1. Bioteknologi: Teknologi Utama untuk
Pengembangan Sumber Daya Alam Hayati
T
eknologi dapat didefinisikan secara sederhana seb-
agaisaranaataujasayangmembuatmanusiahidup
lebih nyaman. Mulai dari baju yang kita kenakan,
kursi yang kita duduki, pena untuk menulis, penye-
juk ruangan, sampai telpon genggam merupakan produk
teknologi. Khusus untuk teknologi yang kita gunakan untuk
meningkatkan nilai tambah atau kenyamanan bahan hayati
dikelompokkan sebagai teknologi hayati atau bioteknologi.
Dalam pengertian ini semua aktivitas pertanian dalam arti
luas (pertanian tanaman, perkebunan, perikanan, peter-
nakan, teknologi pangan), agroindustri, biomedis, dan pe-
nataan lingkungan merupakan bagian dari bioteknologi.
Kemampuan manusia untuk menghasilkan berbagai
varitas tanaman atau jenis hewan melalui persilangan
(reproduksi seksual atau perkawinan), atau menghasilkan
roti dan tempe dengan beternak mikroorganisme (ragi),
merupakan contoh klasik bagaimana bioteknologi telah
diterapkan paling tidak sejak adanya peradaban manusia
itu sendiri.
Reproduksi seksual merupakan cara alam yang sangat
ampuh untuk menghasilkan keragaman. Pada dasarnya
setiap organisme yang dihasilkan dari reproduksi seksual
merupakan organisme unik (tak ada duanya) yang merupak-
an hasil modifikasi bahan genetik kedua tetuanya. Dengan
pengertian ini setiap individu manusia adalah produk modi-
fikasi genetik dari kedua orang tuanya, atau suatu geneti-
cally modified organism (GMO). Hampir semua makanan
kita (hewan atau tanaman) diturunkan dari reproduksi
seksual. Sejumlah persilangan telah menghasilkan produk
makanan yang sudah sangat jauh berbeda dari tetua atau
bahan asalnya. Jagung berasal dari Teosinte yang bahkan
hampir semua orang tak pernah melihatnya; tetua padi
berupa rerumputan yang mungkin telah punah; gandum
tidak pernah terbentuk tanpa adanya penyilangan yang
melibatkan berbagai spesies dan genus rumput-rumputan.
Pada dasarnya hampir semua produk pertanian merupakan
hasil modifikasi genetik dan seleksi oleh manusia.
Tanaman yang di alam tidak melakukan reproduksi sek-
sual (= aseksual atau clonal), seperti bambu atau pisang
juga mampu menghasilkan ragam misalnya bambu kun-
ing atau hijau. Ragam ini terbentuk akibat mutasi spon-
tan, antara lain karena kesalahan pada proses pengkopian
(replikasi DNA). Mutasi ini relatif sangat jarang terjadi se-
hingga pembentukan bambu kuning dari bambu hijau atau
sebaliknya sangat lambat, bahkan sampai ratusan generasi
belum tentu dapat diperoleh bambu yang berbeda warna.
Mungkin itu sebabnya makhluk hidup seperti manusia me-
milih reproduksi seksual untuk mempercepat pembentukan
ragam.
Tanaman tertentu yang poliploid (memiliki pasangan kro-
mosomhomologlebihdaridua)tidakmenghasilkanbijialias
steril. Karena memakan buah tanpa biji seringkali “lebih
nyaman” daripada yang ada banyak bijinya (misalnya se-
mangka); maka lahirlah teknologi untuk menghasilkan buah
tanpa biji. Teknologi ini biasanya melibatkan perlakuan
bahan kimia (misalnya Colchisin) untuk menghasilkan tana-
man yang poliploid. Bahan genetik juga dapat diubah den-
gan perlakuan fisik seperti iradiasi dengan sinar radioisotop.
Sejumlah varitas tanaman pangan seperti padi dan kedelai
di Indonesia dikembangkan melalui teknologi ini dan telah
lama beredar di pasaran sebagai varitas yang tahan hama,
penyakit, atau berdaya hasil tinggi.
Sejauh ini telah diceritakan berbagai cara untuk mem-
buat bahan genetik berubah, yaitu: Mutasi Spontan, Mutasi
Kimia, Mutasi Fisik, dan Reproduksi seksual. Semua cara itu
telah dilakukan orang untuk menghasilkan berbagai produk
pangan (tanaman, hewan, dan mikrob) yang ada, dan tidak
pernahadapertanyaanataukeengganandalampenerimaan
teknologi ini. Kita tidak pernah mempertanyakan apakah
memakan semangka tanpa biji itu tidak membahayakan
kesehatan atau menyebabkan alergi; meskipun sudah jelas
bahwa semangka tanpa biji itu “abnormal” atau beda sekali
dengan semangka yang biasa.
Teknologi DNA atau rekayasa genetika merupakan
teknologi baru yang memungkinkan orang melalukan
modifikasi bahan genetik dengan lebih terarah dan rasional.
Kalau dengan persilangan, perlakuan kimia, atau fisik, hasil-
nya sangat acak dan tidak menentu; maka teknologi baru ini
memungkinkanmodifikasilebihpresisidengansasaranyang
jelas. Dengan demikian efek negatifnya, kalau ada, relatif
lebih mudah untuk diperkirakan. Selain itu, teknologi ini
memungkinkan pemindahan bahan genetik dari organisme
yangsecara seksual tidakkompatibel. Di dalam perkemban-
gannya bahkan cukup hanya dengan melakukan penyuntin-
gan gen atau genom (gene or genome editing) tanpa perlu
memasukkan DNA dari luar sel.
Bioteknologi modern atau molekuler merupakan
bioteknologi yang berasosiasi dengan Teknologi DNA.
Istilah GMO dalam pengertian awam juga sudah dipersem-
pitsehinggaumumnyaberarti: Organismeatauprodukhasil
rekayasa genetik atau penyuntingan DNA.
Yang sering menjadi pertanyaan atau kegalauan:
1. Apakah produk GMO itu alami?
Alami itu relatif. Makanan yang kita makan saat ini sudah
sangat berbeda dengan misalnya 100 atau 10 tahun yang
lalu, baik dalam hal genetik atau pengolahannya. Sebelum
tahun 1970an, bawang Tengger merupakan salah satu
komponen penting dalam membuat Rawon, masakan khas
Jawa Timur. Bawang yang batangnya kuning keemasan
ini biasa di tanam di pegunungan Tengger. Sekarang kita
tidak pernah lagi menjumpai bawang ini, bahkan di lokasi
asalnya. Apakah rawon yang memakai bawang hijau (bukan
lagi bawang Tengger) merupakan rawon yang tidak alami?
Selain itu, semua makhluk hidup (termasuk pangan) yang
melakukan reproduksi seksual (bukan clonal) pada dasarnya
adalah GMO.
Tempe pada awalnya hanya dibungkus dedaunan (daun
pisang,daunjatiataulainnya). Tapisekarangsebagianbesar
tempe dibungkus plastik. Tempe dengan bungkus daun pi-
sang, atau bahkan “pincuk” sudah menjadi sesuatu yang
mewah(luxury)yangsemakinlangkakhususnyadikota-kota
besar.
2. Apakah Teknologi DNA atau produk GMO itu aman?
Tidak ada makanan yang 100% aman untuk setiap orang.
Suatu pangan yang aman bagi sebagian besar orang bisa
menjadi alergi yang berakhir fatal pada sejumlah individu
dan seringkali ini tidak ada peringatan awalnya.
Teknologi dianggap aman berdasar kemampuan analisa
manusia yang dapat diandalkan pada waktu atau periode
tersebut. Penemuan api oleh manusia purba membuat rev-
olusi baru dalam teknologi pangan. Namun baru sekitar 10
tahun terakhir ini diketahui bahwa bahan makanan yang
dipanggang atau digoreng dapat membentuk karsinogen
(zat pembentuk kanker). Dengan temuan itu pun tidak me-
nyebabkan kita menghentikan penggunaan api atau panas
dalam proses memasak. Sisi positif penggunaan api atau
panasdalamtransformasibahanpanganmungkinjauhlebih
besar daripada sisi negatifnya.
3.Mengapaadapro-kontradalampemasaranprodukGMO?
Pro-kontra merupakan bagian integral dalam sejarah ma-
nusia, yang tidak spesifik untuk produk GMO. Setiap
teknologi baru seringkali memunculkan pro-kontra. Pem-
bangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan bayi tabung (in vitro
fertilization) merupakan contoh klasik. Preferensi dan ke-
bebasan manusia untuk memilih merupakan hal yang perlu
dihormati. Meskipun demikian, preferensi yang diambil
berdasarkan latar belakang yang memadai akan memben-
tuk masyarakat yang lebih rasional dan tercerahkan. Oleh
karena itu sangatlah penting menyiapkan SDM yang terla-
tih dalam Bioteknologi, dan peran media massa dalam pen-
didikan publik, khususnya untuk Bioteknologi Modern.
Prof. Antonius Suwanto, Ph.D.
Kaprodi Magister Bioteknologi Unika Indonesia
Atma Jaya, Jakarta
Guru Besar Mikrobiologi & Genetika Molekuler,
Institut Pertanian Bogor,
dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia (AIPI) E-mail: asuwanto@indo.net.id
Atmasphere