SlideShare a Scribd company logo
Linguistik Forensik
Pertemuan 3 dan 4
Format Penyampaian Bukti Linguistik
Seorang ahli
linguistik dapat
menjadi saksi di
pengadilan melalui
dua tahap.
Pertama,
biasanya ia akan diminta untuk membuat
laporan secara tertulis yang berisi opininya.
Kedua,
akan diminta untuk datang ke pengadilan
dan menjelaskan serta mempertahankan
pendapatnya
Coulthard & Johnson
(2007) menyebutkan
ada dua cara
bagi ahli linguistik
untuk memaparkan
pendapatnya.
Pertama, adalah opini dipaparkan
secara semantis
Kedua, opini tersebut dijelaskan
secara statistik.
• Pilihan pertama sering dilakukan oleh sebagian ahli
linguistik forensik dan fonetik. Secara tradisional para
ahli lingustik merasa tidak dapat menyajikan
temuannya secara statistik dalam bentuk probabilitas
matematis, sehingga opini lebih banyak dikodekan
secara semantis (Coulthard & Johnson, 2007:202).
• Jika dilihat dari paradigma penelitian ilmiah, kajian di
bidang linguistik memang lebih banyak bersinggungan
dengan paradigma penelitian kualitatif, meskipun pada
kondisi tertentu bisa pula didekati dengan pendekatan
kuantitatif.
• Metode dengan menggunakan skala semantik tetap tersebut tidak lepas
dari beberapa permasalahan. Skala yang dibuat sedemikian rinci – seperti
yang tampak dalam tabel 1 – pada dasarnya merupakan keputusan yang
bersifat kategoris, yaitu apakah X pelakunya atau bukan.
• Kritik lain, menyebutkan bahwa penilaian seperti ini bersifat subjektif.
Penggunaan skala semacam itu oleh dua orang ahli bisa menghasilkan
kesimpulan yang berbeda padahal data yang dianalisis sama.
• Menurut Broeder (via Coulthard & Johnson, 2007:203) persoalan
sebenarnya bukan terletak pada subjektivitas atau objektivitas, tetapi
apakah opini tersebut dapat diandalkan benar.
• Selanjutnya, jika kesaksian ahli diterima oleh pengadilan, bagaimana juri
atau hakim akan memiliki pandangan yang sama dengan ahli lingustik
forensik. Para hakim akhirnya juga akan bekerja dengan pilihan atau
keputusan yang sifatnya biner yaitu ‘bersalah’ (Guilty) atau ‘tidak
bersalah’ (Not Guilty).
• Pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh ahli linguistik
forensik adalah menyajikan pendapatnya secara statistik.
Menurut Broeder, serta Rose (via Coulthard & Johnson,
2007:204) ada dua pendekatan yang dapat digunakan,
pertama pada probabilitas sebuah hipotesis, yaitu
memperkuat bukti yang dianalisis – misal pada hipotesa
bahwa tersangka adalah si penutur / penulis.
• Kedua, pada probabilitas bahwa bukti akan muncul dalam
bentuk dan kuantitas dimana hal itu terjadi, opini yang
diberikan berupa dua hipotesis yaitu tersangka adalah
penutur / penulis, atau sebaliknya bukan penutur / penulis.
Bentuk yang kedua ini yang lebih disarankan oleh Broeder
dan Rose.
Pertemuan 4
Bukti-Bukti Linguistik dan
Keberterimaannya
• Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya fenomena
kebahasaan dapat dijadikan bukti di pengadilan.
• Sejauh mana bukti linguistik yang diajukan dapat
diterima akan tergantung pada tiga hal yaitu
kepakaran, validitas dan realibilitas.
• Aspek kepakaran berkenaan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang linguis.
• Dua aspek berikutnya terkait dengan kriteria
keilmiahan, yaitu apakah bukti yang disajikan relevan
dengan isu yang diperkarakan dan apakah bukti
tersebut berbasis pada metode ilmiah sehingga bisa
dipercaya.
• Terkait dengan bukti linguistik, Gibbons (2007)
membedakannya dalam dua kelompok.
• Kelompok pertama adalah bukti-bukti yang
terkait dengan peristiwa komunikasi, dan
• kedua, bukti-bukti yang terkait dengan
kepengarangan.
• Bukti Komunikasi
• Dalam suatu peristiwa komunikasi terdapat 3 elemen
penting yang saling terkait yaitu bentuk-bentuk linguistik,
situasi dimana komunikasi tersebut berlangsung dan latar
belakang pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan
komunikasi.
• Ketiga elemen tersebut menjadi pijakan agar suatu
komunikasi berjalan dengan baik. Komunikasi yang efektif
mencakup pemilihan rangkaian kata yang paling tepat
untuk mengkomunikasikan makna yang dimaksud kepada
partisipan tertentu dalam konteks tertentu, dengan tetap
memperhitungkan efek jarak dari konteks.
• Berdasarkan hal itu, maka metodologi dalam linguistik forensik akan
melibatkan empat aspek (Gibbons, 2007:285).
• Pertama, analisis terhadap rangkaian kata yang digunakan dalam
berkomunikasi. Analisis ini melibatkan suara, kata, tatabahasa dan
wacana serta interaksinya dalam konteks sosial tertentu.
• Kedua, analisis terhadap makna yang mungkin ada dalam bentuk-
bentuk linguistik tersebut.
• Aspek ketiga adalah pengukuran kemampuan berbahasa dari para
partisipan.
• Keempat adalah aspek konteks dimana peristiwa komunikasi itu
terjadi.
• Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan penyajian bukti-
bukti linguistik antara lain meliputi: grafofonologi, transkripsi,
leksikal, morfologi, sintaksis, wacana, dan sosiolinguistik.
• Kasus yang memerlukan pertimbangan seorang ahli
linguistik forensik pada tataran grafonologi erat kaitannya
dengan nama dua merek yang membingungkan konsumen
karena sulit dibedakan. Di Indonesia, pernah muncul
perseteruan antara dua produsen sepatu.
• Produsen sepatu bermerek Logo merasa dirugikan oleh
kompetitornya karena di pasaran beredar merek sepatu
yang sangat mirip yaitu Loggo. Kemiripan nama merek dari
dua produk juga bisa membingungkan karena adanya
kesulitan dalam pengucapan untuk membedakan dua
produk tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada merek yang
menggunakan kata-kata yang jarang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari.
• Kesalahan dalam komunikasi juga dapat muncul dari
persilangan antara bahasa tulis dan lisan yaitu pada
transkripsi kesaksian dan materi pengamatan oleh polisi
dan pengadilan.
• Penyimpangan dalam penyusunan transkripsi sering terjadi
dan menjadi kajian yang intens dari ahli linguistik forensik.
Di Indonesia, seringkali dijumpai peristiwa pencabutan
berita acara pemeriksaan (BAP) di pengadilan, karena saksi
atau terdakwa merasa tidak menyatakan seperti apa yang
terungkap dalam BAP. Hal ini bisa disebabkan oleh
ketidakakuratan polisi dalam menyusun transkripsi.
Ketidakcermatan dalam penyusunan transkripsi sangat
mungkin akan mengaburkan fakta yang sebenarnya terjadi,
sehingga keputusan yang adil sulit diperoleh.
• Tataran leksikal juga merupakan aspek penting untuk mengungkap
makna dalam berkomunikasi. Tataran ini melibatkan penggunaan
kata-kata dan frekuensinya, serta kolokasi. Salah satu kasus yang
berkenaan dengan aspek leksikal pernah didokumentasi oleh
McMenamin (via Gibbons, 2007: 288).
• Isu yang dibahas adalah perbedaan makna antara syndrome,
accident dan disease di sebuah polis asuransi. Seorang anak dari
sebuah keluarga meninggal karena Sudden Infant Death Syndrome
(SIDS) pada usia 18 bulan. Kehidupan anak tersebut dilindungi oleh
asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan ayahnya. Pihak asuransi
menolak untuk membayarkan asuransi, karena polis tersebut tidak
mencakup kematian karena penyakit (illness atau disease).
• MecNamin kemudian melakukan penelusuran ke literatur medis dan
kamus. Ia akhirnya bisa membuktikan bahwa kata syndrome dari sisi
makna lebih dekat kepada accident dibandingkan dengan makna
kata disease.
• Pada tataran morfologi, sumbangan linguis sebagai saksi
ahli dapat dilihat pada kasus McSleep Inns (Lentine & Shuy
dalam Gibbons, 2007:291). Prefiks Mc- pada nama
penginapan tersebut berasosiasi dengan hemat, kebersihan
gaya orang skotlandia. Namun, penginapan ini mendapat
gugatan dari McDonald’s yang banyak menggunakan prefiks
tersebut dalam produk-produknya seperti McFries dan
McNuggets.
• Nama Mc- sebenarnya sudah mengakar dalam tradisi
skotlandia sebagai nama keluarga. Lentine dan Shuy
melakukan penelusuran di majalah-majalah dan
menemukan produktivitas penggunaan prefiks Mc- yang
tidak identik dengan McDonald’s, sehingga klaim dari
McDonald’s tidak dapat diterima.
• Pada tataran wacana, kehadiran ahli linguistik juga diperlukan
terutama untuk menguraikan kode-kode dari ungkapan linguistik
atau tulisan yang tidak dikenal guna mengidentifikasikan makna
berdasarkan konteksnya. Hal ini terjadi pada Gibbons (2007) ketika
ia diminta untuk menguraikan pembicaraan yang direkam antara
seorang laki-laki dan perempuan, karena polisi tidak memahaminya.
• Dengan mengacu pada konteks, Gibbons berhasil menemukan
bahwa pembicaraan tersebut merupakan bahasa rahasia yang
merupakan hasil modifikasi dari bahasa Inggris sehari-hari.
Demikian pula ketika ia diminta untuk mendeskripsikan catatan
akhir dari seorang yang melakukan bunuh diri. Makna dalam
catatan terakhir pelaku bunuh diri tersebut dapat diungkap dengan
melihat konteks situasi yang ada pada pelaku (Latar belakang
keluarga, kondisi kejiwaan dll).
• Dalam ranah sosiolinguistik, aspek yang bisa dikaji antara lain
bahasa rahasia, register, sosiolek, aspek kultural yang
mempengaruhi seseorang untuk memahami bahasa hukum –
seperti yang terjadi pada masyarakat aborigin di Australia.
Berdasarkan catatan Eads (via Gibbons, 2007:296), terjadi salah
komunikasi antara orang Aborigin dengan aparat hukum, karena
kesulitan dalam memahami pertanyaan langsung.
• Problematika yang kurang lebih sama juga dapat ditemui di
Hongkong, dimana masyarakatnya bilingual.
• Berdasarkan hasil kajiannya, Ng (2009) menegaskan bahwa kajian
terhadap praktik dan kepercayaan lokal dalam setting poskolonial
akan membantu peneliti mendapatkan jalan dimana institusi
hukum yang bergaya Anglo-Amerika disusun kembali.
Bukti Kepengarangan
• Isu dasar terkait dengan bukti atas
kepengarangan adalah apakah seseorang (A)
memproduksi sebuah teks (Z) yang bisa berwujud
sebuah lukisan, ujaran lisan atau teks tertulis.
• Kasus yang sering ditemui adalah untuk
menentukan siapa di antara dua pengarang yang
benar-benar memproduksi sebuah teks.
• Prinsip dasar yang digunakan untuk
mengidentifikasi kepengarangan adalah variabel
kemiripan dan perbedaan dari teks-teks yang
dibandingkan.
• Ranah linguistik yang cukup pesat perkembangannya ada pada
identifikasi bunyi /suara. Bunyi atau suara menjadi salah satu bukti
linguistik yang penting, karena setiap individu memiliki karakteristik
suara yang khas yang berbeda dengan individu lain – layaknya sidik
jari.
• Meskipun keakuratanya tidak setinggi identifikasi DNA, identifikasi
suara banyak digunakan dalam proses peradilan. Fitur-fitur yang
digunakan untuk mengidentifikasi suara antara lain: frekuensi
fundamental percakapan – terutama pada bunyi yang bersuara,
artikulasi, kualitas suara, prosodi, waktu pengucapan, pola intonasi,
halangan dalam pengucapan, intensitas, dialek / sosiolek,
pengucapan dan pola bahasa yang idiosinkretik, serta penggunaan
penekanan yang tidak wajar.
• Usaha untuk mengidentifikasi penutur dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu menggunakan mesin atau menggunakan telinga
(earwitnessing).
• Selain suara, bahasa tulis juga merupakan bidang yang
terkait langsung dengan identifikasi kepengarangan. Hal itu
mencakup analisis tulisan tangan, tipografi serta
karakteristik tulisan yang lain.
• Tulisan tangan merupakan bentuk teks yang sangat
potensial untuk digunakan sebagai alat identifikasi
kepengarangan. Seperti halnya sidik jari ataupun suara,
tulisan tangan setiap individu juga sangat khas.
• Ada tiga ciri yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan penulis, yaitu ciri kelas, ciri individual
dan ciri idiosinkratik. Alat
• identifikasi lain yang dapat digunakan adalah ejaan dan
tanda baca.
• Selain tulisan tangan, aspek lain yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kepengarangan adalah pilihan kata. Pilihan kata ini
sering kali terkait dengan kosakata khusus yang lazim digunakan
oleh kalangan tertentu. Salah satu kajian mengenai penggunaan
kata, dilakukan oleh Coulthard (via Gibbons, 2007:303) yang
menemukan adanya fabrikasi ketika polisi menyusun transkripsi
hasil interview dengan tersangka. Para polisi sering ‘tergelincir’
dengan menuliskan jargon kepolisian atau melakukan elaborasi
yang berlebihan sehingga terlihat janggal.
• Itulah yang memberi bukti bahwa keterangan tersangka pada
bagian tertentu telah dimodifikasi. Jeremiah (2009) dalam kajiannya
menemukan bahwa seorang hakim –dalam hal ini Greg Mathis –
menggunakan rangkaian variasi linguistik yang khas meliputi
kosakata, serta ciri gramatis dan fonetis yang khusus.
• Kajian dari sudut pandang sosiolinguistik juga
berperan dalam identifikasi kepengarangan yang
meliputi dialek, sosiolek dan register. Gibbons
(2007:306) pernah
• diminta untuk mengidentifikasi apakah seseorang
yang terlibat dalam kasus pengungsian di
Australia berbicara menggunakan bahasa Inggris
dialek Kanada. Dengan menganalisa ciri-ciri yang
distingtif terutama aksennya, Gibbon dapat
menentukan bahwa orang tersebut berasal dari
daerah Kanada Barat atau utara barat Amerika.
• Ilmu linguistik juga dapat membantu peradilan
untuk mendeskripsikan profil seorang penulis
atau penutur. Melalui pengkajian bahasa yang
digunakan, akan dapat diketahui profil seseorang
seperti umur, jenis kelamin, kelas sosial, tingkat
pendidikan dan asal daerah, bahkan profesi.
• Bukti jenis ini sangat membantu polisi untuk
melakukan investigasi, karena dapat
mempersempit fokus penyidikan.

More Related Content

Similar to FORMAT BUKTI-BUKTI LINGUISTIK.pptx

Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
syfwan
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
Lita Tania
 
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
STISIPWIDURI
 
peranan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadianperanan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadian
Parlin Purba
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Oktari Aneliya
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsChurifiani Eva
 
Bin uas
Bin uasBin uas
Bin uas
CiciPajarakan
 
Psikologi perkembangan
Psikologi perkembanganPsikologi perkembangan
Psikologi perkembanganSatrio Lintang
 
Tugas akhir pbk khoirun nif'an
Tugas akhir pbk khoirun nif'anTugas akhir pbk khoirun nif'an
Tugas akhir pbk khoirun nif'an
Khoirun Nif'an
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistik
sashiera armhie
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
3107 linguistik 2013
3107 linguistik 20133107 linguistik 2013
3107 linguistik 2013
Rohayah Jaafar
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Satrio Arismunandar
 
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
amdhown
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
mujahidah khilafah (Shintia Minandar)
 
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language" Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
hibatullah92
 
metodologi-antropologi (1).ppt
metodologi-antropologi (1).pptmetodologi-antropologi (1).ppt
metodologi-antropologi (1).ppt
BerynImtihan1
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theoryRonzzy Kevin
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
kholid harras
 

Similar to FORMAT BUKTI-BUKTI LINGUISTIK.pptx (20)

Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
 
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509
 
peranan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadianperanan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadian
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmatics
 
Bin uas
Bin uasBin uas
Bin uas
 
Bin uas
Bin uasBin uas
Bin uas
 
Psikologi perkembangan
Psikologi perkembanganPsikologi perkembangan
Psikologi perkembangan
 
Tugas akhir pbk khoirun nif'an
Tugas akhir pbk khoirun nif'anTugas akhir pbk khoirun nif'an
Tugas akhir pbk khoirun nif'an
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistik
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
3107 linguistik 2013
3107 linguistik 20133107 linguistik 2013
3107 linguistik 2013
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
 
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
الأبعاد الاجتماعية في اكتساب اللغة الثانية ( ASPEK-ASPEK SOSIAL DALAM PEMEROL...
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
 
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language" Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
Ulasan Buku "Fundamental Concepts of Teaching Language"
 
metodologi-antropologi (1).ppt
metodologi-antropologi (1).pptmetodologi-antropologi (1).ppt
metodologi-antropologi (1).ppt
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theory
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
 

Recently uploaded

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 

FORMAT BUKTI-BUKTI LINGUISTIK.pptx

  • 2. Format Penyampaian Bukti Linguistik Seorang ahli linguistik dapat menjadi saksi di pengadilan melalui dua tahap. Pertama, biasanya ia akan diminta untuk membuat laporan secara tertulis yang berisi opininya. Kedua, akan diminta untuk datang ke pengadilan dan menjelaskan serta mempertahankan pendapatnya Coulthard & Johnson (2007) menyebutkan ada dua cara bagi ahli linguistik untuk memaparkan pendapatnya. Pertama, adalah opini dipaparkan secara semantis Kedua, opini tersebut dijelaskan secara statistik.
  • 3. • Pilihan pertama sering dilakukan oleh sebagian ahli linguistik forensik dan fonetik. Secara tradisional para ahli lingustik merasa tidak dapat menyajikan temuannya secara statistik dalam bentuk probabilitas matematis, sehingga opini lebih banyak dikodekan secara semantis (Coulthard & Johnson, 2007:202). • Jika dilihat dari paradigma penelitian ilmiah, kajian di bidang linguistik memang lebih banyak bersinggungan dengan paradigma penelitian kualitatif, meskipun pada kondisi tertentu bisa pula didekati dengan pendekatan kuantitatif.
  • 4.
  • 5. • Metode dengan menggunakan skala semantik tetap tersebut tidak lepas dari beberapa permasalahan. Skala yang dibuat sedemikian rinci – seperti yang tampak dalam tabel 1 – pada dasarnya merupakan keputusan yang bersifat kategoris, yaitu apakah X pelakunya atau bukan. • Kritik lain, menyebutkan bahwa penilaian seperti ini bersifat subjektif. Penggunaan skala semacam itu oleh dua orang ahli bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda padahal data yang dianalisis sama. • Menurut Broeder (via Coulthard & Johnson, 2007:203) persoalan sebenarnya bukan terletak pada subjektivitas atau objektivitas, tetapi apakah opini tersebut dapat diandalkan benar. • Selanjutnya, jika kesaksian ahli diterima oleh pengadilan, bagaimana juri atau hakim akan memiliki pandangan yang sama dengan ahli lingustik forensik. Para hakim akhirnya juga akan bekerja dengan pilihan atau keputusan yang sifatnya biner yaitu ‘bersalah’ (Guilty) atau ‘tidak bersalah’ (Not Guilty).
  • 6. • Pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh ahli linguistik forensik adalah menyajikan pendapatnya secara statistik. Menurut Broeder, serta Rose (via Coulthard & Johnson, 2007:204) ada dua pendekatan yang dapat digunakan, pertama pada probabilitas sebuah hipotesis, yaitu memperkuat bukti yang dianalisis – misal pada hipotesa bahwa tersangka adalah si penutur / penulis. • Kedua, pada probabilitas bahwa bukti akan muncul dalam bentuk dan kuantitas dimana hal itu terjadi, opini yang diberikan berupa dua hipotesis yaitu tersangka adalah penutur / penulis, atau sebaliknya bukan penutur / penulis. Bentuk yang kedua ini yang lebih disarankan oleh Broeder dan Rose.
  • 7.
  • 9. Bukti-Bukti Linguistik dan Keberterimaannya • Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya fenomena kebahasaan dapat dijadikan bukti di pengadilan. • Sejauh mana bukti linguistik yang diajukan dapat diterima akan tergantung pada tiga hal yaitu kepakaran, validitas dan realibilitas. • Aspek kepakaran berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang linguis. • Dua aspek berikutnya terkait dengan kriteria keilmiahan, yaitu apakah bukti yang disajikan relevan dengan isu yang diperkarakan dan apakah bukti tersebut berbasis pada metode ilmiah sehingga bisa dipercaya.
  • 10. • Terkait dengan bukti linguistik, Gibbons (2007) membedakannya dalam dua kelompok. • Kelompok pertama adalah bukti-bukti yang terkait dengan peristiwa komunikasi, dan • kedua, bukti-bukti yang terkait dengan kepengarangan.
  • 11. • Bukti Komunikasi • Dalam suatu peristiwa komunikasi terdapat 3 elemen penting yang saling terkait yaitu bentuk-bentuk linguistik, situasi dimana komunikasi tersebut berlangsung dan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan komunikasi. • Ketiga elemen tersebut menjadi pijakan agar suatu komunikasi berjalan dengan baik. Komunikasi yang efektif mencakup pemilihan rangkaian kata yang paling tepat untuk mengkomunikasikan makna yang dimaksud kepada partisipan tertentu dalam konteks tertentu, dengan tetap memperhitungkan efek jarak dari konteks.
  • 12. • Berdasarkan hal itu, maka metodologi dalam linguistik forensik akan melibatkan empat aspek (Gibbons, 2007:285). • Pertama, analisis terhadap rangkaian kata yang digunakan dalam berkomunikasi. Analisis ini melibatkan suara, kata, tatabahasa dan wacana serta interaksinya dalam konteks sosial tertentu. • Kedua, analisis terhadap makna yang mungkin ada dalam bentuk- bentuk linguistik tersebut. • Aspek ketiga adalah pengukuran kemampuan berbahasa dari para partisipan. • Keempat adalah aspek konteks dimana peristiwa komunikasi itu terjadi. • Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan penyajian bukti- bukti linguistik antara lain meliputi: grafofonologi, transkripsi, leksikal, morfologi, sintaksis, wacana, dan sosiolinguistik.
  • 13. • Kasus yang memerlukan pertimbangan seorang ahli linguistik forensik pada tataran grafonologi erat kaitannya dengan nama dua merek yang membingungkan konsumen karena sulit dibedakan. Di Indonesia, pernah muncul perseteruan antara dua produsen sepatu. • Produsen sepatu bermerek Logo merasa dirugikan oleh kompetitornya karena di pasaran beredar merek sepatu yang sangat mirip yaitu Loggo. Kemiripan nama merek dari dua produk juga bisa membingungkan karena adanya kesulitan dalam pengucapan untuk membedakan dua produk tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada merek yang menggunakan kata-kata yang jarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
  • 14. • Kesalahan dalam komunikasi juga dapat muncul dari persilangan antara bahasa tulis dan lisan yaitu pada transkripsi kesaksian dan materi pengamatan oleh polisi dan pengadilan. • Penyimpangan dalam penyusunan transkripsi sering terjadi dan menjadi kajian yang intens dari ahli linguistik forensik. Di Indonesia, seringkali dijumpai peristiwa pencabutan berita acara pemeriksaan (BAP) di pengadilan, karena saksi atau terdakwa merasa tidak menyatakan seperti apa yang terungkap dalam BAP. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakakuratan polisi dalam menyusun transkripsi. Ketidakcermatan dalam penyusunan transkripsi sangat mungkin akan mengaburkan fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga keputusan yang adil sulit diperoleh.
  • 15. • Tataran leksikal juga merupakan aspek penting untuk mengungkap makna dalam berkomunikasi. Tataran ini melibatkan penggunaan kata-kata dan frekuensinya, serta kolokasi. Salah satu kasus yang berkenaan dengan aspek leksikal pernah didokumentasi oleh McMenamin (via Gibbons, 2007: 288). • Isu yang dibahas adalah perbedaan makna antara syndrome, accident dan disease di sebuah polis asuransi. Seorang anak dari sebuah keluarga meninggal karena Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) pada usia 18 bulan. Kehidupan anak tersebut dilindungi oleh asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan ayahnya. Pihak asuransi menolak untuk membayarkan asuransi, karena polis tersebut tidak mencakup kematian karena penyakit (illness atau disease). • MecNamin kemudian melakukan penelusuran ke literatur medis dan kamus. Ia akhirnya bisa membuktikan bahwa kata syndrome dari sisi makna lebih dekat kepada accident dibandingkan dengan makna kata disease.
  • 16. • Pada tataran morfologi, sumbangan linguis sebagai saksi ahli dapat dilihat pada kasus McSleep Inns (Lentine & Shuy dalam Gibbons, 2007:291). Prefiks Mc- pada nama penginapan tersebut berasosiasi dengan hemat, kebersihan gaya orang skotlandia. Namun, penginapan ini mendapat gugatan dari McDonald’s yang banyak menggunakan prefiks tersebut dalam produk-produknya seperti McFries dan McNuggets. • Nama Mc- sebenarnya sudah mengakar dalam tradisi skotlandia sebagai nama keluarga. Lentine dan Shuy melakukan penelusuran di majalah-majalah dan menemukan produktivitas penggunaan prefiks Mc- yang tidak identik dengan McDonald’s, sehingga klaim dari McDonald’s tidak dapat diterima.
  • 17. • Pada tataran wacana, kehadiran ahli linguistik juga diperlukan terutama untuk menguraikan kode-kode dari ungkapan linguistik atau tulisan yang tidak dikenal guna mengidentifikasikan makna berdasarkan konteksnya. Hal ini terjadi pada Gibbons (2007) ketika ia diminta untuk menguraikan pembicaraan yang direkam antara seorang laki-laki dan perempuan, karena polisi tidak memahaminya. • Dengan mengacu pada konteks, Gibbons berhasil menemukan bahwa pembicaraan tersebut merupakan bahasa rahasia yang merupakan hasil modifikasi dari bahasa Inggris sehari-hari. Demikian pula ketika ia diminta untuk mendeskripsikan catatan akhir dari seorang yang melakukan bunuh diri. Makna dalam catatan terakhir pelaku bunuh diri tersebut dapat diungkap dengan melihat konteks situasi yang ada pada pelaku (Latar belakang keluarga, kondisi kejiwaan dll).
  • 18. • Dalam ranah sosiolinguistik, aspek yang bisa dikaji antara lain bahasa rahasia, register, sosiolek, aspek kultural yang mempengaruhi seseorang untuk memahami bahasa hukum – seperti yang terjadi pada masyarakat aborigin di Australia. Berdasarkan catatan Eads (via Gibbons, 2007:296), terjadi salah komunikasi antara orang Aborigin dengan aparat hukum, karena kesulitan dalam memahami pertanyaan langsung. • Problematika yang kurang lebih sama juga dapat ditemui di Hongkong, dimana masyarakatnya bilingual. • Berdasarkan hasil kajiannya, Ng (2009) menegaskan bahwa kajian terhadap praktik dan kepercayaan lokal dalam setting poskolonial akan membantu peneliti mendapatkan jalan dimana institusi hukum yang bergaya Anglo-Amerika disusun kembali.
  • 19. Bukti Kepengarangan • Isu dasar terkait dengan bukti atas kepengarangan adalah apakah seseorang (A) memproduksi sebuah teks (Z) yang bisa berwujud sebuah lukisan, ujaran lisan atau teks tertulis. • Kasus yang sering ditemui adalah untuk menentukan siapa di antara dua pengarang yang benar-benar memproduksi sebuah teks. • Prinsip dasar yang digunakan untuk mengidentifikasi kepengarangan adalah variabel kemiripan dan perbedaan dari teks-teks yang dibandingkan.
  • 20. • Ranah linguistik yang cukup pesat perkembangannya ada pada identifikasi bunyi /suara. Bunyi atau suara menjadi salah satu bukti linguistik yang penting, karena setiap individu memiliki karakteristik suara yang khas yang berbeda dengan individu lain – layaknya sidik jari. • Meskipun keakuratanya tidak setinggi identifikasi DNA, identifikasi suara banyak digunakan dalam proses peradilan. Fitur-fitur yang digunakan untuk mengidentifikasi suara antara lain: frekuensi fundamental percakapan – terutama pada bunyi yang bersuara, artikulasi, kualitas suara, prosodi, waktu pengucapan, pola intonasi, halangan dalam pengucapan, intensitas, dialek / sosiolek, pengucapan dan pola bahasa yang idiosinkretik, serta penggunaan penekanan yang tidak wajar. • Usaha untuk mengidentifikasi penutur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan mesin atau menggunakan telinga (earwitnessing).
  • 21. • Selain suara, bahasa tulis juga merupakan bidang yang terkait langsung dengan identifikasi kepengarangan. Hal itu mencakup analisis tulisan tangan, tipografi serta karakteristik tulisan yang lain. • Tulisan tangan merupakan bentuk teks yang sangat potensial untuk digunakan sebagai alat identifikasi kepengarangan. Seperti halnya sidik jari ataupun suara, tulisan tangan setiap individu juga sangat khas. • Ada tiga ciri yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan penulis, yaitu ciri kelas, ciri individual dan ciri idiosinkratik. Alat • identifikasi lain yang dapat digunakan adalah ejaan dan tanda baca.
  • 22. • Selain tulisan tangan, aspek lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kepengarangan adalah pilihan kata. Pilihan kata ini sering kali terkait dengan kosakata khusus yang lazim digunakan oleh kalangan tertentu. Salah satu kajian mengenai penggunaan kata, dilakukan oleh Coulthard (via Gibbons, 2007:303) yang menemukan adanya fabrikasi ketika polisi menyusun transkripsi hasil interview dengan tersangka. Para polisi sering ‘tergelincir’ dengan menuliskan jargon kepolisian atau melakukan elaborasi yang berlebihan sehingga terlihat janggal. • Itulah yang memberi bukti bahwa keterangan tersangka pada bagian tertentu telah dimodifikasi. Jeremiah (2009) dalam kajiannya menemukan bahwa seorang hakim –dalam hal ini Greg Mathis – menggunakan rangkaian variasi linguistik yang khas meliputi kosakata, serta ciri gramatis dan fonetis yang khusus.
  • 23. • Kajian dari sudut pandang sosiolinguistik juga berperan dalam identifikasi kepengarangan yang meliputi dialek, sosiolek dan register. Gibbons (2007:306) pernah • diminta untuk mengidentifikasi apakah seseorang yang terlibat dalam kasus pengungsian di Australia berbicara menggunakan bahasa Inggris dialek Kanada. Dengan menganalisa ciri-ciri yang distingtif terutama aksennya, Gibbon dapat menentukan bahwa orang tersebut berasal dari daerah Kanada Barat atau utara barat Amerika.
  • 24. • Ilmu linguistik juga dapat membantu peradilan untuk mendeskripsikan profil seorang penulis atau penutur. Melalui pengkajian bahasa yang digunakan, akan dapat diketahui profil seseorang seperti umur, jenis kelamin, kelas sosial, tingkat pendidikan dan asal daerah, bahkan profesi. • Bukti jenis ini sangat membantu polisi untuk melakukan investigasi, karena dapat mempersempit fokus penyidikan.