Berdasarkan dokumen tersebut, ringkasan singkatnya adalah:
1. Makalah ini membahas tentang Perang Salib yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
2. Perang Salib terjadi akibat berbagai faktor agama, politik, dan sosial ekonomi seperti ketidaksukaan umat Kristen terhadap Islam, permintaan bantuan Kaisar Bizantium kepada Paus, serta kondisi sosial ekonomi masyar
1. MAKALAH
PERANG SALIB
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen: Hawari, Lc., M.E.I.
Disusun Oleh :
- Denur Khoerul Muttaqin
- Haristian Sahroni Putra
- Imam Maulana
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
BOGOR 2014
Alamat : Jl. Raya Dramaga Km 6, Gg. Radar Baru, Kel. Margajaya,
Kec. Bogor Barat – Bogor. Telp./ Fax : 0251-8625187,
E-mail : stai_alhidayah@yahoo.com
2. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Alloh yang telah menjadikan hikmah
sebagai salah satu instrument dakwah. Sholawat dan salam kepada Rosululloh
yang menjdi suri teladan dalam menciptakan perdamaian. Semoga kita semua
mendapat limpahan rahmat-Nya dan mendapat syafaat Nabi-Nya. Aamiiin
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Alloh Ta’ala, kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan serta sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam di Semester kedua di STAI Al-Hidayah Bogor ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Semoga segala partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan
makalah ini baik itu secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi
Alloh Ta’ala dan mendapat balasan yang tak terhingga.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Bogor, Juni 2014
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pemicu Perang Salib 2
B. Periode Perang Salib 5
C. Akibat Perang Salib 8
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 12
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang Salib bertitik tolak pada pembangunan pesat yang berlaku di
Eropa Barat pada abad pertengahan. Perang Salib berawal dari ketidaksukaan
orang Kristen pada Islam dan umat Islam, karena dalam perjalanan dinasti
Islam mengalami sebuah kemajuan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat
dengan berhasilnya umat Islam merebut wilayah-wilayah yang sangat stategis.
Maka didalam hati mereka terdapat dendam untuk merebut kekuasaan mereka.
Mereka menunggu kesempatan membalas dendam terhadap umat Islam yang
telah merobek-robek kerajaan Kristen. Maka ketika kesempatan itu datang
yang ketika itu keadaan umat Islam dalam keadaan yang lemah, mereka pun
bertubi-tubi menghancurkan umat Islam dengan segala cara untuk mengambil
segala apa yang umat muslim miliki.
Pertarungan yang sengit antara dua agama ini adalah awal dari
permusuhan yang sangat berkepanjangan. Perang Salib adalah perang
keagamaan terhadap umat Islam oleh umat Kristiani yang dianggap sebagai
pihak penyerang. Perang salib terjadi sejak tahun 632 sampai meletusnya
Perang Salib sejumlah kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen telah
diduduki oleh umat Islam, seperti Syuriah, Asia kecil, Spanyol dan Sacilia
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang bahas pada makalah ini, yaitu:
1. Apa penyebab terjadinya Perang Salib?
2. Bagaimana pembagian periode Perang Salib?
3. Bagaimana akibat dari terjadinya Perang Salib?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan ini diharapkan agar para mahasiswa mengetahui
Sejarah Peradaban Islam mengenai Perang Salib, khususnya tentang
penyebabnya, periode Perang Salib dan akibat dari terjadinya Perang Salib ini.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemicu Perang Salib
Untuk pertama kalinya, pada paruh akhir abad ke-5 atau abad ke-11 M,
tepatnya pada tahun 491 H/1096 M, bangsa Arab Islam harus menghadapi
serangan penjajah yang akan menduduki tanah air mereka serta
menghancurkan peradaban yang telah mereka bangun. Serangan militer itulah
yang kemudian oleh ahli sejarah di Barat disebut sebagai Crusades (Perang
Salib). Perang ini kemudian terus berlangsung selama hampir dua abad dengan
beberapa jeda. Perang pertama kemudian berhasil melahirkan beberapa daerah
pendudukan pasukan salib di kawasan Timur Arab seperti ar-Ruha, Antakya,
Baitul Maqdis dan Tripoli.
Pada saat itu juga, kaum muslimin menyadari bahaya serangan pasukan
salib tersebut. Mereka pun segera merapatkan barisan dan menyatukan suara.
Gerakan perlawanan dimulai oleh Syarafud-daulah Maulud at-Turki yang
kemudian dilanjutkan oleh Sholahuddin al-Ayyubi al-Kurdi dan ditutup oleh
Zhahir Baibars al-Mamluki serta beberapa penguasa setelahnya.1
Berbagai literatur sejarah telah menyebutkan beberapa faktor yang
membuat kaum Salib berhasil melakukan penjajahan terhadap dunia Islam.
Beberapa faktor itu sebagai berikut:2
1. Jauhnya umat Islam dari Alloh
2. Para penguasa sibuk dengan diri sendiri demi melanggengkan kepentingan
pribadi sehingga mereka sering bertikai satu sama lain.
3. Banyak ulama yang meninggalkan kewajiban mereka untuk berdakwah
dan berpihak pada kebenaran.
4. Adanya kelompok yang mengeksploitasi perpecahan dalam tubuh umat
untuk mereka jadikan sumber penghidupan.
1 Sami bin Abdulloh al-Maghluts, Atlas Perang Salib; Uraian Lengkap Seputar Peristiwa
Berdarah yang Belum Pernah Terungkap, (Jakarta: Almahira, 2010). hlm. 11.
2 Ibid. hlm. 12.
6. 3
5. Adanya kengganan di dalam tubuh umat Islam untuk menuntut ilmu;
mereka justru terus sibuk dan tenggelam dalam pertikaian di antara para
penguasa muslim sendiri.
6. Terjadinya serangkaian serangan Barbar yang telah meruntuhkan sendi-
sendi ilmu pengetahuan pada saat pasukan Mongol menghancurkan
kekhilafahan Dinasti Abbasiyah.
Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya perang salib. Adapun yang
menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib ada tiga hal,
yaitu agama, politik dan sosial ekonomi,3
1. Faktor Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti
Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi
menunaikan ibadah kesana karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah
peraturan yang dinggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan
ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang hendak pulang berziarah
sering mengeluh karena mendapatkan perlakuan jelek dari orang Saljuk
yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan Dinasti Saljuk sangat
berbeda dari penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu
sebelumnya.
2. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Konstantinopel (Istanbul) di
Manzikart, wilayah Armenia, pada tahun 1071 dan jatuhnya Asia Kecil ke
bawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus
(Kaisar Konstatinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II
(1035-1099); yang menjadi Paus antara tahun 1088-1099, dalam usahanya
untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah Pendudukan Dinasti
Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji
Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan
harapan untuk dapat mempersatukan gereja Romawi dan Roma. Pada
waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar
3 Amir, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013). hlm.
7. 4
terhadap raja yang berada di bawah kekuasaannya. Dia dapat menjatuhkan
sanksi kepada raja yang membangkang terhadap perintah Paus dengan
mencopot pengakuannya sebagai raja.
Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada saat itu sedang melemah
sehingga orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian di
Perang Salib. Ketika itu Dinasti Saljuk di Asia kecil sedang mengalami
perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh,
sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin
bertambah parah karena adanya pertentangan segitiga antara kholifah
Fathimiyah di Mesir, kholifah Abbasiyyah di Baghdad, dan Amir
Umayyah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai kholifah.
Situasi yang demikian mendorong para penguasa Kristen untuk merebut
satu persatu daerah kekuasaan Islam, seperti dinasti kecil di Edessa dan
Bautil Maqdis.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah,
terutama yang berada di kota Venesia, Genoa, dan Pisa, berambisi untuk
menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan
Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu
mereka rela menaggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud
menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat perdagangan mereka apabila
pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan
karena jalur Eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja,
kaum bangsawan serta kesaria, dan rakyat jelata. Meskipun merupaka
mayoritas dalam masyarakat, kelompok yang terakhir ini menempati kelas
yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina,
mereka harus tunduk kepada para tuan tanah yang sering bertindak
semena-mena dan dibebani berbagai pajak serta sejumlah kewajiban
lainnya. Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak-pihak
gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji
akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik apabila
8. 5
perang dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan
dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.
Selain stratifikasi sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan
diskriminasi terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa berlaku hukum
waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima
warisan. apabila anak tertua meninggal, harta harus diwariskan kepada
gereja. Hal ini telah menyebabkan populasi orang miskin semakin
meningkat. Akibatnya anak-anak yang miskin sebagai konsekuensi hukum
waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula mengikuti seruan
mobilisasi umum tersebut dengan harapan yang sama, yakni untuk
mendapatkan perbaikan ekonomi.
B. Periode Perang Salib
Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi Perang
Salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam at-Tarikh al-Islami wa al-Hadhorot al-
Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi Perang Salib itu atas tujuh
periode.4
Philip K. Hitti menyederhanakan periodesasi perang salib dalam tiga
periode. Pertama, masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya
reaksi umat Islam (1144-1192); dan ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan
yang berakhir sampai 1291 M.5
Sami bin Abdulloh al-Maghluts dalam Atlas Perang Salib membagi
rangkaian Perang Salib terhadap kawasan timur Islam menjadi dua. Pertama,
Perang Salib Kecil yang berjumlah dua belas peperangan, yaitu: (1) Perang
Salib Rakyat; (2) Perang Salib Pisa; (3) Perang Salib Lombardia; (4) Perang
Salib Nifern; (5) Perang Salib Bavaria-Akitani; (6) Perang Salib Flamed; (7)
Perang Salib Jerman; (8) Perang Salib Anak; (9) Perang Salib Prancis; (10)
Perang Salib Inggris; (11) Perang Salib Aragon; dan (12) Perang Salib Nikolai
IV; dan kedua, Perang Salib Besar yang berjumlah delapan peperangan.6
4 Ibid. hlm. 237.
5 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). hlm. 172.
6 Sami bin Abdulloh al-Maghluts, Atlas Perang Salib; Uraian Lengkap Seputar Peristiwa
Berdarah yang Belum Pernah Terungkap, (Jakarta: Almahira, 2010). hlm. 277.
9. 6
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., bahwa perang salib dapat
dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode pertama, kedua dan ketiga.7
1. Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian
besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel,
kemudia ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada
tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan pada tahun
1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan Kerajaan
Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun sama mereka dapat
menguasai Antiochea dan mendirikan Kerajaan Latin II di Timur.
Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait
al-Maqdis (15 Juli 1099 M). Dan mendirikan kerajaan Latin III dengan
rajanya, Godfrey. Setelah panaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib
melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M). Tripoli
(1109 M), dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan
Latin IV, rajanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil menaklukkan
kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada 1144 M. Namun, ia wafat
pada tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan
pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen
mengorbankan Perang Salib II. Paus Eugenius III menyerukan perang suci
yang disambut positif oleh Raja Perancis Louis VII dan Raja Jerman
Condrad II. Keduanya memimpin Pasukan Salib untuk merebut wilayah
Kristen di Syiria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin
Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan
7 Badru Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Press,
2014). hlm. 77-79.
10. 7
Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Nuruddin wafat
tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang Sholahuddin al-
Ayyubi yang berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175
M. Hasil peperangan Sholahuddin yang terbesar adalah merebut kembali
Yerussalem padatahun 1187 M. Dengan demikian, Kerajaan Latin di
Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul
perasaan tentara Salib. Merekapun menyusun rencana balasan. Kali ini
tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, Raja Jerman, Richard
The Lion Heart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Prancis. Pasukan
ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapatkan tantangan berat
dari Sholahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi, mereka tidak berhasil
memasuki Palestina. Pada tanggal 2 November 1192, dibuat perjanjian
antara tentara Salib dengan Sholahuddin yang disebut dengan Shulh al-
Romlah. Dalam perjanjian ini disebutkan orang-orang Kristen yang pergi
berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
3. Periode Ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick
II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke
Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimiyat. Raja Mesir dari
Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina,
Frederick menjamin keamanan kaum muslimin disana dan Frederick tidak
mengirim bantuan kepada Kristen di Syiria. Dalam perkembangan
berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun
1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Sholih, penguasa Mesir
selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh Mamalik-yang menggantikan
posisi Dinasti Ayyubiyah-pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan
Qolawun. Pada masa mereka Akka dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin, tahun 1291 M.
11. 8
Demikianlah, perang Salib berkobar di Timur. Perang ini tidak
berhenti di Barat, di Sapnyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerah dari
tentara-tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali,
karena peperangan ini terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini
mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam
kondisi demikian, mereka bukan menjadi bersatu, tapi malah terpecah
belah. Banyak dinasti kecil dari pemerintahan pusat Abbasiyah di
Baghdad.
C. Akibat Perang Salib
Pada saat Perang Salib bangsa Eropa telah begitu banyak mengambil
manfaat dari khazanah kekayaan timur, khususnya pada sisi pemikiran dan
keilmuan. Sebab, pada saat itu dalam bidang keilmuan dan peradabaan,
bangsa-bangsa timur jauh lebih unggul dibandingkan Eropa. Hal inilah yang
kemudian menjadi salah satu faktor terjadinya renaisans. Berikut ini adalah
beberapa bidang yang mengalami kemajuan disebabkan persentuhan Eropa
dengan peradaban Islam:
1. Kedokteran.
Pada saat itu, gereja melarang peraktik medis disebabkan keyakinan
mereka bahwa penyakit adalah sanksi dari Tuhan yang tidak boleh
dihindari oleh manusia dan seseorang yang sakit memang layak
menerimanya. Ditengah kebodohan itu, kaum muslimin sudah melakukan
berbagai praktik medis sejak dini. Kaum muslimin sudah melakukan
berbagai terobosan medis, menerjemahan berbagai macam buku induk
dalam bidang kedokteran yang berasal dari Persia, Yunani, dan Hindustan,
ke dalam bahasa Arab. Bukan hanya itu, mereka juga menyusun buku
induk sendiri yang tidak pernah tertandingi keluasan cakupannya dan
kerincian kandungannya. Beberapa buku inilah yang selama berabad-abad
terus dipelajari diberbagi universita di Eropa.
2. Matematika.
12. 9
Jauh sebelum tejadinya renaisan di Eropa, kaum muslimin sudah
menguasai ilmi-ilmu matematika, astronomi, kimia, botani, biologi
metalurgi, dan farmasi dengan sangat baik. Kaum muslimin melakukan
penerjemahan besar-besaran hampir disemua literature ilmiah dari Yunani,
Romawi, Persia, dan Hindustan kedalam bahasa Arab. Mereka bahkan
sudah mendirikan begitu banyak perpustakaan dan rumah-rumah baca.
Para kholifah dan penguasa muslim selau membuka istana untuk
kepentingan para ilmuan dan keilmuan sambil terus berlomba-lomba
melayani mereka dengan baik. Sementara itu, para ilmuan musllim terus
menemukan berbagai penemuan baru yang memperkaya pendapat para
sejawat mereka.
Pada saat inilah muncul sekian banyak nama besar semisal: Ibnu
Miskawaih, al-Khozin, Ibnu Kholdun, Ibnu Nafis, Ibnu Haitsam, al-
Battani, al-Farghoni, Al-Kindi, al-Khowarizmi, al-Biruni, al-Ghofiqi, al-
Qazwini, Jabir bin Hayan, ibnu Baithor, Daud al-Anthoki, dan sederajat
nama lainnya.8
Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia.
Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia muslim
dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan
saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang
progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual
Eropa Barat. Hal ini melahirkan suatu bagian penting dalam menumbuhkan
Reanisans di Eropa.
Keutungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan
perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas
pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Meraka juga dapat
mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur
yang lebih berkembang. Ketika kembali ke Eropa, meraka mendirikan sebuah
pasar khusus untuk barang-barang Timur. Orang-orang barta mulai menyadari
8 Sami bin Abdulloh al-Maghluts, Atlas Perang Salib; Uraian Lengkap Seputar Peristiwa
Berdarah yang Belum Pernah Terungkap, (Jakarta: Almahira, 2010). hlm. 275.
13. 10
kebutuhan akan barang-barang Timur, dan karena kepentingan ini
perdagangan antar timur dan barat menjadi lebih berkembang.
Kegiatan perdangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan
kegiatan maritim di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai
laut tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang-orang Eropa bebas
mengguanakan jalan laut melalui laut tengah tersebut.
14. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib ada tiga hal,
yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.
Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi Perang
Salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam at-Tarikh al-Islami wa al-Hadhorot al-
Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi Perang Salib itu atas tujuh periode.
Philip K. Hitti menyederhanakan periodesasi perang salib dalam tiga periode.
Pertama, masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya reaksi umat
Islam (1144-1192); dan ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang
berakhir sampai 1291 M. Sami bin Abdulloh al-Maghluts dalam Atlas
Perang Salib membagi rangkaian Perang Salib terhadap kawasan timur Islam
menjadi dua. Pertama, Perang Salib Kecil yang berjumlah dua belas
peperangan; dan kedua, Perang Salib Besar yang berjumlah delapan
peperangan. Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., bahwa Perang Salib
dapat dibagi menjadi 3 periode.
Beberapa bidang yang mengalami kemajuan disebabkan persentuhan
Eropa dengan peradaban Islam akibat Perang Salib diantaranya adalah
matematika dan ilmu kedokteran.
Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia.
Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia muslim
dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan
saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang
progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual
Eropa Barat. Hal ini melahirkan suatu bagian penting dalam menumbuhkan
Reanisans di Eropa.
15. 12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badru, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Press,
2014).
Amir, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013).
Sami, bin Abdulloh al-Maghluts, Atlas Perang Salib; Uraian Lengkap Seputar Peristiwa
Berdarah yang Belum Pernah Terungkap, (Jakarta: Almahira, 2010).
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peraaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).