Buku ini membahas berbagai teori administrasi publik yang relevan untuk memahami organisasi dan operasi sosial. Bab pertama menjelaskan pentingnya teori dalam menganalisis fenomena administrasi publik yang kompleks serta membatasi dan kemungkinan teori. Bab selanjutnya membahas teori-teori politik kontrol birokrasi, politik birokrasi, kelembagaan publik, manajemen publik, postmodernisme, keputusan, pilihan rasional, dan t
2. ISI BUKU
Bab 1 Pendahuluan: Kemungkinan-kemungkinan Teori
Bab 2 Teori-teori Kontrol Politik atas Birokrasi
Bab 3 Teori-teori Politik Birokrasi
Bab 4 Teori Kelembagaan Publik
Bab 5 Teori-teori Manajemen Publik
Bab 6 Teori Postmodernisme
Bab 7 Teori Keputusan
Bab 8 Teori Pilihan Rasional dan Perilaku Irasional
Bab 9 Teori-teori Tata Kelola Pemerintahan
Bab 10 Kesimpulan: Teori untuk Masa Depan yang Cerah ?
3. 1
Pendahuluan:
Kemungkinan-kemungkinan Teori
Mengapa Kita Membutuhkan Teori dalam Administrasi Publik?
Administrasi publik telah ada sejak lama dan mengalami perubahan seiring perkembangan
masyarakat. Contohnya, transisi dari masyarakat feodal ke Negara bangsa didukung oleh
sentralisasi kebijakan dan desentralisasi implementasi kebijakan. Era kolonial juga telah
melibatkan perdebatan tentang sentralisasi dan desentralisasi, manajemen pengadilan, dan
organisasi dan manajemen angkatan laut dan darat. Beberapa penelitian arkeologi
menunjukkan bahwa peradaban Armenia awal telah memiliki struktur administrasi yang
rumit. Di Cina, Dinasti Sung mempertahankan sistem pemerintahan dan administrasi
tradisional Tiongkok, dengan Kaisar dibantu oleh Dewan Negara dalam mengawasi individu-
individu. Administrasi publik memiliki peran penting dalam mencapai perubahan dan
kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, teori-teori dalam administrasi publik diperlukan untuk
memahami dan mengembangkan praktik-praktik yang efektif dalam mengelola organisasi dan
operasi sosial.
Kegunaan Theory
Pada dasarnya, teori berguna ketika mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi
peristiwa atau fenomena dunia nyata. Namun, kegunaan teori bergantung pada tingkat
abstraksi yang digunakan. Karena fenomena administrasi publik kompleks, deskripsi yang
digunakan harus memutuskan elemen mana yang ditekankan. Meskipun deskripsi adalah
representasi abstrak dari fenomena, mereka selalu memiliki distorsi terhadap realitas dan
tergantung pada situasi pada saat deskripsi dibuat. Deskripsi dalam administrasi publik sering
kali seperti foto diam, yang jarang memberikan gambaran yang jelas. Teknologi deskriptif
dalam administrasi publik masih primitif dan mirip dengan foto diam, dalam artian foto-foto
yang tidak dapat bergerak.
Deskripsi memiliki keterbatasan dalam menjelaskan fenomena yang sedang dideskripsikan,
sehingga diperlukan teori yang dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam.
Penjelasan dapat mengungkap distorsi yang mungkin terjadi dalam deskripsi dan menjelaskan
mengapa beberapa faktor dalam suatu peristiwa dianggap lebih penting daripada yang lain.
Penjelasan juga dapat menjawab pertanyaan mengapa suatu hal terjadi. Meskipun penjelasan
tidak dapat menggantikan deskripsi, adanya perbedaan antara melihat dan memahami sebuah
fenomena, seperti yang ditunjukkan oleh Ansel Adams dengan fotografi hitam-putihnya.
4. Dalam administrasi publik, teori dapat membantu kita melihat dan memahami fenomena, serta
membantu dalam memprediksi. Sebagai contoh, teori Herbert Kaufman tentang perubahan
siklus dalam administrasi publik dan teori Albert Hirschman tentang perubahan dalam dunia
sosial dan politik memiliki sifat prediktif yang kuat. Dengan demikian, teori administrasi
publik harus dapat memberikan pemahaman dan prediksi terhadap fenomena yang terjadi.
Dalam teori administrasi publik, penting untuk mempertimbangkan ketepatan dan keumuman.
Semakin tepat sebuah teori, semakin besar kemampuannya untuk menjelaskan pola peristiwa
yang luas, tetapi kelemahannya adalah kurangnya kemampuan untuk memprediksi fenomena
serupa. Sebaliknya, teori yang umum sering kali tidak dapat menjelaskan lebih dari kejadian
yang paling jelas. Teori yang tepat dan kaya secara kontekstual dapat kehilangan potensi
generalisasi. Dalam buku ini, akan dibahas delapan teori administrasi publik yang memiliki
kualitas ketepatan dan kekayaan empiris, serta mampu melakukan generalisasi. Buku ini
menggunakan studi kasus kontemporer, praktik terbaik, dan analisis kebijakan tertentu untuk
menunjukkan kelemahan teori yang tepat dalam mendukung generalisasi.
Teori dalam ilmu sosial dan administrasi publik memiliki beberapa makna. Pertama, teori
tersebut merupakan urutan materi faktual yang menyediakan bukti melalui definisi, konsep,
dan metafora yang mendorong pemahaman. Teori ini didasarkan pada pengamatan yang ketat
dan intuitif terhadap perilaku sosial, perilaku organisasi, dinamika kelembagaan, sistem dan
perilaku politik, pola komunikasi, dan budaya. Kedua, teori dalam administrasi publik
menyediakan dasar bagi tindakan-tindakan dalam bidang tersebut. Meskipun tidak secara
formal diakui, keputusan dan tindakan administrasi publik didasarkan pada asumsi-asumsi
tentang perilaku sosial, kerja sama manusia, insentif, dan sebagainya. Oleh karena itu, tugas
penting teori administrasi publik adalah menjelaskan asumsi-asumsi tersebut dan
mengembangkan pemahaman tentang asumsi-asumsi tersebut. Ketiga, teori dalam
administrasi publik juga dapat merujuk pada teori-teori normatif yang menggambarkan apa
yang seharusnya dilakukan. Teori-teori ini memperantara administrasi publik, ilmu politik,
dan filsafat.
Teori-teori dalam administrasi publik memiliki berbagai tujuan dan penggunaannya. Beberapa
contoh teori yang tidak digunakan dengan tujuan yang baik adalah sistem perencanaan dan
penganggaran yang digunakan untuk memenangkan perang di Vietnam. Ada juga
kecenderungan untuk menerima dan mengadopsi manajemen penghematan tanpa
mempertimbangkan penurunan kapasitas organisasi. Namun, kapasitas prediksi kita terbatas
sehingga terkadang prediksi yang kita lakukan bertentangan dengan kebijakan administrasi
pada saat itu. Sebagai contoh, jika kita mengurangi regulasi pembelian dan penawaran
pemerintah, prediksi yang masuk akal adalah efisiensi akan meningkat. Namun, terlalu banyak
5. deregulasi dapat menghasilkan peningkatan korupsi. Selain itu, korupsi juga menjadi alasan
mengapa banyak regulasi diperlukan. Dalam hal ini, penting untuk mempertimbangkan
dampak jangka panjang dari kebijakan yang diambil dan tidak hanya fokus pada tujuan
singkatnya.
Apakah Teori Administrasi Publik yang Berguna dan Dapat Diandalkan
Apakah Teori Administrasi Publik Mungkin?
Pada tahun 1960-an, terjadi revolusi perilaku dalam ilmu politik yang mencoba menjelaskan
perilaku politik menggunakan teori empiris yang ketat. Meskipun perilaku politik dan
administrasi publik memiliki perbedaan, keduanya memiliki kesamaan dalam pengembangan
teori. Dalam administrasi publik, terdapat dua posisi yang memiliki dasar empiris yang sama.
Posisi pertama adalah posisi tradisional yang menganggap bahwa administrasi publik
melibatkan tujuan dan otoritas yang berbeda dengan ilmu pengetahuan fisik. Fakta-fakta
dalam dunia sosial dapat diukur namun bersifat sementara. Dalam hal tujuan kolektif manusia,
kebijaksanaan, intuisi, dan penilaian subjektif sangat penting tetapi sulit untuk diukur dan
diklasifikasikan. Oleh karena itu, elemen administrasi publik cenderung bersifat subjektif.
Posisi tradisional juga berpendapat bahwa pendekatan perilaku, sejauh mereka terbatas pada
hal-hal yang dapat diverifikasi dengan teknik pengukuran yang dikenal, menyangkal
pentingnya pemahaman substansi administrasi publik. Posisi kedua adalah posisi ilmiah atau
perilaku yang melihat administrasi publik sebagai ilmu sosial yang dapat diukur dan dianalisis
seperti ilmu pengetahuan fisik. Mereka berpendapat bahwa dengan menggunakan metode
ilmiah yang tepat, perilaku manusia dalam administrasi publik dapat dipelajari secara objektif.
Namun, meskipun ada perbedaan dalam pendekatan teori administrasi publik, beberapa orang
berpendapat bahwa kedua posisi ini masih relevan dan berguna dalam memahami perilaku
politik dan administrasi publik. Keduanya merupakan upaya untuk mengembangkan teori
yang berdasarkan penelitian empiris yang ketat. Pendekatan tradisional menekankan
pentingnya faktor subjektif dan penilaian manusia dalam administrasi publik, sementara
pendekatan perilaku berusaha mencari pemahaman yang lebih objektif melalui metode ilmiah.
6. Dalam perkembangan teori administrasi publik, baik pendekatan tradisional maupun
pendekatan perilaku memiliki kontribusi dan kelemahan masing-masing. Pemahaman yang
komprehensif tentang administrasi publik dapat dicapai dengan memperhatikan kedua posisi
ini dan menggabungkannya dalam analisis dan penelitian. Dengan terus melibatkan diri dalam
penelitian empiris dan menggunakan metode ilmiah yang tepat, dapat dilakukan pembaruan
dan pengembangan teori administrasi publik yang lebih baik.
Beberapa Teori Kontemporer Administrasi Publik
Buku ini tidak dimaksudkan untuk menjadi gambaran menyeluruh tentang realitas
administrasi publik atau menyajikan survei komprehensif tentang teori-teori terkait.
Pendahuluan buku ini membahas kemungkinan-kemungkinan teori yang dapat memberikan
kontribusi yang signifikan dalam administrasi publik, memiliki potensi untuk memberikan
kontribusi tersebut, atau memiliki nilai heuristik yang penting. Meskipun beberapa bidang
teori penting seperti teori permainan, hukum administrasi, teori-teori etika, dan teori jaringan
tidak diikutsertakan, buku ini tetap mencakup berbagai macam teori administrasi publik untuk
menjelaskan kemungkinan dan keterbatasan teori kontemporer.
Pemilihan teori dan model dalam setiap bab dapat menyebabkan perbedaan pendapat, karena
administrasi publik tidaklah terorganisir dengan baik, dan setiap ahli teori memiliki cara
sendiri dalam memperjelas bidang tersebut. Penulis berharap bahwa susunan pengetahuan dan
teori administrasi publik dalam buku ini dapat memicu perdebatan dan penyempurnaan
kategori-kategori teoritis. Kadang-kadang sulit untuk menyatukan karya-karya ahli teori
tertentu dalam bab-bab tertentu. Contohnya, para ahli teori jaringan modern mungkin
memiliki tempat dalam berbagai bab.
Buku ini juga menunjukkan perlunya lebih banyak studi empiris dalam administrasi publik
untuk menguji validitas teori-teori yang disajikan. Penulis juga mengakui adanya bias dalam
penyajian teori-teori yang tercakup dalam buku ini dan mengakui bahwa subjek administrasi
publik sangat luas dan beragam.
7. Secara keseluruhan, buku ini memberikan gambaran tentang teori-teori administrasi publik
yang signifikan dan memiliki nilai heuristik. Buku ini menggambarkan kemungkinan-
kemungkinan teoretis dalam administrasi publik dan mengajak pembaca untuk berpartisipasi
dalam perdebatan dan pengembangan teori dalam bidang ini. Meskipun tidak mencakup
semua bidang teori terkait, buku ini menghadirkan sejumlah teori yang penting dan
menjelaskan kemungkinan dan keterbatasan teori-administrasi publik yang kontemporer.
"Publik" dalam administrasi publik didefinisikan secara luas di sini. Publik digunakan dalam
arti pra-pemerintah untuk mencakup pemerintah dan organisasi nirlaba, nirlaba, organisasi
nonpemerintah, parastatal, dan organisasi lain yang memiliki tujuan publik yang jelas selain
apa yang umumnya dipahami sebagai perdagangan atau bisnis.