dengan tingkat kegawatadaruratannya
untuk memperoleh prioritas tindakan.
PENGGUNAAN KODE WARNA:
Merah Gawat darurat yaitu pasien dengan ancaman
kematian karena adanya gangguan ABC dan
hemodinamik
Kuning darurat tidak gawat, yaitu pasien tidak ada
ancaman kematian segera tapi ada ancaman
kecacatan karena adanya gangguan hemodinamik –
Hijau Tidak gawat, tidak darurat –,
Hitam : Meninggal -
10. MATI
Mati Klinis :
Otak kekurangan Oksigen dlm 6-8 mnt
Terjadi gangguan fungsi sel
Sifat Reversible
Mati Biologis :
Otak kekurangan Oksigen > 8-10 mnt
Terjadi kerusakan sel otak
Sifat Irreversible