Dokumen tersebut membahas tentang bahaya hoaks dan cara mendeteksi berita palsu di media sosial. Media sosial memiliki kerawanan yang lebih besar dibanding media konvensional karena siapa saja bisa menyebarkan berita. Masyarakat perlu waspada terhadap berita yang tidak bisa dipastikan kebenarannya. Cara mendeteksi hoaks adalah dengan memeriksa ulang judul berita, meneliti alamat situs web, membedakan fakta dan op
2. • MEDIA SOSIAL MEMILIKI
KERAWANAN YANG LEBIH BESAR
DIBANDINGKAN DENGAN MEDIA
KONVENSIONAL/MEDIA
MAINSTRIME, KARENA SIAPA SAJA
BISA MENJADI PEMILIK MEDIA,
JURNALIS, PENULIS YANG DAPAT
MEN-SHARE APA SAJA YANG
DIINGINKAN
• MASYARAKAT HARUS WASPADA DAN
BERHATI – HATI DALAM MEN
DOWNLOAD, MEN-SHARE BERITA
YANG TIDAK BISA DIPASTIKAN
TINGKAT KEBENARANNYA
• INTOLERANSI PENYEBARAN
PERMUSUHAN DALAM BENTUK INFO
HOAX DAN MEME YANG DAPAT MEMICU
KONFLIK
• RADIKALISME PRO KEKERASAN
PENYEBARAN PAHAM RADIKAL MELALUI
PROPAGANDA KELOMPOK TERORIS
• CYBERCRIME PORNOGRAFI, JUDI
ONLINE, UU ITE NOMOR 11/2008, dll
7. Dunia Nyata = Dunia Cyber
Jelek di Dunia Nyata =
Jelek di Dunia Cyber
Baik di Dunia Nyata =
Baik di Dunia Cyber
Bullying Cyber Bullying
Menggambar Menggambar
di Internet
8. • Kekerasan
dan
Pelecehan
melalui
internet
• Informasi
tidak
benar di
internet
(hoax)
• Penipuan
transaksi
online
Cyber
Bullying
Cyber
Fraud
• Penculikan
dengan
kenalan di
social media
Cyber
Stalking
MEMAHAMI BAHAYA TERSEMBUNYI
DALAM MEMANFAATKAN INTERNET
• Permainan
judi
berkedok
game social
media
Cyber
Gambling
• Pornografi
melalui
internet
• Gambar –
gambar
bugil dan
tidak
senonoh
• Video
Asusila
Porn
9. Apa itu HOAX ?
• Kepalsuan yang sengaja dibuat untuk
menyaru sebagai kebenaran
- Curtis D MacDougall, Wartawan
• Berdasarkan hasil survey MASTEL 2017
kepada 1.116 Responden secara Online
dalam waktu 48 Jam, diklasifikasi Hoax
sebagai :
• Berita Bohong yang disengaja
(90,3%)
• Berita yang menghasut (61,6%)
• Berita yang tidak akurat (59%)
• Berita ramalan (14%)
• Berita yang menyudutkan (12,6%)
11. Isu HOAX Paling Banyak :
Makanan & Minuman 32,6%
Penipuan Keuangan 24,5%
IPTEK 23,7%
Berita Duka 18,8%
Candaan 17,6%
Bencana Alam 10,3%
Lalu Lintas 4%
Sumber : Survei MASTEL 2017
12.
13. Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia
bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa
menjadi Indonesia yang lebih baik. Revolusi Mental bukanlah
pilihan, tetapi suatu keharusan, agar bangsa kita bisa berdiri
sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kita bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik dengan
memulai Revolusi Mental dari diri sendiri, sejak saat ini.
15. CERDAS
“Memanfaatkan internet secara baik dalam arti tepat guna,
aman sesuai etika, budaya, dan norma yang berlaku.”
• Mencari informasi, data, gambar dan
pengetahuan
Searching
• Sarana hiburan dan penyegaran pikiran untuk
anak - anak
Game online
• Sarana pembelajaran yang interaktif untuk
berbagai bidang ilmu pengetahuan
Learning
• Sarana untuk mengoleksi gambar, lagu, video
Collecting
• Jejaring sosial menjadi tempat mencari teman
Communicating
• Wadah kreativitas dan inovasi
Creating
17. UU No 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
Perbuatan Yang Dilarang:
*) Pasal 27 : Kesusilaan, Perjudian, Penghinaan dan Pemerasan
(Delik Aduan Umum)
*) Pasal 28 : Berita bohong dan SARA
*) Pasal 29 : Ancaman Kekerasan
Ancaman Pidana :
Penjara maks 4 – 6 tahun dan/atau denda
maks 750 juta – 1 Milyar (Pasal 45)
Pendekatan Hukum
18. Tips Mengantisipasi Hoax
Sumber : Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo)
http://turnbackhoax.id
1. Memeriksa ulang judul berita provokatif.
Judul berita kerap dipakai sebagai jendela untuk mengintip keseluruhan tulisan. Namun tak jarang hal itu
dimanfaatkan para penyebar berita palsu dengan mendistorsi judul yang provokatif meski sama sekali tak
relevan dengan isi berita. Mafindo menyarankan pembaca untuk mengecek sumber berita lain agar
informasi yang diterima bukan hasil rekayasa.
2. Meneliti alamat situs web.
Dewan Pers memiliki data lengkap semua institusi pers resmi di Indonesia. Data yang terhimpun itu bisa
digunakan oleh pembaca sebagai referensi apakah sumber berita yang dibaca telah memenuhi kaidah
jurnalistik sesuai aturan Dewan Pers. Cukup mengetik nama situs berita di kolom data pers, pembaca dapat
mengetahui status media yang mereka konsumsi berdasarkan standar Dewan Pers.
3. Membedakan fakta dengan opini.
Mafindo menganjurkan pembaca tidak menelan mentah-mentah ucapan seorang narasumber yang dikutip
oleh situs berita. Sering kali hal itu luput dari pembaca karena pembaca terlalu cepat mengambil
kesimpulan. Semakin banyak fakta yang termuat di sebuah berita, makin banyak kredibel berita itu.
4. Cermat membaca korelasi foto dan caption yang provokatif. Persebaran foto provokatif dengan imbuhan
tulisan yang telah disunting. Cara termudah menguji keabsahan informasi dari foto yang diterima, pembaca
bisa membuka Google Images di aplikasi penjelajah lalu menyeret foto yang dimaksud ke kolom pencarian.
5. Ikut serta dalam komunitas daring. Menurut Mafindo, setidaknya ada empat komunitas yang getol
memerangi berita palsu di Indonesia. Keempatnya itulah yang menjelma menjadi Mafindo. Dengan model
crowdsourcing, komunitas itu berusaha menyaring dan mengklarifikasi informasi yang meragukan
kebenarannya.