2. A. Identifikasi
Identifikasi dapat dilakukan bagi kepentingan
penyidikan perkara dan bagi tugas-tugas kepolisian
yang lain. Identifikasi bagi kepentingan penyidikan
dapat dilakukan terhadap korban mati yang tidak
dikenal sebab seringkali korban kejahatan ditemukan
di tempat yang jauh dari tempat tinggalnya sehingga
tidak ada orang yang dapat mengenalinya atau dapat
pula ditemukan dalam keadaan sudah membusuk
atau rusak. Pada kasus-kasus seperti ini identifikasi
menjadi sangat penting mengingat penyidikan akan
menjadi lebih sulit jikalau identitas korban tidak
diketahui lebih dahulu.
3. Aspek Hukum Pidana, identifikasi merupakan dasar bagi polisi untuk
mengarahkan penyelidikan guna menemukan pelaku ataupun korban pada
kasus tindak pidana seperti: pembunuhan, penganiayaan, perkosaan,
penculikan anak, dan kasus lainnya.
Aspek Hukum Perdata, identifikasi diperlukan untuk pembuatan surat kematian,
klaim asuransi, pembagian harta warisan, kasus bayi yang tertukar atau
diragukan orang tuanya, dan kasus perdata lainnya.
Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan
tujuan membantu penyidik dalam menentukan identitas seseorang, baik dalam
keadaan hidup maupun mati. Ketepatan dalam melakukan identifikasi untuk
penentuan identitas seseorang memegang peranan penting yang dapat ditinjau
dari beberapa aspek, diantaranya:
4. Aspek Hukum Administrasi, identifikasi forensik dapat dimanfaatan sebagai
pencatatan data kependudukan sebagaimana yang telah ditentukan dalam
Pasal 44 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
Aspek Sosial Kemasyarakatan, identifikasi forensik diperlukan sebagai
kebutuhan etis yang berhubungan dengan norma kesusilaan dan kemanusiaan,
khususnya dalam kasus kecelakaan atau bencana alam yang menelan banyak
korban, identifikasi bermanfaat dalam tata cara pemakaman menurut agama
dan kepercayaan korban.
Menentukan identitas personal dengan tepat amatlah penting dalam penyidikan,
karena jika terdapat kekeliruan maka akan berakibat fatal dalam proses peradilan
berikut, akan mengemukakan objek dari identifikasi, metode atau cara identifikasi,
tindakan atau bantuan dokter pada proses identifikasi serta identifikasi secara
biologi molekuler.
5. 1. Objek Identifikasi
Identifikasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu identifikasi
untuk orang hidup dan identifikasi
untuk orang yang sudah
meninggal.
6. 1) Pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain:
a) Umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan;
b) Deformitas;
c) Parut, tato;
d) Gigi, warna mata, kulit dan rambut;
e) Ukuran sepatu dan topi;
f) Disability (tuli atau buta).
a. Identifikasi Orang Hidup
Identifikasi seorang inividu adalah pengenalan individu berdasarkan
ciri-ciri atau sifat-sifat yang membedakannya dari yang lain, pada
dasarnya meliputi anatomi, odontologis dan golongan darah. Pada
identifikasi ini dilakukan pemeriksaan dan pengamatan menyeluruh
yang terdiri antara lain:
7. kawin, pakaian).
a. Identifikasi Orang Hidup
2) Pemeriksaan sidik jari.
3) Penentuan golongan darah.
4) Ciri-ciri tubuh tertentu (perawakan, cara berjalan).
5) Fotografi.
6) Benda-benda milik pribadi (KTP, SIM, ijazah, cincin
8. b. Identifikasi Orang Mati
Identifikasi terhadap orang yang sudah
meninggal dunia dapat dilakukan terhadap:
1) Jenazah yang masih baru dan utuh.
2) Jenazah yang sudah membusuk dan
utuh.
3) Bagian-bagian dari tubuh jenazah.
9. b. Identifikasi Orang Mati
pihak kepolisian hampir sama seperti yang dilakukan terhadap orang
hidup. Adapun pemeriksaan pada identifikasi jenazah meliputi:
1) Umum. Pemeriksaan pada identifikasi jenazah secara umum ini
meliputi:
a) Kerangka manusia atau bukan;
b) Penentuan jumlah korban;
c) Penentuan jenis kelamin;
d) Perkiraan tinggi badan;
e) Perkiraan umur;
f) Penentuan ras.
10. b. Identifikasi Orang Mati
2) Khusus. Pemeriksaan pada identifikasi jenazah secara umum ini
meliputi:
a) Pemeriksaan sidik jari;
b) Pemeriksaan golongan darah;
c) Tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan;
d) Gigi-geligi;
e) Warna kulit, mata, rambut;
f) Cacat, kelainan bawaan;
g) Tato;
h) Kelainan patologis/parut.
11. 2. Metode
Identifikasi
a. Metode Visual
Dalam hal ini dilakukan oleh pihak keluarga atau
rekan dekatnya, yakni dengan memperhatikan
korban secara cermat dan teliti, terutama pada
bagian wajahnya, sehingga jati diri korban dapat
diketahui. Walaupun metode ini sederhana,
namun perlu diketahui bahwa metode ini baru
dapat dilakukan bila keadaan tubuh terutama
wajah korban masih dalam keadaan baik dan
belum terjadi pembusukan yang lanjut.
12. Pakaian
Perhiasan
Perhiasan-perhiasan seperti: anting-anting, kalung, gelang serta cincin
yang ada pada tubuh korban.
Pelaksanaan identifikasi dengan ini dilakukan dengan pencatatan yang
teliti atas pakaian, bahan yang digunakan, mode, serta adanya ciri
tulisan/gambar seperti: merek pakaian, penjahit, laundry, dan inisial
nama, dapat memberikan informasi yang berharga tentang pemilik
pakaian tersebut. Bagi korban yang tidak dikenal, menyimpan seluruh
pakaian atau potongan-potongan dengan ukuran 10 cm x 10 cm,
merupakan tindakan yang tepat agar korban masih dapat dikenali
walaupun tubuhnya telah dikubur.
13. Dokumen
Medis
Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian
khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada
dua orang yang berbeda.
Dalam hal ini dapat berupa Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, paspor,
kartu golongan darah, tanda pembayaran, dan lain sebagainya yang ditemukan
dalam dompet atau tas korban dapat membantu menunjukkan identitas
korban.Namun perlu diingat bahwa pada kecelakaan massal, dokumen yang
terdapat dalam dompet atau tas yang berada di dekat jenazah belum tentu adalah
milik jenazah yang bersangkutan.
Pelaksanaan identifikasi dengan medis ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik
secara keseluruhan meliputi: bentuk tubuh, tinggi, berat badan, warna mata,
adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas operasi, dan tato dapat
membantu menentukan identitas korban.
f. Gigi
14. Sidik Jari
Serologi
Merupakan penentuan golongan darah yang diambil
baik dari dalam tubuh korban, maupun bercak darah
yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat pada
pakaian, senjata, dan lainnya, akan dapat mengetahui
golongan darah si korban. Apabila orang yang diperiksa
itu kebetulan termasuk golongan secretor (penentuan.
golongan darah dapat dilakukan dari seluruh cairan
tubuh), maka pemeriksaan ini selain untuk menentukan
identitas seseorang dalam arti sempit, akan bermanfaat
pula didalam membantu penyidikan.
Dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang
mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang
tersebut kembar sekalipun. Sehingga, sidik jari
merupakan sarana yang terpenting khususnya bagi
kepolisian dalam mengetahui identitas seseorang. Selain
karena kekhususannya, juga mudah dilakukan secara
massal dan pembiayaannya murah.
15. Ekslusi
Metode ini umumnya hanya digunakan pada kasus dimana banyak
terdapat korban (kecelakaan massal), seperti peristiwa kecelakaan
pesawat, kecelakaan kereta api, dan kecelakaan angkutan lain yang
membawa banyak penumpang.Dari daftar penumpang (passanger list)
akan dapat diketahui siapa-siapa saja yang menjadi korban. Apabila dari
sekian banyak korban, tinggal satu yang belum dapat dikenali dikarenakan
kondisi mayat sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar
penumpang dapatlah diketahui siapa nama korban tersebut.