SlideShare a Scribd company logo
| INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 45
TEORI KODE-KODE BERBICARA
Oleh Rukman Pala*
Abstract
This article substantive describes The Theory of Speaking Codes from Gerry Philipsen. Briefly, these include
background birth of the theory; the substance of Speaking Code Theory; shape/appearance of ethnography;
criticism of the theory; and conclusion. The discussion showed that one of the five core theory is related to
the arguments stated in the form of propositions, that “where there is a cultural difference, there will be
found different speaking code". From the meaning of ‘postulate referred to’ in relation to a number of
example case about the working Theory of Speaking Codes in reality daily life before that, this indicates that
for Indonesia this theory can actually be a confirmation and practical guidance for each individual of an
Indonesian ethnic community nation in cross-cultural communication in order to make harmonization.
Keywords: speech code, ethnography, culture
Abstrak
Artikel ini secara substantif memaparkan Teori Kode-Kode Bicara dari Gerry Philipsen. Secara ringkas hal
ini meliputi latar belakang lahirnya teori, substansi Teori Kode Berbicara; bentuk/penampilan etnografi;
kritik terhadap teori; dan kesimpulan. Hasil pembahasan memperlihatkan salah satu dari lima inti teori itu
yaitu terkait dengan dalil yang dinyatakannya dalam bentuk proposisi, bahwa “di mana ada suatu perbedaan
budaya, di sana akan ditemukan kode berbicara yang berbeda pula”. Memetik makna dalil dimaksud dalam
kaitannya dengan sejumlah contoh kasus tentang bekerjanya Teori Kode-Kode Berbicara dalam realitas
kehidupan sehari-hari sebelumnya, maka ini menandakan bahwa bagi bangsa Indonesia teori ini sebenarnya
dapat menjadi penegas dan petunjuk praktis bagi setiap individu dari suatu komunitas etnis bangsa Indonesia
dalam berkomunikasi lintas budaya agar terwujudnya harmonisasi.
Kata-kata kunci: kode bicara, etnografi, budaya
1. Latar Belakang
Ilmu komunikasi dikenal sebagai suatu ilmu
yang interdisipliner. Dengan konsep dimaksud
ilmu komunikasi bermakna bahwa ilmu tersebut
sebagai ilmu yang dilintasi berbagai ilmu seperti
antropologi, sosiologi, semiologi atau psikologi.
Karena sifatnya yang demikian, makanya dalam
teori-teori komunikasi jadi dikenal konsep
paradigma teori. Ini untuk menunjukkan bahwa
suatu teori komunikasi itu lahir dari paradigma
tertentu, misalnya seperti paradigma sosiokultural.
Salah satu teori komunikasi yang
kontribusinya berasal antropologi yang nota bene
tergabung dalam paradigma sosiokultural, yaitu
teori kode-kode bicara dari Gerry Philipsen.
Dalam kaitan setting komunikasi, maka secara
ontologis teori ini termasuk terkait kajian
fenomena komunikasi kelompok yang dikaitkan
dengan budaya. Sementara secara epistemologis,
teori ini diketahui lahir melalui penggunaan jasa
Etnografi.
Sebagai salah satu teori yang tergolong dalam
paradigma sosiokultural, yakni teori yang
cenderung kurang populer di kalangan akademisi
komunikasi, karenanya membicarakannya dalam
forum ilmiah seperti ini dianggap menjadi penting
untuk dilakukan. Secara substantif, artikel ini
sendiri akan memaparkan teori kode-kode bicara
dari Gerry Philipsen tadi secara summary. Hal ini
meliputi: 1. Latar belakang lahirnya teori; 2.
Substansi Teori Kode Berbicara; 3. Bentuk/
penampilan etnografi; 4. Kritik terhadap teori; dan
5. Kesimpulan. Dengan paparan ini diharapkan
dapat menjadi penambah wawasan khususnya
bagi para pemula di lingkungan akademisi
komunikasi yang notabene umumnya cenderung
hanya mengenal teori-teori dalam pradigma
cybernatika (Imran, 2914: 98). Sementara secara
46 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
praktis diharapkan berguna dalam penerapan
pelaksanaan penelitian, khususnya komunikasi
dalam setting kelompok yang memang masih
relatif sedikit dilaksanakan di Indonesia.
2. Pembahasan
2.1. Latar Belakang Lahirnya Teori
Etnografi merupakn metode riset yang
menempatkan keutamaan dalam menemukan
maksud/arti bahwa orang-orang berbagi dengan
saling memberikan kebudayaan. Sebagai contoh,
pendekatan interaksi simbolis, yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat.
Sementara itu, Philipsen (seorang yang
sedang melakukan studi etnografi) membaca suatu
artikel di Universitas Virginia, yang ditulis oleh
ahli Antropologi dan ahli bahasa Dell Hymes,
yang mengatakan bahwa etnografi merupakan
praktek studi variasi komunikasi yang besar di
seluruh bumi, yang berkaitan dengan wilayah/
daerah. Untuk selanjutnya, Philipsen memutuskan
untuk memulai studinya pada masyarakat
Chicago, tempat di mana ia bekerja, di suatu
tempat yang ia beri nama “Teamsterville.”
Selama tiga tahun bekerja di sana, banyak
orang-orang yang ia sering temui, antara lain
anak-anak di pinggir jalan, perempuan di serambi,
orang di sudut-sudut jalan, dan semua orang di
pemondokan di mana ia bekerja. Oleh karena itu,
ia dapat memberikan gambaran mengenai kode
berbicara yang digunakan oleh penduduk
Teamsterville. Meskipun masyarakat
Teamsterville berbicara dengan menggunakan
bahasa Inggris, namun Philipsen mencatat bahwa
ternyata ada pola berbicara yang berbeda dari
kode berbicara yang ia tahu, atau ia praktekkan
dalam masyarakat aslinya.
Keadaan kontras ini kemudian mendorongnya
untuk melakukan suatu studi etnografi yang
kedua, yang dimulai saat ia mengajar komunikasi
di Universitas California, dan dilanjutkan ketika ia
pergi ke Universitas Washington. Dalam hal ini, ia
menemukan suatu kode berbicara pada
masyarakat tersebut, yang ia beri nama
“Nacirema”.
Gaya berbicara Nacirema adalah percakapan
orang Amerika pada umumnya yang dibawa oleh
tingkat masyarakat dan pada tingkat pribadi dalam
interaksi tatap muka. Selanjutnya Philipsen
mendefinisikan budaya Nacirema sebagai praktek
berbicara lebih baik dari batasan-batasan geografis
atau latar belakang kesukuan.
Selama Philipsen belajar, studi Etnografi
Teamsterville dan Nacirema menyajikan
perbandingan data pada dua kebudayaan. Tapi ia
juga ingin mempelajari yang lain, dengan tujuan
untuk mengembangkan teori umum yang
berhubungan antara komunikasi dan kebudayaan.
Teori seperti itu akan memandu peneliti kultur dan
praktisi di dalam mengetahui apa yang harus
dicari, dan menawarkan petunjuk bagaimana
menginterpretasikan cara orang berbicara.(ritual).
2.2. Substansi Teori Kode Berbicara
Philipsen menguraikan secara singkat inti
teori kode berbicara ke dalam lima bentuk
proposisi, yaitu:
a. Membedakan kode berbicara
Dalam dalil ini dijelaskan bahwa di mana ada
suatu perbedaan budaya, di sanalah akan
ditemukan kode berbicara yang berbeda pula.
b. Unsur kode berbicara
Di sini dijelaskan bahwa suatu kode berbicara
melibatkan suatu psikologi yang membedakan,
sosiologi dan retorik.
- Psikologi. Menurut Philipsen, tiap-tiap kode
berbicara “pokok pembicaraan” alami
tentang individu secara khusus.
- Sosiologi. Philipsen menulis bahwa suatu
kode berbicara menyediakan suatu sistem
jawaban tentang hubungan antara pribadi
dan orang lain, yang dapat dilihat/ dicari dan
sumber daya simbolis apa yang dapat
dengan efektif dalam mencari hubungan itu.
- Retorik. Philipsen menggunakan term
retorik dalam pengertian penemuan
kebenaran yang ganda dan pendekatan
membujuk.
c. Penafsiran kode berbicara
Dalam dalil ini dikatakan bahwa arti
mengatakan tergantung pada kode berbicara itu
yang digunakan oleh para pembicara dan
pendengar untuk menciptakan dan
menginterpretasikan komunikasi mereka.
Menurut Philipsen, jika kita ingin memahami
arti dari praktek berbicara dalam suatu kultur/
budaya, maka kita harus mendengarkan cara
orang-orang itu memperbincangkan tentang
masalah itu dan bereaksi terhadap masalah itu,
maka itulah praktek mereka dan mereka juga
yang memutuskan apa maknanya.
d. Lokasi kode berbicara
Istilah, aturan, dan pendapat suatu kode
berbicara ada dalam pembicaraan pada diri
sendiri. Hal ini tentu sulit jika kita dihadapkan
pada suatu masalah yang juga melibatkan orang
lain. Untuk itu, komunikasi harus mengikuti
suatu urutan yang khas, yaitu:
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 47
 Inisiasi- seorang teman menyatakan suatu
kebutuhan untuk membahas suatu masalah
hubungan antar pribadi.
 Pengakuan- orang kepercayaan
mensahihkan pentingnya isu oleh suatu
kesediaan untuk “duduk dan berbicara”.
 Negosiasi- diri teman menyingkapkan,
orang kepercayaan mendengarkan suatu
yang tegas dan cara nonjudgemental, teman
pada gilirannya menunjukkan keterbukaan
ke umpan balik dan perubahan.
 Pernyataan kembali- kedua-duanya teman
dan orang kepercayaan mencoba untuk
memperkecil pandangan yang berbeda dan
mengulangi pernyataan penghargaan dan
kesanggupan untuk satu sama lain.
Dari urutan-urutan tersebut dapat dijelaskan
bahwa “Apapun masalahnya, komunikasi
adalah jawabannya.”
e. Kekuatan kode berbicara di dalam diskusi
Penggunaan yang cerdik mengenai suatu kode
berbicara bersama adalah suatu kondisi yang
cukup untuk meramalkan, menjelaskan, dan
mengendalikan dari ceramah tentang
kebijaksanaan, kejelasan, dan kesusilaan dalam
melakukan komunikasi.
2.3. Bentuk/ Penampilan Etnografi
Lingkungan kerja merupakan bentuk
etnografi sebab melibatkan pengasingan pada
pihak peninjau dan kultur tuan rumah. Dalam aksi
yang berbentuk pelajaran, peneliti mengenali
bahwa mereka sedang melakukan etnografi
dengan membandingkan kelompok mereka
dengan kelompok lain.
Bentuk etnografi hampir selalu berlangsung
antar kelompok marginal. Dasar pemikiran yang
teoritis mendasari fakta ini adalah bahwa orang-
orang terhimpit, tidaklah pasif, tetapi mereka
menciptakan dan mendukung martabat dan kultur
mereka.
2.4. Kritik Terhadap Teori
Kebanyakan ahli etnografi bertepuk tangan
atas komitmen Philipsen untuk pengamatan
jangka panjang dan penafsirannya. Tetapi mereka
mengkritik usaha Philipsen untuk meneruskan
kebudayaan. Yang diwarisi, ia tidak mengurangi
variasi budaya yang dikeluarkan secara tunggal
seperti individualistik/ kerjasama yang rendah/
dikotomi konteks tinggi.
Selain itu, uraiannya mengenai kode berbicara
Nacirema gagal untuk membuka kedok pola
teladan dominasi, dan ia tidak angkat bicara
melawan pria di Teamsterville.
2.5. Kesimpulan Studi dari Philipsen
Pada prinsipnya, etnografi merupakan sebuah
ilmu yang membahas mengenai cara seseorang
berkomunikasi dengan orang lain, meskipun
mereka memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Seperti yang telah diteliti oleh Philipsen,
di mana ia telah mempelajari studi etnografi
Teamsterville dan Nacirema, melalui kode-kode
bicara yang digunakan di dua tempat tersebut.
Kemudian secara singkat Philipsen
menguraikan inti teori kode berbicara tersebut ke
dalam lima dalil, yaitu:
 Membedakan kode berbicara
 Unsur kode berbicara
 Penafsiran kode berbicara
 Lokasi kode berbicara
 Kekuatan kode berbicara dalam diskusi.
2.6. Implikasi Teori Terhadap Komunikasi Lintas
Budaya di Indonesia
Seperti kita tahu, bahwa Indonesia memiliki
berbagai suku, adat, kebudayaan dan bahasa yang
berbeda. Dengan banyaknya perbedaan tersebut,
tentu kita akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda
kebudayaan dan bahasa dengan kita.
Namun, bila kita kaitkan dengan komunikasi
etnografi yang telah kita bahas, kita tentu tidak
akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain, meskipun berbeda suku, adat,
kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Hal ini
dikarenakan pada komunikasi etnografi, kita
dituntut untuk saling terbuka (saling berbagi
kebudayaan), sehingga komunikasi yang kita
lakukan dapat berjalan efektif.
Apalagi untuk bangsa Indonesia yang telah
memiliki bahasa persatuan (bahasa Indonesia).
Tentu komunikasi akan berjalan lebih efektif,
tanpa adanya rasa perbedaan kebudayaan dan
bahasa, apabila bahasa tersebut benar-benar
digunakan dengan baik.
2.7. Contoh-Contoh Kasus Tentang Bekerjanya
Teori Kode-Kode Berbicara dalam Realitas
Kehidupan Sehari-Hari
Di bawah ini disajikan beberapa contoh kode-
kode berbicara di kalangan masyarakat Indonesia
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, sebagai
berikut :
48 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
1) Seorang pembantu rumah tangga suku Jawa
jika berbicara dalam bahasa Jawa ngoko
kepada majikannya yang juga berasal dari
suku Jawa dapat menyebabkan sang majikan
menjadi tersinggung dan marah kepada sang
pembantu karena dinilai tidak sopan dan tidak
tahu adat.
2) Nada suara tinggi di kalangan suku Batak
dinilai sebagai sebuah kebiasaan yang tidak
bermakna kemarahan, namun di kalangan
komunitas suku Jawa mempunyai makna
sebuah bentakan kemarahan.
3) Di kalangan komunitas masyarakat Riau, kata
“butuh” mempunyai makna sebagai “kata
kotor”, namun di kalangan masyarakat
Indonesia pada umumnya, “butuh” hanya
sebagai sebuah kata sifat yang berarti penting
atau perlu.
4) Di kalangan masyarakat masyarakat Madura,
warna biru dalam makna umum, dikodekan
dengan warna hijau.
5) “Mari, main ke lamin saya !” Dalam bahasa
Dayak berarti “masuk ke rumah”. Jadi,
seorang pria non Dayak, jangan gede rasa
(geer) dulu jika suatu saat seorang gadis
Dayak di Kalimantan dengan ramah
tersenyum-senyum berkata seperti itu kepada
Anda.
6) “Apa masyakat sini semua sudah punya
pacul?” kata Pak Harto suatu ketika dalam
temu wicara dengan sekelompok masyarakat
di Kalimantan. Anggota masyarakat yang
hadir tertawa geerr. Pak Harto pun heran dan
akhirnya mahfum saat diberi tahu kalau
“pacul” itu artinya kemaluan pria.
7) Bagi masyarakat di Irian Jaya, babi dimaknai
sebagai simbol status sosial ekonomi.
8) Di sebagian masyarakat Jakarta, ulat disebut
dengan ular, binatang melata berbisa yang
jauh berbeda artinya dengan ulat dalam arti
sebenarnya.
9) Kalangan remaja Jakarta kini memiliki
bahasanya sendiri. TTDJ, misalnya,
bermakna sebagai “hati-hati di jalan”.
Sementara di bawah generasi remaja
sekarang, sekitar dekade 70-an dan 80-an,
remaja juga punya bahasa sendiri yang
disebut dengan bahasa prokem atau okem.
Misalnya, nyokap = ibu, bokap = bapak;
sepokat = sepatu, dan lain-lain.
10) Di kalangan masyarakat Badui Dalam, ada
pepatah “panjang galah tak dapat dipotong,
pendek galah tak dapat disambung”.
Maknanya, suku Badui bersikukuh
mempertahankan keasliannya.
11) Nyatuk - makan di kalangan masyarakat
Sunda Banten, namun di kalangan masyarakat
Sunda lain, misalnya, di Bandung, maka
Nyatuk dinilai kasar dan diganti dengan
dahar.
12) Di Sumatera Utara, bertahak (sendawa) bukan
sesuatu yang tidak sopan, namun di Jakarta,
misalnya, bertahak itu sebagai sesuatu yang
tidak sopan.
13) Peneliti sejarah dari Belanda menemukan
bukti-bukti kalau mantan Presiden Soekarto
terlibat G 30 S/PKI. Temuan ini dimaknai
sebagai penghinaan oleh pengikut Soekarno
(Soekarnoisme).
14) Orang seni menilai foto telanjang Anjasmara
sebagai refleksi karya seni, bukan pornografi.
Namun foto yang sama dinilai sebagai
pornografi yang harus dihukum menurut
“kaum moralis”.
Mungkin masih banyak bisa ditemukan kode-
kode berbicara lainnya di kalangan masyarakat
Indonesia, misalnya di kalangan masyarakat asli
di Bekasi, untuk menyebutkan “sulit, susah”,
mereka menyebutnya dengan “bangga”.
Dari beragamnya kode-kode berbicara itu,
kiranya tentu menjadi indikasi kalau Teori Kode-
Kode Berbicara dari Philipsen, khususnya terkait
dengan proposisinya yang pertama, berindikasi
menemui banyak kesesuaian di tingkat empirik.
Proposisinya sendiri berbunyi, di mana ada
perbedaan budaya maka di situ ditemukan adanya
perbedaan kode-kode berbicara.
Bagi bangsa Indonesia yang berkomitmen
terhadap salah satu isi Sumpah Pemuda,
“Berbahasa Satu Bahasa Indonesia”, tentu ini
menjadi salah satu potensi yang dapat
memperkecil jarak perbedaan kode-kode berbicara
di kalangan masyarakat Indonesia guna
meminimalkan kemungkinan munculnya
disharmonisasi ketika terlibat dalam proses
komunikasi yang melibatkan partisipan dari ragam
budaya (lintas budaya).
Di sisi lain, indikasi beragamnya kode tadi,
itu juga menjadi petunjuk bagi individu Indonesia
bahwa berkomunikasi secara lintas budaya
seyogyanya harus menjadi bijak dengan cara
senantiasa melakukan orientasi terhadap sesama
partisipan komunikasi.
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 49
3. Penutup
Sebagaimana dipaparkan pada bagian awal
tulisan ini, secara substantif bahasannya terkait
dengan Teori Kode Berbicara dan diantaranya
terkait dengan topik “Substansi Teori Kode
Berbicara”. Dari topik ini diketahui bahwa
Philipsen menguraikan secara singkat inti teori
kode berbicara. Salah satu dari lima inti teori itu
yaitu terkait dengan dalil yang dinyatakannya
dalam bentuk proposisi bahwa “di mana ada suatu
perbedaan budaya, di sanalah akan ditemukan
kode berbicara yang berbeda pula”.
Memetik makna dalil dimaksud dalam
kaitannya dengan sejumlah contoh kasus tentang
bekerjanya Teori Kode-Kode Berbicara dalam
realitas kehidupan sehari-hari sebelumnya, maka
ini menandakan bahwa bagi bangsa Indonesia
teori ini sebenarnya dapat menjadi penegas dan
petunjuk praktis bagi setiap individu dari suatu
komunitas etnis bangsa Indonesia dalam
berkomunikasi lintas budaya agar terwujudnya
harmonisasi.
Untuk memaksimalkan aplikasi teori ini
dalam kehidupan nyata, langkah-langkah untuk
menginventarisasi kode-kode berbicara di
kalangan etnis bangsa Indonesia, kiranya menjadi
sesuatu yang perlu untuk dilakukan segera.
Dengan begitu, inventarisasi itu bisa menjadi
referensi bagi setiap individu ketika ia hendak
berbicara secara lintas etnis/budaya.
REFERENSI
Griffin, Emory A. 2007. A First Look At
Communication Theory (7th Edition).
New York: Mc Graw-Hill.
*Rukman Pala
Peneliti studi komunikasi dan media pada Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika Makassar
Email: Rukmanpala@yahoo.co.id

More Related Content

What's hot

Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
Robiatuladawiyah64
 
presentasi publik
presentasi publikpresentasi publik
presentasi publik
Hasrul Azis
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Alvin Agustino Saputra
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursus
Ahyaniyani
 
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makroMengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
aenem_
 
Speech Codes Theory
Speech Codes TheorySpeech Codes Theory
Speech Codes Theory
Kartika Nindria Pertiwi
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Bbm3206 1328088643 semantik
Bbm3206 1328088643 semantikBbm3206 1328088643 semantik
Bbm3206 1328088643 semantik
Norhayati Muhamad
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
Pipin Zahara Raeder
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
Norhayati Muhamad
 
Tugas rngkuman b.indonesia bab i
Tugas rngkuman b.indonesia bab iTugas rngkuman b.indonesia bab i
Tugas rngkuman b.indonesia bab i
erlyfarahani123
 
Retorika
RetorikaRetorika
Retorika
mawadahws
 
Mari mengenali semantik & pragmatik
Mari mengenali semantik & pragmatikMari mengenali semantik & pragmatik
Mari mengenali semantik & pragmatikmarzieta
 
Stalistik
StalistikStalistik
Stalistik
PAKLONG CIKGU
 
Sejarah perkembangan wacana di Malaysia
Sejarah perkembangan wacana di MalaysiaSejarah perkembangan wacana di Malaysia
Sejarah perkembangan wacana di Malaysia
syifa atiqah
 

What's hot (19)

Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
Bab 1 mengeksplorasi_teks_akademik_dalam_genre_makro[1]
 
presentasi publik
presentasi publikpresentasi publik
presentasi publik
 
Forum semantik
Forum semantikForum semantik
Forum semantik
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursus
 
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makroMengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
Mengeksplorasi teks akademik dalam genre makro
 
Definisi analisis wacana
Definisi analisis wacanaDefinisi analisis wacana
Definisi analisis wacana
 
Speech Codes Theory
Speech Codes TheorySpeech Codes Theory
Speech Codes Theory
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
Bbm3206 1328088643 semantik
Bbm3206 1328088643 semantikBbm3206 1328088643 semantik
Bbm3206 1328088643 semantik
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Tugas rngkuman b.indonesia bab i
Tugas rngkuman b.indonesia bab iTugas rngkuman b.indonesia bab i
Tugas rngkuman b.indonesia bab i
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Retorika
RetorikaRetorika
Retorika
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Mari mengenali semantik & pragmatik
Mari mengenali semantik & pragmatikMari mengenali semantik & pragmatik
Mari mengenali semantik & pragmatik
 
Stalistik
StalistikStalistik
Stalistik
 
Sejarah perkembangan wacana di Malaysia
Sejarah perkembangan wacana di MalaysiaSejarah perkembangan wacana di Malaysia
Sejarah perkembangan wacana di Malaysia
 

Similar to Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509

PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
ardeliatriyaniPutri
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsChurifiani Eva
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
University of Andalas
 
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docxANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
fullyali
 
Filsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasa
pramithasari27
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
Merdina Ziraluo
 
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docxHasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
HasanHalabi27
 
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docxHasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
HasanHalabi27
 
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptxYoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
ayyuubi
 
Retorika dan publik speaking
Retorika dan publik speakingRetorika dan publik speaking
Retorika dan publik speaking
Musdalifah yusuf
 
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docxBahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
muchridwan99
 
muhammad syafroni ppt (12140310971).pptx
muhammad syafroni  ppt (12140310971).pptxmuhammad syafroni  ppt (12140310971).pptx
muhammad syafroni ppt (12140310971).pptx
TEDIRAMADANI
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
juniato
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docxJurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
jasminemuntaza1
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
Elyn Eveline
 
Antropologi
Antropologi Antropologi
Antropologi
Cecilliedatala
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
RizkiMagfirah
 
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
Aurellia Christy
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theoryRonzzy Kevin
 

Similar to Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509 (20)

PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmatics
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docxANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
ANTROPOLOGI MUHAMMAD FULLY ALI 202241030.docx
 
Filsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasa
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docxHasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
 
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docxHasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
Hasan 2021 A Analisis Kritis Jurnal.docx
 
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptxYoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
 
Retorika dan publik speaking
Retorika dan publik speakingRetorika dan publik speaking
Retorika dan publik speaking
 
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docxBahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
 
muhammad syafroni ppt (12140310971).pptx
muhammad syafroni  ppt (12140310971).pptxmuhammad syafroni  ppt (12140310971).pptx
muhammad syafroni ppt (12140310971).pptx
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docxJurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
Jurnal Antropologi Jasmine Muntaza.docx
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
Antropologi
Antropologi Antropologi
Antropologi
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
 
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theory
 

More from STISIPWIDURI

JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURIJADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
STISIPWIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
STISIPWIDURI
 
Pembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosialPembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosial
STISIPWIDURI
 
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
STISIPWIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
STISIPWIDURI
 
Sistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosialSistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosial
STISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
STISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilaiTeori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
STISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bapTeori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bap
STISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensiWawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
STISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilaiWawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
STISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bapWawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
STISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensiSeminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
STISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilaiSeminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
STISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bapSeminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
STISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
STISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilaiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
STISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bapKomunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
STISIPWIDURI
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
STISIPWIDURI
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
STISIPWIDURI
 

More from STISIPWIDURI (20)

JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURIJADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
 
Pembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosialPembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosial
 
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
 
Sistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosialSistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosial
 
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
 
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilaiTeori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
 
Teori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bapTeori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bap
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensiWawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilaiWawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bapWawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensiSeminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilaiSeminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bapSeminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilaiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bapKomunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 

Recently uploaded

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 

Recently uploaded (20)

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 

Vol 1 no_1_desember_2014_6_rukman_pala-80e7f-2142_509

  • 1. | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 45 TEORI KODE-KODE BERBICARA Oleh Rukman Pala* Abstract This article substantive describes The Theory of Speaking Codes from Gerry Philipsen. Briefly, these include background birth of the theory; the substance of Speaking Code Theory; shape/appearance of ethnography; criticism of the theory; and conclusion. The discussion showed that one of the five core theory is related to the arguments stated in the form of propositions, that “where there is a cultural difference, there will be found different speaking code". From the meaning of ‘postulate referred to’ in relation to a number of example case about the working Theory of Speaking Codes in reality daily life before that, this indicates that for Indonesia this theory can actually be a confirmation and practical guidance for each individual of an Indonesian ethnic community nation in cross-cultural communication in order to make harmonization. Keywords: speech code, ethnography, culture Abstrak Artikel ini secara substantif memaparkan Teori Kode-Kode Bicara dari Gerry Philipsen. Secara ringkas hal ini meliputi latar belakang lahirnya teori, substansi Teori Kode Berbicara; bentuk/penampilan etnografi; kritik terhadap teori; dan kesimpulan. Hasil pembahasan memperlihatkan salah satu dari lima inti teori itu yaitu terkait dengan dalil yang dinyatakannya dalam bentuk proposisi, bahwa “di mana ada suatu perbedaan budaya, di sana akan ditemukan kode berbicara yang berbeda pula”. Memetik makna dalil dimaksud dalam kaitannya dengan sejumlah contoh kasus tentang bekerjanya Teori Kode-Kode Berbicara dalam realitas kehidupan sehari-hari sebelumnya, maka ini menandakan bahwa bagi bangsa Indonesia teori ini sebenarnya dapat menjadi penegas dan petunjuk praktis bagi setiap individu dari suatu komunitas etnis bangsa Indonesia dalam berkomunikasi lintas budaya agar terwujudnya harmonisasi. Kata-kata kunci: kode bicara, etnografi, budaya 1. Latar Belakang Ilmu komunikasi dikenal sebagai suatu ilmu yang interdisipliner. Dengan konsep dimaksud ilmu komunikasi bermakna bahwa ilmu tersebut sebagai ilmu yang dilintasi berbagai ilmu seperti antropologi, sosiologi, semiologi atau psikologi. Karena sifatnya yang demikian, makanya dalam teori-teori komunikasi jadi dikenal konsep paradigma teori. Ini untuk menunjukkan bahwa suatu teori komunikasi itu lahir dari paradigma tertentu, misalnya seperti paradigma sosiokultural. Salah satu teori komunikasi yang kontribusinya berasal antropologi yang nota bene tergabung dalam paradigma sosiokultural, yaitu teori kode-kode bicara dari Gerry Philipsen. Dalam kaitan setting komunikasi, maka secara ontologis teori ini termasuk terkait kajian fenomena komunikasi kelompok yang dikaitkan dengan budaya. Sementara secara epistemologis, teori ini diketahui lahir melalui penggunaan jasa Etnografi. Sebagai salah satu teori yang tergolong dalam paradigma sosiokultural, yakni teori yang cenderung kurang populer di kalangan akademisi komunikasi, karenanya membicarakannya dalam forum ilmiah seperti ini dianggap menjadi penting untuk dilakukan. Secara substantif, artikel ini sendiri akan memaparkan teori kode-kode bicara dari Gerry Philipsen tadi secara summary. Hal ini meliputi: 1. Latar belakang lahirnya teori; 2. Substansi Teori Kode Berbicara; 3. Bentuk/ penampilan etnografi; 4. Kritik terhadap teori; dan 5. Kesimpulan. Dengan paparan ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan khususnya bagi para pemula di lingkungan akademisi komunikasi yang notabene umumnya cenderung hanya mengenal teori-teori dalam pradigma cybernatika (Imran, 2914: 98). Sementara secara
  • 2. 46 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 praktis diharapkan berguna dalam penerapan pelaksanaan penelitian, khususnya komunikasi dalam setting kelompok yang memang masih relatif sedikit dilaksanakan di Indonesia. 2. Pembahasan 2.1. Latar Belakang Lahirnya Teori Etnografi merupakn metode riset yang menempatkan keutamaan dalam menemukan maksud/arti bahwa orang-orang berbagi dengan saling memberikan kebudayaan. Sebagai contoh, pendekatan interaksi simbolis, yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sementara itu, Philipsen (seorang yang sedang melakukan studi etnografi) membaca suatu artikel di Universitas Virginia, yang ditulis oleh ahli Antropologi dan ahli bahasa Dell Hymes, yang mengatakan bahwa etnografi merupakan praktek studi variasi komunikasi yang besar di seluruh bumi, yang berkaitan dengan wilayah/ daerah. Untuk selanjutnya, Philipsen memutuskan untuk memulai studinya pada masyarakat Chicago, tempat di mana ia bekerja, di suatu tempat yang ia beri nama “Teamsterville.” Selama tiga tahun bekerja di sana, banyak orang-orang yang ia sering temui, antara lain anak-anak di pinggir jalan, perempuan di serambi, orang di sudut-sudut jalan, dan semua orang di pemondokan di mana ia bekerja. Oleh karena itu, ia dapat memberikan gambaran mengenai kode berbicara yang digunakan oleh penduduk Teamsterville. Meskipun masyarakat Teamsterville berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris, namun Philipsen mencatat bahwa ternyata ada pola berbicara yang berbeda dari kode berbicara yang ia tahu, atau ia praktekkan dalam masyarakat aslinya. Keadaan kontras ini kemudian mendorongnya untuk melakukan suatu studi etnografi yang kedua, yang dimulai saat ia mengajar komunikasi di Universitas California, dan dilanjutkan ketika ia pergi ke Universitas Washington. Dalam hal ini, ia menemukan suatu kode berbicara pada masyarakat tersebut, yang ia beri nama “Nacirema”. Gaya berbicara Nacirema adalah percakapan orang Amerika pada umumnya yang dibawa oleh tingkat masyarakat dan pada tingkat pribadi dalam interaksi tatap muka. Selanjutnya Philipsen mendefinisikan budaya Nacirema sebagai praktek berbicara lebih baik dari batasan-batasan geografis atau latar belakang kesukuan. Selama Philipsen belajar, studi Etnografi Teamsterville dan Nacirema menyajikan perbandingan data pada dua kebudayaan. Tapi ia juga ingin mempelajari yang lain, dengan tujuan untuk mengembangkan teori umum yang berhubungan antara komunikasi dan kebudayaan. Teori seperti itu akan memandu peneliti kultur dan praktisi di dalam mengetahui apa yang harus dicari, dan menawarkan petunjuk bagaimana menginterpretasikan cara orang berbicara.(ritual). 2.2. Substansi Teori Kode Berbicara Philipsen menguraikan secara singkat inti teori kode berbicara ke dalam lima bentuk proposisi, yaitu: a. Membedakan kode berbicara Dalam dalil ini dijelaskan bahwa di mana ada suatu perbedaan budaya, di sanalah akan ditemukan kode berbicara yang berbeda pula. b. Unsur kode berbicara Di sini dijelaskan bahwa suatu kode berbicara melibatkan suatu psikologi yang membedakan, sosiologi dan retorik. - Psikologi. Menurut Philipsen, tiap-tiap kode berbicara “pokok pembicaraan” alami tentang individu secara khusus. - Sosiologi. Philipsen menulis bahwa suatu kode berbicara menyediakan suatu sistem jawaban tentang hubungan antara pribadi dan orang lain, yang dapat dilihat/ dicari dan sumber daya simbolis apa yang dapat dengan efektif dalam mencari hubungan itu. - Retorik. Philipsen menggunakan term retorik dalam pengertian penemuan kebenaran yang ganda dan pendekatan membujuk. c. Penafsiran kode berbicara Dalam dalil ini dikatakan bahwa arti mengatakan tergantung pada kode berbicara itu yang digunakan oleh para pembicara dan pendengar untuk menciptakan dan menginterpretasikan komunikasi mereka. Menurut Philipsen, jika kita ingin memahami arti dari praktek berbicara dalam suatu kultur/ budaya, maka kita harus mendengarkan cara orang-orang itu memperbincangkan tentang masalah itu dan bereaksi terhadap masalah itu, maka itulah praktek mereka dan mereka juga yang memutuskan apa maknanya. d. Lokasi kode berbicara Istilah, aturan, dan pendapat suatu kode berbicara ada dalam pembicaraan pada diri sendiri. Hal ini tentu sulit jika kita dihadapkan pada suatu masalah yang juga melibatkan orang lain. Untuk itu, komunikasi harus mengikuti suatu urutan yang khas, yaitu:
  • 3. | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 47  Inisiasi- seorang teman menyatakan suatu kebutuhan untuk membahas suatu masalah hubungan antar pribadi.  Pengakuan- orang kepercayaan mensahihkan pentingnya isu oleh suatu kesediaan untuk “duduk dan berbicara”.  Negosiasi- diri teman menyingkapkan, orang kepercayaan mendengarkan suatu yang tegas dan cara nonjudgemental, teman pada gilirannya menunjukkan keterbukaan ke umpan balik dan perubahan.  Pernyataan kembali- kedua-duanya teman dan orang kepercayaan mencoba untuk memperkecil pandangan yang berbeda dan mengulangi pernyataan penghargaan dan kesanggupan untuk satu sama lain. Dari urutan-urutan tersebut dapat dijelaskan bahwa “Apapun masalahnya, komunikasi adalah jawabannya.” e. Kekuatan kode berbicara di dalam diskusi Penggunaan yang cerdik mengenai suatu kode berbicara bersama adalah suatu kondisi yang cukup untuk meramalkan, menjelaskan, dan mengendalikan dari ceramah tentang kebijaksanaan, kejelasan, dan kesusilaan dalam melakukan komunikasi. 2.3. Bentuk/ Penampilan Etnografi Lingkungan kerja merupakan bentuk etnografi sebab melibatkan pengasingan pada pihak peninjau dan kultur tuan rumah. Dalam aksi yang berbentuk pelajaran, peneliti mengenali bahwa mereka sedang melakukan etnografi dengan membandingkan kelompok mereka dengan kelompok lain. Bentuk etnografi hampir selalu berlangsung antar kelompok marginal. Dasar pemikiran yang teoritis mendasari fakta ini adalah bahwa orang- orang terhimpit, tidaklah pasif, tetapi mereka menciptakan dan mendukung martabat dan kultur mereka. 2.4. Kritik Terhadap Teori Kebanyakan ahli etnografi bertepuk tangan atas komitmen Philipsen untuk pengamatan jangka panjang dan penafsirannya. Tetapi mereka mengkritik usaha Philipsen untuk meneruskan kebudayaan. Yang diwarisi, ia tidak mengurangi variasi budaya yang dikeluarkan secara tunggal seperti individualistik/ kerjasama yang rendah/ dikotomi konteks tinggi. Selain itu, uraiannya mengenai kode berbicara Nacirema gagal untuk membuka kedok pola teladan dominasi, dan ia tidak angkat bicara melawan pria di Teamsterville. 2.5. Kesimpulan Studi dari Philipsen Pada prinsipnya, etnografi merupakan sebuah ilmu yang membahas mengenai cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain, meskipun mereka memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Seperti yang telah diteliti oleh Philipsen, di mana ia telah mempelajari studi etnografi Teamsterville dan Nacirema, melalui kode-kode bicara yang digunakan di dua tempat tersebut. Kemudian secara singkat Philipsen menguraikan inti teori kode berbicara tersebut ke dalam lima dalil, yaitu:  Membedakan kode berbicara  Unsur kode berbicara  Penafsiran kode berbicara  Lokasi kode berbicara  Kekuatan kode berbicara dalam diskusi. 2.6. Implikasi Teori Terhadap Komunikasi Lintas Budaya di Indonesia Seperti kita tahu, bahwa Indonesia memiliki berbagai suku, adat, kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Dengan banyaknya perbedaan tersebut, tentu kita akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda kebudayaan dan bahasa dengan kita. Namun, bila kita kaitkan dengan komunikasi etnografi yang telah kita bahas, kita tentu tidak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, meskipun berbeda suku, adat, kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada komunikasi etnografi, kita dituntut untuk saling terbuka (saling berbagi kebudayaan), sehingga komunikasi yang kita lakukan dapat berjalan efektif. Apalagi untuk bangsa Indonesia yang telah memiliki bahasa persatuan (bahasa Indonesia). Tentu komunikasi akan berjalan lebih efektif, tanpa adanya rasa perbedaan kebudayaan dan bahasa, apabila bahasa tersebut benar-benar digunakan dengan baik. 2.7. Contoh-Contoh Kasus Tentang Bekerjanya Teori Kode-Kode Berbicara dalam Realitas Kehidupan Sehari-Hari Di bawah ini disajikan beberapa contoh kode- kode berbicara di kalangan masyarakat Indonesia yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :
  • 4. 48 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 1) Seorang pembantu rumah tangga suku Jawa jika berbicara dalam bahasa Jawa ngoko kepada majikannya yang juga berasal dari suku Jawa dapat menyebabkan sang majikan menjadi tersinggung dan marah kepada sang pembantu karena dinilai tidak sopan dan tidak tahu adat. 2) Nada suara tinggi di kalangan suku Batak dinilai sebagai sebuah kebiasaan yang tidak bermakna kemarahan, namun di kalangan komunitas suku Jawa mempunyai makna sebuah bentakan kemarahan. 3) Di kalangan komunitas masyarakat Riau, kata “butuh” mempunyai makna sebagai “kata kotor”, namun di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya, “butuh” hanya sebagai sebuah kata sifat yang berarti penting atau perlu. 4) Di kalangan masyarakat masyarakat Madura, warna biru dalam makna umum, dikodekan dengan warna hijau. 5) “Mari, main ke lamin saya !” Dalam bahasa Dayak berarti “masuk ke rumah”. Jadi, seorang pria non Dayak, jangan gede rasa (geer) dulu jika suatu saat seorang gadis Dayak di Kalimantan dengan ramah tersenyum-senyum berkata seperti itu kepada Anda. 6) “Apa masyakat sini semua sudah punya pacul?” kata Pak Harto suatu ketika dalam temu wicara dengan sekelompok masyarakat di Kalimantan. Anggota masyarakat yang hadir tertawa geerr. Pak Harto pun heran dan akhirnya mahfum saat diberi tahu kalau “pacul” itu artinya kemaluan pria. 7) Bagi masyarakat di Irian Jaya, babi dimaknai sebagai simbol status sosial ekonomi. 8) Di sebagian masyarakat Jakarta, ulat disebut dengan ular, binatang melata berbisa yang jauh berbeda artinya dengan ulat dalam arti sebenarnya. 9) Kalangan remaja Jakarta kini memiliki bahasanya sendiri. TTDJ, misalnya, bermakna sebagai “hati-hati di jalan”. Sementara di bawah generasi remaja sekarang, sekitar dekade 70-an dan 80-an, remaja juga punya bahasa sendiri yang disebut dengan bahasa prokem atau okem. Misalnya, nyokap = ibu, bokap = bapak; sepokat = sepatu, dan lain-lain. 10) Di kalangan masyarakat Badui Dalam, ada pepatah “panjang galah tak dapat dipotong, pendek galah tak dapat disambung”. Maknanya, suku Badui bersikukuh mempertahankan keasliannya. 11) Nyatuk - makan di kalangan masyarakat Sunda Banten, namun di kalangan masyarakat Sunda lain, misalnya, di Bandung, maka Nyatuk dinilai kasar dan diganti dengan dahar. 12) Di Sumatera Utara, bertahak (sendawa) bukan sesuatu yang tidak sopan, namun di Jakarta, misalnya, bertahak itu sebagai sesuatu yang tidak sopan. 13) Peneliti sejarah dari Belanda menemukan bukti-bukti kalau mantan Presiden Soekarto terlibat G 30 S/PKI. Temuan ini dimaknai sebagai penghinaan oleh pengikut Soekarno (Soekarnoisme). 14) Orang seni menilai foto telanjang Anjasmara sebagai refleksi karya seni, bukan pornografi. Namun foto yang sama dinilai sebagai pornografi yang harus dihukum menurut “kaum moralis”. Mungkin masih banyak bisa ditemukan kode- kode berbicara lainnya di kalangan masyarakat Indonesia, misalnya di kalangan masyarakat asli di Bekasi, untuk menyebutkan “sulit, susah”, mereka menyebutnya dengan “bangga”. Dari beragamnya kode-kode berbicara itu, kiranya tentu menjadi indikasi kalau Teori Kode- Kode Berbicara dari Philipsen, khususnya terkait dengan proposisinya yang pertama, berindikasi menemui banyak kesesuaian di tingkat empirik. Proposisinya sendiri berbunyi, di mana ada perbedaan budaya maka di situ ditemukan adanya perbedaan kode-kode berbicara. Bagi bangsa Indonesia yang berkomitmen terhadap salah satu isi Sumpah Pemuda, “Berbahasa Satu Bahasa Indonesia”, tentu ini menjadi salah satu potensi yang dapat memperkecil jarak perbedaan kode-kode berbicara di kalangan masyarakat Indonesia guna meminimalkan kemungkinan munculnya disharmonisasi ketika terlibat dalam proses komunikasi yang melibatkan partisipan dari ragam budaya (lintas budaya). Di sisi lain, indikasi beragamnya kode tadi, itu juga menjadi petunjuk bagi individu Indonesia bahwa berkomunikasi secara lintas budaya seyogyanya harus menjadi bijak dengan cara senantiasa melakukan orientasi terhadap sesama partisipan komunikasi.
  • 5. | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 49 3. Penutup Sebagaimana dipaparkan pada bagian awal tulisan ini, secara substantif bahasannya terkait dengan Teori Kode Berbicara dan diantaranya terkait dengan topik “Substansi Teori Kode Berbicara”. Dari topik ini diketahui bahwa Philipsen menguraikan secara singkat inti teori kode berbicara. Salah satu dari lima inti teori itu yaitu terkait dengan dalil yang dinyatakannya dalam bentuk proposisi bahwa “di mana ada suatu perbedaan budaya, di sanalah akan ditemukan kode berbicara yang berbeda pula”. Memetik makna dalil dimaksud dalam kaitannya dengan sejumlah contoh kasus tentang bekerjanya Teori Kode-Kode Berbicara dalam realitas kehidupan sehari-hari sebelumnya, maka ini menandakan bahwa bagi bangsa Indonesia teori ini sebenarnya dapat menjadi penegas dan petunjuk praktis bagi setiap individu dari suatu komunitas etnis bangsa Indonesia dalam berkomunikasi lintas budaya agar terwujudnya harmonisasi. Untuk memaksimalkan aplikasi teori ini dalam kehidupan nyata, langkah-langkah untuk menginventarisasi kode-kode berbicara di kalangan etnis bangsa Indonesia, kiranya menjadi sesuatu yang perlu untuk dilakukan segera. Dengan begitu, inventarisasi itu bisa menjadi referensi bagi setiap individu ketika ia hendak berbicara secara lintas etnis/budaya. REFERENSI Griffin, Emory A. 2007. A First Look At Communication Theory (7th Edition). New York: Mc Graw-Hill. *Rukman Pala Peneliti studi komunikasi dan media pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Email: Rukmanpala@yahoo.co.id