1. Liwa dan rayah merupakan panji perang yang digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. Warna liwa putih dan rayah hitam dengan tulisan syahadat. Panji ini digunakan untuk menandai komandan dan dipertahankan hingga titik darah penghabisan oleh para sahabat.
2. Pola liwa dan rayah dipertahankan pada masa khulafaur rasyidin. Di Nusantara, pola serupa ditemukan pada bendera Kesultanan Yogyakarta,
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
Liwa (Bendera) Dan Rayah (Panji) Rasulullah SAW
1. 1
LIWA RAYAH: PANJI RASULULLAH SAW
(Untuk Pembicara Pertama)
Bagian ini menekankan pada dalil penggunaan liwa dan rayah, Serta menekankan bahwa liwa dan
rayah bukan visual baru bagi Nusantara.
A. Liwa Rayah di Era Nabi Muhammad Saw.
- Warna: hadits disampaikan Ibnu Abbas, “Rayah Rasulullah Saw. berwarna hitam, dan
liwa-nya berwarna putih.” Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Aisyah, Abu Hurairah,
Abdullah bin Buraidah, maupun Rasyid bin Saad.
- Tulisan: hadits disampaikan Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, “Liwa Nabi Saw. tertulis laa
ilaaha illaa Allah Muhammad Rasul Allah.” Mahmud Abbas memperkirakan bahan yang
digunakan untuk menulis adalah arang hitam atau jelaga yang dicampur dengan getah
pohon.
- Bentuk: hadits disampaikan Bara bin al-Azib, “Bendera Rasulullah Saw. berwujud segi
empat.” Adapun ukuran rayah adalah sehasta kali sehasta (hasta adalah panjang lengan
bawah). Adapun liwa berukuran lebih besar. Bendera itu terbuat dari serban, dan ukuran
serban lebih dari sehasta kali sehasta.
- Penggunaan dalam peperangan: Liwa berada di dekat pemimpin tertinggi atau
wakilnya; rayah digunakan untuk komandan bagian. Dalam bahasa militer modern,
Abdul Qadim Zallum menyatakan, liwa untuk menandakan komandan resimen,
sedangkan rayah dibawa komandan batalion. Dengan demikian, pada sebuah peperangan
hanya terdapat sebuah liwa dan dimungkinkan ada beberapa rayah. Ini sesuai dengan
hadits yang disampaikan oleh Harits bin Hasan al-Bakri ketika Amir bin Ash baru datang
dari peperangan, “… saat itu terdapat rayah-rayah berwarna hitam…”.
- Kebanggaan pada panji Rasulullah: Membawa panji Islam adalah kebanggaan para
sahabat Nabi. Menjelang perang Khaibar, Rasulullah berkata, “Sungguh, aku akan
menyerahkan panji ini besok, kepada laki-laki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.”
Malam itu, para sahabat tidak dapat tidur, memikirkan siapa di antara mereka yang akan
mendapatkannya.
- Mempertahankan panji Rasulullah: Sahabat Nabi mempertahankan panji Islam hingga
titik darah penghabisan. Semangat itu tergambarkan dalam peristiwa perang Muktah,
perang melawan Romawi. Awalnya, liwa dipegang oleh Zaid bin Haritsah hingga ia
tewas tertikam tombak musuh. Lalu, bendera itu diambil Ja‟far bin Abu Thalib. Sejurus
kemudian, prajurit Romawi mampu memenggal tangan kanannya yang digunakan untuk
mengibarkan liwa. Karena tidak ingin bendera itu terjatuh, Ja‟far memindahnya di tangan
kiri. Naas, prajurit Romawi kembali menebasnya. Ia tetap saja tidak mau melepaskan
bendera Islam, mendekapnya dengan lengan yang berlumuran darah. Melihat hal itu,
musuh membelah tubuh pemuda Arab berusia tiga puluh tahun itu. Sahabat Nabi yang
lain tidak membiarkan liwa tumbang. Setelah Ja‟far gugur bendera dikibarkan oleh
Abdullah bin Ruwahah. Malang, dia juga terbunuh. Akhirnya, bendera perang diambil
Tsabit bin Arqam lalu diserahkan kepada Khalid bin Walid yang diangkat sebagai
komandan pasukan baru. Dengan gesit panglima baru ini melompat ke kudanya,
mendekap bendera itu dan mencondongkan ke depan.
- Penggunaan di luar peperangan: Selain itu, bendera Islam tidak selalu digunakan untuk
perang, kadang digunakan saat Rasulullah memerintahkan sahabatnya menghukum orang
yang melanggar syariah. Ini sebagaimana hadits yang disampaikan Bara bin Azab. Suatu
2. 2
ketika, dia bertemu pamannya yang tengah membawa bendera dan bertanya tentang
tujuannya. Pamannya menjawab, “Aku diutus Rasulullah Saw. untuk memenggal leher
seorang pria dan mengambil hartanya karena telah berzina dengan ibu tirinya.”
- Catatan 1: Penggunaan bendera putih dan hitam, tanpa tulisan syahadat, terekam dalam
film The Message yang disutradarai Mustapha Akkad; film yang diproduksi tahun 1997
ini mengisahkan perjalanan dakwah Nabi Muhammad.
Gambar1. Liwa dan rayah dalam film The Message
- Catatan: Philip K. Hitti dalam History of the Arabs menyatakan bahwa bendera Nabi
bergambar burung elang. Hal ini tidak tepat, karena burung elang, yang dalam bahasa
Arab disebut uqab, bukan gambar (tulisan) bendera Rasulullah tapi nama panjinya.
Menurut Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, bendera Nabi yang berwarna
hitam ini disebut al-uqab. Hal ini sesuai dengan hadits yang disampaikan Ibnu Asakir dari
Abu Hurairah, “Panji Rasulullah… diberi nama al-uqab.” Sebelum Islam, nama al-uqab
juga digunakan sebagai nama bendera suku Qurais. Penyamaan bendera dengan burung
memang biasa terjadi di Arab, misalnya, dalam syair jahiliyah disebutkan, ”Bendera
bagaikan bayangan burung yang beterbangan.”
B. Periode Khulafaur Rasyidin
- Penggunaan panji hitam pada masa Khulafaur Rasyidin tetap terjaga. Khalid bin Walid,
yang diangkat Abu Bakar sebagai panglima perang di Damaskus, membawa rayah.
Pejuang Islam yang mendapat gelar Pedang Allah ini juga mengibarkannya ketika
memerangi bani Hanifah dan nabi palsu Musailamah. Demikian juga, saat perang Jamal,
Ali membawa panji berwarna hitam.
- Peniruan terhadap bendera Nabi Muhammd pada masa ini selaras dengan semangat
Khulafaur Rasidin dalam menjaga nilai Islam secara murni. Ajaran Nabi Muhammad
Saw. diproyeksikan ke segala segi kehidupan. Maka, periode ini juga disebut sebagai
Khilafah 'ala minhajin nubuwwah atau „Khilafah yang menempuh metode kenabian‟.
Karen Armstrong, orientalis yang tinggal di London, menyebutnya sebagai, “Periode
pemerintahan yang sama formatifnya dengan Nabi.” []
3. 3
C. Nusantara
- Model Rayah di Kesultanan Yogyakarta: Salah satu bendera pusaka Kesultanan
Yogyakarta berpola rayah. Warna hitam menjadi bagian dari namanya, yaitu Kanjeng
Kyai Tunggul Wulung. Dalam bahasa Jawa, tunggul berarti „bendera‟ dan wulung adalah
„hitam-kebiruan‟, sedangkan kanjeng kyai merujuk pada „benda yang dikeramatkan‟.
Kain bendera ini berasal dari kiswah atau pembungkus Ka‟bah. Salah satu tulisan yang
tertera adalah kalimat syahadat. Namun demikian, bendera ini memiliki fungsi yang jauh
berbeda dibandingkan dengan bendera Nabi, yaitu untuk mengusir wabah penyakit.
Bendera yang dimandikan setiap bulan Suro ini pernah diarak pada 1932 dan 1948 karena
tahun tersebut Yogyakarta terserang wabah.
Gambar2 Warna hitam pada bendera Kanjeng Kyai Tunggul Wulung dari Kesultanan Yogyakarta
- Pola Liwa Rayah di Bendera Kesultanan Cirebon: Kesultanan Cirebon didirikan pada
pertengahan abad ke-16 oleh Nurullah, ulama Aceh yang kelak dikenal dengan nama
Sunan Gunung jati. Benderanya yang berjuluk Macan Ali menampakkan kesamaan pola
dengan liwa dan rayah. Salah satunya berwarna dasar putih dengan tulisan hitam, bendera
yang lain berwarna dasar hitam dengan tulisan putih. Akan tetapi, bendera yang dibuat
dengan teknik batik ini tidak berisi tulisan kalimat syahadat.
4. 4
Gambar3BenderaKesultanan Cirebon,
sepertikombinasiwarnaliwa
Gambar4 Bendera Kesultanan Cirebon, seperti
kombinasi warna rayah
- Syahadat pada bendera Kesultanan Bugis: Kalimat syahadat terdapat pada bendera
Kesultanan Bugis. Kalimat persaksian itu ditulis di seputar sisi bendera, mengelilingi
gambar orang mengendarai kuda bersayap.
Gambar5 Syahadat di sekeliling bendera Kesultanan Bugis
- Syahadat di bendera Aceh 1: Kalimat syahadat tanpa kalimat lain, namun dengan
gambar pedang, terdapat pada bendera Aceh yang kini disimpan di Museum Negeri Aceh.
Gambar6 Kalimat syahadat di bendera pasukan Aceh, kini tersimpan di Museum Negeri Aceh
- Pola Warna Liwa Rayah di Bendera Aceh: Ground berwarna keputih-putihan, dengan
tulisan berwarna hitam, digunakan pasukan Aceh saat pertempuran melawan Belanda di
Singkil dan Barus. Kombinasi warna yang hampir sama juga ada pada bendera Aceh yang
direbut Belanda di bawah pimpinan Jendral van Heutz pada pertempuran di BateeIlie 3
Februari 1901, bendera ini sekarang ada di Museum Negeri Banda Aceh.
5. 5
Gambar7 Bendera Pasukan Aceh dengan ground
keputih-putihan dan tulisan hitam
Gambar8 Bendera Pasukan Aceh dengan ground
keputih-putihan dan tulisan hitam
6. 6
- Rayah di zaman Jepang: Bendera bertuliskan kalimat syahadat pernah digunakan untuk
selubung podium di Masjid Kwitang Jakarta tanggal 24 April 1943. Ketika itu, Abdul
Muniam Inada, seorang Muslim dari Jepang, berceramah dalam rangka mencari
dukungan Perang Asia Timur Raya.
Gambar9 Podium berselubung bendera dengan kalimat syahadat di Masjid Kwitang Jakarta, 24 April 1943