SlideShare a Scribd company logo
Community language learning (CLL) is Language-teaching method[1] in which students work
together to develop what aspects of a language they would like to learn. It is based on the
Counseling-approach in which the teacher acts as a counsellor and a paraphraser, while the
learner is seen as a client and collaborator.
The CLL emphasizes the sense of community in the learning group, it encourages interaction as
a vehicle of learning, and it considers as a priority the students' feelings and the recognition of
struggles in language acquisition. There is no syllabus or textbook to follow and it is the students
themselves who determine the content of the lesson by means of meaningful conversations in
which they discuss real messages. Notably, it incorporates translation, transcription, and
recording techniques.
Background
The CLL approach was developed by Charles Arthur Curran, a Jesuit priest,[2] professor of
psychology at Loyola University Chicago, and counseling specialist.[3] This method refers to two
roles: that of the know-er (teacher) and student (learner). Also the method draws on the
counseling metaphor and refers to these respective roles as a counselor and a client. According to
Curran, a counselor helps a client understand his or her own problems better by 'capturing the
essence of the clients concern ...[and] relating [the client's] affect to cognition...;' in effect,
understanding the client and responding in a detached yet considerate manner.
To restate, the counselor blends what the client feels and what he is learning in order to make the
experience a meaningful one. Often, this supportive role requires greater energy expenditure than
an 'average' teacher.[4]
Methods
Natural Approach
The foreign language learner's tasks, according to CLL are (1) to apprehend the sound system of
the language (2) assign fundamental meanings to individual lexical units and (3) construct a
basic grammar.
In these three steps, the CLL resembles the Natural Approach to language teaching in which a
learner is not expected to speak until he has achieved some basic level of comprehension.[5]
There are 5 stages of development in this method.
1. “Birth” stage: feeling of security and belonging are established.
2. As the learners' ability improve, they achieve a measure of independence from the parent.
3. Learners can speak independently.
4. The learners are secure enough to take criticism and being corrected.
5. The child becomes an adult and becomes the know-er.
Online Communities
These types of communities have recently arisen with the explosion of educational resources for
language learning on the Web. A new wave of Community Learning Languages have come into
place with the internet growth and the boom of social networking technologies. These online
CLLs are social network services such as Papora (language education company), English, baby!
and LiveMocha that take advantage of the Web 2.0 concept of information sharing and
collaboration tools, for which users can help other users to learn languages by direct
communication or mutual correction of proposed exercises. Other online communities, such as
Chatterplot, make it possible for users to connect online and then meet up and practice languages
in person.
Barriers in Community Language Learning
When learning a different language while in a multilingual community, there are certain barriers
that one definitely will encounter. The reason for these barriers is that in language learning while
in a multicultural community, native and nonnative groups will think, act, and write in different
ways based on each of their own cultural norms. Research shows that students in multicultural
environments communicate less with those not familiar with their culture. Long-term problems
include that the foreign speakers will have their own terms of expression combined into the
language native to the area, which often makes for awkward sentences to a native speaker.
Native students tend to develop an exclusive attitude toward the nonnative speaker because they
feel threatened when they do not understand the foreign language. Short-term problems include
the fact that native students will usually lack in-depth knowledge of the nonnative cultures,
which makes them more likely to be unwilling to communicate with the foreign speakers.
Because these foreign students grew up and were educated in a totally different cultural
environment, their ideologies, identities and logic that form in the early age cause different ways
of expressing ideas both in written and spoken form. They will have to modify and redefine their
original identities when they enter a multicultural environment (Shen, 459). This is no easy task.
Consequentially, a low-level of social involvement and enculturation will occur for both native
and nonnative speakers in the community.
See also
TEORI KURIKULUM
A. Pengerian Teori
Teori merupakan suatu set atau system pernyataan(a set of statement) yang menjelaskan
serangkaian hal ketidaksepakatannya terletak pada karakterristik pernyataan tersebut. Ada tiga
kelompok karakteristik utama system pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan suatu teori
bersifat memadukan(unifying statement) Kedua,pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah umum
(universal preposition). Ketiga, pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement). Kaplan
(1964,hlm.295). Teori menjelaskan suatu kejadian. Kejadian ini bias sangat luas atau sangat
sempit. Suatu kejadian yang dijelaskan oleh suatu teori menunjukkan suatu set yang universal.
Set universal ini terbentuk oleh tiga bagian. Bagian pertama,kejadian yang diketahui,yang
dinyatakan sebagai fakta,hukum,atau prinsip. Bagian kedua yang dinyatakan sebagai
asumsi,proposisi, dan postulat. Bagian ketiga adalah bagian dari set universal atau bagian dari
keseluruhan yang belum diketahui.
1. Fungsi Teori
Ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati para ilmuwan yaitu:
(1) mendeskripsikan,(2) menjelaskan,dan (3)memprediksi. Fungsi yang lebih besar dari suatu
teori adalah melahirkan teori baru.
Mouly (1970,hlm.70-71) mengemukakan cirri-ciri suatu teori yang baik,yaitu:
1. A theoretical system must permit deduction which be tested empirically
2. A theory must be compatible both with observation and with previously validated
theories,
3. Theories must be stated in simple term, thet theory is best which explains the most in the
simplest form,
4. Scientific theories must be based on empirical facts and relationships.
B. Teori Pendidikan
Boyles,(1959) menyatakan bahwa teori pendidikan di Amerika Serikat berada dalam a
state of suspended animation, penggambarannya masih tertangguhkan. Masih memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menampilkan dengan jelas teori pendidikn ini. Menurut
Beaucham (1975,hlm.34),teori pendidikan akan atau dapat berkembang. Tetapi
perkembangnnya pertama-tama dimulai pada sub-subteorinya. Yang menjadi subteori dari teori
pendidikan adalah teori-teori dalam kurikulum pengajaran,evaluasi,bimbingan-konseling, dan
administrasi pendidikan. Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold Classification of Education
Theories(1966) mengemukakan empat teori pendidikan, yaitu teori tradisional,teori
progresif,teori hasil belajar, dan teori proses belajar. Teori tradisional menekankan fungsi
pendidikan sebagai pemelihara dan penerus warisan budaya,teori progresif memandang
pendidikan sebagai penggali potensi anak-anak,dalam teori ini anak menempati kedudukan
sentral dalam pendidikan. Teori hasil belajar sesuai dengan namanya mengutamakan
hasil,sedangkan teori proses belajar mengutamakan proses belajar.
Enam teori pendidikan (menurut Brouner)
Teori Metode Pandangan terhadap
anak
Penekanan dalam
pendidikan
Monitorial method Orielland memorization Trainable beast Obedience
Object teaching Handling things Flower to be cultivated Discoverer
Herbartianism Five steps Social embryo to be
molded
Will power
Child study Self expression Potential artist Sensivity
Experimentalism Problem solving Responsible rebel Involvement
Curent academic
emphasis
New technology Greatest natural resours Mastery
March Beth dalam buku Education as a Dicipline (1965) menegaskan bahwa pendidikan adalah
suatu disiplin. Ia menolak pandangan bahwa pendidikan hanyalah aplikasi dari disiplin-disiplin
lain. Pendidikan adalah suatu bidang studi (suatu disiplin) dalam bidangnya. Studi tentang
pendidikan merupakan suatu kajian tentang bagaiman cara atau model-model inquiri
disusun,digunakan,dikembangkan,dan disusun kembali. Lebih jauh berisi kajian tentang model-
model yang cocok pada suatu tempat,serta syarat-syarat yang diperlukan bagi pelaksanaan model
tersebut. Menurut Beth,study tentang pendidikan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. sejarah tentang teori dan model-model pendidikan.
2. prinsip-prinsip dan prosedur analisis dari model-model pendidikan.
3. studi tentang fungsi dari model-model yang ada,sebagai bahan alat untuk mempelajari
dan mengembangkannya.
4. studi lebih mendalam tentang variasi model, bagaimana penerapannya dalam berbagai
tingkat sekolah dan berbagai jenis mata pelajaran.
5. pelaksanaan model sesuai dengan kondisi waktu,kemampuan pelaksana,serta fasiliatsi
yang ada.
C. Teori Kurikulum
Konseep-konsep teori kurikulum yaitu sebagai suatu perangkatt pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsure-unsurkurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan
evaluasi kurikulum.Bahan penyajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan
penetuan keputusan, penggunaan,perencanaan,pengembangan,evaluasi kurikulum, dan lain-lain.
1. Konsep Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum,kurikulum sebagai substansi,
Sebagai system,dan sebagai bidang studi. Konsep pertama,kurikulum sebagai substansi,suatu
kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk
kepada dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar,
jadwal, dan evaluasi. Konsep kedua,adalah kurikulum sebagai suatu system, yaitu suatu system
kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari system persekolahan, system pendidikan,
bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum mencakup system personalia, dan prosedur
kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Konsep ketiga,kurikulumm sebagain sebagai bidang studi yaitu bidang
studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan system kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang kurikulum.
2. Perkembangan teori kurikulum
Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan
Charless dan McMurry, tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Frankin Babbit tahun
1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum Yng pertama, ia perintis pengembangan
praktek kurikulum. Menurut Bobbit teori kurikulum itu sederhana,yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama terbentuk oleh sejumlah
kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupa mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan
teliti dan sempurna. Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang
gerakan pendidikan yang berpusat pada anak(child centered). Teori kurikulum berubah dari
yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa
(Bobbit dan Charles) kepaada kehidupan psikologis anak pada saat inii. Anak menjadi pusat
perhatian pendidikan. Perkembangan teori kurikulum selanjutnya di bawakan oleh Hollis
Dasweel. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara di
bagian Amerika Serikat. Ia mengembangkan kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau
pekerjaan. Maka Caswell mengembangkan kurikulumyang bersifat interaktif. Dalam
pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru berpartisipasi
dalam menentukan kurikulum, menentukan stuktur organisasi dari penysusun kurikulum, dalam
merumuskan pengertian kurikulum,merumuskan tujuan, memilih isi, menetukan kegiatan belajar,
desain kurikulum,menilai hasil. Pada tahun 1947 di Univertas Chicago berlangsung diskusi besar
pertama tentang kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori
kurikulum:(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan
kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,(2) menentukan hubungan antara masalah-
masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnnya,(3) mencari atau meramalkan
pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan masalah tersebut.
Ralph W.Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian
kurikulum:
1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai
tujuan tersebut?
3. bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4. bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?
a. Sumber pengembangan kurikulum
Pengembang kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan
orang dewasa, karena sekolah mempersiapkan anak nagi kehidupan orang dewasa,kurikulum
terutama isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Dalam pengembangan selanjutnya,
sumber ini menjadi luas meliputi semua unsure kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang
bebudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut mrnciptakan budaya. Sumber lain
penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah
anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan
menumbuhkan potensi-potensi yang telah ada pada anak. Ada tiga pendekatan terhadap anak
sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, dan minat siswa.
Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum pada pengalaman-
pengalaman penyusunan kurikulum yang lalu. Pengalaman pengembangan kurikulum yang lalu
menjadi sumber penyusunan kurikulum kemudian. Hal lain yang menjadi sumber penyusunan
kurikulum adalah nilai-nilai. Beauchamp menegaskan bahwa nilai dapat merupakan sumber
penemuan keputusan yang dinamis. Terakhir yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah
kekuasaan sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan social-politik yang
menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of education local yang mewakili
negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan social-politik dalam penentuan kurikulum
adalah Mentri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan
Balitbangdikdub.
b. Desain dan rekayasa kurikulum
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta
proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam
desain kurikulum akan tergambar unsure-unsur dan kurikulum, hubungan antara satu unsure
dengan unsure lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam
pelaksanaannya. Dalam desain kurikulum, ada dua dimensi penting, yaitu: (1) substansi, unsure-
unsur serta organisasi dari dokumen tertulis kurikulum,(2) model pengorganisasian dan bagian-
bagian kurikulum terutama organisasi dan proses pengajaran. Ada dua hal yang perlu
ditambahkan dalam desain kurikulum: Pertama, ketentuan-ketentuan, tentang bagaimana
penggunaan kurikulum serta bagaimana mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan
berdasarkan masukan dari pengalaman, kedua, kurikulum itu dievaluasi, baik bentuk desainnya
maupun system pelaksanaannya.
Rekayasa kurikulum berkenaan dengan bagaimana proses memungkinkan kurikulum
disekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola kurikulum agar kurikulum dapat
berfungsi sebaik-baiknya. Pengelola kurikulum disekolah terdiri dari: para pengawas/penilik dan
kepala sekolah sedangkan pada tingkat pusat adalah Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum
Balitbang Dikbud dan para Kasubdit/Kepala Bagian Kurikulum di Direktorat. Seluruh system
rekayasa kurikulum menurut Beauchamp mencakup lima hal, yaitu (1) arena atau lingkup tempat
dilaksanakannya berbagai proses rekayasa kurikulum, (2) keterlebatan orang-orang dalam proses
kurikulum, (3) tugas-tugas dan prosedur perencanaan kurikulum, (4) tugas-tugas dan prosedur
implementasi kurikulum, dan (5) tugas-tugas dan prosedur evaluasi kurikulum.
TEORI-TEORI BELAJAR
Dan PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak
hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun
bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno,
2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari
dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis
dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas.
B. Teori-Teori Klasik
1. Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Para ahli yang banyak berkarya
dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori
belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses.
a. Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses interaksi antara
stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu
yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati
b. Watson
Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati. dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang
mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar
telah terjadi atau belum.
c. Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai
dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan biologis.
d. Edwin Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara
stimulus dan respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam
belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan
lebih langgeng. Suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila
respon tersebut berhubungan dengan berbagai stimulus.
Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam
proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu merubah kebiasaan seseorang. Contoh seorang anak perempuan yang setiap
kali pulang sekolah selalu mencampakkan baju dan topinya dilantai. Ibunya menyuruh
agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk
rumah kembali sambil mengantungkan baju dan topinya di tempat gantungannya.
Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung topi dan baju menjadi
terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah.
2. Pengkondisian klasik
Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo
pada awal tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu
eksperimen secara sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana
pembelajaran berlaku pada suatu organisme.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin
bubur daging di depan mulut anjing . Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang
dikeluarkan oleh anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan
makanan. Pavlov juga menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan.
Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi
terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran
yang penting, yang kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar
untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam
pengkondisian klasik stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan
stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk
menghasilkan respon yang sama.
Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus
dipahami yaitu Unconditioned Stimulus (US), Unconditoned respon (ER),
Conditioned Stimulus (CS), dan Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis
menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen
Pavlov makanan adalah US. Unconditioned Respon adalah respon yang tidak
dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov air liur
anjing yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya
menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen
Pavlov beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap
makanan. Conditioned Respon adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah
terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema exsperimen
Palvov berikut :
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>>>> UR (Keluar air liur)
CS (lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
CS(lonceng) + US (makanan)>>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur)
(M. Asrori, 2008)
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan
dengan beberapa cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran (M. Asrori, 8:2008 dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu :
a. Generalization (generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan
respon yang sama. Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid
untuk ujian kimia dia juga akan menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling
berkaitan. Jadi murid menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lain.
b. Discrimination (diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon
stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang
mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa
Indonesia atau sejarah karena kedua mata pelajaran tersebut jauh berbeda dengan
mata pelajaran kimia dan biologi
c. Extinction (pelenyapan)
Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan,
lama kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara
bertahap terhapus. Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes
dengan lebih baik,dan kecemasannya mereda.
Teori pengembangan klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek
pembelajaran dengan lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan
ketakutan pada murid dalam proses belajar dan pembelajaran .
3. Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola,
ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/,
16 Maret 2011) menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini
sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi
masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta
didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan
berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-
susunan yang tepat. Jadi menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok
yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu,
guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok
dari materi yang diajarkannya.
C. Teori – Teori Belajar Proses
1. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini
adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan
menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock,
272:2010).
Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme.
Contoh seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia
akan diberikan hadiah oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu :
penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan
negative, dan hukuman (punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus yang
dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai
prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan
dapat hadiah lagi. Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian,
sanjungan) atau token (seperti nilai ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang
menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak
mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku.
Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan terlambat mengumpulkan
tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu
respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau
ditinggalkan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan
bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan
untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada
saat setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar
merespon sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur
pembentukan respon bisa digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses
pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh
: apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai pendengar dapat
mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika sekelompok siswa mengangguk –
angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih
semangat lagi.
b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya
akan dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang siswa akan
mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di
depan kelas oleh gurunya ketia menyelesaikan PR tepat waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak
terhadap penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat
waktu Karena mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu
halnya ketika mendapat pujian dari guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara
memberikan pujiannya sudah berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan
atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan
PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena
gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.
c. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat
mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan
berkelanjutan (Continous Inforcement) dan penguatan berkala (Variabel
Reinforcement).
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat
setiap kali organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa mampu
mengerjakan soal dengan betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang disebut
penguatan nisbah dan berdasarkan interval waktu atau disebut juga dengan penguatan
waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila
penguatan diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali siswa
memberikan respon baru diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah berubah adalah
apabila penguatan diberikan setelah beberapa kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak
tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada siswa kadang kala setelah 10 kali respon
kadang kala setelah 5 respon
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila penguatan
diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada
setiap respon yang muncul setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan
diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda
berdasarkan respon yang muncul.
d. Penguatan Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin
setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang dapat menjawab
pertanyaan guru maka pada sait itu juga guru segera memberikan pujian.
e. Penguatan Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara
perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan
penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya :
seorang siswa yang tadinya malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian
secara bertahap dia sudah tidak malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas.
Maka guru memberikan pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca
puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.
f. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau
tidak mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya siswa yang
berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana
kelas menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak
menghiraukannya. Denga demikian, siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa
yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan
melakukannya lagi.
g. Percontohan (modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh
tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara
keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA
yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu
seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan
dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.
h. Token Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika
seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai
dengan yang diharapkan. Misalnya guru member hadiah buku novel yang bagus
kepada seorang siswa
2. Teori Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B.
pada Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal
yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan
merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan
perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari
belajar. Artinya banyak keterampilan yang dipelajari memberikan sumbangan bagi
belajar keterampilan yang lebih rumit.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan
untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku
(behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak
dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Hasil belajar
merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1) stimulasi yang berasal
dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan demikian,
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa
belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan
tingkah laku merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini
Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah
perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu
masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan
itu berbentuk perubahan tingkah laku. Hal itu dapat diketahui dengan jalan
membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah
belajar. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau
perubahan sikap, minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode
waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan, missalnya
perubahan tinggi badan atau perkembangan otot dan lain-lain.
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
 Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan
stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk
kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa belajar adalah
suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa
bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada
situasi belajar.
 Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh
pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-
asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
 Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan
informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka
panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat
dipindahkan ke memori jangka panjang.
 Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat
kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang
dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan
memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan
yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-
pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
 Fase motivasi
sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
 Fase generalisasi
adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya
ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
 Fase penampilan
adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak
setelah mempelajari sesuatu.
 Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan
(reinforcement).
D. Teori – Teori Kognitif
1. Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari
otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh
sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua
informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemerosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi,
memonitiringnya, dan menyusun strategi berkenaaan dengan informasi tersebut. Inti
dari pendekatan ini adalah proses memori dan berfikir (thinking). (Santrock, 310:2010).
Anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk mengembangkan untuk
memproses informasi, dan secara bertahap pula mereka biasa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pemerosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem komputer sebagai
analog. Penggunaan sistem komputer sebagai analog cara manusia memproses,
menyimpan dan mengingat kembali informasi sesungguhnya kurang tepat karena
terlalu menyederhanakan manusia. Cara manusia memproses informasi sesungguhnya
lebih kompleks dibandingkan dengan komputer. (M.Asrori, 13:2008)
Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme pengubahan dan modifikasi
diri. (Santrock, 310 :2010).
Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah pemerosesan
informasi. Ketika anak merasakan, malakukan, mempresentasikan dan menyimpan
informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berfikir. Pikiran
adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bias beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas dan tujuan. (Santrock,
311 : 2010).
Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam pemerosesan informasi
focus utamnya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada
empat mekanisme yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan
kognitif anak, yaitu : Ecoding (penyandian), Otomatisasi, konstruksi strategis dan
generalisasi.
Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori. Aspek utama
dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan
informasi yang tidak relevan.
Otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau
tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan
informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan – hubungan
baru antara ide dan kejadian. (Kail, 2002 dalam Santrock, 311 : 2010).
Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi.
Anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan
informasi tersebut dengan pengetahun sebelumnya yang relevan untuk memecahkan
masalah.
Agar dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu
melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain.
Modifikasi diri. Anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk
menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang baru. Anak membangun respon
baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan
berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang
dilakukan. (M.Asrori, 20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring
dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi
pada saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka
pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock,
340:2010).
Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia
membagi metakognisi keempat variable yang penting, yaitu :
a. Variabel Individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organism kognitif
atau pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel
individu dibagi menjadi tiga, yaitu :
 Variabel Intra Individu
Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya
: seseorang yang mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika
dibandingkan dengan mata pelajaran sejarah.
 Variabel antra individu
Variabel antra individu adalah kemampuan individu membandingkan dan
membedakan kemampuan kognitif dirinya dengan orang lain. Misalnya : seorang siswa
mengetahui bahwa dirinya pandai pada mata pelajaran IPA dibandingkan dengan
teman yang duduk dengan dia di kelasnya.
b. Variabel Universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada
didalam sistem budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa sebagai manusia kita
lupa. Sebenarnya kita paham terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama kelamaan
kita sadar bahwa kita tidak paham
c. Variabel Tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui kesan-kesan,
pentingnya dan hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh : seandainya informasi yang
disampaikan oleh guru adalah sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru tersebut
tidak akan mengulangi, maka para siswa tentu akan memberikan perhatian yang lebih
serius dan mendengarkan serta memproses informasi itu dengan lebih teliti.
d. Variabel Strategi
Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau
mengatasi kesulitan yang timbul.
3. Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006).
Dalam teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena
informasi ini yang akan menentukan proses.
Kelebihan Teori Sibernetik
 Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
 Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
 Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
 Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
 Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
 Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
 Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Kelemahan teori sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada
sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses
belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah
semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber
sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa,
perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan
untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku
dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan
pendidikan.
Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori –
teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar
itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon.
Teori Pengkondisian Klasik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha dari
organisme untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus yang pada akhirnya
menghasilkan sustu respon. Teori Gestalt lebih menekankan belajar adalah
kecenderungan mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh. Inti dari Teori Skinner adalah dimana konsekunsi prilaku akan
menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi . Teori Gane
menyatakan bahwa belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas
yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Teori Pemerosesan
Informasi menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan
dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Metakognisi adalah suatu kemampuan
individu diluar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau
merenungkan proses kognitif yang dilakukan. Sedangkan Sibernetik mengatakan
bahwa belajar adalah pengolahan informasi .
Jadi masing-masing teori menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian
yang berbeda-beda.
Filsafat pengembangan Kurikulum 2013
19 Jun
Kurikulum merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum dikembangkan dari pedoman kurikulum yang telah ditentukan. Pedoman
ini akan digunakan sebagai penentu jalannya pencapaian tujuan pendidikan. Dalam hal ini yang
dimaksud sebagai pedoman yaitu filsafat.
Pada dasarnya ada beberapa filsafat yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan
kurikulum pendidikan. Filsafat tersebut antara lain: Filsafat perennialis, filsafat idealis, filsafat
pragmatis, filsafat rekonstruktif, eksistensialis, dan filsafat realis. Tetapi dari beberapa filsafat
tersebut, tidak ada satupun jenis filsafat yang dijadikan sebagai dasar pengembangan kurikulum
2013. Hal tersebut dikarenakan, dasar dari filsafat pengembangan kurikulum 2013 merupakan
gabungan seleksi dampak positif terbaik dari semua filsafat diatas (filsafat prennialis, filsafat
idealis, filsafat rekonstruktif, eksistensialis, dan filsafat realis). Dampak positif terbaik dari
kelima filsafat tersebut kemudian terakumulasi membentuk suatu filsafat baru yang disebut
sebagai filsafat eklektisisme.
Secara teori jika suatu kebaikan dikumpulkan menjadi satu maka akan muncul suatu kebaikan
yang lebih besar. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada filsafat eklektisisme. Hal ini dikarenakan
pada filsafat eklektisime, penggabungan dampak positif terbaik yang diambil dari kelima filsafat
tersebut, tidak melihat bahwa hal-hal yang dipilih itu secara natural, fundamental, cocok dan
dapat diintegrasikan. Tetapi penggabungan dari dampak positif terbaik dari kelima filsafat
tersebut hanya sekedar digabungkan-gabungkan apa yang baik dan terkumpul menjadi satu
kesatuan. Jadi bisa dibayangkan jika dasar filsafat pengembangan kurikulum 2013 saja tidak
jelas bentuknya bagaimana kurikulum pembelajaran dapat berjalan secara lancar ???
Menurut opini yang telah ditulis pak doni kusuma, pilihan filsafat eklektik tak lain adalah wujud
kemalasan berpikir, simplifikasi persoalan, dan pilihan jalan pintas paling gampang. Filsafat
eklektik dapat dijadikan sebagai jalan pintas rasionalisasi dan menghindar dari tanggung jawab
ketika terjadi berbagai persoalan, yaitu mulai dari pilihan materi pengajaran, metode, sistem
evaluasi, bahkan dalam eksekusinya. Sebab, semua hal bisa dijustifikasi dan dirasionalisasi
melalui pendekatan eklektik.
Dari opini tersebut tampak dijelaskan bahwa filsafat eklektik hanyalah sarana untuk peringan
tugas. Hal tersebut juga dibuktikan dengan isi SK dan KD kurikulum 2013 yang tidak jelas dan
terkesan dipaksa-paksakan. Akibatnya akan terjadi problematika selama proses transfer of
learning dari guru kepeserta didik. Jika suatu kegiatan pembelajaran terjadi masalah pada
transfer of learning maka akan menyebabkan hasil belajarpun tidak akan membuahkan hasil yang
maksimal. Akibatnya tujuan pendidikanpun gagal tercapai. Berdasarkan msalah-masalah yang
ditimbulkan ketidaktepatan filsafat pengembangan kurikulum, dapat diambil kesimpulan bahwa
sebaiknya sebelum dilakukan pemilihan dasar pengembangan kurikulum maka sebaiknya perlu
ditinjau lagi terlebih dahulu seberapa siap potensi mental dari pendidik dan peserta didik untuk
menghadapi sebuah perubahan baru, serta seberapa kuat daya dukung lingkungan fisik
pembelajarannya.

More Related Content

What's hot

Metode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaMetode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaM Fauzan
 
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانيةالأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
Alfiyah Rizzy Afdiquni
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua
kholid harras
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingOktari Aneliya
 
Teori pemerolehan bahasa kedua oke deh
Teori pemerolehan bahasa kedua oke dehTeori pemerolehan bahasa kedua oke deh
Teori pemerolehan bahasa kedua oke deh
kholid harras
 
Teknik pengajaran keterampilan kalam
Teknik pengajaran keterampilan kalamTeknik pengajaran keterampilan kalam
Teknik pengajaran keterampilan kalamQurrota A'yun
 
Hakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasaHakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasa
Eman Syukur
 
metode pembelajaran Maharah istima'
metode pembelajaran Maharah istima'metode pembelajaran Maharah istima'
metode pembelajaran Maharah istima'
Fikri J. Maulana
 
Metode pembelajaran istima' wal kalam
Metode pembelajaran istima' wal kalamMetode pembelajaran istima' wal kalam
Metode pembelajaran istima' wal kalam
Vini Fakhriyani Ulfah
 
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaan
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaanPendekatan dan kaedah pengajaran bacaan
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaanHailmi Othman
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
Vince Here
 
metode suggestopedia
metode suggestopedia metode suggestopedia
metode suggestopedia
Taufiq Akbar Sanusiputra
 
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHODRpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
Viruz Tata
 
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas RendahPendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Heny Heny
 
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatifBagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Fithri Yenti Hasibuan
 
Metode langsung ,mubasyiroh
Metode langsung ,mubasyirohMetode langsung ,mubasyiroh
Metode langsung ,mubasyiroh
dirisaya
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
kholid harras
 

What's hot (20)

Metode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaMetode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasa
 
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانيةالأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
الأسس والمبادئ في اكتساب اللغة الثانية
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Teori pemerolehan bahasa kedua oke deh
Teori pemerolehan bahasa kedua oke dehTeori pemerolehan bahasa kedua oke deh
Teori pemerolehan bahasa kedua oke deh
 
Teknik pengajaran keterampilan kalam
Teknik pengajaran keterampilan kalamTeknik pengajaran keterampilan kalam
Teknik pengajaran keterampilan kalam
 
Hakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasaHakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasa
 
metode pembelajaran Maharah istima'
metode pembelajaran Maharah istima'metode pembelajaran Maharah istima'
metode pembelajaran Maharah istima'
 
Bbm 4
Bbm 4Bbm 4
Bbm 4
 
Faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajarFaktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar
 
Metode pembelajaran istima' wal kalam
Metode pembelajaran istima' wal kalamMetode pembelajaran istima' wal kalam
Metode pembelajaran istima' wal kalam
 
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaan
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaanPendekatan dan kaedah pengajaran bacaan
Pendekatan dan kaedah pengajaran bacaan
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
 
metode suggestopedia
metode suggestopedia metode suggestopedia
metode suggestopedia
 
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHODRpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
Rpp THE AUDIO LINGUAL METHOD
 
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas RendahPendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
 
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatifBagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
 
Metode langsung ,mubasyiroh
Metode langsung ,mubasyirohMetode langsung ,mubasyiroh
Metode langsung ,mubasyiroh
 
Teori bahasa
Teori bahasaTeori bahasa
Teori bahasa
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
 

Similar to Community language learning

Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4
kasmuddin nanang
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Fitri Yusmaniah
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulumpapih
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docxakulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
NurlianOktaviani
 
Makalah
MakalahMakalah
Univa All Islami 202241031 Antropologi Komunikasi
Univa All Islami 202241031  Antropologi KomunikasiUniva All Islami 202241031  Antropologi Komunikasi
Univa All Islami 202241031 Antropologi Komunikasi
univaallislami
 
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
nrsobah
 
Andragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptxAndragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptx
SuratmiMaula
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
FirmanRengel
 
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptxPPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
MARSIH4
 
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumberIlmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
STAIN Datokarama Palu
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docxTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Zukét Printing
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdfTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Zukét Printing
 
Hmef5043
Hmef5043Hmef5043
Hmef5043
latiba
 

Similar to Community language learning (20)

teori komunikasi
teori komunikasiteori komunikasi
teori komunikasi
 
Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4
 
Teori belajar bahasa
Teori belajar bahasaTeori belajar bahasa
Teori belajar bahasa
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docxakulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
akulturasi, enkulturasi, proses pembudayaan dan teori belajar.docx
 
Tugas teori comunikcasi
Tugas teori comunikcasi Tugas teori comunikcasi
Tugas teori comunikcasi
 
Bab ii terbaru
Bab ii terbaruBab ii terbaru
Bab ii terbaru
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Univa All Islami 202241031 Antropologi Komunikasi
Univa All Islami 202241031  Antropologi KomunikasiUniva All Islami 202241031  Antropologi Komunikasi
Univa All Islami 202241031 Antropologi Komunikasi
 
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
NSobah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Andragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptxAndragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptx
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
 
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptxPPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
 
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumberIlmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docxTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdfTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
 
Hmef5043
Hmef5043Hmef5043
Hmef5043
 

Community language learning

  • 1. Community language learning (CLL) is Language-teaching method[1] in which students work together to develop what aspects of a language they would like to learn. It is based on the Counseling-approach in which the teacher acts as a counsellor and a paraphraser, while the learner is seen as a client and collaborator. The CLL emphasizes the sense of community in the learning group, it encourages interaction as a vehicle of learning, and it considers as a priority the students' feelings and the recognition of struggles in language acquisition. There is no syllabus or textbook to follow and it is the students themselves who determine the content of the lesson by means of meaningful conversations in which they discuss real messages. Notably, it incorporates translation, transcription, and recording techniques. Background The CLL approach was developed by Charles Arthur Curran, a Jesuit priest,[2] professor of psychology at Loyola University Chicago, and counseling specialist.[3] This method refers to two roles: that of the know-er (teacher) and student (learner). Also the method draws on the counseling metaphor and refers to these respective roles as a counselor and a client. According to Curran, a counselor helps a client understand his or her own problems better by 'capturing the essence of the clients concern ...[and] relating [the client's] affect to cognition...;' in effect, understanding the client and responding in a detached yet considerate manner. To restate, the counselor blends what the client feels and what he is learning in order to make the experience a meaningful one. Often, this supportive role requires greater energy expenditure than an 'average' teacher.[4] Methods Natural Approach The foreign language learner's tasks, according to CLL are (1) to apprehend the sound system of the language (2) assign fundamental meanings to individual lexical units and (3) construct a basic grammar. In these three steps, the CLL resembles the Natural Approach to language teaching in which a learner is not expected to speak until he has achieved some basic level of comprehension.[5] There are 5 stages of development in this method. 1. “Birth” stage: feeling of security and belonging are established. 2. As the learners' ability improve, they achieve a measure of independence from the parent. 3. Learners can speak independently. 4. The learners are secure enough to take criticism and being corrected. 5. The child becomes an adult and becomes the know-er.
  • 2. Online Communities These types of communities have recently arisen with the explosion of educational resources for language learning on the Web. A new wave of Community Learning Languages have come into place with the internet growth and the boom of social networking technologies. These online CLLs are social network services such as Papora (language education company), English, baby! and LiveMocha that take advantage of the Web 2.0 concept of information sharing and collaboration tools, for which users can help other users to learn languages by direct communication or mutual correction of proposed exercises. Other online communities, such as Chatterplot, make it possible for users to connect online and then meet up and practice languages in person. Barriers in Community Language Learning When learning a different language while in a multilingual community, there are certain barriers that one definitely will encounter. The reason for these barriers is that in language learning while in a multicultural community, native and nonnative groups will think, act, and write in different ways based on each of their own cultural norms. Research shows that students in multicultural environments communicate less with those not familiar with their culture. Long-term problems include that the foreign speakers will have their own terms of expression combined into the language native to the area, which often makes for awkward sentences to a native speaker. Native students tend to develop an exclusive attitude toward the nonnative speaker because they feel threatened when they do not understand the foreign language. Short-term problems include the fact that native students will usually lack in-depth knowledge of the nonnative cultures, which makes them more likely to be unwilling to communicate with the foreign speakers. Because these foreign students grew up and were educated in a totally different cultural environment, their ideologies, identities and logic that form in the early age cause different ways of expressing ideas both in written and spoken form. They will have to modify and redefine their original identities when they enter a multicultural environment (Shen, 459). This is no easy task. Consequentially, a low-level of social involvement and enculturation will occur for both native and nonnative speakers in the community. See also TEORI KURIKULUM A. Pengerian Teori Teori merupakan suatu set atau system pernyataan(a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal ketidaksepakatannya terletak pada karakterristik pernyataan tersebut. Ada tiga
  • 3. kelompok karakteristik utama system pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan suatu teori bersifat memadukan(unifying statement) Kedua,pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah umum (universal preposition). Ketiga, pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement). Kaplan (1964,hlm.295). Teori menjelaskan suatu kejadian. Kejadian ini bias sangat luas atau sangat sempit. Suatu kejadian yang dijelaskan oleh suatu teori menunjukkan suatu set yang universal. Set universal ini terbentuk oleh tiga bagian. Bagian pertama,kejadian yang diketahui,yang dinyatakan sebagai fakta,hukum,atau prinsip. Bagian kedua yang dinyatakan sebagai asumsi,proposisi, dan postulat. Bagian ketiga adalah bagian dari set universal atau bagian dari keseluruhan yang belum diketahui. 1. Fungsi Teori Ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati para ilmuwan yaitu: (1) mendeskripsikan,(2) menjelaskan,dan (3)memprediksi. Fungsi yang lebih besar dari suatu teori adalah melahirkan teori baru. Mouly (1970,hlm.70-71) mengemukakan cirri-ciri suatu teori yang baik,yaitu: 1. A theoretical system must permit deduction which be tested empirically 2. A theory must be compatible both with observation and with previously validated theories, 3. Theories must be stated in simple term, thet theory is best which explains the most in the simplest form, 4. Scientific theories must be based on empirical facts and relationships. B. Teori Pendidikan Boyles,(1959) menyatakan bahwa teori pendidikan di Amerika Serikat berada dalam a state of suspended animation, penggambarannya masih tertangguhkan. Masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk menampilkan dengan jelas teori pendidikn ini. Menurut Beaucham (1975,hlm.34),teori pendidikan akan atau dapat berkembang. Tetapi
  • 4. perkembangnnya pertama-tama dimulai pada sub-subteorinya. Yang menjadi subteori dari teori pendidikan adalah teori-teori dalam kurikulum pengajaran,evaluasi,bimbingan-konseling, dan administrasi pendidikan. Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold Classification of Education Theories(1966) mengemukakan empat teori pendidikan, yaitu teori tradisional,teori progresif,teori hasil belajar, dan teori proses belajar. Teori tradisional menekankan fungsi pendidikan sebagai pemelihara dan penerus warisan budaya,teori progresif memandang pendidikan sebagai penggali potensi anak-anak,dalam teori ini anak menempati kedudukan sentral dalam pendidikan. Teori hasil belajar sesuai dengan namanya mengutamakan hasil,sedangkan teori proses belajar mengutamakan proses belajar. Enam teori pendidikan (menurut Brouner) Teori Metode Pandangan terhadap anak Penekanan dalam pendidikan Monitorial method Orielland memorization Trainable beast Obedience Object teaching Handling things Flower to be cultivated Discoverer Herbartianism Five steps Social embryo to be molded Will power Child study Self expression Potential artist Sensivity Experimentalism Problem solving Responsible rebel Involvement Curent academic emphasis New technology Greatest natural resours Mastery
  • 5. March Beth dalam buku Education as a Dicipline (1965) menegaskan bahwa pendidikan adalah suatu disiplin. Ia menolak pandangan bahwa pendidikan hanyalah aplikasi dari disiplin-disiplin lain. Pendidikan adalah suatu bidang studi (suatu disiplin) dalam bidangnya. Studi tentang pendidikan merupakan suatu kajian tentang bagaiman cara atau model-model inquiri disusun,digunakan,dikembangkan,dan disusun kembali. Lebih jauh berisi kajian tentang model- model yang cocok pada suatu tempat,serta syarat-syarat yang diperlukan bagi pelaksanaan model tersebut. Menurut Beth,study tentang pendidikan mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. sejarah tentang teori dan model-model pendidikan. 2. prinsip-prinsip dan prosedur analisis dari model-model pendidikan. 3. studi tentang fungsi dari model-model yang ada,sebagai bahan alat untuk mempelajari dan mengembangkannya. 4. studi lebih mendalam tentang variasi model, bagaimana penerapannya dalam berbagai tingkat sekolah dan berbagai jenis mata pelajaran. 5. pelaksanaan model sesuai dengan kondisi waktu,kemampuan pelaksana,serta fasiliatsi yang ada. C. Teori Kurikulum Konseep-konsep teori kurikulum yaitu sebagai suatu perangkatt pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsure-unsurkurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan
  • 6. evaluasi kurikulum.Bahan penyajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penetuan keputusan, penggunaan,perencanaan,pengembangan,evaluasi kurikulum, dan lain-lain. 1. Konsep Kurikulum Ada tiga konsep tentang kurikulum,kurikulum sebagai substansi, Sebagai system,dan sebagai bidang studi. Konsep pertama,kurikulum sebagai substansi,suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Konsep kedua,adalah kurikulum sebagai suatu system, yaitu suatu system kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari system persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum mencakup system personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Konsep ketiga,kurikulumm sebagain sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. 2. Perkembangan teori kurikulum Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charless dan McMurry, tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Frankin Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum Yng pertama, ia perintis pengembangan praktek kurikulum. Menurut Bobbit teori kurikulum itu sederhana,yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupa mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang berpusat pada anak(child centered). Teori kurikulum berubah dari
  • 7. yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charles) kepaada kehidupan psikologis anak pada saat inii. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Perkembangan teori kurikulum selanjutnya di bawakan oleh Hollis Dasweel. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara di bagian Amerika Serikat. Ia mengembangkan kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan. Maka Caswell mengembangkan kurikulumyang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan stuktur organisasi dari penysusun kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum,merumuskan tujuan, memilih isi, menetukan kegiatan belajar, desain kurikulum,menilai hasil. Pada tahun 1947 di Univertas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,(2) menentukan hubungan antara masalah- masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnnya,(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan masalah tersebut. Ralph W.Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum: 1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah? 2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut? 3. bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif? 4. bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai? a. Sumber pengembangan kurikulum Pengembang kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan
  • 8. orang dewasa, karena sekolah mempersiapkan anak nagi kehidupan orang dewasa,kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi luas meliputi semua unsure kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang bebudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut mrnciptakan budaya. Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi-potensi yang telah ada pada anak. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, dan minat siswa. Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum pada pengalaman- pengalaman penyusunan kurikulum yang lalu. Pengalaman pengembangan kurikulum yang lalu menjadi sumber penyusunan kurikulum kemudian. Hal lain yang menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-nilai. Beauchamp menegaskan bahwa nilai dapat merupakan sumber penemuan keputusan yang dinamis. Terakhir yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan social-politik yang menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of education local yang mewakili negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan social-politik dalam penentuan kurikulum adalah Mentri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikdub. b. Desain dan rekayasa kurikulum Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsure-unsur dan kurikulum, hubungan antara satu unsure dengan unsure lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Dalam desain kurikulum, ada dua dimensi penting, yaitu: (1) substansi, unsure- unsur serta organisasi dari dokumen tertulis kurikulum,(2) model pengorganisasian dan bagian- bagian kurikulum terutama organisasi dan proses pengajaran. Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum: Pertama, ketentuan-ketentuan, tentang bagaimana penggunaan kurikulum serta bagaimana mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan
  • 9. berdasarkan masukan dari pengalaman, kedua, kurikulum itu dievaluasi, baik bentuk desainnya maupun system pelaksanaannya. Rekayasa kurikulum berkenaan dengan bagaimana proses memungkinkan kurikulum disekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola kurikulum agar kurikulum dapat berfungsi sebaik-baiknya. Pengelola kurikulum disekolah terdiri dari: para pengawas/penilik dan kepala sekolah sedangkan pada tingkat pusat adalah Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Balitbang Dikbud dan para Kasubdit/Kepala Bagian Kurikulum di Direktorat. Seluruh system rekayasa kurikulum menurut Beauchamp mencakup lima hal, yaitu (1) arena atau lingkup tempat dilaksanakannya berbagai proses rekayasa kurikulum, (2) keterlebatan orang-orang dalam proses kurikulum, (3) tugas-tugas dan prosedur perencanaan kurikulum, (4) tugas-tugas dan prosedur implementasi kurikulum, dan (5) tugas-tugas dan prosedur evaluasi kurikulum. TEORI-TEORI BELAJAR Dan PEMBELAJARAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
  • 10. didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. B. Teori-Teori Klasik 1. Behavioristik Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses. a. Thorndike Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati b. Watson Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
  • 11. biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan biologis. d. Edwin Guthrie Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai stimulus. Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Contoh seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu mencampakkan baju dan topinya dilantai. Ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil mengantungkan baju dan topinya di tempat gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung topi dan baju menjadi terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah. 2. Pengkondisian klasik Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo pada awal tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen secara sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu organisme. Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin bubur daging di depan mulut anjing . Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang dikeluarkan oleh anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan.
  • 12. Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik. Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam pengkondisian klasik stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama. Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus dipahami yaitu Unconditioned Stimulus (US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus (CS), dan Conditioned Respon (CR). Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US. Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR. Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen Pavlov beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan. Conditioned Respon adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema exsperimen Palvov berikut : Sebelum Pengkondisian US (makanan) >>>>>>>>>>>> UR (Keluar air liur) CS (lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar) Selama Pengkondisian CS(lonceng) + US (makanan)>>>>> UR (keluar air liur) Setelah Pengkondisian CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur) (M. Asrori, 2008)
  • 13. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan beberapa cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (M. Asrori, 8:2008 dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu : a. Generalization (generalisasi) Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan respon yang sama. Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia dia juga akan menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. b. Discrimination (diskriminasi) Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Indonesia atau sejarah karena kedua mata pelajaran tersebut jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi c. Extinction (pelenyapan) Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus. Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik,dan kecemasannya mereda. Teori pengembangan klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan ketakutan pada murid dalam proses belajar dan pembelajaran . 3. Gestalt Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/, 16 Maret 2011) menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  • 14. a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata- susunan yang tepat. Jadi menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. C. Teori – Teori Belajar Proses
  • 15. 1. Teori Skinner Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010). Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah oleh gurunya. Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu : penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan hukuman (punishment). (M. Asrori, 9 : 2008) Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi. Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai ujian). Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya. Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat. Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu : a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour) Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur
  • 16. pembentukan respon bisa digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh : apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi. b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia menyelesaikan PR tepat waktu. Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali. c. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement) Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan berkelanjutan (Continous Inforcement) dan penguatan berkala (Variabel Reinforcement). Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat setiap kali organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang disebut
  • 17. penguatan nisbah dan berdasarkan interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu. Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali siswa memberikan respon baru diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada siswa kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah 5 respon Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon yang muncul setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang muncul. d. Penguatan Positif Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maka pada sait itu juga guru segera memberikan pujian. e. Penguatan Intermiten Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya : seorang siswa yang tadinya malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara. f. Penghapusan Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya siswa yang berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga demikian, siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa
  • 18. yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan melakukannya lagi. g. Percontohan (modeling) Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa. h. Token Ekonomi Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya guru member hadiah buku novel yang bagus kepada seorang siswa 2. Teori Gagne Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
  • 19. sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku. Hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah belajar. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan, missalnya perubahan tinggi badan atau perkembangan otot dan lain-lain. Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:  Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.  Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi- asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.  Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
  • 20.  Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan- pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil. Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :  Fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.  Fase generalisasi adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.  Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.  Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement). D. Teori – Teori Kognitif 1. Pemrosesan informasi Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Pemerosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitiringnya, dan menyusun strategi berkenaaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan berfikir (thinking). (Santrock, 310:2010). Anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk mengembangkan untuk
  • 21. memproses informasi, dan secara bertahap pula mereka biasa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Pemerosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem komputer sebagai analog. Penggunaan sistem komputer sebagai analog cara manusia memproses, menyimpan dan mengingat kembali informasi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan manusia. Cara manusia memproses informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan dengan komputer. (M.Asrori, 13:2008) Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari pendekatan pemrosesan informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme pengubahan dan modifikasi diri. (Santrock, 310 :2010). Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah pemerosesan informasi. Ketika anak merasakan, malakukan, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bias beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas dan tujuan. (Santrock, 311 : 2010). Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam pemerosesan informasi focus utamnya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu : Ecoding (penyandian), Otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi. Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori. Aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan – hubungan baru antara ide dan kejadian. (Kail, 2002 dalam Santrock, 311 : 2010). Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan
  • 22. informasi tersebut dengan pengetahun sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. Agar dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain. Modifikasi diri. Anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang baru. Anak membangun respon baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya. 2. Metakognisi Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori, 20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock, 340:2010). Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia membagi metakognisi keempat variable yang penting, yaitu : a. Variabel Individu Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organism kognitif atau pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu dibagi menjadi tiga, yaitu :  Variabel Intra Individu Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya : seseorang yang mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika dibandingkan dengan mata pelajaran sejarah.  Variabel antra individu Variabel antra individu adalah kemampuan individu membandingkan dan membedakan kemampuan kognitif dirinya dengan orang lain. Misalnya : seorang siswa mengetahui bahwa dirinya pandai pada mata pelajaran IPA dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di kelasnya.
  • 23. b. Variabel Universal Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada didalam sistem budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya kita paham terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham c. Variabel Tugas Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui kesan-kesan, pentingnya dan hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh : seandainya informasi yang disampaikan oleh guru adalah sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru tersebut tidak akan mengulangi, maka para siswa tentu akan memberikan perhatian yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses informasi itu dengan lebih teliti. d. Variabel Strategi Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau mengatasi kesulitan yang timbul. 3. Sibernetik Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006). Dalam teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena informasi ini yang akan menentukan proses. Kelebihan Teori Sibernetik  Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.  Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.  Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.  Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.  Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.  Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu  Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
  • 24. Kelemahan teori sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan. Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori – teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Teori Pengkondisian Klasik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha dari
  • 25. organisme untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus yang pada akhirnya menghasilkan sustu respon. Teori Gestalt lebih menekankan belajar adalah kecenderungan mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari Teori Skinner adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi . Teori Gane menyatakan bahwa belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Teori Pemerosesan Informasi menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Metakognisi adalah suatu kemampuan individu diluar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. Sedangkan Sibernetik mengatakan bahwa belajar adalah pengolahan informasi . Jadi masing-masing teori menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian yang berbeda-beda. Filsafat pengembangan Kurikulum 2013 19 Jun Kurikulum merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum dikembangkan dari pedoman kurikulum yang telah ditentukan. Pedoman ini akan digunakan sebagai penentu jalannya pencapaian tujuan pendidikan. Dalam hal ini yang dimaksud sebagai pedoman yaitu filsafat. Pada dasarnya ada beberapa filsafat yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan. Filsafat tersebut antara lain: Filsafat perennialis, filsafat idealis, filsafat
  • 26. pragmatis, filsafat rekonstruktif, eksistensialis, dan filsafat realis. Tetapi dari beberapa filsafat tersebut, tidak ada satupun jenis filsafat yang dijadikan sebagai dasar pengembangan kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan, dasar dari filsafat pengembangan kurikulum 2013 merupakan gabungan seleksi dampak positif terbaik dari semua filsafat diatas (filsafat prennialis, filsafat idealis, filsafat rekonstruktif, eksistensialis, dan filsafat realis). Dampak positif terbaik dari kelima filsafat tersebut kemudian terakumulasi membentuk suatu filsafat baru yang disebut sebagai filsafat eklektisisme. Secara teori jika suatu kebaikan dikumpulkan menjadi satu maka akan muncul suatu kebaikan yang lebih besar. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada filsafat eklektisisme. Hal ini dikarenakan pada filsafat eklektisime, penggabungan dampak positif terbaik yang diambil dari kelima filsafat tersebut, tidak melihat bahwa hal-hal yang dipilih itu secara natural, fundamental, cocok dan dapat diintegrasikan. Tetapi penggabungan dari dampak positif terbaik dari kelima filsafat tersebut hanya sekedar digabungkan-gabungkan apa yang baik dan terkumpul menjadi satu kesatuan. Jadi bisa dibayangkan jika dasar filsafat pengembangan kurikulum 2013 saja tidak jelas bentuknya bagaimana kurikulum pembelajaran dapat berjalan secara lancar ??? Menurut opini yang telah ditulis pak doni kusuma, pilihan filsafat eklektik tak lain adalah wujud kemalasan berpikir, simplifikasi persoalan, dan pilihan jalan pintas paling gampang. Filsafat eklektik dapat dijadikan sebagai jalan pintas rasionalisasi dan menghindar dari tanggung jawab ketika terjadi berbagai persoalan, yaitu mulai dari pilihan materi pengajaran, metode, sistem evaluasi, bahkan dalam eksekusinya. Sebab, semua hal bisa dijustifikasi dan dirasionalisasi melalui pendekatan eklektik. Dari opini tersebut tampak dijelaskan bahwa filsafat eklektik hanyalah sarana untuk peringan tugas. Hal tersebut juga dibuktikan dengan isi SK dan KD kurikulum 2013 yang tidak jelas dan terkesan dipaksa-paksakan. Akibatnya akan terjadi problematika selama proses transfer of learning dari guru kepeserta didik. Jika suatu kegiatan pembelajaran terjadi masalah pada transfer of learning maka akan menyebabkan hasil belajarpun tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Akibatnya tujuan pendidikanpun gagal tercapai. Berdasarkan msalah-masalah yang ditimbulkan ketidaktepatan filsafat pengembangan kurikulum, dapat diambil kesimpulan bahwa sebaiknya sebelum dilakukan pemilihan dasar pengembangan kurikulum maka sebaiknya perlu ditinjau lagi terlebih dahulu seberapa siap potensi mental dari pendidik dan peserta didik untuk menghadapi sebuah perubahan baru, serta seberapa kuat daya dukung lingkungan fisik pembelajarannya.