2. TAHAP-TAHAP KEGIATAN
Sebelum suatu lahan dibuka untuk suatu
perkebunan terlebih dahulu dilakukan
studi kesesuaian lahan (tanah dan iklim)
berdasarkan syarat-syarat lingkungan
tumbuh tanaman kelapa sawit (Tabel 1).
Tingkat kesesuaian atau kelas tanah
menentukan tingkat penerapan teknik
budidaya, biaya produksi dan proyeksi
hasil (Tabel 2 dan 3)
3. TABEL 1. KESESUAIAN IKLIM UNTUK KELAPA
SAWIT
Uraian Norma Keterangan
Suhu kisaran;
rata-rata
optimum
18 – 32 0 C;
24 – 28 0 C
Tumbuh baik dengan selang
suhu tersebut. Di atas atau di
bawah selang suhu tersebut,
produktivitas akan lebih rendah
karena rendahnya proses
asimilasi, gagalnya
perkembangan bunga dan
pematangan buah
Kelembaban
relatif (RH)
> 75 % Kelembaban udara yang rendah
memperlambat pertumbuhan
dan pembentukan bunga,
sedang pada kelembaban yang
tinggi, tanaman rawan terhadap
serangan penyakit
4. Uraian Norma Keterangan
Rata-rata
Curah
Hujan
Tahunan
(dengan
penyebaran
merata)
2.000 – 2.500 mm Data curah hujan bulanan dan
jumlah hari hujan sangat
penting karena berhubungan
dengan sifat tanaman yang
berbuah sepanjang tahun.
Fluktuasi curah hujan secara
langsung berkorelasi erat
dengan fluktuasi hasil dari
bulan ke bulan
Intensitas
Cahaya
5 – 7 jam/hari Kawasan dengan curah hujan
yang terlalu tinggi, akan
mengurangi intensitas cahaya,
sehingga produktivitas kelapa
sawit akan rendah.
5. TABEL 2. KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT
MENURUT KELASNYA (BERDASARKAN SIFAT FISIK TANAH DAN IKLIM)
Iklim & Sifat
Fisik Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(Kelas I)
Sedang
(Kelas II)
Kurang
Baik
(Kelas III)
Tidak Baik
(Kelas IV)
Tinggi (m dpl) 0 – 400 0 – 400 0 – 400 0 – 400
Topografi Datar –
berombak
Bergelom
bang
Berbukit Curam
Lereng (%) 0 –15 16 – 25 25 – 36 > 36
6. TABEL 3. STANDAR JUMLAH DAN BOBOT TANDAN DXP
PUSAT PENELITIAN MARIHAT MENURUT UMUR DAN KELAS
LAHAN
Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
3 21 3 9 16 3 7 14 3 6 14 2 5
4 20 6 17 20 5 15 20 5 13 19 4 10
5 48 8 21 18 7 19 18 6 16 17 6 14
6 17 10 25 17 9 22 17 8 19 16 7 16
7 16 12 28 16 11 25 16 10 23 15 9 19
8 15 14 30 15 13 27 15 12 25 14 11 22
9 13 16 30 13 15 27 13 13 25 12 13 22
7. Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan Dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
10 12 18 30 11 17 27 11 16 25 10 15 22
11 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
12 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
13 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
14 8 23 27 8 22 25 8 20 23 8 18 21
15 8 23 27 8 22 25 8 20 23 8 18 21
16 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20
17 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20
18 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19
8. Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
18 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19
20 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18
21 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18
22 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16
23 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16
24 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15
25 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15
Rata-
rata
9 20 24 9 18 22 9 16 20 9 15 18
9. Keterangan :
T = Jumlah tandan/pokok/tahun
RBT = Rata-rata bobot satu tandan
TBS = Tandan Buah Segar (ton/ha/ tahun)
Sumber: PPKS, Medan (1997).
10. BAHAN TANAMAN
Kriteria bibit kelapa sawit
Kriteria bibit yang baik meliputi :
Kualitas : Germinated Seed (GS) atau kecambah
bersertifikat yang dikeluarkan lembaga yang dipilih
pemerintah yaitu Pusat Penelitian Marihat, BPP
Medan dan PT. Socfindo Indonesia karena
menyediakan bibit siap salur yang superior. Hati-
hati terhadap penjualan bibit yang tidak jelas asal-
usulnya atau bersertifikat palsu
Varietas hibrida : hasil perbanyakan secara
generatif. Dura x Pisifera atau Tenera. Sejak tahun
1990 telah mulai diuji lapangan 16 klon sebagai
varietas hasil perbanyakan secara vegetatif (melalui
kultur jaringan)
11. ISTILAH-ISTILAH TENTANG BAHAN
TANAMAN
Biji
adalah organ reproduktif yang dihasilkan oleh tanaman
setelah terjadinya anthesis. Anakan kelapa sawit yang
biasanya tumbuh liar di piringan merupakan produk dari biji
Benih
adalah biji yang digunakan untuk tujuan penanaman
(komersial), biasanya telah diseleksi dan dijamin kemurnian
genetiknya (legitim), sehingga dapat dikatakan semua benih
adalah biji, tetapi tidak semua biji bisa menjadi benih
Kecambah
adalah benih yang telah diberi perlakuan sehingga
membentuk plumula (pucuk) dan radikula (akar) serta siap
untuk ditanam di pembibitan
12. Ramet
adalah kecambah hasil perbanyakan vegetatif
dengan teknik kultur jaringan melalui
embriogenesis kalus primer, sementara ortet
adalah ramet yang telah ditanam di lapangan
Bibit
adalah bahan tanaman yang siap untuk
ditanam di lapangan. Bibit bisa berasal dari
organ reproduktif (benih) dan/atau hasil
perbanyakan vegetatif (ramet)
13. Pemilihan bahan tanaman yang tidak tepat akan
membawa resiko yang sangat besar. Perusahaan akan
menderita kerugian dana, waktu, dan tenaga jika bibit
yang ditanam ternyata tidak sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Hal ini baru bisa diketahui setelah tanaman
mulai menghasilkan, sekitar 2-4 tahun
Pembibitan dilakukan dengan memperhatikan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, antara
lain innate, induce dan enforce
Faktor innate berhubungan dengan gnetik tanaman,
faktor induce adalah faktor yang mempengaruhi ekspresi
sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang
terkait dengn keadaan buatan manusia, dan faktor
enforce adalah faktor lingkungan yang bersifat
merangsang dan/atau menghambat pertumbuhan dan
produksi tanaman
14. Bahan tanaman kelapa sawit yang umum
ditanam di perkebunan komersial yaitu
persilangan dura x pisifera (D x P) yang
disebut tenera
Tanaman induk dura berasal dari 4 pohon
kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya
Bogor (1848) dan dikenal sebagai deli dura
Tanaman induk pisifera berasal dari berbagai
sumber di Afrika dan sejak tahun 1914 telah
digunakan untuk menghasilkan berbagai
persilangan. Tipe pisifera La Me, Nifor,
Yangambi, dan Ekona
15.
16. Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau
varietas yang dikenal sebagai dura (D), pisifera (P)
dan tenera (T)
Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara
memotong buahnya secara melintang/memanjang
Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak
dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar
17-18%
Pisifera tidak mempunyai cangkang dan inti kecil
sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman
komersial
Tenera merupakan hasil persilangan dura dan
pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin
serat disekeliling biji, serta ekstraksi minyak
sekitar 22-25%
17. TABEL 4. SUMBER BIBIT DAN POTENSI PRODUKSI
KELAPA SAWIT DALAM NEGERI
No. Nama Sumber
Benih
Alamat Potensi
Produksi/Thn
(butir)
Harga *)
(Rp/butir)
1. Pusat
Penelitian
Kelapa Sawit
(PPKS)Marihat
Jl. Brigjen.
Katamso 51 Kp.
Baru PO. BOX
1103Medan20001
40.000 1.100
2. PT. Socfindo
(Socfin
Indonesia)
Jl. KL. Yos
Sudarso 106
Medan 20115
14.000 1.100
3. PT. London
Sumatera
Jl. A. Yani No. 2
Medan 20111
15.000 1.100
Jml 69.000
• Keterangan : *) Harga bibit pada tahun 1997
• Sumber : MMA – IPB (1997)
18. Saat ini terdapat 12 jenis alternatif bibit hasil
pengembangan teknologi pembibitan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan secara
komersial (Tabel 2). Pengembangan varietas
unggul baik secara generatif maupun secara
vegetatif telah mulai digunakan teknik
bioteknologi (kultur jaringan).
Produsen bibit lainnya : Sinar Mas Group, Asian
Agri Group, Sampoerna Group dll.
20. PEMBIBITAN
Seleksi Lokasi Pembibitan
Beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh
calon lahan antara lain :
1. Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir.
2. Datar sampai agak bergelombang.
3. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah
dijangkau
4. Tanahnya cukup top soil, subur dan gembur.
5. Bebas dari banjir.
6. Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga kerja.
7. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan
rencana penanaman.
8. Saluran air
21. Pentingnya pembibitan antara lain,
Keadaan kecambah kelapa sawit yang
mudah diserang insekta, tikus, dan hama
lain
Bahan tanaman memerlukan ketegakan
habitusnya sehingga tidak miring atau
roboh
Pembibitan diperlukan untuk
memperpendek waktu antara persiapan
lapangan dan penanaman pertama
sehingga begitu lahan siap tanam bibit
sudah siap untuk ditanam
22. Faktor utama dalam perencanaan dan
pengelolaan pembibitan dilakukan atas dasar
sebagai berikut,
Pemusatan pembibitan yang permanen di
satu tempat dengan pembibitan yang
tersebar di beberapa tempat
Pembibitan dilakukan di lapangan (tanah)
dengan pembibitan yang dilakukan dalam
polibag
Pembibitan sistem polibag satu tahap
(single step nursery) dengan pembibitan
sistem polibag dua tahap (double step
nursery)
23. Dalam sistem pembibitan polibag 1 tahap,
kecambah langsung ditanam di dalam polibag
besar yang disusun rapat sampai umur 3-4
bulan. Kemudian bibit-bibit dijarangkan dan
dipelihara sampai umur 10-12 bulan.
Sistem pembibitan polibag 2 tahap
menyebabkan timbulnya persemaian
(pembibitan pendahuluan/ pre nursery) dan
pembibitan utama (main nursery). Pada
persemaian, kecambah ditanam dalam kantong
plastik kecil selama 3 bulan. Sesudah masa pre
nursery, dilakukan pembibitan utama, bibit
dipindahkan ke polibag besar dan dipelihara
sampai berumur 10-12 bulan. Pembibitan utama
biasanya untuk periode 4-5 tahun.
24.
25. SELEKSI BIBIT
Untuk mendapatkan bibit yang baik dan
mengurangi biaya pemeliharaan di pembibitan
utama.
Bibit yang diafkir (dibuang adalah bibit yang
tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah
dengan batang kecil, pelepah muda lebih
pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah,
terserang penyakit dengan intensitas berat,
bentuk anak daun tidak sempurna.
Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 – 8 bulan
dan pada saat dipindahkan ke lapangan.
26. KARAKTER MENYIMPANG (OFF TYPE) BENIH
Kelainan pada habitus tanaman
Bibit tumbuh meninggi dan kaku. Sudut pelepah
dengan sumbu batang lebih tajam (gejala steril). Gejala
ini muncul setelah sekitar 2-3 bulan di pembibitan
Permukaan tajuk rata. Bentuk bibit memendek karena
pelepah yang muda tidak mau memanjang dan lebih
pendek daripada pelepah yang tua. Hal ini terjadi
setelah sekitar 2-3 bulan di pembibitan
Bibit tumbuh terkulai, terjadi setelah sekitar 6 bulan di
pembibitan
Anak daun tidak membelah, sedangkan anak daun pada
bibit lain yang umurnya sama telah mebelah. Hal ini
terjadi setelah sekitar 3-4 bulan di pembibitan
27. Kelainan pada bentuk anak daun (leaflet)
Sudut anak daun dengan tulang daun sangat
tajam (cenderung steril). Hal ini terjadi setelah
sekitar 3 bulan lebih di pembibitan
Helaian anak daun sempit seperti jarum,
kadang-kadang menggulung dan membentuk
sudut yang tajam dengan tulang daun. Hal ini
terjadi setelah sekitar 3 bulan di pembibitan
Anak daun pendek-pendek, terjadi setelah
sekitar 5 bulan di pembibitan
Anak daun tersusun sangat rapat atau
sebaliknya tersusun jarang-jarang. Hal ini
terjadi setelah sekitar 5 bulan di pembibitan
28. Kelainan daya pertumbuhan
Ada bibit yang bentuk dan daunnya normal,
tetapi pertumbuhannya sangat lambat. Bibit
yang demikian (laggard seedling) termasuk
yang dibuang
Bibit abnormal akibat serangan hama penyakit,
defisiensi unsur hara, dan kesalahan tindakan
kultur teknis (terkena drift herbisida,
pemupukan berlebihan, dll) dapat dipelihara
terus dengan perlakuan khusus. Jika 3-4 bulan
setelah perawatan tidak ada perbaikan, maka
bibit harus disingkirkan