Penelitian ini sangat relevan yang sering dilakukan oleh harming yang dibahas dalam suatu metode tentang penginjilan yesus tertulis dalam injil yohanes 4:1-42, dalam penelitian ini sering dipaparkan tentang kehadiran suatu injil ditengah-tengah kehidupan yang memiliki sosial, budaya, agama seorang wanita di samaria.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
JURNAL.docx
1. JURNAL
“TRANSFORMASI MANUSIA”
OLEH:
JONATAN RIFAI TAMBUN
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung, Jl. Cimangguk Blok A Desa Ujung
Gunung Ilir, Menggala, Tulang Bawang, Lampung
Em@il: jonatanrifai26@gmail.com
Abstrak: Beberapa tahun terakhir ini kata “transformasi” menjadi trend dan sedang
“naik daun”, dibicarakan di kalangan orang Kristen. Di Indonesia transformasi
merupakan suatu hal yang sangat diharapkan terjadi. Saat ini, kita mengharapkan suatu
perubahan (transformasi) ke arah yang lebih baik terjadi atas keluarga, lingkungan, kota
dan bangsa kita. Gereja adalah alat atau agen transformasinya Allah, dan Allah sendirilah
“Sang Transformator” itu. Kita dapat mengharapkan bahwa gereja akan menjadi suatu
eksponen masyarakat yang berpengaruh bagi kota dan bangsanya. Gereja benar-benar
akan menjadi garam dunia, terang dunia, dan sebuah kota di atas bukit (Matius 5:13,14).
Kata kunci: manusia dan transformasi
Abstract: In recent years the word "transformation" has become a trend and is "on the rise",
being discussed among Christians. In Indonesia, transformation is something that is really
expected to happen. At this time, we expect a change (transformation) for the better to occur in
our family, environment, city and nation. The church is God's tool or agent of transformation,
and God himself is the "Transformer". We can expect that the church will become an influential
community exponent for the city and the nation. The church will truly be the salt of the world,
the light of the world, and a city on a hill (Matthew 5:13,14).
Keywords: human and transformation
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya umat manusia ialah makhluk hidup yang sangat kompleks, kompleksitas
itu memiliki tampak yang begitu banyak kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh setiap
manusia. Abraham maslow menunjukkan sesuatu dalam teorinya bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan yang dasar yang dapat dipenuhi sebagai bentuk usaha untuk
bisa mempertahankan suatu keseimbangan fisiologis dan psikologis, dalam lima
kebutuhan dasar tersebut ialah fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi.
2. Melalui teori maslow ini terlihat bahwa kebutuhan manusia tidak melulu untuk berurusan
dengan hal-hal yang tentang material namun manusia juga dapat memerlukan pemenuhan
dalam kebutuhan yang akan bersifat spiritual, pemenuhan ini memiliki kebutuhan
spiritual ini juga sangat penting bagi pengembangan spiritualitas seseorang. Selain
kebutuhan spiritual manusia juga bisa memiliki suatu kebutuhan sosial, kebutuhan ini
merupakan bagian dari eksistensi dalam manusia sebagai manusia menjadi sahabat
terhadap manusia lainnya transformasi sosial pada masyarakat akan mulai semakin
memberikan suatu pilihan dalam memenuhi kebutuhan sosialnya.
Penelitian ini sangat relevan yang sering dilakukan oleh harming yang dibahas dalam
suatu metode tentang penginjilan yesus tertulis dalam injil yohanes 4:1-42, dalam
penelitian ini sering dipaparkan tentang kehadiran suatu injil ditengah-tengah kehidupan
yang memiliki sosial, budaya, agama seorang wanita di samaria. Kesamaan dari suatu
penelitian ini ialah sama-sama menjelaskan tentang kuasa injil yang akan mengubahkan,
sedangkan perbedaan dari penelitian ini terfokus di dalam suatu penelitiannya harming
fokus terhadap metode penginjilan sedangkan penelitian ini berfokus dalam keadaan
dampak injil bagi setiap kehidupan spiritual dan sosial manusia.
Rumusan masalah dalam suatu penelitian ini ialah bagaimanakah dampak injil dalam
perubahan atau transformasi spiritual dan sosial? Tujuan dalam inti sari ini untuk bisa
menjelaskan dampak injil bagi trasnformasi spiritual dan sosial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan metode studi literatur, peneliti ini akan berusaha
menjawab suatu permasalahan dalam penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur
yang berkolerasi dengan masalah penelitian. Sumber-sumber yang akan diambil ialah
buku-buku teks. Peneliti ini juga akan mencermati dalam beberapa teks yang tertulis pada
alkitab perjanjian baru yang membahas tentang injil dan kehidupan spiritual dan sosial
manusia.
II. Pembahasan
A. Pengertian Transformasi
Transformasi ialah suatu proses yang memiliki perubahan
perlahan-lahan sehingga bisa memiliki tahap yang maksimal,
perubahan yang sering dikerjakan melalui membantu akan
mempunyai pengaruh komponen luar dan dalam yang akan diarahkan
melalui transformasi pada bentuk yang sering di ingat melalui suatu
proses semakin bertambah secara berkali-kali atau menggandakan.
Menurut kamus bahasa indonesia kata transformasi ialah perubahan,
berubah melalui keadaan yang lebih dahulu jadi baru sama sekali.1
1
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1997)
3. Jadi pengertian transformasi adalah memiliki suatu perubahan yang
terjadi pada keadaan yang lebih dahulu menjadi lebih baru dan baik
B. Transformasi Menurut Para Ahli
- Menurut Zaeny, transformasi berasal dari kata berbahasa Inggris yaitu
transform yang artinya mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain
- Transformasi menurut Webster Dictionary, 1970. Transformasi berarti
perubahan menjadi sesuatu, transformasi dapat dianggap sebagai sebuah
proses pemalihan total dari suatu bentuk menjadi sebuah sosok baru yang
dapat diartikan sebagai tahap akhir dari sebuah proses perubahan, sebagai
sebuah proses yang dijalani secara bertahap baik faktor ruang dan waktu
yang menjadi hal yang sangat mempengaruhi dalam perubahan tersebut
- Menurut D’ Arcy Thompson, “Transformation is a process and a
phenomenon of the change of form under altering circumstances”.
Transformasi adalah sebuah proses fenomena perubahan bentuk
dalamkeadaan yang berubah-ubah, dengan demikian transformasi dapat
terjadi secara tak terbatas.2
C. Tujuan Transformasi Dunia Digital
Transformasi di dunia digital di era saat ini adalah sebuah keniscayaan dan
peristiwa ini merupakan bentuk evolusi. Bahkan dalam program yang
diluncurkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015
yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs) menekankan
teknologi dan konektivitas. Dari segi teknologi dan konektivitas, secara
tidak langsung akan mengarah pada penggunakan teknologi internet oleh
banyak orang. Menggunakan teknologi Internet dapat dipahami sebagai
bentuk perahlian dari manual beralih ke penggunaan digital. Banyak hal
yang perlu disesuaikan agar sesuai dengan etos yang disebut digital, salah
satunya adalah memahami terlebih dahulu arti dari digital itu sendiri dan
isu-isu yang terkait. Kemampuan e-leadership didefinisikan sebagai cara
para pemimpin menggunakan teknologi informasi untuk mencapai tujuan
pemerintah. Setiap pemerintahan bergantung pada tingkat e-government
yang dimilikinya, dan kualitas e-government berbeda-beda. Transformasi
digital yang sukses berarti membawa cara kerja yang sangat berbeda
dalam sebuah organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam
memudahkan layanan menjadi bagian yang sangat penting dalam sebuah
organisasi pemerintah di bidang pelayanan publik. Untuk mewujudkan hal
tersebut tentunya perlu seorang pemimpin yang memiliki kemampuan
2
Stephanie Jill Najoan and Johansen Mandey, “Transformasi Sebagai Strategi Desain,” Media Matrasain 8, no. 1
(2011).
4. dalam memimpin dan memanfaatkan teknologi digital dalam peningkatan
kinerja organisasi (Wasono & Furinto, 2018). Tujuan transformasi digital
bagi perusahaan maupun organisasi adalah jelas untuk melakukan
pengehamtan uang dengan membuat layanan digital yang baik untuk
digunakan banyak orang untuk menggunakannya. Orientasi pelayanan
kepada konsumen yang dilakukan oleh Amazon dan Netflix dimana
mereka tidak tidak perlu melatih orang untuk menggunakan layanan yang
mereka ciptakan, menjadikan kedua perusahaan ini secara aktif menjadwa
kebutuhan pengguna layanan mereka (Benjamin & Potts, 2018).
Implementasi digital dalam sektor pemerintahan akan memberikan
manfaat yang sangat besar. Digitalisasi akan memudahkan serta
mempercepat dalam proses layanan publik maupun pengambilan
keputusan. Implementasi adalah satu-satunya cara untuk menerjemahkan
cita-cita kebijakan ke dalam realitas kebijakan dan tujuan kebijakan
menjadi manfaat kebijakan. Fakta bahwa suatu kebijakan dibuat tidak
berarti bahwa kebijakan itu dilaksanakan secara otomatis; ada jurang
pemisah antara keduanya (Peng, 2021). Oleh karena itu, implementasi
kompetensi adalah kemampuan untuk mengimplementasikan kebijakan
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan
mengimplementasi e-government tidak lepas dari betapa pentingnya
perannya seorang pemimpin. Transformasi digital di sektor pemerintahan
dapat terwujud jika adanya keinginan yang besar oleh pemimpinnya untuk
melaksanaknnya. Menurut Herlambang (Yudha & Susanto, 2019) ada
beberapa komponen yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
keberhasilan e-government yaitu
(1) Kepemimpinan yang kuat mempengaruhi keberhasilan e-government,
(2) Visi dan misi Mempengaruhi Keberhasilan E-Government,
(3) Komitmen Mempengaruhi Keberhasilan E-Government,
(4) Menyelaraskan sasaran teknologi informasi dan strategi mempengaruhi
keberhasilan e-government dan
(5) Fungsi kepemimpinan mempengaruhi keberhasilan EGovernment.3
Dalam transformasi memiliki 2 bentuk respon yaitu:
1. Meresponi transformasi sosial secara kristiani
Peran PAK diharapkan mampu memberikan perubahan
sosial secara umum, melalui kerja sama dengan orang-orang yang
beragama lain. Kerja sama yang dimaksudkan bukan berarti harus
mengkhianati keyakinan dan kepercayaan agama sendiri.
Menghormati kepercayaan orang lain sebaliknya juga
menghormati dan menjaga kepercayaan serta keyakinan sendiri
adalah satu keharusan bagi umat Kristen. Allah menghadirkan
3
Eew Tulungen et al., “Digital Transformation: Role of Digital Leadership,” 1116 Jurnal EMBA 10, no. 2
(2022):
5. umat-Nya di dunia ini, agar umat-Nya turut bertanggung jawab
atas keadaan sosial di sekitarnya. Allah memberikan suatu misi
kepada umat-Nya agar mengasihi dan bersaksi serta melayani
seperti teladan-Nya kepada murid-murid-Nya. Menurut Jhon Stott
misi adalah:
Respons manusiawi terhadap penugasan Ilahi. Misi adalah
keseluruhan gaya hidup Kristiani, termasuk baik tanggung
jawab pemberitaan Injil maupun tanggung jawab sosial,
dengan didominasi oleh keyakinan bahwa Kristus
mengutus kita ke dalam dunia sebagaimana Sang Bapak
telah mengutus kita ke dalam dunia, dan bahwa karena itu
kita harus pergi ke dalam dunia untuk hidup dan bekerja
bagi Dia.4
Misi PAK ialah memberikan perubahan kehidupan sosial
yang
menyeluruh ditengah-tengah masyarkat majemuk. Hal ini dapat
dalaksanakan bila telah memahami maksud Allah bagi umat-Nya
ialah menghadirkan kasih dan kepedulian kepada sesamanya.
Seperti yang Ia katakan dalam Firman-Nya: “kasihilah sesamamu
seperti dirimu sendiri.”
Allah menghendaki umat pilihan-Nya melakukan apa yang
telah Ia lakukan, yaitu peduli kepada sesama dan mengambil
bagian dalam menyelesaikan problem-problem atau masalah
sosial. Tentunya di mulai dari lingkuan terdekat dimana ia berada.
2. Meresponi transformasi sosial secara personal
Di tengah pergumulan bangsa dan perubahan sosial, setiap
pribadi di tutuntut dengan nalar yang kritis dan kreatif, dan
ditantang untuk memberi jawaban. Dengan kekuatan
kebersamaan, pekerjaan 'raksasa' ini akan tertolong. Benar,
pepatah yang mengatakan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.
Apapun hambatan bila dilakukan secara kebersamaan
pasti bisa. Setiap orang harus mampu memberikan sumbangsihnya
demi perubahan sosial di sekitarnya. Berpangku tangan bukanlah
solusi yang tepat tetapi ikut memberikan perubahan dengan cara
kepedulian kepada dunia pendidikan. Meskipun pendidikan tidak
menjamin mereka bisa mengatasi semua pergumulan dan
perubahan sosial, tetapi ada kemampuan untuk turut mencerdaskan
diri dan mempengarui hal baik kepada lingkungannya.
Setiap orang Kristen yang mengaku dia beriman, harus
mengamalkan imannya ditengah-tengah masyarakat yang berbeda
kepercayaannya. J.B. Banawiratma berpendapat bahwa:
4
John Stott, Isu-Isu Global Tentang Kepemimpinan Kristiani (Jakarta:
OMF, 1996) 3.
6. Dalam konteks hidup beriman, yang ditandai dengan
kemiskinan dan ketidakadilan, karya nyata lembaga
pendidikan tidak bisa bersikap netral. Bersikap netral
berarti tidak mendukung perubahan sosial yang positif, dan
itu berarti memihak yang kuat, dan merugikan yang lemah.
Kalau kita kaji lebih dalam ternyata perubahan sosial bisa
berdampak positif, dan tidak selalu berdampak negatif.5
Iman
membutuhkan respon pribadi; dan sang pribadi yang
meresponi penyataan Allah tersebut bersifat subyektif. Itu
sebabnya iman yang benar tidak mengenal perelativan, seperti
yang terjadi dalam dunia nyata, yang terus berubah.
D. Trasnformasi Melalui Dasar Alkitabiah
Setiap manusia memiliki adanya untuk bisa memiliki suatu perubahan supaya bisa
lebih baik lagi untuk kedepannya. Jadi pada teori ini saya akan membuat adanya
Transformasi menurut dasar alkitab, ada beberapa bentuk untuk mengalami
perubahan yaitu:
1. Transformasi hati
Bahwa hati mempunyai peran sentral dalam hidup manusia,
mendasar untuk mengalami pembaharuan supaya orang itu dapat mengalami
pengembangan kehidupan rohani yang dinamis. Dan hal itu yang dikerjakan
Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya bagi orang-orang percaya.
Dengan dipersatukannya orang percaya dalam kematian dan kebangkitan Kristus,
maka setiap orang percaya dimerdekakan dari dosa dan memperoleh hidup baru.
Pokok pikiran ini yang dipaparkan melalui Roma pasal enam. Karena itu siapa
saja yang mengalami kesatuan dengan Yesus Kristus akan mengalami
pembaharuan hati, sebagai langkah awal untuk masuk dalam kehidupan rohani
yang dinamis. Dan untuk menjaga hati yang telah diperbaharui itu, maka
kerinduan terhadap perkara-perkara rohani harus terus menerus dipelihara.
2. Transformasi pikiran
Bahwa pikiran manusia juga perlu mengalami transformasi,
supaya secara rohani orang itu dapat masuk dalam pengembangan kehidupan
rohaniyang dinamis. Transformasi pikiran meliputi kemerdekaan pikiran dari
keterikatan dengan dosa dan menuntun pikiran melayani Allah yang hidup. Hanya
dengan kemerdekaan dari dosa pikiran manusia dapat dipakai menjadi senjata
kebenaran yaitu melayani Allah. Kemerdekaan dari dosa sudah dialami pikiran
saat orang itu dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Artinya
hanya mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang mungkin memakai
5
J.B. Banawiratma dlm. Guno Tri Tjahjoko, “Iman Mahasiswa dan
Perubahan Sosial” Jurnal Pelita Zaman, Vol. 10 No. 1, 1995.
http://alkitab.sabda.org/resource.php
7. pikirannya untuk melayani Allah. Pikiran yang dihubungkan dengan kebenaran
merupakan langkah kedua yang dibutuhkan dalam menuntun pikiran melayani
Allah. Pokok pikiran ini dibahas dalam Roma pasal tujuh. Bahwa pikiran manusia
yang tidak focus pada kebenaran akan sulit memikirkan hal-hal yang berkenan
kepada Allah. Karena itu agar pikiran orang percaya optimal, diberdayakan
melayani Allah maka pikiran harus diisi dengan kebenaran, halhal sorgawi yang
membuatnya optimal bagi kemuliaan Tuhan.
3. Transformasi hubungan dengan Allah.
Bahwa manusia memerlukan pembaharuan dalam hubungan dengan Allah
yang oleh karena dosa telah membuatnya jauh dari penciptanya. Karena
itu transformasi hubungan ini meliputi pemulihan hubungan dan
pemeliharaan hubungan. Pemulihan hubungan hanya mungkin terjadi
melalui kemerdekaan manusia dari dosa, karena dosa yang telah membuat
manusia jauh dari Tuhan. Karena itu dosa harus diselesaikan supaya
hubungan manusia dengan Tuhan mengalami pemulihan. Hal itu yang
dilakukan Yesus Kristus di kayu salib dan kebangkitanNya. Mereka yang
mengalami kuasa salib dan kebangkitan Kristus akan mengalami
kedekatan yang istimewa kepada Tuhan. Kedekatan itu nampak dari status
yang istimewa yang diberikan kepada semua orang percaya bahwa mereka
adalah anak-anak Allah dan kepada mereka dimeteraikan Roh Kudus. Dan
untuk memelihara hubungan itu, orang percaya diharapkan memberi diri
dipimpin oleh Roh Kudus. Oleh pimpinan Roh Kudus inilah orang
percaya makin mengalami kemajuan dalam pengenalan kepada Allah dan
dalam memahami rencana Allah dalam hidup. Dan tentu tahapan-tahapan
ini akan menolong orang percaya bertumbuh secara dinamis bagi
pertumbuhan rohani maupun iman.6
Ada tiga tingkat dari pengalaman transformasi
Roma 12:2 adalah dasar perkembangan saya. Pada kenyataannya, perikop ini
adalah kunci untuk berubah dan mengidentifikasi tiga fase transformasi yang
harus dilalui oleh umat Allah: mengubah posisi mereka, mengubah perilaku
mereka, dan mengubah komunitas mereka. Yang pertama dan kedua, yang hadir
dalam setiap kepercayaan, bersifat internal; yang ketiga, yang merupakan produk
dari perubahan internal, bersifat eksternal.
1. Ketika seseorang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, mereka mengalami tahap
pertama perubahan. 4 Transisi seketika ini disebut dalam soteriologi sebagai
"palingenesia," yang merupakan bahasa Yunani untuk "pembaruan, kelahiran kembali,
6
Rutam Siagian, “STT Ebenhaezer Pembaharuan Rohani Menurut Efesus 4 : 23 Sebagai Dasar Pertumbuhan
Jemaat” 5368 (2017): 98–112.
8. kelahiran baru, atau regenerasi." 5 Hal ini dirujuk sebagai "ciptaan baru" oleh Paulus
dalam 2 Korintus 5:17. Pada titik ini, seseorang dinilai telah berubah dari pendosa
menjadi orang benar, dari musuh Tuhan menjadi anak Tuhan, dari mengalami kematian
kekal menjadi menerima hidup yang kekal, dari dikutuk menjadi diberkati, dan dari
menyembah berhala menjadi menyembah Allah yang hidup dan benar. Karena mereka
telah menjadi anggota kerajaan Allah, mereka "masih di dunia tetapi bukan dari dunia"
meskipun demikian.
2. Modifikasi Perilaku (Behavior Modification)
Pikiran harus terlebih dahulu menjalani apa yang disebut Paulus sebagai "pembaruan
pikiran" sebelum perubahan perilaku ini dapat terjadi. Sifat, sikap, perbuatan, atau
perbuatan seseorang yang dapat dilihat (visible), dapat diamati (observable), dan dapat
diukur (measurable) adalah yang dimaksud dengan tingkah laku (behavior). Perubahan
perilaku terjadi dari waktu ke waktu sebagai lawan dari transformasi posisi, yang terjadi
secara instan. Alkitab menggunakan kata aktif "pengudusan" untuk menggambarkannya.
6 Kolose 3:9–10 mengutip ucapan Paulus, "...karena kamu menanggalkan manusia lama
dan tingkah lakunya dan mengenakan manusia baru, yang terus-menerus diperbarui untuk
memperoleh pengetahuan yang benar menurut Penciptanya." Proses pengudusan, yang
meliputi pengudusan akal, kehendak, emosi, dan hati nurani serta karakter dan perilaku
kita, harus berlanjut setelah kita dilahirkan kembali, menurut kitab suci ini. 7 Berubahlah
oleh pembaharuan pikiranmu, nasihat Paulus lebih lanjut. Di sini, "nous" adalah istilah
Yunani yang berarti "nalar atau pikiran". Untuk dapat memahami dan melaksanakan
tujuan Tuhan, diperlukan regenerasi yang sehat. Tindakan seseorang akan dipengaruhi
oleh apa yang dipikirkan (nous) mereka percayai (Roma 14:1-8). Hidup suci akan muncul
dari regenerasi mental (nous). Jadi, pengalaman mengubah tingkah laku atau tindakan
seseorang adalah hasil dari pembaharuan mental. 8 Paulus membahas perubahan tingkah
laku setelah pergeseran posisi sebelumnya dalam Efesus 4:17–32. Di sini terlihat jelas
bahwa telah terjadi pergeseran dari buruk menjadi baik, dari perilaku yang tidak baik
menjadi perilaku yang baik.
Perkembangan spiritual seseorang dari pengalaman kelahiran kembali menuju
kedewasaan spiritual terkait erat dengan transformasi pada tingkat ini juga. Orang Kristen
harus berkembang secara rohani. Makan, minum, dan berolahraga adalah tiga hal yang
harus dilakukan agar spiritualitasnya berkembang dengan baik. Keberadaan ketiganya
diperlukan sejak masa regenerasi hingga dewasa. Tuhan menghendaki agar anak-anak-
Nya terus berkembang. Alkitab dapat menjadi sumber pertumbuhan dan pemahaman bagi
orang percaya (Mazmur 119:105–130), ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi
bagian rutin dari kehidupan kita, yang membutuhkan latihan dan pengendalian diri.
Selain itu, Tuhan dapat menggunakan tantangan yang kita hadapi setiap hari untuk
membentuk kita menjadi orang Kristen yang dewasa dan kuat.
Untuk menampilkan karakter yang disucikan dan buah yang luar biasa dalam kehidupan
kita sehari-hari, diperlukan kerja keras, ketekunan, dan kemauan yang kuat. Orang
Kristen yang tulus akan dikuatkan oleh kelahiran kembali oleh Roh Kudus. Karena itu,
9. menurut Efesus 5:18, setiap orang Kristen harus dipenuhi Roh Kudus. 11 Pengalaman
kepenuhan Roh Kudus harus dipertahankan dan diulangi sepanjang hidup orang percaya
agar tetap konstan. Namun, jika salah tempat, masih dapat ditemukan, dan jika keluar,
masih dapat dinyalakan kembali (Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:19). Orang percaya harus
tunduk sepenuhnya kepada tuntunan Roh Kudus dalam hidupnya agar dapat hidup dalam
Roh (Galatia 5:25). Hidup dalam Roh adalah menanggapi bisikan Roh dan melakukan
apa yang Dia arahkan. Kepercayaan penuh dan kepasrahan diperlukan untuk menaati Roh
Kudus.
3. Transformasi masyarakat (Community Transformation)
Kehadiran orang-orang beriman menyebabkan terjadinya perubahan di masyarakat.
Komunitas adalah lingkungan tempat seseorang hidup dan berinteraksi dengan orang
lain. Akan ada “saling mempengaruhi” dalam interaksi, yang bisa merugikan atau
menguntungkan. Karena untuk itulah kita dipanggil dan dipilih, orang Kristen harus
memberi nilai positif dan menjadi berkat bagi komunitasnya. Orang Kristen memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi perubahan di lingkungan mereka. Karena "mereka
menjadi semakin serupa dengan Kristus dan tidak serupa dengan dunia" (2 Korintus 3:18;
Roma 12:2), Tuhan menginginkan agar anak-anak-Nya memainkan peran penting dalam
komunitas lokal mereka. Urutannya harus tepat; kita harus berubah terlebih dahulu,
diikuti oleh lingkungan kita, sebelum kita mengharapkan lingkungan kita berubah.
Lingkungan akan terpengaruh oleh bagaimana kita menjalankan peran kita sebagai
"garam" dan "terang dunia" dengan cara ini (Matius 5:13, 14). Kehadiran seorang
mukmin berdampak positif bagi lingkungannya karena garam berfungsi mencegah
pembusukan daging dan memberi rasa pada makanan, dan cahaya berfungsi
menghilangkan kegelapan karena keberadaannya.7
Kita harus meninggalkan pola pikir yang sudah ketinggalan zaman dan berubah menjadi
orang Kristen zaman baru. Umat u200bu200bKristen yang menganut pandangan dunia
yang sudah ketinggalan zaman membedakan antara keberadaan sekuler dan religius.
Kami membedakan antara yang suci dan yang sekuler. Yang paling signifikan, gereja
berdampak pada "dunia sekuler" di sejumlah bidang pelayanan, seperti pelayanan
komersial dan profesional atau pelayanan pembukaan. Namun, orang Kristen dengan
perspektif yang segar adalah orang Kristen yang berpengaruh besar. Tuhan memberikan
misi kepada gereja-Nya: untuk mewartakan kerajaan Allah di semua bidang usaha
manusia. Tuhan menginginkan setiap orang percaya untuk berpartisipasi dalam
pekerjaan-Nya memperluas pengaruh kerajaan-Nya di negara atau kota yang mereka
sebut rumah.
7
https://artikel.sabda.org/mengalami_transformasi_hidup
10. Kesimpulan
Kata transformasi berasal dari bahasa latin “transformare” yang artinya mengubah bentuk.
Sedangkan dalam proses transformasi selalu menyangkut perubahan masyarakat dari suatu
masyarakat yang lebih sederhana ke masyarakat yang lebih modern dalam satuan waktu yang
berbeda. Sedangkan faktor yang menyebabkan transformasi ialah karena adanya faktor internal
atau yang bersumber dari dalam lingkungan seperti Bertambah dan berkurangnya jumlah
penduduk, Penemuan-penemuan baru berkembang di masyarakat, Munculnya pertentangan
dalam diri masyarakat dan adanya faktor eksternal seperti Pengaruh budaya lain, Peperangan,
Bencana alam. Dengan demikian transformasi sosial berkaitan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu daerah atau wilayah tertentu.
11. Daftar Pustaka
1. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1997)
2. Stephanie Jill Najoan and Johansen Mandey, “Transformasi Sebagai Strategi Desain,”
Media Matrasain 8, no. 1 (2011).
3. John Stott, Isu-Isu Global Tentang Kepemimpinan Kristiani (Jakarta:
OMF, 1996) 3.
4. John Stott, Isu-Isu Global Tentang Kepemimpinan Kristiani (Jakarta:
OMF, 1996)
5. J.B. Banawiratma dlm. Guno Tri Tjahjoko, “Iman Mahasiswa dan
6. Perubahan Sosial” Jurnal Pelita Zaman, Vol. 10 No. 1, 1995.
http://alkitab.sabda.org/resource.php
7. https://artikel.sabda.org/mengalami_transformasi_hidup