Resusitasi jantung paru (RJP) atau cardio pulmonier resusitation (CPR) merupakan kombinasi antara pijat jantung dan pernafasan buatan yang diberikan kepada korban yang mengalami henti jantung dan napas. Langkah pertama RJP adalah menentukan titik kompresi jantung, kemudian melakukan pijat jantung dan pernafasan buatan sesuai usia korban, dengan frekuensi antara 14-40 siklus per menit tergantung
Materi ini saya sampaikan untuk pengenalan teknik bantuan hidup dasar pada korban henti jantung untuk orang awam dan paramedis, saya rangkum dari AHA Guidelines 2010 dan beberapa Pustaka lainnya. Semoga Bermanfaat.
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal
BASIC LIFE SUPPOR REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU.pptEvaRosdiana19
Â
Materi yang diupload ini merupakan bahan kuliah pertemuan ke dua dari mata kuliah Basic Life Support. Adapun materi yang dibahas dalam PPT ini adalah tentang konsep dasar " Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support and First Aid Training).
Materi ini saya sampaikan untuk pengenalan teknik bantuan hidup dasar pada korban henti jantung untuk orang awam dan paramedis, saya rangkum dari AHA Guidelines 2010 dan beberapa Pustaka lainnya. Semoga Bermanfaat.
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal
BASIC LIFE SUPPOR REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU.pptEvaRosdiana19
Â
Materi yang diupload ini merupakan bahan kuliah pertemuan ke dua dari mata kuliah Basic Life Support. Adapun materi yang dibahas dalam PPT ini adalah tentang konsep dasar " Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support and First Aid Training).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti
napas karena sebab-sebab tertentu.CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau
tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung,sesaknapas karena
syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan khusus untukkorban pingsan
karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.Biarkan di
tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus
segera dilakukan CPR.
Rumus ABC Resusitasi
Pada Keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Bila
proses pernapasan dan peredaran darah gagal, diperlukan tindakan resusitasiuntuk memberikan oksigen ke tubuh.
Tindakan ini didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi:Airway (saluran napas),
Breathing (bernafas), dan Circulation (peredaran darah). Untuk orang yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum
memberikan pertolongan lain Buka saluran napas,usahakan agar si pasien bernafas, dan periksa kelancaran
peredaran darahnya dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna kulitnya. Bila pasien tidak bernafas,
segera berikan pernapasan bantuan untukmeniupkan oksigen ke tubuhnya.Bila tidak ada denyut atau tanda
peredaran darah lalin, segeralah lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation; resusitasijantung-paru)
Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari tangan di bawah dagunya.Dengan
lembut dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien.
Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi anda sampai 10 detik. Bila tak ada
tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10 detik. Untuk bayi rabalah denyut
brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher di rongga antara
trakhea(saluran udara)dengan otot besarleher. Periksa tanda-tanda lain peredaran darah, misalnya kewajaran warna
kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda peredaran darah, segera lakukan CPR.
Resusitasijantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti
napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack),
tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain.
Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasioksigen berhenti, sehingga
dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat
fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak
hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen.
Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami
kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD
(waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam
watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan
pertolongan.Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.
Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah
dengan melakukan resusitasijantung paru / CPR.
2. Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober 2010, Prosedur CPR
terbaru adalah sebagai berikut :
A. Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER] Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi
diri (APD). ALat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untukmencegah terjadinya penularan
penyakit dari korban kepada penolong.Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya
lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object), Setelah penolong dan
lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.
B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya.Jika
dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos,maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan
Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk
jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan
rangsany nyeri berarti korban tidak sadardan dalam kondisi koma.
C. Panggil Bantuan / Call For Help Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil
bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya. BERTERIAK :
Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih
lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED.
MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuaidengan nomor dilokasi /
negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan
membuat asap,kilauan cahaya, suardan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
D. Cek Nadi Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau
tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya
letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah
teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan
menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban. Jika nadi tidak teraba
berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi
teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
E. Kompresi Dada Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera
dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak30 kali. CARANYA : posisipenolong sejajar dengan bahu korban.
Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada,lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan
diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus. Tekan dada korban sampai
kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)
F. Buka Jalan Napas Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas.Buka jalan napas dengan
menengadahkan kepala korban. Pada korban trauma yang dicurigai mengalami patah tulang leher melakukan jalan
napas cukup dengan mengangkat dagu korban.
G. Memberikan Napas Buatan Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan
apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan
dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL).
Jika korban berdenyut jantungnya tetapitidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak12-20 kali
per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika
muntah tidak terjadi aspirasi. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu
dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pastiberhenti napasnya,penolong setelah melakukan kompresi dan
membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak2 kali.
H. Evaluasi Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan)Evaluasi pada
pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit
3. J. Sudrajat_Senior Paramedic…………..Sumber : http://www.proemergency.com
Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan
gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami
henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka
pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal
dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia.
Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan hebat
tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam mengendalikan
pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan cepat baru kemudian melakukan
RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara
bersamaan.
Langkah pertama dalam memberikan RJP adalah menentukan titik kompresi jantung. Titik ini merupakan
tempat diletakkannya tangan penolong untuk menekan jantung. Titik kompresi jantung terletak pada
pertemuan iga kanan dan kiri. Titik ini bisa diletakkan pada 2 jari diatas taju pedang atau lurus dengan
garis semu antara puting susu.
Pelaksanaan RJP berbeda-beda, tergantung pada usia korban. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- korban dewasa (lebih dari 8 tahun) Jika penolong hanya 1, maka fase pertama RJP dikakukan
sebanyak 4 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 15 kali tekan jantung dan 2 kali nafas buatan.
Setelah fase pertama selesai, korban diperiksa jantung dan nafasnya. Jika jantung dan nafas masih
berhenti, pertolongan dilanjutkan dengan fase kedua yang terdiri dari 8 siklus (4 siklus per menit). Jika
pada fase kedua ini jantung dan nafas korban masih berhenti, maka dilanjutan ke fase ketiga yang terdiri
dari 8 siklus, demikian seterusnya. Jika penolongnya 2 orang, maka 1 orang bertugas untuk menekan
jantung dan 1 orang lagi memberi nafas buatan. Fase pertama RJP dilakukan dengan 12 siklus per menit
yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Jika korban masih belum
bernafas, maka fase-fase selanjutnya dilakukan sebanyak 24 siklus (12 siklus per menit)
-korban anak-anak (1 – 8 tahun) Untuk anak-anak (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP
dilakukan sebanyak 14 – 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali pijat jantung dan sekali
nafas buatan. Yang perlu diperhatikan disini adalah penekanan jantung tidak boleh terlalu dalam, hanya 3
– 4 cm saja, dan tiupan pada saat pemberian nafas buatan juga tidak boleh terlalu kencang.
- korban bayi (kurang dari 1 tahun) Untuk bayi (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP
dilakukan sebanyak 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali
nafas buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40 siklus yang tiap siklusnya
terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan pada RPJ pada bayi
adalah penekanan jantung dilakukan dengan 2 jari saja (jari tengah dan jari manis) dengan
kedalaman 1,5 – 2,5 cm dan volume nafas yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi
penolong saja.
RJP pada korban dihentikan apabila:
- ada penolong yang menggantikan
- ada tanda kehidupan
- ada tanda kematian dan setelah 30 menit