SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
TEOREMA ERATOSTHENES
(Essay Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Bilangan)
Dosen Pembimbing Eko Yulianto M.Pd.
Disusun Oleh :
Ipan Septiawan
NPM. 142151037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015
Teorema Eratosthenes
Bilangan prima merupakan bilangan
yang sangat unik jika dibandingkan
dengan jenis bilangan lainnya.
Penyebaran bilangan ini tidak
memiliki pola, sehingga untuk
menentukan suatu deret bilangan
prima tidaklah mudah, bahkan para
ilmuwan matematika di dunia pun
belum menemukan rumus untuk
menentukan bilangan prima.
Berbicara mengenai bilangan prima,
apakah Anda tahu apa itu bilangan
prima ?
Bilangan prima adalah bilangan asli
yang lebih besar dari satu, dan hanya
mempunyai 2 faktor, yaitu 1 dan
bilangan itu sendiri. Dengan kata
lain, bilangan yang hanya bisa dibagi
bilangan itu sendiri dan satu.
Contohnya yaitu 2, 3, 5, 7, 11, dan
seterusnya. Bilangan ini tak
terhingga banyaknya. Hingga tahun
2013, bilangan prima terbesar yang
diketahui merupakan penemuan dari
komputasi terdistribusi (distributed
computing) dari proyek Great
Internet Mersenne Prime Search
(Pencarian Internet Besar Bilangan
Prima Mersenne) (GIMPS), yaitu
257,885,161 − 1, yang memiliki panjang
17,425,170 digit. Kebalikan dari
bilangan prima adalah bilangan
komposit, yaitu bilangan yang
mempunyai lebih dari 2 faktor.
Ciri-ciri bilangan prima antara lain :
1. Semua bilangan prima
merupakan bilangan ganjil
kecuali 2.
2. Bilangan prima mempunyai 2
faktor yaitu 1 dan bilangan itu
sendiri.
Setelah kita mengetahui definisi dari
bilangan prima, sekarang bagaimana
cara mengecek suatu bilangan
sembarang (bilangan asli >1) yang
termasuk kedalam bilangan prima
atau bukan (bilangan komposit).
Apakah Anda tahu ?
Salah satu pembuktian untuk
mengetahui bilangan tersebut
termasuk bilangan prima atau bukan
yaitu menggunakan “Teorema
Eratosthenes”.
Eratosthenes adalah seorang
matematikawan, ahli geografi dan
seorang astronom yang berasal dari
Cyrene (saat ini Libya) di Afrika
Utara. Eratosthenes hidup sekitar
tahun 276 - 194 SM. Namanya
berasal dari bahasa Yunani,
Ἐρατοσθένης. Teorema ini memberi
solusi kepada kita untuk
mempermudah bagaimana jika kita
diberikan sebuah bilangan asli, yang
belum diketahui apakah ia prima atau
komposit. Dan kalau ia komposit,
bagaimana menentukan faktor-
faktornya.
Gambar 1. Eratosthenes
Teorema eratosthenes : “sebuah
bilangan asli n > 1 adalah komposit
jika dan hanya jika ia dapat dibagi
oleh suatu faktor prima p ≤ √ 𝑛.
Bukti :
(←) bila n dapat dibagi oleh bilangan
prima p tersebut (p ≤ √ 𝑛) maka jelas
n komposit.
(→) sebaliknya diketahui n adalah
bilangan komposit artinya bisa
dinyatakan dalam misalkan n = ab,
dengan a,b ∈ N
a > 1
b ≥ a
a faktor prima b (a faktor
prima terkecil dari n)
Perhatikan bahwa jika a faktor prima
b artinya a ≤ b, akibatnya ab ≥ aa
ab ≥ 𝑎2
n ≥ 𝑎2
√ 𝑛 ≥ √𝑎2
√ 𝑛 ≥ a
∴ Terbukti bahwa a ≤ √ 𝑛
Misalnya kita ambil contoh :
Diketahui 8 adalah bilangan
komposit
Maka n = ab
8 = _ × _ dg a,b ∈ N
a > 1
b ≥ a
a faktor prima b
ada 4 kemungkinan
a × b
1 × 8 tidak memenuhi
2 × 4 memenuhi
4 × 2 tidak memenuhi
8 × 1 tidak memenuhi
∴ faktor a,b yang memenuhi n
= a × b menurut teorema
eratosthenes adalah 2 × 4 = 8.
Teorema ini mengatakan bahwa jika
suatu bilangan bulat n tidak terbagi
oleh setiap bilangan prima p dengan
p ≤ √ 𝑛 maka dipastikan n adalah
bilangan prima. Hasil inilah yang
digunakan oleh seorang
matematikawan Yunani Eratothenes
menemukan teknik untuk memilih
bilangan prima dalam rentang
tertentu. Metoda ini disebut saringan
Eratosthenes (sieve of Eratothenes).
Metoda ini akan jelas dalam contoh
menentukan semua bilangan prima
yang kurang dari 100.
1. Daftarkan semua bilangan
tersebut, yaitu 2, 3, ... , 100.
Dapat dibentuk dalam bentuk
persegi panjang.
2. Biarkan bilangan 2 sebagai
bilangan prima pertama,
silang semua bilangan
kelipatan 2, yaitu 4, 6, 8, ...
3. Setelah 2, bilangan pertama
tidak tercoret adalah 3.
Pertahankan bilangan 3
sebagai bilangan prima
kedua, silang semua kelipatan
3, yaitu 6, 9, 12, ...
4. Bilangan pertama setelah 3
yang belum tercoret adalah 5.
Pertahankan bilangan 5 ini,
coret semua kelipatan 5, yaitu
10, 15, 20, ...
5. Cara yang sama dilakukan
pada bilangan 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Diperhatikan 7 adalah bilangan
prima terakhir dengan 7 ≤ √100,
sebab prima berikutnya adalah 11.
Jadi setelah langkah ke 5, bilangan
dalam daftar yang tidak tercoret
adalah bilangan prima. Bilangan
prima yang dimaksud adalah 2, 3, 5,
7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41,
43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83,
89, 97, kesemuanya prima kurang
dari 100.
Sekarang, kita akan menunjukan cara
menghitungnya.
kita ambil sebarang dari bilangan
asli, misalnya 101. Apakah 101 itu
termasuk bilangan prima atau
komposit ?
Langkah pertama, menentukan √101
= 10,05 . maka bilangan prima yang
≤ 10,05 adalah 2, 3, 5, 7.
Langkah kedua, membagi 101
dengan bilangan prima yang ≤ 10,05
diatas
101 ÷ 2 = 50 sisa 1
101 ÷ 3 = 33 sisa 2
101 ÷ 5 = 20 sisa 1
101 ÷ 7 = 14 sisa 3
Karena semua bilangan prima ≤
10,05 tidak habis membagi 101 maka
kesimpulannya bilangan 101
termasuk bilangan prima.
Contoh yang ke 2 : apakah bilangan
161 termasuk bilangan prima atau
komposit ?
Cara penyelesaiannya sama seperti
contoh yang pertama,
Langkah pertamanya adalah
menentukan √161 = 12,69 . Maka
bilangan prima yang ≤ 12,669 adalah
2, 3, 5, 7, 11.
Langkah kedua, membagi 161
dengan bilangan prima ≤ 12,669
161 ÷ 2 = 80 sisa 1
161 ÷ 3 = 53 sisa 2
161 ÷ 5 = 32 sisa 1
161 ÷ 7 = 23
161 ÷ 11 = 14 sisa 7
Karena 161 habis dibagi oleh 7 tanpa
sisa, maka kesimpulannya adalah
bilangan 161 bukan bilangan prima
(161 termasuk bilangan komposit).
Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil
adalah kita dapat menentukan suatu
bilangan prima dari sebarang
bilangan asli (n) yang belum
ditentukan apakah bilangan sebarang
tersebut adalah bilangan prima atau
bukan (bilangan komposit), salah
satunya yaitu dengan menggunakan
teorema Eratosthenes yang telah
dijabarkan pada uraian diatas. Jika
bilangan prima ≤ √ 𝑛 habis membagi
n maka kesimpulannya bilangan n
tersebut adalah bilangan komposit.
Tetapi sebaliknya, jika bilangan
prima ≤ √ 𝑛 tidak habis membagi n
(terdapat sisa), maka kesimpulannya
bilangan n tersebut adalah bilangan
prima.
Namun, teorema Eratosthenes ini
mempunyai kekurangan, yaitu jika
bilangan yang tentukannya adalah
lebih dari ratusan (ribuan, ratusan
ribu, dan seterusnya), maka
diperlukan alat bantu hitung seperti
kalkulator untuk menentukan
bilangan tersebut apakah termasuk ke
dalam bilangan prima atau komposit.
Saran
Untuk mempermudah menentukan
suatu bilangan sembarang yang
termasuk kedalam bilangan prima
atau komposit, maka disarankan
untuk menggunakan teorema
Eratothenes ini. Karena cara
mengoperasikannya relatif sangat
mudah terutama untuk rentang
bilangan yang tidak terlalu besar
seperti bilangan ratusan. Namun,
tidak menutup kemungkin untuk
menggunakan teorema ini pada
jenjang bilangan yang lebih besar
daripada ratusan, seperti ribuan,
ratusan ribu, dan seterusnya. Akan
tetapi, waktu yang diperlukan relatif
lebih lama, karena selain
bilangannya yang besar, proses
pembagian dengan bilangan prima
yang ≤ √ 𝑛 nya pun cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Bilangan Prima
Terbesar yang Diketahui.
[Online] Tersedia
:http://id.wikipedia.org/wiki
/Bilangan_prima_terbesar_y
ang_diketahui (25 Mei
2015).
Hernadi, julan. (2013). Teori
Bilangan Bab 2. [Online]
Tersedia :
https://julanhernadi.files.wo
rdpress.com/2013/03/teoribi
langan_bab2.pdf (25 Mei
2015).
Kompas.com. (2013). Eureka!
Bilangan Prima terbesar
Ditemukan. [Online]
tersedia :
http://sains.kompas.com/rea
d/2013/02/06/12212176/Eur
eka.Bilangan.Prima.Terbesa
r.Ditemukan(25 Mei 2015).
Rumus matematika. (2013). Definisi
Bilangan Prima Serta
Faktorisasi Prima.[Online]
Tersedia :
http://rumusmatematika.co
m/definisi-bilangan-prima-
sertafaktorisa si-prima/ (25
Mei 2015).
Sekolahmatematika.com. Teorema
Eratothenes. [Online]
Tersedia :
http://www.sekolahmatemat
ika.com/teoremaeratosthene
s/ (25 Mei 2015).
Tung, Khoe Yao. (E-book).
Memahami Teori Bilangan
Dengan Mudah dan
Menarik. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia :
Jakarta. [Online] Tersedia :
https://books.google.co.id/b
ooks?id=kp2m4zBanD4C&
pg=PT24&lpg=PT24&dq=
ciriciri+bilangan+prima&s
ource=bl&ots=aCIShUSIK
B&sig=ZeeGalJpNPTqAY
XFJyVM1gzQda4&hl=en
&sa=X&ei=PViVea9Jca1u
ASploHQBA&redir_esc=y
#v=onepage&q=ciriciri%2
0bilangan%20prima&f=fal
se (25 Mei 2015).

More Related Content

What's hot

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitikputriyani13
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulervionk
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Onggo Wiryawan
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Limit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsiLimit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsiVanny Febian
 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Arvina Frida Karela
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 

What's hot (20)

Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
letis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskritletis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskrit
 
Limit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsiLimit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsi
 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 

Similar to Teorema eratosthenes ipan septiawan

Bilangan prima blm
Bilangan prima blmBilangan prima blm
Bilangan prima blmkumal14
 
5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasi5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasiHeni Widayani
 
1 itu bilangan prima atau bilangan komposit
1 itu bilangan prima atau bilangan komposit1 itu bilangan prima atau bilangan komposit
1 itu bilangan prima atau bilangan kompositDidik Syam Nugraha
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaHeni Widayani
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksNurmini RuddiaNa
 
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)Endah Gustianti Hamzah
 
materi pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasimateri pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasiandindesty
 
Merealisasikan akar akar kuadrat
Merealisasikan akar akar kuadratMerealisasikan akar akar kuadrat
Merealisasikan akar akar kuadratikkesimu
 
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan DeretBahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan DeretAmyarimbi
 
Problem Solving Strategies Finding a Pattern
Problem Solving Strategies Finding a PatternProblem Solving Strategies Finding a Pattern
Problem Solving Strategies Finding a PatternNi wulie
 
MENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKMENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKRizkiHP
 
Essay puput
Essay puputEssay puput
Essay puputRizkiHP
 
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.ScPersamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sctundungmemolo
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianHeni Widayani
 
Tebak angka dengan dongeng
Tebak angka dengan dongengTebak angka dengan dongeng
Tebak angka dengan dongengDilla_Dalilah_FR
 
Akar dan Pangkat
Akar dan PangkatAkar dan Pangkat
Akar dan Pangkatmia amelia
 

Similar to Teorema eratosthenes ipan septiawan (20)

Bilangan prima blm
Bilangan prima blmBilangan prima blm
Bilangan prima blm
 
5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasi5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasi
 
1 itu bilangan prima atau bilangan komposit
1 itu bilangan prima atau bilangan komposit1 itu bilangan prima atau bilangan komposit
1 itu bilangan prima atau bilangan komposit
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi Matematika
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)
Operasi Perkalian Semua Siswa Bisa! (Endang Mulyana)
 
Sejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan PrimaSejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan Prima
 
Hakikat Matematika
Hakikat MatematikaHakikat Matematika
Hakikat Matematika
 
materi pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasimateri pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasi
 
Merealisasikan akar akar kuadrat
Merealisasikan akar akar kuadratMerealisasikan akar akar kuadrat
Merealisasikan akar akar kuadrat
 
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan DeretBahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
 
Problem Solving Strategies Finding a Pattern
Problem Solving Strategies Finding a PatternProblem Solving Strategies Finding a Pattern
Problem Solving Strategies Finding a Pattern
 
Hati hati generalisasi
Hati hati generalisasiHati hati generalisasi
Hati hati generalisasi
 
Desimal, kerapatan dan kalkulator
Desimal, kerapatan dan kalkulatorDesimal, kerapatan dan kalkulator
Desimal, kerapatan dan kalkulator
 
MENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKMENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIK
 
Essay puput
Essay puputEssay puput
Essay puput
 
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.ScPersamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc
Persamaan Diophantine _Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
 
Tebak angka dengan dongeng
Tebak angka dengan dongengTebak angka dengan dongeng
Tebak angka dengan dongeng
 
Akar dan Pangkat
Akar dan PangkatAkar dan Pangkat
Akar dan Pangkat
 

Teorema eratosthenes ipan septiawan

  • 1. TEOREMA ERATOSTHENES (Essay Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Bilangan) Dosen Pembimbing Eko Yulianto M.Pd. Disusun Oleh : Ipan Septiawan NPM. 142151037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2015
  • 2. Teorema Eratosthenes Bilangan prima merupakan bilangan yang sangat unik jika dibandingkan dengan jenis bilangan lainnya. Penyebaran bilangan ini tidak memiliki pola, sehingga untuk menentukan suatu deret bilangan prima tidaklah mudah, bahkan para ilmuwan matematika di dunia pun belum menemukan rumus untuk menentukan bilangan prima. Berbicara mengenai bilangan prima, apakah Anda tahu apa itu bilangan prima ? Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari satu, dan hanya mempunyai 2 faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Dengan kata lain, bilangan yang hanya bisa dibagi bilangan itu sendiri dan satu. Contohnya yaitu 2, 3, 5, 7, 11, dan seterusnya. Bilangan ini tak terhingga banyaknya. Hingga tahun 2013, bilangan prima terbesar yang diketahui merupakan penemuan dari komputasi terdistribusi (distributed computing) dari proyek Great Internet Mersenne Prime Search (Pencarian Internet Besar Bilangan Prima Mersenne) (GIMPS), yaitu 257,885,161 − 1, yang memiliki panjang 17,425,170 digit. Kebalikan dari bilangan prima adalah bilangan komposit, yaitu bilangan yang mempunyai lebih dari 2 faktor. Ciri-ciri bilangan prima antara lain : 1. Semua bilangan prima merupakan bilangan ganjil kecuali 2. 2. Bilangan prima mempunyai 2 faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Setelah kita mengetahui definisi dari bilangan prima, sekarang bagaimana cara mengecek suatu bilangan sembarang (bilangan asli >1) yang termasuk kedalam bilangan prima atau bukan (bilangan komposit). Apakah Anda tahu ? Salah satu pembuktian untuk mengetahui bilangan tersebut termasuk bilangan prima atau bukan yaitu menggunakan “Teorema Eratosthenes”. Eratosthenes adalah seorang matematikawan, ahli geografi dan seorang astronom yang berasal dari Cyrene (saat ini Libya) di Afrika Utara. Eratosthenes hidup sekitar tahun 276 - 194 SM. Namanya berasal dari bahasa Yunani,
  • 3. Ἐρατοσθένης. Teorema ini memberi solusi kepada kita untuk mempermudah bagaimana jika kita diberikan sebuah bilangan asli, yang belum diketahui apakah ia prima atau komposit. Dan kalau ia komposit, bagaimana menentukan faktor- faktornya. Gambar 1. Eratosthenes Teorema eratosthenes : “sebuah bilangan asli n > 1 adalah komposit jika dan hanya jika ia dapat dibagi oleh suatu faktor prima p ≤ √ 𝑛. Bukti : (←) bila n dapat dibagi oleh bilangan prima p tersebut (p ≤ √ 𝑛) maka jelas n komposit. (→) sebaliknya diketahui n adalah bilangan komposit artinya bisa dinyatakan dalam misalkan n = ab, dengan a,b ∈ N a > 1 b ≥ a a faktor prima b (a faktor prima terkecil dari n) Perhatikan bahwa jika a faktor prima b artinya a ≤ b, akibatnya ab ≥ aa ab ≥ 𝑎2 n ≥ 𝑎2 √ 𝑛 ≥ √𝑎2 √ 𝑛 ≥ a ∴ Terbukti bahwa a ≤ √ 𝑛 Misalnya kita ambil contoh : Diketahui 8 adalah bilangan komposit Maka n = ab 8 = _ × _ dg a,b ∈ N a > 1 b ≥ a a faktor prima b ada 4 kemungkinan a × b 1 × 8 tidak memenuhi 2 × 4 memenuhi 4 × 2 tidak memenuhi 8 × 1 tidak memenuhi ∴ faktor a,b yang memenuhi n = a × b menurut teorema eratosthenes adalah 2 × 4 = 8. Teorema ini mengatakan bahwa jika suatu bilangan bulat n tidak terbagi oleh setiap bilangan prima p dengan p ≤ √ 𝑛 maka dipastikan n adalah
  • 4. bilangan prima. Hasil inilah yang digunakan oleh seorang matematikawan Yunani Eratothenes menemukan teknik untuk memilih bilangan prima dalam rentang tertentu. Metoda ini disebut saringan Eratosthenes (sieve of Eratothenes). Metoda ini akan jelas dalam contoh menentukan semua bilangan prima yang kurang dari 100. 1. Daftarkan semua bilangan tersebut, yaitu 2, 3, ... , 100. Dapat dibentuk dalam bentuk persegi panjang. 2. Biarkan bilangan 2 sebagai bilangan prima pertama, silang semua bilangan kelipatan 2, yaitu 4, 6, 8, ... 3. Setelah 2, bilangan pertama tidak tercoret adalah 3. Pertahankan bilangan 3 sebagai bilangan prima kedua, silang semua kelipatan 3, yaitu 6, 9, 12, ... 4. Bilangan pertama setelah 3 yang belum tercoret adalah 5. Pertahankan bilangan 5 ini, coret semua kelipatan 5, yaitu 10, 15, 20, ... 5. Cara yang sama dilakukan pada bilangan 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 Diperhatikan 7 adalah bilangan prima terakhir dengan 7 ≤ √100, sebab prima berikutnya adalah 11. Jadi setelah langkah ke 5, bilangan dalam daftar yang tidak tercoret adalah bilangan prima. Bilangan prima yang dimaksud adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, kesemuanya prima kurang dari 100. Sekarang, kita akan menunjukan cara menghitungnya. kita ambil sebarang dari bilangan asli, misalnya 101. Apakah 101 itu termasuk bilangan prima atau komposit ? Langkah pertama, menentukan √101 = 10,05 . maka bilangan prima yang ≤ 10,05 adalah 2, 3, 5, 7.
  • 5. Langkah kedua, membagi 101 dengan bilangan prima yang ≤ 10,05 diatas 101 ÷ 2 = 50 sisa 1 101 ÷ 3 = 33 sisa 2 101 ÷ 5 = 20 sisa 1 101 ÷ 7 = 14 sisa 3 Karena semua bilangan prima ≤ 10,05 tidak habis membagi 101 maka kesimpulannya bilangan 101 termasuk bilangan prima. Contoh yang ke 2 : apakah bilangan 161 termasuk bilangan prima atau komposit ? Cara penyelesaiannya sama seperti contoh yang pertama, Langkah pertamanya adalah menentukan √161 = 12,69 . Maka bilangan prima yang ≤ 12,669 adalah 2, 3, 5, 7, 11. Langkah kedua, membagi 161 dengan bilangan prima ≤ 12,669 161 ÷ 2 = 80 sisa 1 161 ÷ 3 = 53 sisa 2 161 ÷ 5 = 32 sisa 1 161 ÷ 7 = 23 161 ÷ 11 = 14 sisa 7 Karena 161 habis dibagi oleh 7 tanpa sisa, maka kesimpulannya adalah bilangan 161 bukan bilangan prima (161 termasuk bilangan komposit). Kesimpulan Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah kita dapat menentukan suatu bilangan prima dari sebarang bilangan asli (n) yang belum ditentukan apakah bilangan sebarang tersebut adalah bilangan prima atau bukan (bilangan komposit), salah satunya yaitu dengan menggunakan teorema Eratosthenes yang telah dijabarkan pada uraian diatas. Jika bilangan prima ≤ √ 𝑛 habis membagi n maka kesimpulannya bilangan n tersebut adalah bilangan komposit. Tetapi sebaliknya, jika bilangan prima ≤ √ 𝑛 tidak habis membagi n (terdapat sisa), maka kesimpulannya bilangan n tersebut adalah bilangan prima. Namun, teorema Eratosthenes ini mempunyai kekurangan, yaitu jika bilangan yang tentukannya adalah lebih dari ratusan (ribuan, ratusan ribu, dan seterusnya), maka diperlukan alat bantu hitung seperti
  • 6. kalkulator untuk menentukan bilangan tersebut apakah termasuk ke dalam bilangan prima atau komposit. Saran Untuk mempermudah menentukan suatu bilangan sembarang yang termasuk kedalam bilangan prima atau komposit, maka disarankan untuk menggunakan teorema Eratothenes ini. Karena cara mengoperasikannya relatif sangat mudah terutama untuk rentang bilangan yang tidak terlalu besar seperti bilangan ratusan. Namun, tidak menutup kemungkin untuk menggunakan teorema ini pada jenjang bilangan yang lebih besar daripada ratusan, seperti ribuan, ratusan ribu, dan seterusnya. Akan tetapi, waktu yang diperlukan relatif lebih lama, karena selain bilangannya yang besar, proses pembagian dengan bilangan prima yang ≤ √ 𝑛 nya pun cukup banyak. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Bilangan Prima Terbesar yang Diketahui. [Online] Tersedia :http://id.wikipedia.org/wiki /Bilangan_prima_terbesar_y ang_diketahui (25 Mei 2015). Hernadi, julan. (2013). Teori Bilangan Bab 2. [Online] Tersedia : https://julanhernadi.files.wo rdpress.com/2013/03/teoribi langan_bab2.pdf (25 Mei 2015). Kompas.com. (2013). Eureka! Bilangan Prima terbesar Ditemukan. [Online] tersedia : http://sains.kompas.com/rea d/2013/02/06/12212176/Eur eka.Bilangan.Prima.Terbesa r.Ditemukan(25 Mei 2015). Rumus matematika. (2013). Definisi Bilangan Prima Serta Faktorisasi Prima.[Online] Tersedia : http://rumusmatematika.co m/definisi-bilangan-prima- sertafaktorisa si-prima/ (25 Mei 2015). Sekolahmatematika.com. Teorema Eratothenes. [Online] Tersedia : http://www.sekolahmatemat ika.com/teoremaeratosthene s/ (25 Mei 2015). Tung, Khoe Yao. (E-book). Memahami Teori Bilangan Dengan Mudah dan Menarik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia : Jakarta. [Online] Tersedia : https://books.google.co.id/b ooks?id=kp2m4zBanD4C& pg=PT24&lpg=PT24&dq= ciriciri+bilangan+prima&s ource=bl&ots=aCIShUSIK B&sig=ZeeGalJpNPTqAY XFJyVM1gzQda4&hl=en &sa=X&ei=PViVea9Jca1u