Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan vitamin D dan paparan sinar matahari antara pekerja yang bekerja di dalam ruangan dan di luar ruangan di Purwakarta. Vitamin D diperlukan untuk berbagai proses metabolisme tubuh namun defisiensinya umum terjadi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pola hidup sehat dan nutrisi bagi masyarakat.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan memiliki
struktur molekul steroid yang diperlukan untuk berbagai proses metabolisme
di dalam tubuh. Salah satu pemicu adanya vitamin D yaitu jika tubuh terkena
paparan cahaya matahari. Sumber vitamin D yang berasal dari makanan
ditemukan dalam minyak ikan, telur, mentega, hati, ikan seperti makarel,
salmon, sarden dan tuna. Tidak hanya itu, banyak makanan yang telah
difortifikasi vitamin D, paling utama produk susu serta sereal. Makanan nabati
biasanya rendah kandungan vitamin D (Zgaga et al., 2011).
Selaras dengan penelitian Holick (2007) mengatakan ada satu juta orang di
dunia mengalami defisiensi vitamin D dan hampir 50% mengalami insufisiensi
(kondisi tubuh yang tidak mendapatkan asupan vitamin D yang cukup, vitamin
D sampai masalah defisiensi vitamin D ini menjadi perhatian di dunia. Angka
defisiensi vitamin D di Asia Tenggara berkisar antara 6-70% (Holick dan
Nimitphong, 2013). Angka tersebut cukup tinggi karena negara-negara di Asia
Tenggara termasuk Indonesia merupakan wilayah tropis yang mendapat
paparan sinar matahari adekuat sepanjang tahun.
Indonesia adalah negeri tropis yang sepanjang tahun disinari matahari.
Hingga saat ini sangat jarang dilakukan penelitian tentang prevalensi
kekurangan vitamin D, paparan cahaya matahari serta konsumsi makanan.
Walaupun Indonesia termasuk negeri tropis memiliki cahaya matahari yang
besar, peristiwa defisiensi vitamin D nyatanya lumayan besar. Prevalensi
defisiensi vitamin D3 di Indonesia pada wanita usia 18-40 tahun, 45-55 tahun
dan 60-75 tahun berturut-turut adalah: 63%, 50% dan 35,1% (Yosephin et al,
2014).
Pada tahun 2017, hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan vitamin D
orang Indonesia rendah (Adysha Citra R, 2017). Hasil penelitian di Indonesia
dan Malaysia, pada wanita usia 18-40 tahun mengalami defisiesi Vitamin D
2. 2
sebesar 63% (Israr Itah, 2018). Rimahardika et al (2017) melaporkan bahwa
orang yang bekerja di luar ruangan mempunyai total durasi paparan sinar
matahari yang lebih besar daripada orang yang bekerja di luar ruangan. Hal ini
bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa 78%
nelayan mengalami defisiensi dan insufisiensi vitamin D.
Pemicu kurangnya vitamin D dapat terjadi karena minimnya paparan
cahaya matahari (UVB), minimnya kegiatan diluar ruangan, gaya hidup yang
cenderung menghindari cahaya matahari, pemakaian sunblock, rendahnya
konsumsi makanan kaya vitamin D semacam susu dan makanan yang
difortifikasi, kecenderungan mengurangi bahan makanan tinggi lemak dan
bekerja di dalam ruangan dalam jangka waktu yang panjang. Defisiensi vitamin
ini bisa diatasi dengan meningkatkan sintesis vitamin D melalui cahaya
matahari, fortifikasi makanan ataupun mengonsumsi suplemenasi vitamin D.
(Rimahardika R, et al, 2017).
Kejadian defisiensi vitamin D dapat berpengaruh dari jenis kelamin.
Perempuan berisiko 2,9 kali mengalami defisiensi vitamin D dibanding laki-
laki (Kung dan Lee, 2006). Hal ini disebabkan karena kebanyakan perempuan
cenderung menggunakan pelindung atau proteksi saat terpapar sinar matahari
seperti tabir surya, sunblock, berhijab dan semacamnya untuk menjaga agar
kulit tetap terlindungi dari panasnya matahari, berbeda dengan laki-laki
umumnya lebih banyak terekspos terhadap sinar matahari dan kebanyakan
tidak terlalu memperdulikannya (Moy, 2011).
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan kelainan tulang yang dinamakan
riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. (Zgaga L, et al,
2011). Selain itu, defisiensi vitamin D dilibatkan sebagai faktor risiko dari
berbagai penyakit, termasuk pada kondisi organ non-skeletal yaitu dapat
meningkatkan terjadinya risiko diabetes melitus tipe 2, gangguan
kardiovaskular yang disebabkan hipertensi, obesitas dan gangguan profil lipid,
kanker, infeksi dan autoimun. (Kearns MD, et al, 2015).
Vitamin D dapat terpenuhi apabila seorang terpapar cahaya matahari yang
cukup. Bagi Setiati, et al, (2007), paparan cahaya matahari dianggap adekuat
apabila terpapar sepanjang 25 menit, minimun 3x dalam seminggu pada bagian
3. 3
wajah, tangan, serta lengan. Penelitian lain oleh Wanner et al, (2015),
melaporkan kenaikan kegiatan di luar ruangan sepanjang 10 menit satu hari
dapat meningkatkan kandungan vitamin D dalam darah. Tetapi pada mayoritas
orang yang tidak sering terpapar cahaya matahari, konsumsi pangan jadi
sumber utama untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Kebutuhan konsumsi
pangan mengandung vitamin D pada suatu negeri tergantung dari pola makan,
penggunaan suplemen, serta pasokan sumber makanan yang mengandung
vitamin D (Prentice, 2008).
Berdasarkan pada penelitian Rimahardika et al (2017), orang yang bekerja
di dalam ruangan lebih berisiko defisiensi vitamin D dibanding orang yang
bekerja di luar ruangan dikarenakan asupan vitamin D lebih sedikit dan paparan
sinar matahari tidak cukup akibat sering menggunakan pakaian yang tertutup
dengan bahan pakaian yang sulit menyerap sinar matahari seperti katun/kapas
dan pelindung tubuh seperti topi/payung/sunscreen.
Penelitian ini menganalisis asupan vitamin D dan paparan sinar matahari
pada orang yang bekerja di dalam ruangan dibandingkan dengan orang yang
bekerja di luar ruangan. Penelitian ini diambil salah satunya berdasarkan
kejadian defisiensi vitamin D saat ini tidak hanya terjadi pada daerah dengan
pancaran radiasi sinar UVB yang rendah tetapi juga pada negara tropis dengan
pancaran sinar UVB yang tinggi, maka penulis menentukkan pengambilan
daerah penelitian pada daerah Purwakarta Jawa barat dimana paparan sinar
mataharinya yang tinggi dan terkait ketersediaan makanan yang mengandung
vitamin D seperti susu, daging dan sereal yang cukup banyak (Holick, et al,
2011). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui asupan vitamin D dan
paparan sinar matahari pada orang yang bekerja di dalam ruangan dan di luar
ruangan wilayah Purwakarta Jawa Barat.
2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan asupan konsumsi vitamin D serta paparan
sinar matahari pada orang yang bekerja di dalam ruangan dengan orang
yang bekerja di luar ruangan?
4. 4
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penilitian ini adalah menganalisis perbedaan asupan
vitamin D paparan cahaya matahari pada pekerja di dalam dan diluar
ruangan.
2. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan karakteristik subjek berdasarkan usia, jenis kelamin,
durasi paparan cahaya matahari, dan durasi pemakaian perlindungan
terhadap cahaya matahari pada pekerja di dalam dan di luar ruangan.
2. Mendeskripsikan kebutuhan asupan vitamin D pada pekerja di dalam
dan di luar ruangan.
3. Mendeskripsikan durasi paparan cahaya matahari pada pekerja
didalam dan di luar ruangan.
4. Menganalisis perbedaan asupan vitamin D dan durasi paparan cahaya
matahari antara pekerja didalam ruangan dan di luar ruangan.
4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada mahasiswa sebagai
bahan masukan ataupun bonus data mengenai pentingnya konsumsi
vitamin D serta paparan cahaya matahari. Tidak hanya itu agar mahasiswa
lebih memerhatikan konsumsi makanan mengandung vitamin D dalam
pola makan sehari- hari.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa berikan masukan bagi tenaga
kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang pola
hidup serta kebutuhan vitamin D supaya terpenuhinya kebutuhan vitamin.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan studi berikutnya tentang
faktor- faktor yang pengaruhi kandungan vitamin D.
5. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan ada beberapa
penelitian yang hampir sama yang berhubungan dengan vitamin D, paparan
sinar matahari, asupan energi dan status gizi yang telah dilakukan
sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.1
5. 5
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
NO Penulis, Judul penelitian, tahun Desain Hasil
1 Rivan Virlando Suryadinata, Amelia
Lorensia, Dwi Wahyuningtyas, “Studi tingkat
pengetahuan mengenai vitamin D pada
pengemudi becak di Surabaya”, 2020.
Desain
crosssectional.
Pengemudi becak memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah terhadap pengetahuan akan
pentingnya vitamin D terhadap kesehatan sehingga
dibutuhkan pendidikan yang sesuai dan tepat.
2 Inggita Kusumastuty, Dian Handayani,
Harjoedi Adji Tjahjono, Elsa Permata Sari,
Silvy, Kartika Rahayuningtyas, Andanu
Bima Saputra, ”Hubungan Paparan Sinar
Matahari, Status Gizi, dan Asupan Makan
terhadap Kadar Vitamin D Anak dan Remaja
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 1”, 2021.
Desain
crosssectional.
Seluruh responden mengalami defisiensi vitamin
D, sebagian besar responden memiliki paparan
sinar matahari kurang dan status gizi dalam
kategori normoweight. Mayoritas responden
memiliki asupan energi dan protein baik, lemak
berlebih, karbohidrat kurang, vitamin D dan
kalsium kurang.
3 Rosita Rimahardika , Hertanto Wahyu
Subagio , Hartanti Sandi Wijayanti,
“Asupan Vitamin D dan Paparan Sinar
Matahari pada Pekerja yang Di Dalam dan
d I Luar Ruangan”, 2017.
Desain
crosssectional.
Frekuensi paparan sinar matahari lebih tinggi pada
orang yang bekerja di dalam ruangan, bagian tubuh
lebih tertutup pada pekerja di dalam ruangan,
kebiasaan penggunaan pelindung tubuh lebih
sering pada pekerja di dalam ruangan, total durasi
terpapar sinar matahari lebih tinggi pada orang
yang bekerja di luar ruangan dan asupan vitamin D
orang yang bekerja di luar ruangan lebih tinggi
dibanding orang yang bekerja di dalam ruangan.
4 Achmad Faris Wahyudi, “Hubungan
Intensitas Paparan Sinar Matahari dengan
Kadar Serum 25(OH) D pada Pasien
Osteoartritis di KPKM Reni Jaya”, 2018.
Desain
crosssectional
Hasil penelitian memperlihatkan P value sebesar
0,512 yang berarti tidak ada hubungan bermakna
statistik. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor
- faktor yang mempengaruhi hasil penelitian diluar
variabel yang di teliti.
5 Vienna Dwinda Putri , “Tingkat Kecukupan
Asupan Pangan Vitamin D pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya”, 2018
kuesioner dan
observasi IMT
Dari 259 subjek yang diteliti sebanyak 98,8%
subjek tidak mencukupi kebutuhan asupan vitamin
D dengan rata-rata konsumsi yaitu 123 ± 142 IU.
Jenis makanan yang menyumbangkan vitamin D
terbanyak yaitu ikan lele (40%) dan telur (20%).
Tidak ada subjek yang mengonsumsi suplemen
mengandung vitamin D.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya diantaranya, pada penelitian sebelumnya belum
pernah secara spesifik meneliti asupan vitamin D dan paparan sinar matahari
pada pekerja di dalam ruangan serta diluar ruangan di Purwakarta. Oleh
karena itu, pada penelitian ini lebih meneliti secara langsung, spesifik,
deskriptif terkait asupan vitamin D, paparan sinar matahari pada pekerja di
dalam ruangan serta diluar ruangan di Purwakarta.