Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
1. Estetika modern :
periode romantik
dan
pascaromantik
grup 6
Estetika modern :
periode romantik dan
pascaromantik
Filsafat bahasa dan seni
2. 1. Periode romantik
2. Modernisme, pascamodernisme dan
sesudahnya : pengantar ke estetika
kontemporer
3. Selayang pandang estetika kontemporer
Topik pembahasan
3. ESTETIKA MODERN
Estetika modern. Disebut
estetika eksperimental karena
melakukan penelitian dengan metode
empiris, induktif, kuantitatif hasilnya
dinamakan estetika induktif. Novel
menjadi tolak ukur periode tertentu
karena mencerminkan jiwa
zamannya.
5. Sejarah latar belakang
sosial masyarakat periode
romantik
Pada awal revolusi, pendapat umum di Inggris
cenderung bersimpati atas gerakan itu. Bangsa
Inggris meyamakan peristiwa besar pada tahun 1789
itu dengan Revolusi gemilang tahun 1688 yang
mengakhiri kekuatan raja yng absolut. Disamping itu,
para intelektual Inggris terutama seniman
terangsang oleh ide-ide yang terkandung dalam
slogan liberte (kebebasan), egalite (persamaan),
fraternite (persaudaraan).
Pada tahun 1793 Inggris bersama beberapa negara-
negara Eropa membentuk koalisi dan memulai
perang melawan perancis. Pemerintahan Inggris
berada di tangan orang yang berpandangan sempit.
Kemudian kaum Whig mengusulkan undang-undang
6. Ciri ciri Pada masa
romantik
1. Seni merupakan ekspresi emosi dan perasaan sang seniman
2. Di perancis muncul romantisme yang ekstrim dengan
semboyan l’art pour l’art yang artinya seni untuk seni itu sendiri
3. Katakata Kunci: Jenius, kreatif, originalitas, simbolisme,bekspresi, senti
mental.
4. Menggali kembali mitologi-mitologi, baik di timur maupun di barat ,
akibatnya para seniman terlibat dalam eksotisme dunia lain dan
mistisme
5. Memuja seniman dan mendewakanya, karena seniman
dianggap sebagai sarana untuk mencapai objek-objek vital
6. Seniman tidak lagi terinspirasi oleh Tuhan, melainkan dirinya
sendirilah yang didewakan ke tingkat tertinggi
7. Seniman jenius tidak lagi mengikuti aturan dan tradisi,tetapi membuat at
uran sendiri, trobosan, serta kemungkinan-kemungkinan baru
9. Estetika yang berkembang pada abad ke-
20 mesti dilihat dalam kaitannya dengan
perlawanan selama berabad-abad
terhadap pakem estetika Klasik.
Klasisisme adalah suatu paham estetik
yang berkembang sejak era Yunani Klasik
(sekitar abad ke-4 SM), khususnya dalam
pemikiran orang seperti Plato dan
Aristoteles. Pokok pandangannya:
1. Konsepsi seni sebagai teknik
2. Konsepsi didaktis-instrumental
3. Konsepsi mimetik tentang seni.
10. Estetisime , Pokok
pandangannya:
1. Ketakbergunaan sebagai
prasyarat utama keindahan.
2. Konsepsi swa-acu tentang seni.
Formalisme dipelopori oleh
pemikir estetika seperti Clive Bell
dan Roger Fry. Pokok
pandangannya:
1. Konsepsi tentang seni sebagai
bentuk bermakna.
2. Konsepsi tentang evaluasi
Prekuel Pasca-Romantik ke Modernisme
Sebelum bicara estetika Modernis, kita perlu membahas dua ragam estetika
yang mendominasi Eropa pada peralihan menuju abad ke-20: estetisisme dan
formalisme. Ketiganya adalah gejala pasca-Romantik. Estetisisme dicetuskan
Victor Cousin dan Theophile Gautier serta kerap dirumuskan dalam slogan
“seni untuk seni”. Pokok pandangannya:
11. MODERNISME
GREENBERG
Estetika Modernis dalam wujudnya yang paradigmatis
diidentikkan dengan pandangan estetika Clement Greenberg.
Pandangannya mendominasi wacana estetika sejak era 1930-an
sampai dengan 1950-an. Pokok pandangannya:
1. Distingsi antara karya seni dan kitsch.
2. Penolakan atas pokok ihwal dalam karya rupa.
3. umpu pada suatu wahana (kertas/kanvas) yang dicirikan
oleh sifat datarnya (ciri dua dimensinya), sehingga seni lukis
mesti setia pada “kedataran” (flatness) wahananya dengan
tidak berpretensi menciptakan ilusi kedalaman atau ilusi
objek tiga dimensi (melalui perspektif)
4. Penjarakan estetis sebagai dasar evaluasi.
5. Pandangan Greenberg sangat berpengaruh di sekitar
dekade 1950-an dan 1960-an.
12. SEKITAR PASCAMODERNISME
Seni konseptual (para perupa
Fluxus) mendobrak kekhasan
wahana dua dimensi dengan
merambah ke segala bentuk seni
instalasi dan performance
Pop art (Warhol, Lichtenstein, dkk.)
membongkar dikotomi keras antara
karya seni dan komoditas artistik
produksi massal.
Estetika pascamodern mengemuka sebagai gejala pasca-pop
art dan seni konseptual. Kedua praktik seni kontemporer itu
membuyarkan pakem estetika Modernis: penekanan kekhasan
wahana dan keunikan karya seni dibanding kitsch.
13. SETELAH PASCAMODERNISME
Estetika partisipatoris adalah suatu cara baca atas
gejala seni kontemporer yang mengamini
pembatalan atas distingsi antara seniman dan
non-seniman, antara “karya seni” dan “bukan
karya seni”. Dalam kerangka estetika ini, setiap
orang pada dasarnya adalah seniman dan seluruh
ranah sosial adalah karya seni. Para pemikirnya
adalah seperti Nicolas Bourriaud dan Claire
Bishop. (Contoh praktiknya di Indonesia adalah
Moelyono dan Jatiwangi art Factory.) Pokok
pandangannya:
1. Seniman sebagai organisator/fasilitator.
Estetika partisipatoris dirumuskan ketika perayaan atas
kemulti-tafsiran, partikularitas nilai estetis serta
percampuran antara karya seni dan komoditas telah
jadi latah. Estetika pascamodern menyumbang banyak
bagi komodifikasi seni yang semakin massif. Estetika
partisipatoris melangkah lebih jauh dengan
membongkar itu, melalui suatu sensibilitas yang
bercorak post-avant-garde (tidak lagi berpretensi
menggurui/mencerahkan massa, melainkan bekerja
bersama massa, ambil bagian di dalamnya, untuk
menciptakan kebaruan yang membuyarkan distingsi
antara yang-estetik dan yang-non-estetik).
Kejenuhan terhadap estetika pascamodernis mulai terasa pada peralihan
abad ke-21. Estetika sesudah pascamodernisme berkembang ke dalam
beragam kajian yang sangat terspesialisasi (ada neuro-estetika, ada
estetika biologis, ada estetika sosiologis, ada inestetika Badiou yang
menggali estetika Modernis, dsb.). Di sini kita hanya akan mencermati satu
kecenderungan yang bisa dianggap menarik: estetika partisipatoris.
15. Peralihan dari Masa Modern ke Kontemporer Ada
kedekatan makna antara istilah ‘modern’ dan
‘kontemporer’. Apabila istilah ‘modern’ sejatinya
berarti ‘baru saja’ (modo), istilah ‘kontemporer’
sebetulnya bermakna ‘sezaman’ atau mengacu
pada sesuatu yang tengah berlangsung. Bagian ini
akan membahas riwayat estetika di era
kontemporer yang utamanya mengacu pada
estetika abad ke-20. Namun dalam banyak cabang
seni, umpamanya seni rupa, abad ke-20 disebut
sebagai masa Modern. Karenanya, lukisan Picasso
di awal abad ke-20 disebut sebagai ‘karya seni
Modern’. Tidak demikian halnya ketika kita sedang
membicarakan estetika. Sebagai suatu ranah kajian
filsafat, estetika mengikuti kaidah pembabakan
dalam sejarah filsafat yang menempatkan abad ke-
20 sebagai era kontemporer alih-alih Modern.
Sebabnya era Modern sudah terlanjur secara
konvensional diartikan sebagai suatu era pemikiran
yang merentang sejak abad ke-17 hingga akhir
Peralihan dari masa modern ke
kotemporer
16. Perluasan kajian estetika
Perluasan Kajian EstetikaMemasuki abad ke-20, front
perdebatan estetika kian meluas. Estetika Modern telah
menggeser pertimbangan estetika dari ranah ontologi (apa
itu keindahan?) ke ranah epistemologi (apa yang
memungkinkan kita mengakses keindahan?), estetika
kontemporer meradikalkan ‘balikan epistemologis’ itu.
Upaya mempertanyakan kembali definisi karya seni ini
seayun dengan terobosan-terobosan yang berhasil ditempuh
oleh para seniman. Kemunculan ‘seni Modern’ menantang
para estetikawan kontemporer untuk membongkar kembali
pengertian sempit tentang seni baik yang didefinisikan oleh
pakem estetika Klasik ataupun Romantik. Berikut adalah
ilustrasi dari dampak terobosan praktik seni pada diskursus
estetika:
1. Pengertian Klasik bahwa seni adalah tiruan kenyataan digugat oleh
kemunculan lukisan-lukisan abstrak yang sama sekali tidak
merepresentasikan kenyataan empiris apapun.
2. Pengertian ekspresivis bahwa seni adalah ungkapan batin seniman yang
personal dan unik digembosi oleh keberadaan karya-karya instalasi
readymade (sejak Duchamp) yang dipungut dari barang jadi hasil
manufaktur tanpa polesan artistik sama sekali.
3. Pengertian formalis bahwa karya seni adalah ‘bentuk bermakna’
diruntuhkan oleh kemunculan karya-karya seni konseptual sejak tahun 60-
an (dari para perupa Fluxus, misalnya) yang terkadang hanya berupa
rangkaian kata-kata semata, dengan kata lain, nyaris nir-bentuk.
17. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics
images by Freepik
THANK
S
We hope that what we have
presented earlier can be useful
for
all of you friends